Garuda 1437906
Garuda 1437906
Abstrak
Salah satu hal yang mempengaruhi keberhasilan dan kelancaran suatu proyek konstruksi adalah pekerja atau
tukang pada proyek konstruksi itu sendiri. Tukang yang diharapkan adalah tukang yang berpengetahuan dan
terampil. Penyelenggaraan sertifikasi tukang diharapkan dapat menjadikan tukang yang lebih berkualitas
dibandingkan tukang yang belum menjalani proses sertifikasi. Namun tukang yang memiliki sertifikat
keterampilan masih tergolong sedikit, tetapi bukan berarti kurangnya keahlian dan keterampilan mereka karena
bisa saja disebabkan karena proses sertifikasi yang rumit atau terkendala dalam biaya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengukur dan mengetahui tingkat pengetahuan dan keterampilan tukang kayu dan tukang batu non-
sertifikasi berdasarkan SKKNI serta faktor terbesar apakah yang menyebabkan tukang tidak mengikuti uji
sertifkasi tukang. Penelitian dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner kepada 30 tukang kayu dan 30
tukang batu di 4 proyek perumahan di Wilayah Medan, yaitu Villa Wisata, Johor Riverside, Givency One, dan
Karya Kasih Mansion. Hasil survey menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan keterampilan tukang kayu
dan tukang batu tergolong baik dan faktor terbesar yang menyebabkan tukang tidak mengikuti uji sertifikasi
adalah ketidaktahuan tukang mengenai uji sertifikasi tukang.
Kata Kunci : pengetahuan, keterampilan, tukang kayu konstruksi, tukang batu, non-sertifikasi, SKKNI
Abstract
One of the things that affect the success and smoothness of a construction project is the worker or builder on the
construction project itself. The expected workman is a knowledgeable and skilled handyman. Implementation of
certification of the artisans is expected to make the carers more qualified than the workers who have not
undergone the certification process. However, skilled workers are still relatively small, but that does not mean
their lack of skills and skills because it may be due to a complicated or constrained certification process in cost.
This study aims to measure and know the level of knowledge and skills of non-certified carpenters and masons
based on SKKNI as well as the biggest factor that causes the builders not to follow the certification test. The
research was conducted by distributing questionnaires to 30 carpenters and 30 masons in 4 residential projects in
Medan, namely Villa Wisata, Johor Riverside, Givency One, and Karya Kasih Mansion. The survey results
show that the level of knowledge and skills of the carpenters and masons is quite good and the biggest factor
that causes the builders not to follow the certification test is the unknowledge of the workers regarding the
certification test.
Keywords: knowledge, skill, carpenter construction, stone mason worker, non-certification, SKKNI
1. Pendahuluan
Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan suatu proyek karena pengaruhnya
yang cukup besar terhadap waktu dan biaya penyelesaian suatu proyek. Seiring berkembangnya kemajuan
teknologi yang digunakan dalam usaha jasa konstruksi, dibutuhkan tenaga kerja yang terampil dan
berpengetahuan. Umumnya pembagian jenis tukang dilapangan dibagi atas 3 jenis yaitu tukang kayu, tukang
batu,dan tukang besi. Masing-masing tukang ini diberikan tugas yang berbeda sesuai dengan bidang yang
dikuasainya. Tukang yang terampil dan berpengetahuan memiliki standar kualifikasi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Kualifikasi keterampilan dan pengetahuan pekerja digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan
uraian pekerjaan di proyek sesuai dengan pekerjaannya masing-masing.
Menurut data dari situs Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi Sumatera Utara (LPJKP),
jumlah tukang yang memiliki sertifikat keterampilan (SKTK) jumlahnya masih tergolong sedikit. Hal ini bisa
saja disebabkan karena kemungkinan proses sertifikasi yang rumit atau kendala biaya dalam proses sertifikasi
tersebut. Tukang yang belum memiliki sertifikasi keterampilan belum tentu dikarenakan kurangnya keahlian dan
keterampilan mereka dalam pekerjaannya, namun bisa saja disebabkan oleh hal-hal seperti yang telah
disebutkan.
