Anda di halaman 1dari 12

March 13, 2021

Tax Treaty
Oleh : Aris Riantori Faisal
5W 1 H

1 WHAT 4 WHY

2 WHO 5 WHERE

3 WHEN 6 HOW
1 WHAT
Treaty adalah kontrak yang mengikat suatu negara dengan negara lain dalam hal perlakuan
perpajakan.

Pasal-pasal atau ayat-ayat (article atau artikel) yang terdapat dalam sebuah tax treaty
pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi empat bagian besar yaitu
1. Bagian yang mengungkapkan cakupan tax treaty :
a. Personal Scope
b. Taxes Covered
c. Residence
d. Permanent Establishment
e. Entry Into Force
f. Termination
2. Bagian yang mengatur minimalisasi pengenaan pajak berganda,
3. Bagian tentang pencegahan penghindaran pajak, dan
4. Bagian yang mencakup hal-hal lainnya.
2 WHY
Globalisasi telah menjadikan arus investasi, perdagangan serta mobilisasi sumber daya
manusia tidak lagi mengenal batas-batas negara. Investasi internasional dianggap berperan
penting dalam memberikan kontribusi perkembangan ekonomi suatu negara.

Faktanya, perkembangan kegiatan ekonomi yang telah melewati batas-batas negara


menimbulkan permasalahan dari sisi perpajakan. Setiap negara mempunyai kedaulatan
dalam memajaki penghasilan serta Perbedaan azas yang dianut di masing-masing negara
menjadi cikal bakal munculnya pajak berganda sebab seseorang bisa dikenakan pajak lebih
dari satu kali untuk penghasilan yang sama. Tentu saja pengenaan pajak berganda ini akan
menghambat kegiatan ekonomi, terutama yang melibatkan transaksi antar negara.
3 WHO 1/3

Setiap negara berusaha menghilangkan atau paling tidak mengurangi pajak berganda, baik
secara unilateral maupun bilateral.

Secara unilateral suatu negara dapat mengadopsi metode-metode penghindaran pajak


berganda internasional dalam Undang-Undang domestiknya.

Secara bilateral, suatu negara dapat membuat persetujuan penghindaran pajak berganda
atau dikenal dengan istilah tax treaty dengan negara lain.
3 WHO 2/3
3 WHO 3/3
Oleh sebab itu, Pajak Internasional pada dasarnya adalah seluruh ketentuan perpajakan
yang mengatur aspek pemajakan untuk transaksi lintas negara.
Dimensi pajak internasional meliputi aturan pajak internasional yang sudah ada dalam
Undang-Undang pajak Indonesia, aturan perpajakan yang ada di negara lain yang
bersinggungan, serta persetujuan penghindaran pajak (tax treaty) yang telah dibuat
Indonesia dengan negara lain.
4 WHEN 1/2
Tax treaty adalah perjanjian perpajakan antara dua negara yang dibuat dalam rangka
meminimalisir pemajakan berganda dan berbagai usaha penghindaran pajak. Perjanjian ini
digunakan oleh penduduk dua negara untuk menentukan aspek perpajakan yang timbul dari
suatu transaksi di antara mereka. Penentuan aspek perpajakan tersebut dilakukan
berdasarkan klausul-klausul yang terdapat dalam tax treaty yang bersangkutan sesuai jenis
transaksi yang sedang dihadapi. Tax treaty merupakan solusi dalam pembagian hak atas
pemajakan dari suatu transaksi internasional, dengan adanya tax treaty ini maka telah
dibuat suatu skenario dimana setiap negara akan memperoleh hak pemajakan atas suatu
transaksi lintas batas negara. Dengan demikian jelas bahwa setiap Negara akan
mendapatkan hasil dari pemajakan yang dilakukan secara proporsional.
4 WHEN 2/2
Setiap tax treaty mempunyai prinsip-prinsip dasar yang kurang lebih sama, sebagai bagian
dari konvensi internasional di mana setiap negara yang terlibat dalam suatu tax treaty
menyusun treaty-nya masing-masing berdasarkan model-model perjanjian yang diakui
secara internasional. Di dunia ini, ada dua model treaty yang sering dijadikan acuan dalam
menyusun suatu treaty yaitu OECD Model dan UN Model.
5 WHERE
Pada prinsipnya, tax treaty digunakan untuk menentukan alokasi hak pemajakan suatu
transaksi yang terjadi di antara negara sumber dan negara domisili. Negara sumber adalah
negara tempat sumber penghasilan berasal, sedangkan negara domisili adalah negara
tempat wajib pajak berdomisili.
6 HOW 1/2
Sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER – 25/PJ/2018,
Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN) yang menerima dan/atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia dapat memperoleh Manfaat P3B/tax treaty sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam P3B
6 HOW 2/2
Kemudian bagi subjek pajak dalam negeri supaya dapat memanfaatkan P3B/tax treaty sama
seperti WPLN dibutuhkan Surat Keterangan Domisili (SKD). Surat keterangan domisili terdiri
dari dua jenis, yaitu:
a) Surat Keterangan Domisili Wajib Pajak Luar Negeri yang selanjutnya disingkat SKD
WPLN adalah surat keterangan berupa formulir yang diisi oleh WPLN dan disahkan oleh
Pejabat yang Berwenang dari negara mitra atau yurisdiksi mitra P3B dalam rangka
penerapan P3B.
b) Surat Keterangan Domisili Bagi Subjek Pajak Dalam Negeri Indonesia yang selanjutnya
disingkat SKD SPDN adalah surat keterangan yang diterbitkan oleh pejabat yang
berwenang di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri yang
isinya menerangkan bahwa Wajib Pajak dimaksud adalah subjek pajak dalam negeri
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang PPh.

Anda mungkin juga menyukai