Anda di halaman 1dari 6

25

Widya Sari, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN LAHAN SEMPADAN SUNGAI


SUMBERGUNUNG DI KOTA BATU

Identification of Land Use on Stream Buffer Sumbergunung River in Batu City

Sulva Widya Sari1, Ruslan Wirosoedarmo2, J. Bambang Rahadi W.3*


1Mahasiswa Keteknikan Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang 65145
2Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang 65145

*Email Korespondensi : jbrahadi@ub.ac.id

ABSTRAK

Perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula merupakan
permasalahan yang berkembang saat ini, salah satunya alih fungsi lahan di sempadan sungai.
Sempadan sungai adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang ditetapkan sebagai
batas perlindungan sungai. Perubahan pemanfaatan lahan di sempadan Sungai Sumbergunung
Kota Batu didominasi oleh peningkatan kawasan pemukiman yang memerlukan penanganan
khusus dan merupakan kawasan yang mempunyai nilai strategis serta penataan ruangnya
harus diprioritaskan. Untuk merealisasikan hal tersebut perlu dilakukan identifikasi
pemanfaatan lahan di sempadan sungai. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui
pemanfaatan lahan pada kawasan sempadan sungai Sumbergunung (2) mengetahui persentase
pemanfaatan lahan yang tidak sesuai di sempadan sungai Sumbergunung. Hasil dari
identifikasi pemanfaatan lahan di sempadan sungai Sumbergunung didapatkan lahan
pemanfaatan yaitu sebagai lahan pertanian, lahan pemukiman, dan lahan hutan produksi.
Persentase yang diperoleh dari hasil observasi 51.574% lahan sempadan sungai tidak sesuai
dengan Perda Kota Batu sedangkan 48.426% lainnya telah sesuai.

Kata Kunci : Identifikasi, Pemanfaatan lahan, Sempadan sungai

Abstract

Function changes part or all of the land area from the original function is problem about
landuse, one of them is over the function on river stream buffer. Stream buffer is boundary line
in left and right trough river set as due protection river. Change area utilization on stream
buffer river Sumbergunung in Batu city dominated by increase residential area that requires
and special control is the area that has strategic value and on the regional management must
priority. To realize it necessary identification area utilization stream buffer in the river. The
purposes of the research is (1) knowing area utilization on stream buffer area Sumbergunung
river (2) knowing percentage area utilization is not appropriate on stream buffer
Sumbergunung river. The result of identification area utilization on stream buffer
Sumbergunung river obtained land utilization namely as for agriculture land settlement and
forest land production. Percented obtained from the observation 51.574 % land on river stream
buffer not appropriate based on regulation Batu city while 48.426 % land use are appropriate.

