Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KELOMPOK

MAKALAH MATA KULIAH


“KEMUHAMMADIYAHAN I”

“PROFILE DAN PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN”

DISUSUN OLEH :
1. Agus Ariyadin (20250095)-PAI
2. Amar Fatkhalloh ( 20250001P )-PAI
3. Deri septian s.r. (20250090)-PAI
4. Ice Mariana (20250102)-PAI
5. Kamal khoirul ahyar (20250092)-PAI
6. Linda Asmarita (20250067)-PAI
7. M. Jauhar Maksum (20250088)-PAI
8. Nujannah (20260028)- PIAUDI
9. Rindy Citra Andini (20420006)-KPI
10. Salsabila Widiyanto (20260004)-PIADI
11. Triyeni silvana (20420005)-KPI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO


TA.2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah, segela puji syukur bagi Allah SWT, yang selalu


memberikan kita rahmat, inayah, taufik, dan hidayahnya. Sehinnga kita dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan jelas dan mudah dipahami.
Harapan kita semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, pentunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pembahasan kita tentang
Profile dan Pemikiran Pendiri Pergerakan Muhammadiyah yaitu K.H. Ahmad
Dahlan.
Kita mengakui bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang kita miliki masih kurang. Oleh karena itu pembaca sangat
mengharapkan kritik yang membangun demi perbaikan bagi kami di masa yang
akan datang.
Metro, Oktober 2020
Penulis,

2
BAB I
PENDAHULUAN

Islam sebagai agama yang menggerakkan tentunya akan menggerakkan


seluruh pemeluknya jika para pemeluknya memahami konten nilai-nilai yang
diajarkan di dalamnya. Keingintahuan dalam mempelajari Islam tentunya harus
ditanamkan dan ditumbuhsuburkan dalam jiwa setiap para pemeluknya. Di
manapun ia (ilmu) berada, maka setiap umat islam harus mengambilnya, sehingga
baginda Nabi Muhammad SAW memberikan motivasi kepada ktia agar mencari
ilmu di mana saja meskipun ke negeri China. Bahkan kewajiban mencari ilmu itu
beliau wajibkan dengan sabdanya “ Mencari ilmu itu adalah kewajiban bagi
setiap muslim “ ( HR. Thabrani).

Dengan demikian mencari ilmu dengan tujuan mengimplementasikan


nilai-nilai luhur Islam agar terejawantahkan dalam kehidupan adalah menjadi
wajib hukumnya karena Allah SWT sendiri menjanjikan akan mengangkat derajat
orang-orang yang beriman dan yang mencari ilmu sebagaimana dalam surat Al
Mujadilah ayat 11.

Kemuliaan Islam dapat dipelajari dari Al Quran dan hadits Nabi SAW,
para sahabat, tabiin, tabiut tabiin dan seterusnya hingga kepada para ulama
salafussholih. Eksistensi Islam di Indonesia yang tersebar luas ke seluruh pelosok
nusantara, juga tidak dapat lepas dari peran seorang tokoh pergerakan Islam yang
membidani berdirinya organisasi sosial masyarakat keagamaan terbesar di
Indonesia Muhammadiyah, yaitu KH Ahmad Dahlan.

Dengan segala kecerdasan, kealiman dan keshalihannya, KH Ahmad


Dahlan mengajarkan nilai-nilai Islam dalam praktek yang nyata di tengah-tengah
masyarakat yang notabenenya saat itu adalah para penganut animisme dan
dinasmisme yang diperparah dengan penjajahan nagara Protestan Belanda yang
memberlakukan pelarangan belajar bagi rakyat jelata.

3
BAB II
PEMBAHASAN
I. PROFILE KH. AHMAD DAHLAN
A. Riwayat Singkat
Kiyai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang pahlawan nasional yang
merupakan pendiri muhammadiyah. K.H. Ahmad Dahlan. K.H. Ahmad Dahlan
dilahirkan di kampung kauman kota Yogjakarta pada tahun 1869 miladiyah dan
wafat di daerah kelahirannya pada tahun 1923 pada umur 54 tahun. Nama asli
Kiyai Haji Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis sebelum belajar di makkah.

KHA. Dahlan bersaudara sekandung dengan 5 orang wanita, semua


bersuami. Sulungnya kawin dengan K.H. Khatib Arum di Kauman. Kedua, kawin
dengan K.H. Muhsin dari Pasar Gede ( Kota Gede ) Yogjakarta. Ketiga, kawin
dengan K.H. Muhammad Saleh. Keempat KHA. Dahlan sendiri. Kelima, kawin
dengan K.H. Muhammad Faqih, Kauman Yogjakarta dan bungsu kawin dengan
K.H. Abdulrahman bin Abdullah, Pakualaman Yogjakarta.1

Nama Ayah K.H Ahmad Dahlan adalah K.H. Abu Bakar yg merupakan
seorang ulama dan khatib termuka di Masjid Besar Kesultanan Yogjakarta pada
masa itu, dan Nama Ibu K.H Ahmad Dahlan adalah siti aminah yang merupakan
puteri dari H.Ibrahim yang juga menjabat penghulu kesultanan yogjakarta
hadinigrat pada masa lalu.

