Anda di halaman 1dari 7

Anggota Kelompok 2:

1. Nurin Shabrina (151910613003)


2. Nurus Sufiyah Salam (151910613014)
3. Isni Rahma Hidayanti (151910613061)
4. Alan Teguh Setiawan S (151910613064)
5. Adhila Vanesha Indrianti (151910613076)
6. Avita Nur Azizah (151910613080)
7. Rezky Nandito (151910613083)
8. Taris Iklil Nabillah (151910613084)
9. Ivanda Kumala Sari (151910613087)
10. Metha Adriaana Wibowo (151910613101)
11. Natasyah Eka Putri (151910613111)

Tugas : Resume
Mata Kuliah : Akuntansi Sektor Publik
Kelas : DB

AKUNTANSI KEUANGAN NEGARA/DAERAH

1. PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH


a. Pengertian dari keuangan negara dan daerah
Keuangan negara merupakan segala objek yang dimiliki atau dikuasai
negara atau Pemerintah pusat yang berkaitan dengan keuangan negara. Pengelolaan
keuangan negara ini mencakup segala kegiatan yang terkait dengan pengelolaan
objek, mulai dari proses perumusan kebijakan, proses pengambilan keputusan,
hingga mengenai pertanggungjawaban. Sementara pengertian pengelolaan keuangan
daerah sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
adalah setiap kewajiban dan hak yang dimiliki oleh daerah, yang dapat dinilai dengan
uang atau pun segala sesuatu berupa materi atau barang yang dapat dimiliki oleh
daerah sehubungan dengan pelaksanaan kewajiban dan hak tersebut.

b. Pengertian pengelolaan keuangan negara dan daerah


Pengelolaan keuangan negara dan daerah adalah kegiatan secara
keseluruhan yang meliputi beberapa tahap dalam prosesnya, meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pertanggungjawaban, pelaporan hingga
perihal pengawasan keuangan negara atau pun daerah. Berdasarkan UU No. 25 tahun
2004, UU No. 32 tahun 2004, dan UU No. 17 Tahun 2003, rencana pembangunan
yang harus dibuat berkaitan dengan tata kelola keuangan negara dan daerah, di
antaranya Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Renstra SKPD
(Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah), Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD), hingga Renja SKPD (Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah).
c. Kuasa yang dimiliki atas pengelolaan keuangan negara dan daerah
Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara dipegang oleh kepala
pemerintahan, yang dalam hari ini adalah presiden. Kekuasaan ini selanjutnya
dikuasakan pada beberapa pihak, seperti pengelola fiskal yang dalam hal ini
dikuasakan pada Menteri Keuangan, kuasa kepada pimpinan lembaga terkait dengan
penggunaan anggaran untuk kebutuhan kementerian atau lembaga yang dipimpin,
hingga kuasa untuk mengelola keuangan daerahnya sendiri yang diserahkan pada
gubernur, bupati atau pun walikota.

d. Penyusunan hingga Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan
perencanaan keuangan tahunan pemerintah yang telah mendapat persetujuan oleh
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Adapun struktur pelaporan atau pengelolaan
APBN meliputi pelaporan terkait belanja negara dan laporan pembiayaan yang
meliputi pembiayaan dalam negeri dan pembiayaan luar negeri, yang masing-masing
terbagi atas beberapa poin penting seperti pembiayaan perbankan, surat utang
Negara, hingga penarikan dan pembayaran cicilan pokok hutang luar negeri.
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berfungsi sebagai
pedoman bagi manajemen negara dalam melakukan perencanaan kegiatan di tahun
tersebut.

e. Penyusunan hingga penetapan anggaran pendapatan dan belanja daerah


Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), merupakan bagian
dari perencanaan tahunan pemerintah daerah yang disepakati dan disetujui bersama
oleh DPRD dan Pemerintah Daerah yang selanjutnya ditetapkan dengan peraturan
daerah. Adapun untuk struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
ini terdiri atas pendapat daerah, yang didapat dari pendapatan asli daerah (PAD),
dana perimbangan dan pendapatan asli daerah lainnya; belanja daerah yang terbagi
atas belanja langsung dan belanja tidak langsung, hingga pos pembiayaan daerah.
pembiayaan daerah ini merupakan penghasilan yang perlu dibayar kembali, atau
pengeluaran yang banyak berkaitan dengan kekayaan daerah yang dipakai untuk
menutupi adanya defisit pemasukan daerah atau pun penggunaan surplus untuk
pembiayaan.

