(PDF) Makalah Sikap Dan Kepuasan Kerja - Docx.pdf - Convert
(PDF) Makalah Sikap Dan Kepuasan Kerja - Docx.pdf - Convert
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seseorang bisa memiliki ribuan sikap, sikap kerja berisi evaluasi positif atau
negatif yang dimiliki oleh karyawan tentang aspek-aspek lapangan kerja mereka,
ada tiga sikap yaitu, kepuasan kerja, keterlibatan pekerjaan, dan komitmen
organisasional. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi memiliki
perasaan-perasaan positif tentang pekerjaan tersebut, sementara seseorang yang
tidak puas memiliki perasaan-perasaan yang negatif tentang pekerjaan tersebut.
Keterlibatan pekerjaan , mengukur tingkat sampai mana individu secara
psikologis memihak pekerjaan mereka dan menganggap penting tingkat kinerja
yang dicapai sebagai bentuk penghargaan diri. Karyawan yang mempunyai
tingkat keterlibatan pekerjaan yang tinggi sangat memihak dan benar-benar peduli
dengan bidang pekerjaan yang mereka lakukan. Tingkat keterlibatan pekerjaan
dan pemberian wewenang yang tinggi benar-benar berhubungan dengan
kewargaan organisasional dan kinerja pekerjaan. Keterlibatan pekerjaan yang
tinggi berarti memihak pada pekerjaan tertentu seorang individu, sementara
komitmen organisosial yang tingi berarti memihak organisasiyang merekrut
individu tersebut.
Penilaian seorang karyawan tentang seberapa ia merasa puas atau tidak puas
dengan pekerjaan merupakan penyajian yang rumit dari sejumlah elemen
pekerjaan yang berlainan. Berbagai studi independen, yang diadakan diantara para
pekerja AS selama 30 tahun terakhir, pada umumnya menunjukkan bahwa
mayoritas pekerja merasa puas dengan pekerjaan mereka. Meskipun jarak
persentasinya lebar, tetapi lebih banyak individu melaporkan bahwa mereka
merasa puas dibandingkan tidak puas. Apakah yang menyebabkan kepuasan
kerja ? dari segi kepuasan kerja (kerja itu sendiri, bayaran, kenaikan jabatan,
pengawasan, dan rekan kerja), menikmati kerja itu sendirihampir selalu
merupakan segi yang paling berkaitan erat dengan tingkat kepuasan kerja yang
tinggi secara keselruhan. Dengan perkataan lain, sebagian besar individu lebih
menyukai kerja yang menantang dan membangkitkan semangat daripada kerja
yang dapat diramalkan dan rutin.
B. Pembatasan Masalah
Penulisan makalah ini dibatasi hanya pada masalah “ Sikap dan Kepuasan Kerja “
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai pemenuhan tugas mandiri mata kuliah Perilaku Organisasi.
2. Sebagai bahan bacaan dan referensi tambahan bagi pihak-pihak yang
membutuhkannya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sikap dan Kepuasan Kerja
Menurut G.W Alport dalam (Tri Rusmi Widayatun, 1999 :218) sikap adalah
kesiapan seseorang untuk bertindak. Seiring dengan pendapat G.W. Alport di atas
Tri Rusmi Widayatun memberikan pengertian sikap adalah “keadaan mental dan
syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh
dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang
berkaitan dengannya”.
Sedangkan Jalaluddin Rakhmat ( 1992 : 39 ) mengemukakan lima pengertian
sikap, yaitu:
- Pertama, sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan
merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku,
tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu
terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan
atau situasi, atau kelompok.
- Kedua, sikap mempunyai daya penolong atau motivasi. Sikap bukan sekedar
rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra
terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan;
mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari.
- Ketiga, sikap lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik
kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami pembahan.
- Keempat, sikap mengandung aspek evaluatif: artinya mengandung nilai
menyenangkan atau tidak menyenangkan.
- Kelima, sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir, tetapi
merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah.