Keywords : Identification, Landuse, Stream buffer of river


26
Widya Sari, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

PENDAHULUAN penampungannya. Menurut Peraturan


Pemerintah No. 38 tahun 2011 pasal 1
Lahan merupakan bagian dari bentang alam tentang sungai, sempadan sungai adalah
(landscape) yang mencakup pengertian garis maya di kiri dan kanan palung sungai
lingkungan fisik termasuk iklim, yang ditetapkan sebagai batas perlindungan
topografi/relief, tanah, hidrologi, dan sungai. Pemanfaatan lahan di sempadan
bahkan keadaan vegetasi alami (natural sungai disebabkan oleh keinginan
vegetation) yang semuanya secara potensial penduduk untuk mendekati sumber air bagi
akan berpengaruh terhadap pemanfaatan kegiatan mereka sehari-hari yang lama
lahan (FAO, 1976). kelamaan meningkat dan berkembang
Alih fungsi lahan merupakan salah satu menjadi kawasan yang semestinya untuk
permasalahan tentang penggunaan lahan resapan air sungai.
saat ini. Alih fungsi lahan adalah perubahan Sempadan sungai Sumbergunung Kota
fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan Batu Malang merupakan salah satu objek
dari fungsinya semula (seperti yang yang di teliti untuk mengetahui tingkat
direncanakan) menjadi fungsi lain yang pemanfaatan lahan di daerah tersebut,
menjadi dampak negatif (masalah) terhadap dengan begitu hasil dari penelitian dapat
lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. digunakan sebagai pedoman dalam
Alih fungsi lahan disebabkan oleh penentuan pemanfaatan lahan yang
keperluan untuk memenuhi kebutuhan menguntungkan bagi manusia dan
penduduk yang makin bertambah mengkonservasinya untuk masa yang akan
jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan datang (Syartinilia, 2004)
mutu kehidupan yang lebih baik (Utomo et Perubahan pemanfaatan lahan di
al., 1992). sempadan sungai Sumbergunung Kota Batu
Menurut Kivell (1993), kualitas lahan didominasi oleh peningkatan kawasan
merupakan kendala fisik yang menjadi pemukiman yang memerlukan penanganan
hambatan besar dan membatasi aktivitas khusus dan merupakan kawasan yang
pembangunan. Keterbatasan kemampuan mempunyai nilai strategis serta penataan
lahan menunjukkan bahwa tidak semua ruangnya harus diprioritaskan. Selain itu,
upaya pemanfaatan lahan dapat didukung sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Batu
oleh lahan tersebut. Kemampuan lahan Nomor 7 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
untuk dapat mendukung upaya Ruang Wilayah Kota Batu ditetapkan fungsi
pemanfaatannya, akan sangat tergantung utama kawasan sebagai kawasan lindung
dari faktor-faktor fisik dasar yang terdapat budidaya hingga 20 (dua puluh) tahun
pada lahan tersebut, baik berupa mendatang.
lingkungan hidrologi, geomorfologi, geologi, Untuk merealisasikan penataan ruang
dan atmosfir (Anthony J. Catanese, 1992). sesuai fungsinya perlu dilakukan
Pertumbuhan jumlah penduduk yang identifikasi pemanfaatan lahan sempadan
semakin meningkat akan diikuti juga sungai Sumbergunung yaitu proses
dengan peningkatan kebutuhan lahan untuk penelusuran untuk mengetahui besarnya
mencukupi kepentingan hidup masing- pemanfaatan lahan di sempadan sungai
masing akibatnya banyaknya pemanfaatan Sumbergunung kota Batu dan mengetahui
lahan di daerah sempadan sungai. berapa persentase pemanfaatan lahan yang
Pertumbuhan pembangunan yang tidak sesuai di sempadan sungai
cepat pada beberapa kasus kurang Sumbergunung kota Batu.
terkendali, tidak sesuai dengan rencana tata
ruang, tidak serasi dengan lingkungan, dan BAHAN DAN METODE
tidak selaras dengan konsep pembangunan
berkelanjutan. Berkembangnya sempadan Wilayah Penelitian
sungai sebagai kawasan budidaya Kota Batu secara astronomis terletak di
membawa dampak menurunnya fungsi 112°17'10,90"-122°57'11" Bujur Timur dan
sempadan sungai yang berakibat pada 7°44'55,11"-8°26'35,45” Lintang Selatan. Kota
pengurangan kapasitas resapan air hujan Batu terletak dengan ketinggian ± 800 meter
yang berakibat luapan air hujan dari diatas permukaan laut dan berada di
27
Widya Sari, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