Kiyai Ahmad Dahlan juga memiliki hubungan silsilah nasab dengan Nabi
SAW. Berikut ini silsilah nasab K.H Ahmad Dahlan :

• Nabi Muhammad SAW


• Fatimah Az-Zahra
• Al-Husain putera Ali bin Abu Tholib dan Fatimah Az-Zahra binti
Muhammad
• Al-Imam Sayyidina Hussain
• Sayyidina ‘Ali Zainal ‘Abidin bin
• Sayyidina Muhammad Al Baqir bin

1
H. M. Syoedja', Riwayat Hidup Kiyai Haji Ahmad Dahlan, in Cerita tentang Kiyai Haji
Ahmad dahlan, h. 12.

4
• Sayyidina Ja’far As-Sodiq bin
• Sayyid Al-Imam Ali Uradhi bin
• Sayyid Muhammad An-Naqib bin
• Sayyid ‘Isa Naqib Ar-Rumi bin
• Ahmad al-Muhajir bin
• Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillah bin
• Sayyid Alawi Awwal bin
• Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah bin
• Sayyid Alawi Ats-Tsani bin
• Sayyid Ali Kholi’ Qosim bin
• Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut)
• Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin
• Sayyid Amir ‘Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad, India) bin
• Sayyid Abdullah Al-’Azhomatu Khan bin
• Sayyid Ahmad Shah Jalal @ Ahmad Jalaludin Al-Khan bin
• Sayyid Syaikh Jumadil Qubro @ Jamaluddin Akbar Al-Khan bin
• Sayyid Maulana Malik Ibrahim Asmoroqandi / Syech Samsu Tamres
bin
• Adipati Andayaningrat / Kyai Ageng Penging Sepuh / Syarif
Muhammad Kebungsuan II
• Kyai Ageng Kebo Kanigoro bergelar Kyai Ageng Banyu Biru bergelar
Kyai Ageng Gribig I bergelar Sunan Geseng
• Ki Ageng Gribig II .
• Ki Ageng Gribig III / Kyai Getayu
• Ki Ageng Gribig IV
• Ki Demang Juru Sapisan
• Ki Demang Juru Kapindo
• Kyai Ilyas
• Kyai Murthada
• KH. Muhammad Sulaiman
• KH. Abu Bakar
• KH Ahmad Dahlan Pendiri PP Muhammadiyah.2
Pada usia 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekkah selama lima tahun.
Pada periode ini, ia mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu
Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridho, dan Ibnu Taimiyah.
Ketika pulang kembali ke Indonesia pada 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad
Dahlan.

2
N. Burhani, Muhammadiyah Studies, 18 maret 2016. [Online].Didapatkan :
http://muhammadiyahstudies.blogspot.com/2016/03/silsilah-nasab-kh-ahmad-dahlan-pendiri.html.
[Diakses 18 oktober 2020]

5
Pada 1903, ia kembali ke Mekkah. Ia menetap di sana selama dua tahun.
Saat itu, ia sempat berguru kepada Syekh Ahmad Khatib, yang juga guru dari
pendiri NU, K.H. Hasyim Asy'ari.
Sepulang dari Mekkah, ia menikahi Siti Walidah, anak Kiai Penghulu H.
Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang pendiri
Aisyiyah. Dari perkawinannya, K.H. Ahmad Dahlan mempunyai enam orang
anak, yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti
Zaharah. Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai
Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai
Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari
perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang
bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman
Yogyakarta.
Di samping aktif dalam menuangkan gagasan tentang gerakan dakwah
Muhammadiyah, ia juga dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup
berhasil. Ia termasuk orang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan
mempunyai gagasan-gagasan cemerlang. Oleh karena itu, ia dengan mudah
diterima dan dihormati di tengah kalangan masyarakat. Bahkan, ia dengan cepat
mendapatkan tempat di organisasi Jam'iyatul Khair, Budi Utomo, Syarikat Islam,
dan Komite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad saw.
Pada tahun 1909, K.H. Ahmad Dahlan bergabung dengan organisasi Budi
Utomo dan disana Ia mengajarkan agama dan pelajaran yang diperlukan anggota.
Pelajaran yang diberikan K.H. Ahmad Dahlan dirasa sangat berguna bagi para
anggota Budi Utomo, lalu mereka menyarankan agar Ahmad Dahlan membuka
sekolah yang ditata rapi serta didukung organisasi permanen.
Pada 18 November 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di Kauman,
Yogyakarta. Ia mendirikan Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita
pembaharuan Islam di bumi nusantara. Ia juga ingin mengadakan pembaharuan
dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan Islam. Ia ingin mengajak umat
Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan Alquran dan hadits.

6
Pada bidang pendidikan, Dahlan mengubah sistem pendidikan pesantren
pada masa itu. Ia mendirikan sekolah-sekolah agama yang juga mengajarkan
pelajaran umum dan juga bahasa belanda. Bahkan ada Sekolah Muhammadiyah
seperti H.I.S met de Qur’an. Ia memasukan pelajaran agama di sekolah umum
pula. Ahmad Dahlan terus mengembangkan dan membangun sekolah-sekolah.
Selain sekolah semasa hidupnya Ia juga mendirikan masjid, langgar, rumah sakit,
poliklinik, dan juga rumah yatim piatu.