Sedangkan La Pierre (dalam Azwar, 2003) mendefinisikan sikap sebagai suatu
pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan
diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap
stimuli sosial yang telah terkondisikan. Sedangkan menurut Soetarno (1994),
sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk
bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu
artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang,
peritiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain.
Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian tentang sikap, tetapi berdasarkan
pendapat-pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah
keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat
dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek
situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan
kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau
situasi.
1. Komponen Sikap
Ketiga komponen tersebut sangat berkaitan. Secara khusus, dalam banyak cara
antara kesadaran dan perasaan tidak dapat dipisahkan. Sebagai contoh, seorang
karyawan tidak mendapatkan promosi yang menurutnya pantas ia dapatkan, tetapi
yang malah mendapat promosi tersebut adalah rekan kerjanya. Sikap karyawan
tersebut terhadap pengawasnya dapat diilustrasikan sebagai berikut :
opini, (karyawan tersebut berpikir ia pantas mendapat promosi itu), perasaan
(karyawan tersebut tidak menyukai pengawasnya), dan perilaku (karyawan
tersebut mencari pekerjaan lain). Jadi, opini / kesadaran menimbulkan perasaan
yang kemudian menghasilkan perilaku ,dan pada kenyataannya komponen-
komponen ini berkaitan dan sulit untuk dipisahkan.
Teori persepsi diri (self-perception theory), adalah pandangan tentang sikap yang
digunakan setelah melakukan sesuatu untuk memahami tindakan yang telah
terjadi. Sikap kerja berisi evaluasi positif atau negatifyang dimiliki oleh karyawan
tentang aspek-aspek lingkungan kerja mereka , aspek-aspek lingkungan kerja
meliputi tiga sikap, yaitu:
- Sikap kepuasan kerja (job satisfaction), yaitu sebagai suatu perasaan positif
tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi
karakteristiknya. Seseorang memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi, berarti
memiliki perasaan positif tentang pekerjaan itu.
Survei sikap, adalah upaya mendapatkan respon dari karyawan mealui kuesioner
mengenai peraasaan mereka terhadap pekerjaan, tim kerja, penyelia dan,
organisasi. Hasil survei sikap seringkali mengejutkan manajemen. Contoh :
manajer di Heavy-Duty Dvision Springfield Remanufacturing berpikir bahwa
segalanya sangat bagus, karena karyawan terlibat secara aktif didalam keputusan
divisi dan profitailitas adalah tertinggi dalam sebuah perusahaan, manajemen
beranggapan bahwa moral yang ada juga tinggi. Untuk meyakinkan karyawan,
manajemen mengadakan sebuah sirvei sikap yang singkat. Karyawan ditanyai
apakah mereka setuju atau tidak dengan pernyataan-pernyataan berikut : (1). Di
tempat kerja opini anda berarti; (2). Anda sekalian yang ingin menjadi seorang
pemimpin diperusahaan ini mempunyai peluang untuk menjadi seorang
pemimpin; dan (3). Dalam enam bulan terakhir, seseorang berbicara kepada anda
tentang perkembangan pribadi anda. Dalam survei tersebut, 43 persen tidak setuju
dengan pernyataan yang pertama, 48 persen dengan yang kedua, dan 63 persen
dengan yang ketiga. Manajemen sangat terkejut, bagaimana hal ini dapat terjadi ?
Penggunaan survei sikap secara teratur memberi manajer umpan balik yang
berharga mengenai bagaimana karyawan menerima kondisi kerja mereka.
Kebijaksanaan dan praktek yang dianggap objektif dan adil oleh manajemen
mungkin dianggap tidak adil oleh karyawan pada umumnya atau oleh kelompok
karyawan tertentu. Apabila persepsi yang menyimpang ini menimbulkan sikap
negatif tentang pekerjaan dan organisasi, adalah penting bagi manajemen untuk
mengetahuinya. Penggunaan survey sikap regular bisa lebih awal menyiagakan
manajemen terhadap masalah-masalah potensial dan niat-niat para karyawan
sehingga tindakan bisa diambil untuk mencegah berbagai akibat negatif.
Seperti apakah program keberagaman di tempat kerja dan bagaimana hal ini
menyampaikan perubahan sikap ? Hampir semuanya meliputi fase evaluasi diri .