2. SISTEM PENERIMAAN DAN PEMBAYARAN


1. SISTEM PENERIMAAN
1. Pihak-pihak terkait dalam penerimaan negara antara lain adalah Wajib Pajak,
Wajib Bayar, Petugas/Juru Pungut, Bendahara Penerimaan/Pengeluaran, KPA,
Bank/Pos Persepsi, KPPN, KPP, KPBC, dan DJA.
2. 2. Pihak-pihak yang terkait penatausahaan Penerimaan Negara wajib melakukan
pengelolaan dokumen-dokumen yang terkait dengan penyetoran Penerimaan
Negara.
3. Beberapa cara penyetoran penerimaan Negara oleh Wajib Pajak/Wajib Bayar:
a. Wajib Pajak – Bendahara Pengeluaran – Kas Negara
b. Wajib Pajak – Kas Negara
c. Wajib Bayar – Petugas Pungut – Bendahara Penerimaan – Kas Negara
d. Wajib Bayar – Bendahara Penerimaan – Kas Negara
e. Wajib Bayar – Kas Negara
4. Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor melakukan penyetoran Penerimaan Negara
ke Bank/Pos Persepsi secara elektronik menggunakan kode billing. Dalam hal
Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor belum dapat melakukan penyetoran
menggunakan kode billing, penyetoran Penerimaan Negara menggunakan surat
setoran sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No.
99/PMK.06/2006 tentang Modul Penerimaan Negara beserta perubahannya.
5. Penerimaan negara yang disetor oleh Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib
Setor/Bendahara Penerimaan diakui pada saat masuk ke Rekening Kas Negara
dan mendapatkan NTPN dan NTB/NTP/NPP.

2. SISTEM PENGELUARAN
1. Pembayaran tagihan kepada Negara dilakukan dengan memilih dari dua metode
yaitu Pembayaran Langsung (LS) dan Mekanisme Uang Persediaan (UP).
2. Pengeluaran Negara harus didukung oleh dokumen-dokumen yang dapat
mendukung kelengkapan dan keabsahan pengeluaran.
3. Pengeluaran Negara melibatkan beberapa pihak di antaranya pegawai, penyedia
barang/jasa, PPK, PPSPM, bendahara Pengeluaran/BPP, KPA, KPPN, Bank
Operasional, dan Pos Pengeluaran.
4. Penerima hak mengajukan tagihan kepada negara atas komitmen berdasarkan
bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran. Atas dasar tagihan, PPK
melakukan pengujian. Pelaksanaan pembayaran tagihan, dilakukan dengan
Pembayaran LS kepada penyedia barang/jasa atau melalui Bendahara
Pengeluaran.
5. Koreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D hanya dapat dilakukan sepanjang tidak
mengakibatkan perubahan jumlah uang pada SPP, SPM dan SP2D, sisa pagu
anggaran pada DIPA/POK menjadi minus, atau perubahan kode Bagian
Anggaran, eselon I, dan Satker.
6. Sehubungan dengan diterapkan Treasury Notional Pooling (TNP) maka
pembukaan rekening bendahara pengeluaran dilakukan pada bank umum yang
terhubung dengan sistem TNP. Penyelenggaraan rekening yang terintegrasi dalam
sistem TNP ini akan mendukung pengelolaan kas Negara yang efektif dan efisien.

3. PENGAWASAN, PEMERIKSAAN, PERTANGGUNGJAWABAN


1. PENGAWASAN
Pada era reformasi ini berbagai peraturan perundang-undangan terkait
dengan reformasi di bidang pengelolaan keuangan negara dan otonomi daerah
juga berimplikasi terhadap sistem  pengawasan atas pengelolaan keuangan negara.
Misalnya dalam penjelasan UU No. 15 Tahun 2004 yang antara lain dinyatakan
bahwa untuk mewujudkan perencanaan yang komprehensif, BPK dapat
memanfaatkan hasil pekerjaan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Hal
ini memperlihatkan strategisnya peran pengawasan sistem pengelolaan keuangan
negara. 

Selain itu, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008


tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), APIP juga berfungsi
untuk memperkuat dan menunjang efektivitas SPIP, sehingga dalam hal ini APIP
dapat melakukan pengawasan intern melalui: 

1. Audit, adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang


dilakukan secara independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar
audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi,
dan keandalan informasi  pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
Audit internal terbagi atas dua jenis, yaitu: 
a) Audit kinerja, merupakan audit atas pengelolaan keuangan negara dan
pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang menilai aspek
kehematan, efisiensi, dan efektivitas.

1. Audit kinerja atas pengelolaan keuangan negara antara lain,


2. Audit atas penyusunan dan pelaksanaan anggaran;
3. Audit atas penerimaan, penyaluran, dan penggunaan dana; dan

b) Audit dengan tujuan tertentu, mencakup audit yang tidak termasuk


dalam audit kinerja, antara lain audit investigatif, audit atas
penyelenggaraan SPIP, dan audit atas hal-hal lain di  bidang keuangan.
2. Review, adalah penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk
memastikan bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan, standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan. Berkaitan
dengan penyusunan laporan keuangan pemerintah, APIP berfungsi untuk
melakukan reviu laporan keuangan pemerintah baik Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP), Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga
(LKKL) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) sebelum
diserahkan kepada BPK untuk diperiksa. 
3. Evaluasi, adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau prestasi suatu
kegiatan dengan standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan, dan
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan
suatu kegiatan dalam mencapai tujuan. 