Pada bidang organisasi, tahun 1918 Ia mendirikan organisasi Aisyiyah


untuk para kaum wanita. untuk para pemuda, Ahmad Dahlan membentuk
Padvinder atau Pandu (sekarang Pramuka) bernama Hizbul Wathan. Pada
organisasi tersebut para pemuda belajar baris-berbaris dengan genderang,
memakai celana pendek, bertopi, berdasi, untuk seragam yang mereka pakai mirip
dengan seragam pramuka sekarang.
Sejak awal, ia telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi
politik. Muhammadiyah adalah organisasi sosial dan bergerak di bidang
pendidikan. Gagasan  pendirian Muhammadiyah ini mendapatkan pertentangan,
baik dari keluarga maupun dari masyarakat. Berbagai fitnah, dan hasutan datang
bertubi-tubi kepada Ahmad Dahlan. Ia dituduh hendak mendirikan agama baru
yang menyalahi agama Islam. Bahkan, ada yang menuduhnya sebagai kiai palsu.
Namun, semua rintangan itu ia hadapi dengan sabar.
Pada 20 Desember 1912, ia mengajukan permohonan kepada pemerintah
Hindia Belanda untuk mendapatkan status badan hukum. Namun, permohonan itu
baru dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada 1914. Izin itu pun hanya
berlaku untuk daerah Yogyakarta.
Pemerintah Hindia Belanda merasa khawatir dengan perkembangan
organisasi ini. Itulah sebabnya kegiatan organisasi dibatasi oleh pemerintah
Hindia Belanda. Namun walaupun dibatasi, perkembangan Muhammadiyah di
daerah lain, seperti Srandakan, Wonosari, dan Imogiri berkembang cukup pesat.
Hal ini jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia Belanda. K.H.
Ahmad Dahlan kemudian mengusulkan agar cabang Muhammadiyah di luar

7
Yogyakarta menggunakan nama lain. Misalnya, Nurul Islam di Pekalongan, Al-
Munir di Ujung Pandang, dan perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah
(SATF) di Solo.
Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh K.H. Ahmad
Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota. Selain itu, juga melalui
rekanan-rekanan dagang Ahmad Dahlan. Gagasan ini ternyata mendapat sambutan
yang besar dari masyarakat Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah,
menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah pun makin
berkembang hampir di seluruh Indonesia.
Pada 7 Mei 1921, ia mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia
Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia.
Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada 2 September
1921. Atas jasa-jasanya, pemerintah RI menetapkan Ahmad Dahlan sebagai
Pahlawan Nasional. Pada 23 Februari 1923, pada usia 54 tahun K.H. Ahmad
Dahlan wafat di Yogyakarta. Kemudian beliau dimakamkan di kampung
Karangkajen, Brontokusuman, Mergangsan,Yogyakarta. Pada 27 Desember 1961,
berdasarkan SK Presiden RI No.657 Tahun 1961 atas jasanya negara memberi
beliau gelar kehormatan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional Indonesia.

II. PEMIKIRAN KH.AHMAD DAHLAN TENTANG ISLAM

Sebagai tokoh pergerakan Islam yang merupakan founding father dari


pergerakan Muhammadiyah tentunya KH. Ahmad Dahlan memiliki pemikiran
yang khas ( state of mind ) terkait Islam yang beliau pelajari dan beliau amalkan
sehingga sampai hari ini menjadi salah satu organisasi massa terbesar di Indonesia
yang mewarnai kancah pergerakan dakwah di Indonesia bahkan internasional.
Pemikiran khas yang dapat menggerakkan, merubah sebuah keadaan yang
dulunya dalam kejahiliyahan menuju cahaya terang agama Islam di Indonesia.
Sebagaimana Prof. Syahrin Harahap mengatakan, bahwa seorang tokoh selalu
memiliki corak dalam pemikirannya. Ada tiga corak yang paling mendasar dalam
pemikiran seorang tokoh yaitu, natural, tradisional dan rasional. Ahmad Dahlan

8
merupakan salah satu tokoh pembaharu Islam Indonesia, oleh sebab itu corak
pemikiran Ahmad Dahlan bisa mengarah kepada rasional ataupun tradisional.3
Tidak banyak naskah tertulis dan dokumen yang dapat dijadikan bahan
untuk mengkaji dan merumuskan pemikiran KH Ahmad Dahlan. Naskah agak
lengkap terdapat dalam penerbitan Hoofbestuur Taman Pustaka pada tahun 1923
sesaat setelah beliau wafat. Majlis Taman Pustaka menyatakan bahwa naskah di
atas sebagai buah pikiran KH Ahmad Dahlan. KH Ahmad Dahlan tidak
meninggalkan tulisan yang tersusun secara sistematis, maka tidak mudah untuk
melacak pemikirannya. Sehingga sebagian para pengamat berpendapat bahwa
pemikiran KH Ahmad Dahlan tidak dapat dipisahkan dari ide-ide pembaharuan
yang berkembang di Timur Tengah pada akhir abad ke-XIX, seperti pemikiran
Djamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridla. Akan tetapi,
tidak dapat disimpulkan bahwa pembaharuan yang dilakukannya itu sepenuhnya
dipengaruhi oleh pembaharu Timur Tengah, misalnya Muhammad Abduh, KH
Ahmad Dahlan dan pembaharu lainnya di Indonesia juga menggali lebih dalam
dari sumber-sumber lain, misalnya Ibn Taimiyah dan Ibn Qayyim. Mereka juga
menafsirkan sendiri Alquran dan Hadits sesuai konteks permasalahan yang
dihadapi di Indonesia.4
Oleh karena itu, lebih tepat dikatakan bahwa KH Ahmad Dahlan hanya
menyerap semangat pembaharuan para pembaharu Timur Tengah khususnya
Muhammad Abduh, dengan menggalakkan ijtihad, menghilangkan taqlid, dan
kembali kepada Alquran dan sunnah. Dilihat dari materi pendidikan agama dan
falsafah ajaran KH Ahmad Dahlan yang diajarkan kepada murid-muridnya, yang
terekam dalam tulisan K.R.H. Hadjid, ajaran KH Ahmad Dahlan dengan 17
kelompok ayat Alquran dan Falsafah ajaran KH Ahmad Dahlan, tidak banyak
memperdebatkan masalah teologi/ kalam klasik, bahkan secara eksplisit
dikemukakan ketidak senangannya mengungkit perdebatan antara aliran teologi.5