lingkungan gunung Panderman (2.010 m) persiapan, pengumpulan data, analisa dan


dan gunung Welirang atau Kemukus (3.1156 penyusunan laporan.
m). Kota Batu dibagi dalam tiga kecamatan
yaitu Bumiaji, Batu, dan Junrejo 4 kelurahan, Analisis Data
dan 19 desa, dengan jumlah penduduk Analisis data dilakukan menggunakan
168.155 jiwa (Dirjen Cipta Karya, 2002) Software Arcview GIS 3.3 dan Microsoft Excel.
Sungai Sumbergunung merupakan Luas sempadan sungai dapat diketahui
salah satu anak sungai Brantas orde satu dengan cara melakukan Buffering 10 meter
yang terletak di Kecamatan Bumiaji Kota dari kiri dan kanan badan sungai
Batu Malang. Sungai Sumbergunung menggunakan software Arcview pada Peta
terletak di tiga desa yaitu Sumbergondo, Sungai Sumbergunung sehingga didapatkan
Bulukerto, dan Sidomulyo yang memiliki luasan total sempadan sungai sebesar
luas masing- masing 1370.916 ha, 1006.437 25.598 Hektar atau 255,980 Meter Persegi.
ha, dan 257.609 ha. Sungai Sumbergunung Polygon setiap pemanfaatan lahan dibentuk
memiliki panjang 12791.941 meter yang berdasarkan garis pembatas dari Peta Tata
hulunya berada di desa sumbergondo dan Guna Lahan yang membatasi setiap
hilirnya di desa Sidomulyo. (Gambar 1) pemanfaatan lahan.
Polygon hasil survei dibentuk
berdasarkan titik-titik yang ditandai dengan
Global Positioning System (GPS) yang
dilakukan saat survei di Sungai
Sumbergunung secara langsung. Penandaan
titik- titik hanya dilakukan pada batas
pemanfaatan lahan yang berada pada
sempadan sungai 10 meter kemudian
diplotkan ke dalam Peta Kota Batu, dari
peta tersebut baru dapat dibentuk suatu
polygon
Luasan dari masing-masing polygon
diperoleh dari pemotongan Peta Tata guna
lahan. Hasil dari pemotongan tesebut
adalah polygon yang dilengkapi dengan
atribut luasannya. Luasan yang diperoleh
Gambar 1. Peta Batas Desa di Sekitar Sungai kemudian dihitung dan dikonversi dalam
Sumbergunung. bentuk Persentase.
Penelitian dilakukan dengan urutan
Peta sebagai berikut: (1) Identifikasi lebar
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini sempadan sungai berdasarkan Peraturan
adalah Peta Kota Batu (Bakosurtanal, 2003). Daerah Kota Batu No. 7 Tahun 2011, bahwa
Peta tersebut diolah untuk menghasilkan sungai Sumbergung merupakan sungai kecil
persentase pemanfaatan lahan sempadan yang memiliki lebar sempadan sepanjang 10
sungai di Kota Batu. meter; (2) Pengumpulan data dan peta Kota
Batu.; (3) Identifikasi pemanfaatan lahan di
Survei sempadan sungai Sumbergunung dengan
Penelitian ini menggunakan metode menggunakan Peta Tata Guna Lahan tahun
deskriptif yang menggambarkan suatu 2003; (4) Survey lapangan dengan
keadaan berdasarkan fakta di lapangan dan melakukan identifikasi macam-macam
tidak dilakukan perlakuan terhadap objek. pemanfaatan lahan di sempadan sungai
Pendekatan dengan survei dimaksudkan Sumbergungung; (5) Pengolahan data yang
untuk membandingkan kondisi di lapangan diperoleh kemudian dikonversikan kedalam
yang ditinjau berdasarkan jarak garis bentuk persentase.
sempadan sungai yang sudah ditentukan di
peraturan. Metode penelitian yang
digunakan meliputi beberapa tahapan, yaitu
28
Widya Sari, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Pemanfaatan Lahan