Individu didesak untuk memeriksa diri sendiri serta menghadapi stereotip etnis
dan cultural yang mungkin merek miliki. Aktivitas tambahan yang dirancang
untuk mengubah sikap termasuk mengatur individu untuk melakukan pekerjaan
sukarela di pusat-pusat layanan soaial atau masyarakat guna bertemu secara
langsung dengan individu atau kelompok dari latar balakang yang berbeda serta
mengguakan latihan yang membiarkan para patisipan merasakan seperti apakah
menjadi berbeda itu. Contoh : ketika individu berpartisipasi dalam latihan Blue
Eyes – Brown Eyes (mata biru – mata coklat), dimana individu dipisahkan dan
dipandang sebagai strereotip menurut warna mata mereka, para partisipan
mengetahui seperti apakah rasanya dinilai oleh sesuatu atas mana mereka tidak
mempunyai kendali. Bukti menyatakan latihan ini mengurangi sikap negatif
terhadap individu yang berbeda dari para partisipan.
2. Kepuasan Kerja
Ada dua pendekatan yang digunakan dalam mengukur konsep tentang kepuasan
kerja:
- Penilaian tunggal secara umum, dengan cara meminta individu untuk merespon
satu pertanyaan, seperti “Dengan mempertimbangkan semua hal, seberapa
puaskah diri anda dengan pekerjaan anda?”Kemudian para responden menjawab
dengan cara melingkari sebuah angka antara 1 dan 5 yang cocok dengan jawaban
dari “sangat puas” sampai “sangat tidak puas”. Metode ini tidak memakan waktu.
- Penyajian akhir aspek pekerjaan, ini lebih rumit, dengan mengidentifikasi
elemen-elemen penting dalam suatu pekerjaan dan menanyakan perasaan
karyawan tentang setiap elemen. Faktor-faktor yang akan dimasukkan adalah sifat
pekerjaan, pengawasan, bayaran saat ini, peluang promosi, dan hubungan dengan
rekan-rekan kerja. Semua faktor dinilai berdasarkan skala standar kemudian
dijumlahkan untuk mendapatkan nilai kepuasan kerja. Metode ini berfokus pada
keberadaan masing-masing masalah sehingga lebih mudah untuk menangani
karyawanyang tidak bahagia serta menyelesaikan masalah dengan lebih cepat dan
akurat.
Pada kenyataannya, dari segi kepuasan kerja (kerja itu sendiri, bayaran, kenaikan
jabatan, pengawasan, dan rekan kerja), menikmati kerja itu sendiri hamper selalu
merupakan segi yang paling berkaitan erat dengan tingkat kepuasan kerja yang
tinggi secara keseluruhan. Pekerjaan menarik yang memberikan pelatihan, variasi,
kemerdekaan, dan kendali memuaskan sebagian besar karyawan. Ini berarti
sebagian besar individu lebih menyukai kerja yang menantang dan
membangkitkan semangat dari pada kerja yang dapat diramalkan dan rutin.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Seorang manajer harus tertarik pada sikap para karyawan, karena sikap tersebut
memberikan peringatanakan masalah-masalah potensial dan pengaruh terhadap
perilaku, mereka juga akan melakukan pekerjaan dengan lebih baik. Mengingat
manajer ingin menekan angka pengunduran diri dan ketidakhadiran terutama
diantara karyawan yang lebih produktif , mereka ingin melakukan hal- hal yang
akan menghasilkan sikap kerja positif. Hal terpenting yang bisa dilakukan para
manajer untuk meningkatkan kepuasan karyawan adalah berfokus pada bagian-
bagian intrinsic pekerjaan, seperti membuat kerja tersebut menjadi menantang dan
menarik. Meskipun bayaran yang rendah kemungkinan besar tidak akan menarik
karyawan berkualitas tinggi atau mempertahankan pakerja-pekerja baik, para
manajer harus sadar bahwa bayaran yang tinggi tidak mungkin menghasilkan
lingkungan kerja yang memuaskan. Manajer juga harus sadar bahwa karyawan
akan berusaha mengurangi ketidaksesuaian kognitif, lebih penting ketidaksesuaian
bisa diatur. Apabila karyawan diharuskan terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang
tampaknya tidak konsisten dengan mereka atau yang berlawanan dengan sikap
mereka, tekanan-tekanan untuk mengurangi ketidaksesuaian berkurang ketika
karyawan merasa bahwa ketidaksesuaian tersebut dibebankan secara eksternal dan
berada di luar kendali mereka atau apabila penghargaan-penghargaan tersebut
cukup signifikan untuk mengimbangi katidaksesuaian tersebut.