3
Syahrin Harahap, dalam Tesis Maria Ulfa Siregar, Pemikiran Teologis Badiuzzaman
Said Nursi, h. 116
4
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam Indonesia 1900-1942, LP3S, Jakarta, 1982, h. 317
5
Arbiyan Lubis, Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh, Bulan Bintang,
Jakarta, 1993, h. 187.

9
Pemikiran KH Ahmad Dahlan tentang Islam tentunya tidal lepas dari latar
belakang berdirinya yaitu ingin menjawab tantangan kemiskinan struktural
masyarakat muslim orban penindasan sistem Tanam Paksa yang berlangsung 93
tahun ( 1245 – 1338 M / 1830 – 1919 M). Target aktivitas Muhammadiyah
awalnya adalah anak-anak yatim piatu. 6
Berikut adalah pemikiran KH Ahmad Ahmad Dahlan yang akan dibahas
dalam makalah ini ;
1. Iman/Akidah/Teologi
Dalam hal keimanan yang berkaitan dengan Tuhan dan Alquran, KH
Ahmad Dahlan lebih menggunakan corak pemikiran tradisional, dimana
segala sesuatu yang berkaitan dengan ketauhidan KH Ahmad Dahlan
selalu mengunakan ayat Alquran sebagai tolak ukurnya. Terlihat dari
responnya terhadap permasalah teologi, beliau cenderung mengabaikan
hal-hal yang mengajak kepada perdebatan. Seperti halnya aliran-aliran
kalam, yang berkembang saat itu. Sebagaimana yang diketahui bahwa
dalam masalah teologi KH Ahmad Dahlan lebih merujuk kepada kitab-
kitab ilmu kalam dari buku Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, yang
mengandung pemikiran filosofis.7
Oleh karenanya, implementasi gerakan KH Ahmad Dahlan adalah
melakukan upaya-upaya purifikasi atau pemurnian akidah di segala
bidang kehidupan.

Pemurnian ajaran Islam yang dilakukan oleh Muhammadiyah, yang


dipelopori KH Ahmad Dahlan, datang dengan membawa spirit
pembaharuan, semangat pemurnian ajaran Islam ke tengah masyarakat
yang terbiasa dengan praktek-praktek takhayyul, bid’ah, dan khurafat.
Ketidakmurnian ajaran Islam yang dipahami oleh sebagian umat Islam
Indonesia pada waktu itu, sebagai bentuk adaptasi tidak tuntas antara
ajaran Islam dan tradisi lokal nusantara yang bermuatan faham

6
Mansur Surya Negara, Api Sejarah Jilid. I, CV. Tria Pratama, Cet.I, 2014, h. 438
7
Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah, Bumi
Aksara, 1990, h. 7.

10
animisme dan dinamisme. Sehingga dalam prakteknya umat Islam
Indonesia memperlihatkan hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-
prinsip ajaran Islam, terutama yang berhubungan dengan prinsip akidah
islam yang menolak segala bentuk kemusyrikan, taklid, bid’ah, dan
khurafat.8

Selain itu Pembaharuan di bidang akidah dan ibadah. Ini dimaksudkan


untuk memurnikan ajaran Islam (purifikasi) dari unsur-unsur asing dan
kembali kepada ajaran yang murni dan utuh, sehingga iman menjadi suci

karena terus diperbaharui. Pembaruan dalam bidang aqidah dan ibadah


ini

sering diidentifikasi sebagai kecenderungan salafiyah. Kecenderungan


ini

merupakan respon terhadap perkembangan praktik dan keyakinan ritual


dan spiritual umat Islam. Gerakan ini bukan merupakan respon untuk
menjawab komplesitas tuntutan modern, tetapi mengembalikan praktik
keagamaan sesuai dengan praktik kehidupan Nabi Muhammad SAW.9

2. Islam dan Ibadah

Islam adalah agama yang sempurna, tidak kurang tidak lebih. Islam juga
sesuai dengan fitrah manusia. Islam memiliki konsep mendasar untuk
menyelesaikan semua problem kehidupan manusia. Karena Islam adalah
jalan lurus (shiratal mustaqim) yang diberikan Allah SWT kepada
manusia agar menjadi jalan ( way of life ) dan sistem hidupnya
(manhajul hayah ). Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya :

8
M. Febriansyah dkk, Muhammadiyah 100 Tahun Menyinari Nusantara, Majlis Pustaka
dan Informasi PP Muhammadiyah, tt, h. 11
9
Agus Miswanto, S.Ag, Sejarah Islam dan Kemuhammadiyahan, Pusat Pembinaan Dan
Pengembangan Studi Islam UM Malang, 2012, h. 36

11
‫ت لَ ُك ُم اْ ِإل ْس اَل َم‬
ُ ‫ض ْي‬ ََ ْ َ ْ ُ ‫ْت لَ ُك ْم ِد ْينُ ُك ْم َوأَتْ َم ْم‬
ِ ‫ت َعلَْي ُكم نِ ْعمتِي ور‬ ُ ‫وم أَ ْك َمل‬
َ َ‫… اَلْي‬
...‫ِد ْينًا‬
Artinya :
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam
itu jadi agama bagimu.( QS. Al Maidah : 3 )

Demikian pula Nabi SAW telah mewanti-wanti umatnya dengan sabdanya


:

ِ ‫ضلُّوا اَب َد كِتَاب‬


‫اهلل َو ُسنَّتِى‬ ِ ِ ِ ُ ‫َتر ْك‬
َ َ ْ َ‫س ْكتُ ْم بِ ِه َما لَ ْن ت‬
َ ‫ت ف ْي ُك ْم اَ ْم َريْ ِن َما ا ْن تَ َم‬ َ
Artinya : Ku tinggalkan kepadamu (umat Islam) dua pusaka abadi,
apabila kamu berpegang kepadanya nescaya kamu tidak akan
sesat ,iaitu Kitab Allah (Al Quran) dan Sunnahku.( HR.Bukhori)
Hal tersebut juga ditegaskan oleh Hasan Al Banna :

” Islam adalah sistem yang menyeluruh, yang menyentuh seluruh segi


kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dari umat, akhlak
dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang,
ilmu dan peradilan, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan
jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana juga ia adalah
aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih.”10

Menurut beliau, Islam tidak akan tegak kecuali diperjuangkan dengan


berorganisasi (berjamaah). Demikian pula memperjuangankan
kemerdekaan bangsa Indonesia dari imperialisme Belanda, harus disertai
dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan kecerdasan melalui lembaga
pendidikan. Akhirnya, beliau memberikan nasihat dan arahan kepada
masyarakat untuk beramal, berorganisasi, dan berpegang teguh pada
prinsip “senantiasa mempertanggungjawabkan tindakan kepada Allah
SWT”. 11

Hasan Al-Banna, Risalah Ta’alim, Era Intermedia, Jakarta, 2006, hal. 10


10

Hery Sucipto, KH Ahmad Dahlan Sang Pencerah, Pendidik dan Pendiri


11

Muhammadiyah, Media Utama, 2010, h. 62

12
Oleh karenanya, beliau sangat menekankan kepada bukti nyata atau
implementasi dari ajaran-ajaran Islam. Karena Islam tidak hanya untuk
diketehui, dimengerti namun harus dipraktekkan dalam kehidupan
sehari-hari sehingga benar-benar konkrit dapat menjawab kebutuhan
masyarakat. Di awal-awal dakwahnya, beliau sangat konsen pada
pemeliharaan anak yatim, menyantuni para fakir miskin dan pendidikan
tata cara sholat yang merupakan implementasi dari surat Al Ma’un :

َ ُّ ُ َ ‫َ َ َ ْ َ َّ ُ َ ّ ُ ّ َ َٰ َ َّ َ ُ ُّ ْ َ َ َ اَل‬
‫ض َعل ٰى‬ ‫ٱلد ِين فذ ِلك ٱل ِذى يدع ٱلي ِتيم و يح‬
ِ ‫أرءيت ٱل ِذى يك ِذب ِب‬
‫مْل‬ َ
‫ط َع ِام ٱ ِ ْس ِك ِين‬

Artinya : “ Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah


orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi
makan orang miskin ….”12

KH Ahmad Dahlan selalu merujuk kepada hukum Syariah Islam dalam


memecahkan sebuah permasalahan yaitu kembali kepada Alquran dan
sunnah Rasul, selain itu beliau juga mengunakan metode tarjih, dalam
menyelesaikan permasalah, tarjih ini merupakan hukum yang
berkembang di Muhammadiyah setelah merujuk kepada Alquran dan
sunnah, mengapa penulis mengatakan bahwa KH Ahmad Dahlan juga
mengunakan metode tarjih, karena biasanya ajaran atau aturan yang
digunakan oleh sebuah organisasi, tidak jauh dari hasil yang digunakan
pendirinya terdahulu, disamping itu hukum syariah itu mengatur
hubungan manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan manusia (
Hablum minallah wa hablumminannas). Dengan kata lain, dalam
membicarakan Islam atau hukum syari‘ah KH Ahmad Dahlan terlihat
mengunakan dua corak pemikiran yaitu rasional dan tradisional.
Terlihat dari cara Ahmad Dahlan mengunakan Alquran dan sunnah
sebagai sumber hukum, dan tanpa mengabaikan akal.
12
QS. Al Ma’un : 1 - 3