4. Pemantauan, adalah proses penilaian kemajuan suatu program atau kegiatan


dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 

5. Kegiatan pengawasan lainnya, antara lain berupa sosialisasi mengenai


pengawasan,  pendidikan dan pelatihan pengawasan, pembimbingan dan
konsultansi, pengelolaan hasil pengawasan, dan pemaparan hasil pengawasan.
Kegiatan audit, reviu, evaluasi, dan pemantauan merupakan kegiatan yang
berkaitan langsung dengan penjaminan kualitas (qualityassurance)
penyelenggaraan fungsi  pemerintah. 

Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) terdiri atas: 

1) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). BPKP melakukan


pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan
tertentu yang meliputi: 
 Kegiatan yang bersifat lintas sektoral atau merupakan kegiatan yang
dalam  pelaksanaannya melibatkan dua atau lebih kementerian negara/
lembaga atau  pemerintah daerah yang pengawasannya tidak dapat
dilakukan oleh APIP lainnya karena keterbatasan kewenangannya.  
 Kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara; dan 
 Kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden. 
2) Inspektorat Jenderal atau nama lain pada tingkat kementerian negara/ lembaga
yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern; Inspektorat Jenderal
melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka 
penyelenggaraan tugas dan fungsi kementerian negara/ lembaga yang didanai
dengan APBN
3) Inspektorat Provinsi; Inspektorat Provinsi melakukan pengawasan terhadap
seluruh kegiatan dalam rangka  penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja
perangkat daerah provinsi yang didanai dengan APBD Provinsi. 
4) Inspektorat Kabupaten/Kota. Inspektorat Kabupaten/Kota melakukan
pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka  penyelenggaraan tugas
dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang didanai dengan APBD
kabupaten/kota. APIP sering juga disebut auditor internal dan
bertanggungjawab terhadap pemerintah, yang mana BPKP bertanggungjawab
terhadap Presiden, Inspektorat Jenderal bertanggungjawab terhadap
Menteri/Ketua Lembaga, Inspektorat Provinsi bertanggungjawab terhadap
Gubernur dan Inspektorat Kabupaten/Kota bertanggungjawab terhadap
Bupati/Walikota. 

Hasil pengawasan yang dilakukan harus dilaporkan dan diserahkan kepada


pimpinan masing-masing. Namun, walaupun demikian, dalam pelaksanaan tugas
pengawasan, APIP harus independen, obyektif, menaati kode etik dan sesuai
dengan standar audit/pengawasan. Selain pengawasan yang dilakukan oleh APIP,
sesuai dengan fungsi DPR/DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat,
pengawasan juga dapat dilakukan oleh DPR/DPRD. 

Namun,  pengawasan keuangan negara/daerah yang dilakukan oleh


DPR/DPRD memiliki nilai yang sangat strategis, khususnya dalam menjamin
terlaksananya kebijakan keuangan negara/daerah secara ekonomis, efisien, efektif,
transparan, dan akuntabel, seperti melaksanakan pengawasan terhadap
pelaksanaan Undang-Undang, Peraturan Pemerintah dan peraturan perundang-
undangan lainnya, baik yang berkaitan dengan APBN/APBD serta kebijakan
Pemerintah lainnya dalam melaksanakan program pembangunan. 

2. PEMERIKSAAN
Dalam pola hubungan antara Pemerintah sebagai agen dan DPR sebagal
wakil dari prinsipal terdapat ketidakseimbangan pemilikan informasi. Lembaga
perwakilan tidak mempunyai informasi secara penuh apakah laporan
pertanggungjawaban atas pengeolaan keuangan daerah dari eksekutif telah
mencerminkan kondisi yang sesungguhnya, apakah telah sesuai semua peraturan
perundang-undangan, menerapkan sistem pengendalian intern secara memadai,
dan pengungkapan secara paripurna.
Oleh karena itu, diperlukan pihak yang kompeten dan independen untuk
menguji laporan pertanggungjawaban tersebut. Lembaga yang berwenang untuk
melakukan pemeriksaan atas laporan pertanggungjawaban tersebut adalah Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Ketentuan tentang pemeriksaan oleh BPK diatur
dalam UU No. 15/2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan
Keuangan Negara. Sedangkan, ketentuan tentang Badan Pemeriksa Keuanga
sebagai institusi pemeriksa diatur dalam UU 15/2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan. Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD RI tahun 1945,
pemeriksaan yang menjadi tugas BPK meliputi pemeriksaan atas pengelolaan
keuangan dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara. Pemeriksaan
tersebut mencakup seluruh unsur keuangan negara, Oleh karena itu kepada BPK
diberikan kewenangan untuk melakukan 3 (tiga) jenis pemeriksaan, yaitu:
1) Pemeriksaan keuangan.
2) Pemeriksaan kinerja.
3) Pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

