Tugas : Resume
Mata Kuliah : Akuntansi Sektor Publik
Kelas : DB
2. SISTEM PENGELUARAN
1. Pembayaran tagihan kepada Negara dilakukan dengan memilih dari dua metode
yaitu Pembayaran Langsung (LS) dan Mekanisme Uang Persediaan (UP).
2. Pengeluaran Negara harus didukung oleh dokumen-dokumen yang dapat
mendukung kelengkapan dan keabsahan pengeluaran.
3. Pengeluaran Negara melibatkan beberapa pihak di antaranya pegawai, penyedia
barang/jasa, PPK, PPSPM, bendahara Pengeluaran/BPP, KPA, KPPN, Bank
Operasional, dan Pos Pengeluaran.
4. Penerima hak mengajukan tagihan kepada negara atas komitmen berdasarkan
bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran. Atas dasar tagihan, PPK
melakukan pengujian. Pelaksanaan pembayaran tagihan, dilakukan dengan
Pembayaran LS kepada penyedia barang/jasa atau melalui Bendahara
Pengeluaran.
5. Koreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D hanya dapat dilakukan sepanjang tidak
mengakibatkan perubahan jumlah uang pada SPP, SPM dan SP2D, sisa pagu
anggaran pada DIPA/POK menjadi minus, atau perubahan kode Bagian
Anggaran, eselon I, dan Satker.
6. Sehubungan dengan diterapkan Treasury Notional Pooling (TNP) maka
pembukaan rekening bendahara pengeluaran dilakukan pada bank umum yang
terhubung dengan sistem TNP. Penyelenggaraan rekening yang terintegrasi dalam
sistem TNP ini akan mendukung pengelolaan kas Negara yang efektif dan efisien.
2. PEMERIKSAAN
Dalam pola hubungan antara Pemerintah sebagai agen dan DPR sebagal
wakil dari prinsipal terdapat ketidakseimbangan pemilikan informasi. Lembaga
perwakilan tidak mempunyai informasi secara penuh apakah laporan
pertanggungjawaban atas pengeolaan keuangan daerah dari eksekutif telah
mencerminkan kondisi yang sesungguhnya, apakah telah sesuai semua peraturan
perundang-undangan, menerapkan sistem pengendalian intern secara memadai,
dan pengungkapan secara paripurna.
Oleh karena itu, diperlukan pihak yang kompeten dan independen untuk
menguji laporan pertanggungjawaban tersebut. Lembaga yang berwenang untuk
melakukan pemeriksaan atas laporan pertanggungjawaban tersebut adalah Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Ketentuan tentang pemeriksaan oleh BPK diatur
dalam UU No. 15/2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan
Keuangan Negara. Sedangkan, ketentuan tentang Badan Pemeriksa Keuanga
sebagai institusi pemeriksa diatur dalam UU 15/2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan. Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD RI tahun 1945,
pemeriksaan yang menjadi tugas BPK meliputi pemeriksaan atas pengelolaan
keuangan dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara. Pemeriksaan
tersebut mencakup seluruh unsur keuangan negara, Oleh karena itu kepada BPK
diberikan kewenangan untuk melakukan 3 (tiga) jenis pemeriksaan, yaitu:
1) Pemeriksaan keuangan.
2) Pemeriksaan kinerja.
3) Pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
1) Pemeriksaan Keuangan
Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan
pemerintah. Pemeriksaan ini dilakukan dalam rangka pemberian opini atas
kewajaran penyajian laporan keuangan. Hasil pemeriksaan keuangan oleh
BPK akan menghasilkan opini yang merupakan pernyataan professional
pemeriksa mengenai kewajaran infomasi keuangan yang disajikan. Kriteria
untuk pemberian opini adalah sebagai berikut:
Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Kecukupan pengungkapan.
Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
Efektivitas sistem pengendalian intern.
Penilaian atas empat hal di atas akan menentukan suatu opini. Ada empat
macam opini yang diberikan pemeriksa, yaitu:
2) Pemeriksaan Kinerja
Pemeriksaan kinerja sering juga disebut value for money audit.
Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi,
serta pemerikaaan atas objektivitas. Pemeriksaan ini lazim dilakukon oleh
aparat pengawasan intern untuk kepentingan jajaran manajemen. Namun
demikian, UUD RI tahun 1945 juga mengamanatkan kepada BPK untuk
melakukan pemeriksaan kinerja, terutama untuk mengidentifikasi area-
area yang potensial untuk peningkatan kinerja yang menjadi perhatian
lembaga penwakilan.
Hasil pemeriksaan kinerja adalah temuan, kesimpulan, dan
rekomendasi. Pemeriksaan kinerja antara lain dilakukan dengan
melakukan evaluasi atas efisensi pelaksanaan kegiatan serta efektivtas
suatu program, pemeriksaan kinerja tidak dapat dilepaskan dari hierarki
kriteria dan indikator kinerja. Adapun bagi pemerintah. pemeriksaan
kinerja ini dimaksudkan untuk mengarahkan agar sumber daya yang
tersedia dimanfaatkan secara efisien dan efektif untuk pelayanan kepada
masyarakat.
3. PERTANGGUNGJAWABAN
Bentuk pertanggungjawaban keuangan negara dijelaskan secara rinci pada
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah. Khususnya pada pasal 2, dinyatakan bahwa dalam
rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD, setiap Entitas Pelaporan
wajib menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja.
Ketentuan ini tentunya memberikan kejelasan atas hirarki penyusunan laporan
keuangan pemerintah dan keberadaan pihak-pihak yang bertanggung-jawab
didalamnya, serta menjelaskan pentingnya laporan kinerja sebagai tambahan
informasi dalam pertanggungjawaban keuangan negara.
Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan
transparan, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 mengamanatkan
Pemerintah Daerah wajib menyampaikan pertanggungjawaban berupa:
1) Laporan Realisasi Anggaran.
2) Neraca.
3) Laporan Arus Kas.
4) Catatan atas Laporan Keuangan.