13
3. Ikhsan/Akhlak/Etika
Berbicara mengenai Ihsan, selalu dikaitkan dengan tasawuf, Salah satu
ajaran yang dapat mendekatkan diri manusia kepada Tuhan, adala
tasawuf. Sebagai salah satu disiplin keagamaan, tasawuf merupakan
bidang yang oleh sementara kalangan dianggap sebagai disiplin yang
ada pada wilayah yang berbeda dengan ilmu pengetahuan pada
umumnya.13

Warisan intelektual KH Ahmad Dahlan yang sempat dicatat oleh murid


termudanya, KRH Hadjid, bahwa selain mempunyai sifat dzakak atau
cerdas akalnya, KH Ahmad Dahlan juga memiliki semacam maziyah
atau keistimewaan dalam dimensi tasawuf. Keistimewaan itu berupa
khauf atau rasa takut terhadap berita besar. Hal itu tampak dari tutur
katanya, pelajaran yang beliau berikan, nasihatnasihat dan tausiyah-
tausiyahnya yang termuat di dalam Tujuh Falsafah Ajaran Dan Tujuh
Belas Kelompok Ayat Alquran”.
Walaupun di Nusantara lebih banyak yang menganut tasawuf falsafi,
lain halnya dengan KH Ahmad Dahlan, beliau lebih kepada tasawuf
amali, dilihat dari amalan-amalan kesehariannya. Dimana KH Ahmad
Dahlan tidak hanya berbicara mengenai teori tasawuf saja tetapi beliau
lebih kepada pengamalannya. Sebagaimana yang pernah ia contohkan
kepada murid-muridnya dalam menolong sesama, Ahmad Dahlan
pernah mengajak murid-muridnya untuk turun kejalanan lalu mencari
anak-anak yang terlantar, singkat cerita Ahmad Dahlan menyuruh para
muridnya untuk memandikan dan memakaikan pakaian yang bersih
kepada anak tersebut.
Disamping itu cara berdakwahnya juga sesuai dengan cara berdakwah
yang dilakukan Rasulullah semasa hidupnya. Walaupun demikian
13
Hasyim Muhammad, Dialog Antara Tasawuf dan Psikologi, Telaah Atas
Pemikiran Psikologi Humanistik Abraham Maslow, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2002, h. 1.

14
Ahmad Dahlan bukanlah seseorang yang bergabung didalam suatu
wadah sufisme yang disebut dengan tarekat. Ahmad Dahlan lebih
kepada amalan-amalannya saja, dalam hal tasawuf Ahmad Dahlan lebih
banyak merujuk kepada kitab-kitab Imam Al-Ghazali, dan Muhammad
Abduh dan Ibn Taimiyah.14

4. Pendidikan

Salah satu yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah adalah


kondisi pendidikan yang rendah di kalangan masyarakat akibat
imperialisme negara Protestan Belanda. Bangsa penjajah ini membuat
rakyat bangsa ini benar-benar bodoh, meskipun mereka juga
melancarkan 3 program Irigasi, transmigrasi dan edukasi. Namun,
untuk edukasi, program ini hanyalah kedok semata karena tidak semua
orang bisa menikmati pendidikan. Yang bisa menikmatinya adalah
orang-orang tertentu dari kalangan ajengan.

Bagi Muhammadiyah, pendidikan mempunyai arti penting, karena


melalui bidang inilah pemahaman tentang ajaran Islam dapat diwariskan

dan ditanamkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. KH. Ahmad


Dahlan menginginkan bahwa cita-cita pendidikan Islam adalah untuk
membentuk manusia Muslim yang baik budi, alim dalam agama, luas
dalam pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan serta bersedia
berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.15 Dan di awal-awal pendirian
Muhammadiyah, beliau menyatakan bahwa Muhammadiyah adalah
gerakan sosial pendidikan.16

KH Ahmad Dahlan adalah tipe man of action, artinya orang yang lebih
mengutamakan praktek daripada teori.17 Maka dari itu, ide pendidikan
yang digagas Ahmad Dahlan adalah menyelamatkan umat Islam dari

14
Abdul Munir Mulkhan, Op.Cit, h. 7
15
Agus Miswanto, Op.Cit, h. 59
16
Mansur Suryanegara, Op.Cit., h. 444
17
Dwi Puspa Khoirunnisa, Pemikiran Pendidikan KH Ahmad Dahlan, Skripsi, 2017, h.60

15
cara berfikir yang bersifat statis menuju pemikiran yang bersifat
dinamis, kreatif dan inovatif. Satu-satunya jalan mencapai tujuan
tersebut adalah melalui pendidikan dan pengelolaan pendidikan Islam
secara modern dan profesional, sehingga pendidikan yang dilaksanakan
mampu memenuhi peserta didik untuk menghadapi dinamika pada
zamannya.18

Menurut Ahmad Dahlan, tujuan pendidikan Islam diarahkan pada usaha


untuk membentuk manusia yang beriman, berakhlak, memahami ajaran
agama Islam, memiliki pengetahuan yang luas dan kapasitas intelektual
yang dapat diperlukan di dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai
tujuan tersebut, KH Ahmad Dahlan berpendapat bahwa pendidikan
Islam harus dibarengi dengan integrasi ilmu dan amal, integrasi ilmu
pengetahuan umum maupun agama, kebabasan berpikir dan
pembentukan karakter, agar peserta didik dapat berkembang secara
intelektualitas dan spritualitas
Dengan modernisasi ini, Muhammadiyah telah meningkatkan harkat dan
martabat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang modern. Sebab model-
model tradisional yang pernah menjadi bagian kehidupan bangsa ini,
perlahan-lahan berubah.

Modernisasi Muhammadiyah sebenarnya yang paling terang dapat


dilihat dari model-model pendidikan yang dikembangkan
Muhammadiyah sejak awalnya. Model pendidikan Muhammadiyah,
sebenarnya merupakan model pendidikan ala Barat Kristen yang
diadopsi untuk kemudian disesuaikan dengan kondisi masyarakat
Indonesia. Modernisasi Muhammadiyah juga terlihat dalam bentuk
pembangunan rumah sakit dan panti asuhan, yang merupakan
karakteristik pelayanan sosial yang dilakukan oleh Barat Kristen dalam
melakukan pelayanan gerejawi.19

18
Ibid., h.60
19
M. Febriansyah dkk, Op.Cit, h. 16

16
5. Politik
KH Ahmad Dahlan juga memahami bahwa Islam tidak dapat ditegakkan
kecuali dengan kepemimpinan dalam suatu bangsa. Muhammadiyah
sebagai komponen bangsa senantiasa mengutamakan kepentingan dan
kemajuan bangsa di atas segalanya. Oleh karena itu, Muhammadiyah
tidak pernah egois mementingkan dirinya sendiri. Muhammadiyah
sejalan dengan Khittah dan Kepribadiannya menegaskan sikap untuk
konsisten dalam beramar ma’ruf dan nahi munkar. Muhammadiyah
senantiasa bekerjasama dengan pemerintah dan seluruh komponen
bangsa secara cerdas dan mengedepankan nasib bangsa.20

KH. A. Dahlan, menghadirkan gerakan Islam pembaru ini untuk


membebaskan umat dan bangsa dari belenggu kejumudan,
keterbelakangan, dan penjajahan. Kemudian dalam situasi paling
krusial, pada sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
tanggal 18 Agustus 1945, Muhammadiyah melalui tokoh puncaknya Ki
Bagus Hadikusuma, telah memberikan solusi sangat menentukan di
tengah ancaman perpecehan dan keretakan anak bangsa yang baru satu
hari merdeka. Dengan penghayatan atas jiwa Piagam Jakarta, Ki Bagus
rela berkorban demi keutuhan dan persatuan bangsa, yang menentukan
eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di belakang hari
hikmah dari peran Ki Bagus Hadikusuma itu telah mewakili
pengorbanan terbesar umat Islam, yang oleh Menteri Agama Republik
Indonesia, Alamsjah Ratu Perwiranegara, disebut sebagai hadiah
terbesar umat Islam untuk bangsa dan negara Indonesia.

Pemikiran KH Ahmad Dahlan tentang politik dituangkan dalam butiran


khittah Muhammadiyah, diantaranya :

1. Muhamadiyah meyakini bahwa politik dalam kehidupan bangsa dan


negara merupakan salah satu aspek dari ajaran Islam dan urusan

20
Agus Miswanto, Op.Cit, h. 188

17
keduniawian yang harus selalu dimotivasi, dijiwai dan dibingkai oleh
nilai-nilai luhur agama dan moral yang utama.
2. Muhamadiyah meyakini bahwa negara dan usaha-usaha membangun
kehidupan berbangsa dan bernegara baik melalui perjuangan politik
maupun melalui pengembangan masyarakatnya.
3. Muhamadiyah memilih perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara melalui usaha-usaha pembinaan atau pemberdayaan
masyarakat guna terwujudnya masyarakat madani (sivil society) yang
kuat sebagai mana tujuan Muhamadiyah untuk mewujudkan
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
4. Muhamadiyah mendorong secara kritis atas perjuangan politik yang
bersifat praktis atau berorientasi pada kekuasaan (real politics) untuk
dijalankan oleh partai-partai politik dan lembaga formal kenegaraan
dengan sebaik-baiknya, menuju terciptanya sistem politik yang
demokratis dan berkeadaban sesuai dengan cita-cita luhur bangsa dan
negara.
5. Muhamadiyah senantiasa memainkan peranan politiknya sebagai
wujud dari dakwah amar ma’ruf nahi munkar dengan jalan
mempengaruhi proses dan kebijakan negara agar tetap berjalan sesuai
dengan konstitusi dan cita-cita luhur bangsa
6. Muhamadiyah tetap tidak berafilasi dan tidak mempunyai hubungan
organisatoris dengan kekuatan politik manapun. Muhamadiyah
senantiasa mengembangkan sikap positif dalam memandang
perjuangan politik dan menjalankan fungsi kritik sesuai dengan prinsip
amar ma’ruf nahi munkar demi tegaknya sistem politik kenegaraan
yang demokratis dan berkeadaban.
7. Muhamadiyah memberikan kebebasan kepada setiap anggota
persyarikatan untuk menggunakan hak pilihnya dalam kehidupan
politik sesuai hati nurani masing-masing.
8. Muhamadiyah meminta kepada segenap anggota yang aktif dalam
politik untuk benar-benar melaksanakan tugas dan kegiatan politik

18
secara sungguh-sungguh dengan mengedepankan tanggung jawab
(amanah) akhlak mulia, keteladanan dan perdamaian.
9. Muhamadiyah senantiasa bekerja sama dengan pihak atau golongan
manapun berdasarkan prinsip kebijakan dan kemaslahatan dan
bertujuan untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara
kearah yang lebih baik, maju, demokratis dan berkeadaban.