1) Pemeriksaan Keuangan
Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan
pemerintah. Pemeriksaan ini dilakukan dalam rangka pemberian opini atas
kewajaran penyajian laporan keuangan. Hasil pemeriksaan keuangan oleh
BPK akan menghasilkan opini yang merupakan pernyataan professional
pemeriksa mengenai kewajaran infomasi keuangan yang disajikan. Kriteria
untuk pemberian opini adalah sebagai berikut:
 Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
 Kecukupan pengungkapan.
 Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
 Efektivitas sistem pengendalian intern.

Penilaian atas empat hal di atas akan menentukan suatu opini. Ada empat
macam opini yang diberikan pemeriksa, yaitu:

a. Wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion).


b. Wajar dengan pengecualian (qualified opinion).
c. Tidak wajar (adversed opinion).
d. Pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of opinion).

*Opini wajar tanpa pengecualian diberikan jika pos-pos laporan keuangan


tidak mengandung salah saji material dan laporan keuangan secara
keseluruhan disajikan secara wajar.

*Opini wajar dengan pengecualian jika terdapat pos-pos tertentu dalam


laporan keuangan mengandung salah saji secara material namun secara
keseluruhan tidak mengganggu kewajaran laporan keuangan.

*Opini tidak wajar diberikan jika pos-pos laporan keuangan mengandung


salah saji material sehingga laporan keuangan secara keseluruhan tidak
wajar.

*Opini disclaimer diberikan jika pemeriksa tidak dapat memperoleh


keyakinan atas kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan.

2) Pemeriksaan Kinerja
Pemeriksaan kinerja sering juga disebut value for money audit.
Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi,
serta pemerikaaan atas objektivitas. Pemeriksaan ini lazim dilakukon oleh
aparat pengawasan intern untuk kepentingan jajaran manajemen. Namun
demikian, UUD RI tahun 1945 juga mengamanatkan kepada BPK untuk
melakukan pemeriksaan kinerja, terutama untuk mengidentifikasi area-
area yang potensial untuk peningkatan kinerja yang menjadi perhatian
lembaga penwakilan.
Hasil pemeriksaan kinerja adalah temuan, kesimpulan, dan
rekomendasi. Pemeriksaan kinerja antara lain dilakukan dengan
melakukan evaluasi atas efisensi pelaksanaan kegiatan serta efektivtas
suatu program, pemeriksaan kinerja tidak dapat dilepaskan dari hierarki
kriteria dan indikator kinerja. Adapun bagi pemerintah. pemeriksaan
kinerja ini dimaksudkan untuk mengarahkan agar sumber daya yang
tersedia dimanfaatkan secara efisien dan efektif untuk pelayanan kepada
masyarakat.

3) Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu


Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang dilakukan
dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja.
Yang termasuk dalam pemeriksaan ini adalah pemeriksaan pemeriksaan atas
hal-hal lain yang bersifat keuangan, pemeriksaan atas sistem pengendalian
intern, dan pemeriksaan investigatif.
Hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah kesimpulan. Dalam hal
pemeriksaan investigatif, apabila ditemukan adanya indikasi tindak pidana
atau tindakan yang membawa dampak pada kerugian negara, BPK segera
melaporkannya kepada instansi yang bersangkutan.

3. PERTANGGUNGJAWABAN
Bentuk pertanggungjawaban keuangan negara dijelaskan secara rinci pada
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah. Khususnya pada pasal 2, dinyatakan bahwa dalam
rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD, setiap Entitas Pelaporan
wajib menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja.
Ketentuan ini tentunya memberikan kejelasan atas hirarki penyusunan laporan
keuangan pemerintah dan keberadaan pihak-pihak yang bertanggung-jawab
didalamnya, serta menjelaskan pentingnya laporan kinerja sebagai tambahan
informasi dalam pertanggungjawaban keuangan negara.
Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan
transparan, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 mengamanatkan
Pemerintah Daerah wajib menyampaikan pertanggungjawaban berupa:
1) Laporan Realisasi Anggaran.
2) Neraca.
3) Laporan Arus Kas.
4) Catatan atas Laporan Keuangan. 

Selambat-lambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir (Bulan Juni


tahun berjalan). Laporan keuangan dimaksud disusun sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan. Sebelum dilaporkan kepada masyarakat melalui DPRD,
laporan keuangan perlu diperiksa terlebih dahulu oleh BPK.

Anda mungkin juga menyukai