Berdasarkan survei yang telah dilakukan di
lapangan maka didapatkan beberapa tipe
penggunaan lahan di daerah sungai
Sumbergunung yaitu lahan pertanian.
Kawasan pertanian tanaman hortikultura
komoditas sayuran meliputi Desa
Sumbergondo. Kawasan pengembangan
pertanian tanaman hias, meliputi kawasan
pertanian tanaman hias di Desa Sidomulyo,
Desa Sumbergondo, dan Desa Bulukerto.
Untuk pusat kegiatan pengembangan
tanaman hias terdapat di Desa Sidomulyo
dan Desa Sumberejo. Gambar 2. Peta Tata Guna Lahan Tahun
Kawasan Perumahan dengan 2003 di sekitar Sungai Sumbergunung.
kepadatan sedang meliputi perumahan real
estate di wilayah Kota Batu terdapat di Desa Perbandingan Pola Pemanfaatan Lahan
Sidomulyo. Untuk kawasan pariwisata Tepi sungai menurut Maryono (2005)
sebagaimana dimaksud terdiri atas Wisata ditetapkan berdasarkan proses perubahan
alam pegunungan, Wisata buatan dan fisik morphologi, hidraulik, ekologi dan
Wisata budaya. Salah satu wisata buatan sosial/keamanan masyarakat oleh sebab itu
yaitu Taman Bunga dan Hotel yang berada sempadan sungai merupakan garis
di Desa Sidomulyo. perlindungan sungai guna mencegah
Kawasan hutan produksi tetap terdapat terjadinya kerusakan sungai akibat perilaku
di wilayah Desa Sumbergondo, dan Desa manusia. Peningkatan jumlah penduduk
Bulukerto. Pemanfaatan hutan pada hutan tiap tahunnya memacu pembangunan yang
produksi tetap yakni pemanfaatan jasa tidak berwawasan lingkungan yang
lingkungan, pemanfaatan kawasan usaha mengakibatkan semakin berkurangnya
budidaya tanaman pangan dibawah tegakan kawasan lindung dan digunakan sebagai
dan usaha budidaya atau penangkaran kawasan budidaya. Salah satu perubahan
satwa dan pemanfaatan hasil hutan kayu. pola pembangunan tersebut terjadi pada
Fungsi hutan yang ada di hulu sungai sempadan Sungai Sumbergunung
sumbergunung terbagi menjadi 2 yaitu, Pemanfaatan lahan untuk pertanian,
hutan lindung dan hutan produksi. Vegetasi pemukiman dan hutan produksi pada
yang mendominasi kawasan hutan lindung sempadan sungai Sumbergunung menurut
merupakan hasil suksesi alami. Sedangkan peta tata guna lahan tahun 2003 dan hasil
pada kawasan hutan produksi didominasi survei tahun 2014 (Tabel 1).
oleh tanaman pinus (Pinus sp). Tabel 1. Perbandingan Luas dan Persentase
Macam-macam klasifikasi dari lahan Kawasan
non-budidaya dikelompokkan menjadi tiga Peta Survei
yaitu lahan hutan alam, lahan semak (2003) (2014)
Lahan
Luas Luas
belukar dan sisanya berupa lahan kosong. %
(x1000 m2) (x1000 m2) %
Tipe penggunaan lahan semak belukar
1 85.65 33.46 69.53 27.16
merupakan kawasan kehutanan yang belum
dikerjakan/ ditanami, sehingga ditumbuhi 2 21.74 8.49 38.23 1.4
rumput-rumputan. Jenis penggunaan lahan 3 24.29 9.49 24.26 9.48
di daerah sungai Sumbergunung (Gambar 2) 4 124.30 48.56 123.96 48.43

Total 255.98 100 255.98 100


Keterangan: Lahan (1) pertanian; (2) pemukiman; (3) hutan
produksi; (4) non-budidaya, Peta : Peta Tata Guna Lahan
tahun 2003.
29
Widya Sari, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Tabel 1 menunjukkan persentase lahan


sempadan sungai dimanfaatkan sebagai
lahan pertanian mengalami penurunan
sebesar 6.30%, sedangkan lahan pemukiman
mengalami peningkatan sebesar 5.91%.
Lahan hutan produksi tidak mengalami
perubahandan 8.49% lainnya dimanfaatkan
sebagai lahan pemukiman. Macam – macam
klasifikasi dari lahan non-budidaya
dikelompokkan menjadi tiga yaitu lahan
hutan alam, lahan semak belukar dan
sisanya berupa lahan kosong. Lahan kosong
merupakan lahan yang telah memiliki dasar
kepemilikan dan dapat berupa lahan
terbangun maupun tidak terbangun yang
tidak dimanfaatkan secara optimal oleh
penguasa lahan (Trancik, 2001).
Persentase pemanfaatan lahan yang Gambar 3. Pemanfaatan Lahan Pertanian
tidak sesuai dengan Peraturan Daerah Kota dan Pemukiman di Sempadan Sungai
Batu Tahun 2011 dari hasil tersebut tidak Sumbergunung
mengalami perubahan. Hal ini menunjukan
Peraturan tersebut belum diterapkan secara Gambar 3 menunjukkan kawasan
maksimal sehingga masih banyak pemukiman (warna merah) dan kawasan
ketidaksesuaian pemanfaatan lahan di pertanian (warna hitam) di bagian hilir
sempadan sungai sumbergunung yang tidak sungai. Hal tersebut menunjukan terjadinya
seharusnya dilakukan. Pemanfaatan lahan alih fungsi lahan lahan sempadan sungai
yang melanggar Peraturan Daerah Kota menjadi kawasan budidaya. Perkembangan
Batu yaitu lahan yang dimanfaatkan sebagai aktifitas pemukiman di kota yang pesat
kawasan budidaya yang meliputi lahan tersebut diikuti pula oleh permintaan yang
pemukiman, lahan pertanian, lahan tinggi terhadap lahan (Sujarto,1990). Salah
pariwisata, lahan industri dan lahan hutan satu penyebab dari permasalahan tersebut
produksi. Pemanfaatan lahan sempadan yaitu peningkatan dari jumlah penduduk
sebagai lahan hutan produksi dalam setiap tahunnya.
pengelompokkannya termasuk dalam
kawasan budidaya namun pada KESIMPULAN
kenyataannya memiliki dampak positif
karena hutan produksi lebih memiliki Penelitian ini menghasilkan identifikasi
kapasitas menahan erosi lebih tinggi pemanfaatan lahan di sempadan Sungai
daripada tanaman berjenis rerumputan, Sumbergunung Kota Batu bahwa lahan
sedangkan untuk lahan pertanian dan lahan yang dimanfaatkan sebesar 51.57% sebagai
pemukiman dapat merugikan bagi sungai lahan pertanian sebesar 27.16%, lahan
karena dapat menghasilkan limbah yang pemukiman 14.94% dan lahan hutan
berdampak pada penurunan kualitas air. produksi 9.48%, sedangkan lahan yang tidak
Pertumbuhan kawasan permukiman yang dimanfaatkan sebesar 48.43% yang
semakin padat salah satu konsekuensinya merupakan lahan hutan alam, lahan semak
adalah jumlah konsumsi air bersih yang belukar dan lahan kosong.
juga bertambah, diikuti pula dengan jumlah
limbah cair yang dihasilkan juga bertambah DAFTAR PUSTAKA
(Yahya, 2012). Berikut ini adalah Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
pemanfaatan lahan pemukiman dengan Nasional (Baskosurtanal). 2003. Peta
pertanian secara visual dilihat (Gambar 3) Kota Batu.
30
Widya Sari, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Anthony J. Catanese. 1992. Perencanaan Kota.


Jakarta: Erlangga.
Dirjen Cipta Karya. 2002. Profil Kota Batu.
Dilihat tanggal 1 april 2014 pukul
23.14 WIB.
<ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/b
arat/jatim/batu.pdf>
FAO (Food and Agriculture Organization).
1976. A Framework for Land Evaluation.
FAO Soils Bulletin 32. Soil Resource
Development and Conservation
Service land and water Development
Division. Rome: Food and Agriculture
Organization of the United Nations.
Kivell, Phillip. 1993. Land and The City :
Pattern and Process of Urban Change.
London: Routledge
Maryono, A. 2005, Menangani Banjir,
Kekeringan dan Lingkungan. Gama
Press.
Pemerintah Daerah Kota Batu. 2011.
Peraturan Daerah No. 7. Rencana Tata
Ruang Tahun 2010 – 2030.
Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan
Pemerintah Nomor 38. 2011. Tentang
Sungai
Sujarto, Djoko. 1990. Perkembangan Kota Baru.
Staf Pengajar Jurusan Teknik
Planologi FTSP-ITB, Jurnal PWK No 3,
September 1993. Bandung .
Syartinilia. 2004. Penerapan Multi Criteria
Decision Making (Mcdm) Dan
Geographical Information System (GIS)
Pada Evaluasi Peruntukan Lahan.
Progam Studi Arsitektur Landskap
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Trancik, Roger. 1986. Finding Lost Space,
Theories of Urban Design,.Van Rostrand
Reinhold Company. New York.
Utomo Muhajir, et al .1992. Pembangunan dan
Pengendalian Alih Fungsi Lahan.
Universitas Lampung . Bandar
Lampung.
Yahya. 2012. Identifikasi Pencemaran
Lingkungan Akibat Pembuangan Limbah
Doomestik di Pemukiman Kumuh di
Sekitar Kanal Kota Makassar. Jurusan
Arsitektur Fakultas Teknik.
Universitas Hasanuddin. Makassar.

Anda mungkin juga menyukai