Dengan demikian sejatinya Muhamadiyah dalam mendudukan domain


dakwah dan politik ataupun relasi antar keduanya memiliki pijakan
yang tepat dan jelas terbaca dalam Sirah Nabawiyah tentang
bagaimana Rosulullah SAW bersikap terhadap berbagai tawaran
masyarakat Quraisy termasuk diantaranya beliau diminta secara
aklamasi untuk menjadi pemimpin bangsa Arab. Tawaran politik
tersebut disikapi dengan sangat cerdas bahkan dengan

bahasa yang puitis, intinya bahwa Rosulullah SAW menolak tawaran


politis bergengsi masyarakat Quraisy dan lebih memilih untuk terus
berdakwah secara cultural ditengah-tengah masyarakat Makkah yang
kemudian kita kenal sebagai gerakan dakwah sirriyah dan jahriyah.

6. Keorganisasian
Dalam merealisasikan nilai-nilai Islam di tengah-tengah masyarakat,
tentunya membutuhkan wadah yang dapat menggerakkan semua lini.
Oleh karenanya, setelah berdiskusi panjang, KH Ahmad Dahlan
akhirnya membentuk Muhammadiyah sebagai wadah gerakan. Lalu
tersebarlah dengan cepat cabang-cabangnya. Tak lama setelah itu
organisasi Aisyiyah juga terbentuk sebagai wadah gerakan bagi kaum
wanita.
Organisasi-organisasi otonom Muhammadiyah juga didirikan seiring
berjalannya waktu sebagai jalan melengkapi gerakan keagamaan agar
lebih masih massif.

19
BAB III
PENUTUP

K.H. Ahmad Dahlan lahir di Kauman (Yogyakarta) pada tahun 1868 dan


meninggal pada tanggal 23 Pebruari 1923. Pada 18 November 1912, ia
mendirikan Muhammadiyah di Kauman, Yogyakarta. Ia mendirikan
Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi
nusantara. Ia juga ingin mengadakan pembaharuan dalam cara berpikir dan
beramal menurut tuntunan Islam. Ia ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk
kembali hidup menurut tuntunan Alquran dan hadits.
Pemikiran KH Ahmad Dahlan sangat luas mencakup pendidikan, politik,
sosial, keorganisasian, akidah, akhlak, ibadah dan lainnya yang merupakan
manifestasi dari keilmuwan beliau. Beliau memahami bahwa ilmu harus
diimplementasikan ke tengah-tengah masyarakat. Demikian pula dengan Islam,
yang bukan sekedar agama yang berisi nilai-nilaia doktrinitas yang membuat
manusia berhayal, namun agama adalah ajaran yang menggerakan manusia dalam
beramal. Dengan demikian islam nyata dirasakan kehadirannya sebagai satu-
satunya solusi bagi semua permasalahan manusia.

20
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah,


Bumi Aksara, 1990

Agus Miswanto, S.Ag, Sejarah Islam dan Kemuhammadiyahan, Pusat Pembinaan


Dan Pengembangan Studi Islam UM Malang, 2012

Arbiyan Lubis, Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh, Bulan


Bintang, Jakarta, 1993

Deliar Noer, Gerakan Modern Islam Indonesia 1900-1942, LP3S, Jakarta, 1982

Dwi Puspa Khoirunnisa, Pemikiran Pendidikan KH Ahmad Dahlan, Skripsi, 2017

H. M. Syoedja', Riwayat Hidup Kiyai Haji Ahmad Dahlan, in Cerita tentang


Kiyai Haji Ahmad dahlan, tt

Hasan Al-Banna, Risalah Ta’alim, Era Intermedia, Jakarta, 2006

Hasyim Muhammad, Dialog Antara Tasawuf dan Psikologi, Telaah Atas


Pemikiran Psikologi Humanistik Abraham Maslow, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2002

Hery Sucipto, KH Ahmad Dahlan Sang Pencerah, Pendidik dan Pendiri


Muhammadiyah, Media Utama, 2010

M. Febriansyah dkk, Muhammadiyah 100 Tahun Menyinari Nusantara, Majlis


Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah, tt

Mansur Surya Negara, Api Sejarah Jilid. I, CV. Tria Pratama, Cet.I, 2014

Syahrin Harahap, dalam Tesis Maria Ulfa Siregar, Pemikiran Teologis


Badiuzzaman Said Nursi, tt

N. Burhani, Muhammadiyah Studies, 18 maret 2016. [Online].Didapatkan :


http://muhammadiyahstudies.blogspot.com/2016/03/silsilah-nasab-kh-
ahmad-dahlan-pendiri.html. [Diakses 18 oktober 2020]

21

Anda mungkin juga menyukai