2. Tinjauan Pustaka
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) merupakan standar kualifikasi pengetahuan dan
keterampilan pekerja konstruksi yang diatur oleh pemerintah melalui Kementrian Pekerjaan Umum. SKKNI
mengatur standar kualifikasi pengetahuan dan keterampilan pekerja konstruksi untuk menciptakan pekerja yang
terampil dan berpengetahuan. Pekerja yang sudah memahami dan menerapkan SKKNI adalah pekerja yang
memiliki keterampilan dan pengetahuan yang sudah tersertifikasi oleh pemerintah.
Angket atau Kuisioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis
untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Angket merupakan kumpulan pertanyaan-pertanyaan yang
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden mengenai suatu masalah yang ingin
diketahui tanpa merasa khawatir bila responden memberi jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam
pengisian daftar pertanyaan.
Analisis deskriptif kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang ada dengan menggunakan
angka-angka untuk mencandarkan karakteristik individu atau kelompok. Analisis ini menilai sifat dari kondisi-
kondisi yang tampak. Tujuan dalam penelitian deskriptif kuantitatif dibatasi untuk menggambarkan karakteristik
sesuatu sebagaimana adanya. Adapun ciri-ciri penelitian deskriptif kuantitatif sebagai berikut :
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang digunakan dalam penelitian ini adalah
SKKNI Tukang kayu konstruksi tahun 2015 dan SKKNI Tukang pasang batu/bata tahun 2016.
Pengolahan data menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) dengan terlebih
dahulu melakukan uji validitas dan uji reabilitas untuk menguji instrumen penelitian, selanjutnya dilakukan
penilaian dengan mengukur hasil persentase pemahaman tukang kayu dan tukang batu berdasarkan SKKNI serta
penerapan SKKNI oleh tukang kayu dan tukang batu. Pengetahuan dan keterampilan tergolong baik apabila
hasil persentase pemahaman dan penerapan SKKNI oleh tukang tersebut >50%.
Dari tabel 4.31 didapat total tukang kayu yang merasa paham (%sangat paham + %paham) sebesar 81.43%.
Sedangkan total tukang kayu yang merasa tidak paham (%kurang paham + %tidak paham) sebesar 18.56%
Dari tabel 4.33 didapat total tukang kayu yang telah menerapkan SKKNI (%sangat diterapkan+
%diterapkan) sebanyak 78.56% sedangkan total tukang kayu yang belum menerapkan SKKNI (%kurang
diterapkan + %tidak diterapkan) sebanyak 21.42%.
Dari tabel 4.32 dapat dilihat total tukang batu yang paham SKKNI (%sangat paham+ %paham) sebesar
85.63%, sedangkan total tukang batu yang tidak paham (%kurang paham+%tidak paham) sebanyak 85.63%
Dari tabel 4.34 didapat total tukang batu yang telah menerapkan SKKNI (%sangat diterapkan+%diterapkan)
sebanyak 78.75%. Sedangkan total tukang batu yang merasa belum menerapkan SKKNI (%kurang diterapkan
+%tidak diterapkan) sebanyak 21.24%.