PENDAHULUAN
Kepuasan kerja dalam teori motivasi Maslow menempati peringkat yang tinggi.
Sebab ia berkaitan dengan tujuan manusia untuk merealisasikan dan
mengaktualisasikan potensi dirinya dalam pekerjaan. Namun motivasi ini kadang
terbendung oleh berbagai ragam kerutinan, hambatan lingkungan kerja yang
kurang seimbang, atau situasi dan perangkat kerja yang secara ergonomis tidak
mendukung peningkatan produktivitas kerja. Stres yang dialami karyawan dan
kepuasan kerja yang didambakan seolah merupakan dua kondisi yang bukan saja
berkaitan, tetapi sekaligus antagonistis.
Karyawan dan perusahaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Karyawan memegang peran utama dalam menjalankan roda kehidupan
perusahaan. Apabila karyawan memiliki produktivitas dan motivasi kerja yang
tinggi, maka laju roda pun akan berjalan kencang, yang akhirnya akan
menghasilkan kinerja dan pencapaian yang baik bagi perusahaan. Di sisi lain,
bagaimana mungkin roda perusahaan berjalan baik, kalau karyawannya bekerja
tidak produktif, artinya karyawan tidak memiliki semangat kerja yang tinggi, tidak
ulet dalam bekerja dan memiliki moril yang rendah.
Adalah menjadi tugas manajemen agar karyawan memiliki semangat kerja dan
moril yang tinggi serta ulet dalam bekerja. Berdasarkan pengalaman dan dari
beberapa buku yang pernah saya baca, biasanya karyawan yang puas dengan apa
yang diperolehnya dari perusahaan akan memberikan lebih dari apa yang
diharapkan dan ia akan terus berusaha memperbaiki kinerjanya. Sebaliknya
karyawan yang kepuasan kerjanya rendah, cenderung melihat pekerjaan sebagai
hal yang menjemukan dan membosankan, sehingga ia bekerja dengan terpaksa
dan asal-asalan. Untuk itu merupakan keharusan bagi perusahaan untuk mengenali
faktor-faktor apa saja yang membuat karyawan puas bekerja di perusahaan.
Dengan tercapainya kepuasan kerja karyawan, produktivitas pun akan meningkat.
Banyak perusahaan berkeyakinan bahwa pendapatan, gaji atau salary merupakan
faktor utama yang mempengaruhi kepuasan karyawan. Sehingga ketika
perusahaan merasa sudah memberikan gaji yang cukup, ia merasa bahwa
karyawannya sudah puas. Sebenarnya kepuasan kerja karyawan tidak mutlak
dipengaruhi oleh gaji semata. Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
karyawan, diantaranya adalah kesesuaian pekerjaan, kebijakan organisasi
termasuk kesempatan untuk berkembang, lingkungan kerja dan perilaku atasan.
Untuk lebih meyakini bahwa kesempatan berkembang merupakan faktor utama
bagi kepuasan kerja karyawan, kita dapat membandingkan tingkat kepuasan
karyawan baru dan karyawan lama di perusahaan. Karyawan baru cenderung
mempunyai tingkat kepuasan lebih tinggi dibandingkan karyawan yang masa
kerjanya lebih lama. Hal ini dikarenakan, biasanya karyawan baru mendapatkan
perhatian lebih dari Manajemen, terutama dari atasannya langsung. Perhatian
lebih ini dikarenakan sebagai karyawan baru, tentu pihak manajemen akan
menjelaskan tanggung jawab dan tugas mereka. Sehingga terjalin komunikasi
antara atasan dan bawahan. Hal ini membuat mereka merasa diperhatikan dan
bersemangat untuk bekerja. Bahkan tidak sedikit karyawan baru yang
mendapatkan beberapa training untuk menunjang tugasnya di awal masa kerja.
Sementara itu, karyawan lama yang sudah bekerja dalam kurun waktu tertentu,
akan merasakan kejenuhan. Mereka menginginkan adanya perubahan dan
tantangan baru dalam pekerjaannya. Tantangan ini mencakup baik dari sisi
besarnya tanggung jawab atau mungkin jenis pekerjaan. Ketika perusahaan tidak
memberikan kesempatan kepada mereka untuk berkembang, hal ini akan
membuat mereka demotivasi, malas bekerja dan produktivitasnya turun. Apabila
perasaan ini dirasakan oleh sebagian besar karyawan lama, bisa dibayangkan
betapa rendahnya tingkat produktivitas perusahaan secara keseluruhan dan bila
dibiarkan perusahaan akan merugi.
II. PERMASALAHAN
Salah satu perusahaan rokok terkenal PT. XYZ di Jawa Timur yang sudah
beroperasi lebih 80 tahun lamanya telah menciptakan suatu budaya perusahaan
yang menjadi visi dan misi perusahaan untuk ke arah produktivitas yang baik.
Namun terjadi demonstrasi di Divisi Transportasi PT. XYZ disebabkan oleh
adanya kebijakan manajemen untuk menggunakan jasa transportasi luar
perusahaan untuk pengiriman barang-barang ke berbagai daerah. Keputusan
manajemen menggunakan jasa angkut pihak luar ini, karena pengiriman barang ke
berbagai sering mengalami keterlambatan. Dengan dipakainya jasa transportasi
pihak luar ini, maka para sopir dan kernet merasa insentif yang diterimanya akan
berkurang. Begitu juga premi perjalanan luar kota, uang lembur maupun
kompensasi lainnya akan hilang. Inilah yang memicu para sopir dan kernet
berunjuk rasa melakukan demonstrasi terhadap pimpinan perusahaan.
III. TUJUAN
Penulis ingin menganalisa mengapa terjadi kasus demonstrasi para sopir dan
kernet PT. XYZ di Jawa Timur terhadap pimpinan perusahaan.
IV. TEORI
Suatu organisasi/Perusahaan terdiri dari input, proses dan outcomes. Input adalah
komponen-komponen yang ada di luar lingkungan organisasi antara lain sumber
daya manusia dan peraturan pemerintah. Proses meliputi komponen-komponen
antara lain motivasi, persepsi, komunikasi, kepemimpinan dan konflik. Sedangkan
komponen outcomes antara lain meliputi kinerja individu dan kelompok, serta
efektivitas organisasi.
Memahami lebih dalam mengenai salah satu komponen dari organisasi ini , maka
kit aperlu memahami bahwa setiap individu sebagai sumber daya ,manusia dalam
suatu organisasi/perusahaan memiliki Nilai-nilai kerja (work value), yaitu suatu
keyakinan pribadi seorang pekerja tentang hasil apa yang diperkirakan dari
pekerjaaannya dan bagaimana seharusnya dia berprilaku dalam bekerja.
Nilai-nilai kerja dibadi 2 yaitu nilai kerja intrinsik (intrinsic work values) dan nilai
kerja ekstrinsik (extrinsic work value). George & Jones memberikan
perbandingan antara kedua nilai kerja sebagai berikut dalam tabel:
Nilai kerja intrinsik Nilai kerja ekstrinsik
- Kerja yang menarik - Gaji tinggi
- Kerja yang menantang - Keamanan kerja
- Belajar sesuatu yang baru - Keuntungan kerja
- Membuat konstribusi penting - Status pada komunitas yang lebih luas
- Berpotensi tinggi - Kontak sosial
- Tanggung jawab dan otonomi - Waktu dengan keluarga
- Menjadi kreatif - Waktu untuk hobi
dan karena mereka mempunyai nilai nilai kerja, mereka juga memiliki sikap kerja.
Sikap menurut Robbins (2001) adalah suatu pernyataan atau pertimbangan
evaluatif mengenai obyek, orang, atau peristiwa. Sikap tidak sama dengan nilai,
namun keduanya dihubungkan.
dari ketiga jenis sikap yang menjadi komponen penentuan sikap pegawai, maka
terbentuklah suatu sikap puas/tidaknya seseorang terhadap pekerjaannya.
Menurut Robbins (2001) kepuasan kerja didefinisikan sebagai suatu sikap umum
seseorang terhadap pekerjaannya. Definisi ini mengandung pengertian yang luas.
Dengan kata lain kepuasan kerja merupakan penjumlahan yang rumit dari
sejumlah unsur pekerjaan yang terbedakan dan terpisahkan satu sama lain
(discrete job elements). Jika mengacu pada George & Jones (2002), kepuasan
kerja merupakan kumpulan feelings dan beliefes yang dimiliki orang tentang
pekerjaannya. Pengungkapan ketidak puasan pegawai bisa disampaikan dalam 4
cara:
1. Respon Voice (aktif & konstruktif, memberikan saran)
2. Respon Loyalty (pasive: tidak melakukan apapun/constructive:harapan kondisi
membaik)
3. Repon neglect (Pasive : tidak mau tau/Destructive:membiarkan kondisi
memburuk)
4. Respon Exit (Destructive:karyawan keluar/Active: mencari pekerjaan baru)
V. ANALISIS MASALAH
Dari kerangka pikir diatas, maka menurut saya terjadinya demontrasi disebabkan
oleh karena secara nilai ektrinsik dan intrisik para supir merasa tidak memperoleh
kepuasan kerja:
Nilai kerja Intrinsik bagi PT”XYZ”
Kerja tidak menarik, Mungkin karena sehari hari hanya menyetir mobil, Kerja
kurang menantang,karena sudah terbiasa dengan pekerjaan yang ada jadi tidak
adanya tantangan, Tidak belajar suatu yang baru,Tidak membuat kontribusi
penting.Karena system sudah berjalan,jadi tinggal menjalankan saja,tanpa harus
membuat konsep baru,Tidak menganggap potensi tinggi, karena hanya bisa
menyetir, Kurang tanggung jawab dan otonomi,karena gaji dan fasilitas
kecil,Kurang kreatif,karena melakukan hal-hal yang monoton setiap hari.
Nilai kerja Ektrinsik bagi PT ‘XYZ”
Gaji tidak tinggi jadi mereka berkerja hanya karena merasa sudah digaji dan
enggan bernuat lebih dari pekerjaan mereka, Keamanan Kerja,tidak ada keamanan
kerja karena dipakai transportasi luar dari perusahaan, keuntungan kerja,tidak
akan adanya keuntungan kerja lagi,karena tidak ada premi perjalanan, uang
lembur dan kompensasi yang lain hilang karena adanya transportasi dari luar,
status pada komunitas yang lebih luas,Kontak sosial, waktu dengan keluarga,
waktu untuk hobi, mungkin memang tidak bisa punya banyak waktu untuk hal
tersebut.
Dengan Nilai nilai tersebut diatas maka timbul sikap yang diakibatkan oleh :
1. Job Satisfaction berkurang ,ditandai dengan demonstrasi dengan tuntutan
perbaikan fasilitas dan kompensasi yang meningkat
tiap tahun
2. Job Involvement berkurang, karena merasa dianggap tidak mampu sehingga
menyentuh ego harga diri mereka
3. Organizational Commitment adalah personal need, mereka lebih mementingkan
uang yang bisa masuk ke kantung mereka ketimbang profesionalisme perusahaan
secara keseluruhan.
Dan terbentuknya sikap itu membuat mereka memilih untuk mengungkapakan
ketidak puasan mereka secara Respon Voice (aktif dan konstruktiv), mereka
mengeluarkan suaa dengan cara demontrasi. Intinya mereka tetap mau supaya
transportasi tidak diserahkan pada pihak luar tapi tetap dijalankan oleh mereka.