Anda di halaman 1dari 4

KODE ETIK APOTEKER

DISUSUN OLEH :

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

MATA KULIAH UU FARMASI DAN ETIKA

TA. 2021
KODE ETIK APOTEKER
Bahwasannya seorang Apoteker di dalam menjalankan tugasnya kewajibannya serta dalam
mengamalkan keahliannya harus senantiasa mengharapkan bimbingan dan keridhaan Tuhan
Yang Maha Esa.

Apoteker di dalam pengabdiannya kepada nusa dan bangsa serta di dalam mengamalkan
keahliannya selalu berpengangan teguh kepada sumpah/janji Apoteker.

Menyadari akan hal tersebut Apoteker di dalam pengabdian profesinya beerpedoman pada
saru ikatan moral yaitu:

Bab I (KEWAJIBAN UMUM) :

1. Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan Sumpah


Apoteker dan melandasi kegiatan dengan keridhaan Tuhan Yang Maha Esa seperti
yang tertera dalam UU NO 5 TAHUN 1999 tentang LARANGAN PRAKTEK
MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN
RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA .
2. Setiap Apoteker berusaha dengan sungguh sungguh menghayati dan mengamalkan
Kode Etik Apoteker Indonesia.
3. Setiap apoteker harus selalu menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker
Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip
kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
4. Setiap apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan
pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.
5. Seorang apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
6. Seorang apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada
khususnya.

Bab II (KEWAJIBAN TERHADAP PASIEN) :

1. Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian, seorang apoteker harus mengutamakan


kepentingan masyarakat dan menghormati hak azasi penderita dan melindungi
makhluk hidup. Seperti yang telah tertera pada UU NO 8 TAHUN 1999 tentang
PERLINDUNGAN KONSUMEN yang tertulis di Pasal 1 ayat 1 denegan bunyi
(Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.)
Bab III (KEWAJIBAN UTAMA YANG HARUS DILAKSANAKAN)

1. Seorang Apoteker dilarang melakukan Praktek Monopoli. Seperti yang telah tertera
pada UU NO 5 TAHUN 1999 tentang LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI
DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN
YANG MAHA ESA yang tertulis di Pasal 1 ayat 2 dengan bunyi (Praktek
monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku
usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas
barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak
sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.)
2. Seorang Apoteker harus adil dalam melayani pasien tanpa melihat, jabatan,
ekonomi, dan tahta yang ada. Seperti yang tertera dalam UU NO 5 TAHUN 1999
tentang LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA
TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA yang
tertulis di Pasal 6 dengan bunyi (Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian
yang mengakibatkan pembeli yang satu harus membayar dengan harga yang
berbeda dari harga yang harus dibayar oleh pembeli lain untuk barang dan
atau jasa yang sama.)
3. Bersifat baik kepada pasien dan memberikan hak yang sama kepa dan pasien tanpa
menmbedakan jabatan, ekonomi, dan tahta yang ada. Seperti dalam UU NO 8
TAHUN 1999 tentang PERLINDUNGAN KONSUMEN yang tertulis di Pasal 4
dengan bunyi
Hak konsumen adalah :
1. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
2. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta
mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai
dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan;
3. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;
4. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas
barang dan/atau jasa yang digunakan;
5. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan
upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen
secara patut;
6. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan
konsumen;
7. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan
jujur serta tidak diskriminatif;
8. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang
diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;
9. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya.

Bab IV ( KEWAJIBAN TERHADAN SEJAWAT PETUGAS KESEHATAN


LAINNYA) :

Seorang Apoteker harus bekerjasama dengan Apoteker dan Tim Kesehatan linnya
guna untuk menghindari Praktek monopoli. Seperti yang tertera dalam Pasal 4-9
UU NO 5 TAHUN 1999 tentang LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN
PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN
YANG MAHA ESA.

Anda mungkin juga menyukai