Dari hasil pnegumpulan data kuisioner yang dibagikan kepada 30 orang tukang kayu dan 30 orang
tukang batu non-sertifikasi didapat beberapa faktor yang menyebabkan tukang tidak mengikuti uji sertifkasi
tukang. Faktor terbesar tukang tidak mengikuti uji sertifikasi tukang adalah ketidaktahuan tukang mengenai
uji sertifikasi tukang. (Gambar 4.2)
Tidak Mengetahui
13%
Gambar 4.2 Faktor penyebab tukang tidak mengikuti uji seritifikasi tukang
Pengetahuan tukang kayu pada usia 55-64 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan pengetahuan tukang
kayu pada kategori usia lainnya (Gambar 4.3)
Tukang kayu
Pengetahuan
95.71%
78.57% 78.03% 80.43%
Usia
25-34 Tahun 35-44 Tahun 45-54 Tahun 55-64 Tahun
Begitu juga dengan tukang batu, pengetahuan tertinggi ada pada ketegori usia tukang batu 55-64 tahun. (Gambar
4.4)
Tukang Batu
87.50% 85.43% 87.50% 93.75%
62.50%
Pengetahuan
Usia
1-24 Tahun 25-34 35-44 45-54 55-64
Tahun Tahun Tahun Tahun
Pengalaman kerja berpengaruh terhadap pengetahuan tukang. Pengetahuan tertinggi ada pada tukang
kayu dengan pengalaman kerja 21-30 tahun. Itu mrnunjukkan bahwa semakin lama pengalaman kerja tukang
semakin tinggi pengetahuannya. (Gambar 4.5 dan Gambar 4.6)
Tukang Kayu
83.87% 91.22%
77.14%
64.29%
Pengetahuan
Tukang Batu
90.75% 93.75%
81.61%
62.50%
Pengetahuan
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Persentase tingkat pemahaman SKKNI oleh tukang kayu non-sertifikasi sebesar 81.43% dan persentase
tingkat penerapan SKKNI oleh tukang kayu sebesar 78.56%. Pengetahuan dan keterampilan tukang kayu
non-sertifikasi tergolong baik karena persentase pemahaman dan penerapan SKKNI > 50%.
2. Persentase tingkat pemahaman SKKNI oleh tukang batu sebesar 85.63% dan persentase tingkat
penerapan SKKNI oleh tukang batu sebesar 78.75%. Tingkat pengetahuan dan keterampilan tukang
batu non-sertifikasi tergolong baik karena persentase pemahaman dan penerapan SKKNI > 50%
3. Faktor terbesar penyebab ketidakikutsertaan tukang dalam uji sertifikasi adalah ketidaktahuan tukang
mengenai uji sertifikasi tukang. Ini menunjukkan bahwa kurangnya sosialiasi atau pengarahan tentang uji
sertifikasi tukang yang diadakan oleh pemerintah.
4. Usia berpengaruh terhadap pengetahuan tukang. Kategori usia yang memiliki pengetahuan tertinggi ada
pada kategori usia Tukang 55-64 Tahun.
5. Pengalaman kerja berpengaruh terhadap pengetahuan tukang, semakin lama pengalaman kerja tukang
tersebut, semakin tinggi pula pengetahuannya.
6. Saran
1. Perlunya dilakukan sosialisasi uji sertifikasi yang diadakan oleh pemerintah.
2. Perlunya memberikan pelatihan pengetahuan dan keterampilan kepada tukang yang ada dilapangan
secara berkala.
3. Sebagai masukan kepada LPJK dan kontraktor agar lebih memperhatikan pengetahuan dan kualitas
pekerjaan pekerja dengan acuan standar kompetensi tukang berdasarkan SKKNI.
7. Daftar Pustaka
Husen, Abrar. 2010. Manajemen Proyek: Perencanaan,Penjadwalan & Pengendalian Proyek.Yogyakarta:
Andi Yogyakarta
Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung
Situmorang, Syafrizal Helmi. Muslich Lutfi. 2014. Analisis Data Untuk Riset Manajemen dan Bisnis.
Medan: USU Press
Herjanto, E. 2007. Manajemen Operasi. Jakarta: Grasindo
Ervianto, W. 2005. Manajemen Proyek Konstruksi (Edisi Revisi). Yogyakarta : Andi
Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia. Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia :
Tukang Pasang Bata. 2016
Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia. Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia :
Tukang Kayu Konstruksi. 2015
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia. 2012
Undang-Undang Republik Indonesia No.2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi
Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan