Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Akuntansi I yang diampu
Disusun Oleh
Kelompok 2
BISNIS
JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang kerangka
konseptual akuntansi keuangan.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
PEMBAHASAN
2) Teori Entitas
Teori entitas memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari pihak
yang menyediakan modal pada entitas. Secara sederhana, unit bisnis, bukan pemilik,
merupakan pusat kepentingan akuntansi.Unit bisnis memiliki sumber daya perusahaan
danbertanggung jawab terhadap pemilik maupun kreditor.
3) Teori Dana
Teori dana memandang unit bisnis terdiri atas sumber daya ekonomi (dana) serta
kewajiban dan restriksi terkait mengenai penggunaan sumber daya. Laporan ini
merefleksikan perilaku operasi perusahaan yang berkaitan sumber dan penggunaan
dana.Teori dana terutama berguna untuk pemerintah dan organisasi nirlaba
3. Prinsip Akuntansi
1)Prinsip Kos (cost principle)
Menurut prinsip kos, kos pemerolehan (acquisition cost) atau kos historis merupakan
dasar penilaian yang memadai untuk mengakui pemerolehan semua barang dan jasa,
expenses, kos, dan ekuitas. Kos adalah jumlah, diukur dalam uang, kas yang dibelanjakan
atau properti lain yang ditransfer, penerbitan modal saham, jasa yang diberikan, atau utang
yang terjadi, sebagai imbalan atas barang atau jasa yang diterima, atau seharusnya diterima.
d) Pengukuran Revenue, revenue diukur dalam pengertian nilai pertukaran produk atau jasa
dalam sebuah transaksi yang lugas (arm’s-length transaction)
Ada dua intepretasi revenue yang muncul dari konsep revenue ini:
Potongan tunai dan berbagai pengurangan dalam harga tetap, seperti kerugian piutang
yang tidak tertagih (intepretasi ini bertentangan dengan pandangan bahwa potongan
tunai dan kerugian piutang tidak tertagih dianggap sebagai expenses).
Untuk transaksi non kas,nilai pertukaran sama dengan nilai pasar yang wajar barang/
jasa yang diberikan atau yang diterima, mana yang lebih mudah dan jelas dalam
menghitungnya.
e) Waktu Pengakuan Revenue umumnya diakui bahwa revenue dan income yang diperoleh
dalam semua tahap siklus operasi (yaitu selama penerimaan order, produksi, penjualan dan
penagihan). Karena sulit alokasi reveue dan income pada siklus yang berbeda maka
menggunakan realisasi. Realisasi adalah perubahan dalam aset atau utang secara memadai
telah menjadi tertentu dan bertujuan untuk membenarkan pengakuan dalam akun.
f) Diperlukan aturan spesifik atau pertimbangan yang diperlukan untuk mengakui perubahan
aset dan AAA membuat standar kriteria tersebut:
(1) Diperoleh (earned), dalam satu atau bebeapa pengertian
(2) Dalam bentuk yang dapat didistribusikan
(3) Hasil atas konversi yang timbul dari transaksi antar perusahaan dan pihak eksternal
(4) Hasil dari penjualan yang saham atau proses serupa
(5) Dipotong dari modal
(6) Dalam bentuk aset lancar
(7) Dampak kotor atau bersih pada ekuitas pemegang saham harus dapat diestimasi dengan
tingkat reliabilitas tinggi Secara umum, revenue diakui dengan dasar akrual atau dasar
peristiwa kritis.
g) Dasar akrual untuk pengakuan revenue berimplikasi bahwa revenue harus dilaporkan
selama produksi, pada akhir produksi, pada saat penjualan atau pada saat pengumpulan
penjualan
Revenue diakui selama produksi jika:
(1) Revenue berupa sewa, bunga, komisi diakui ketika telah diperoleh (earned).
(2) Pemberian jasa individual atau kelompok profesional atau jasa yang serupa lebih baik
menggunakan dasar akrual untuk pengakuan revenue.
(3) Revenue dari kontrak jangka panjang
(4) Revenue atas cost plus fixed-fee contracts
(5) Perubahan aset karena pertumbuhan (acretion) akan menimbulkan peningkatan , sebagai
contoh minuman keras anggur, tanaman kayu, ternak dsb)
Hubungan antara revenue dan expenses tergantung pada sati dari empat kriteria:
1. Penandingan kos yang telah terpakai dengan revenue (sbg contoh, cost of good
soldditandingkan dengan penjualan)
2. Penandngan langsung kos yang telah terpakai dengan periodanya (contoh; gaji direktur
untuk periode tertentu)
3. Alokasi kos selama periode yang mendapatkan manfaat (contoh; depresiasi)
4. Menjadikan expenses semua kos lain dalam periode terjadinya, kecuali dapat ditunjukkan
bahwa masih memiliki manfaat di masa datang (contoh; expenses advertensi ). Kos yang
belum terserap (aset) yang tdk memenuhi salah satu dari empat kriteria untuk menjadikannya
expenses pd periode berjalan dapat dibebankan pada periode mendatang dan dapat
diklasifikasikan dalam katagori yang berbeda sesuai dengan penggunaan
4) Prinsip Objektive (Objective principle)
Kegunaan informasi keuangan tergantung pada tingkat reliabilitas prosedur pengukuran yang
digunakan. Karena menjamin reliabilitas maksimum adalah sangat sulit, akuntan telah
menggunakan prinsip objektifitas untuk menjustifikasi pemilihan prosedur pengukuran yang
digunakan.
Mengenai pihak-pihak yang dianggap memiliki peranan yang besar dalam proses perumusan
standar akuntansi. Belkoui (1985) membaginya ke dalam tiga fase:
1) Fase peranan manajemen (1990-1933)
Dalam periode ini, manajemen dianggap memiliki peranan yang besar dalam perumusan
standar akuntansi. Metode yang dipakai dalam memecahkan masalah akuntansi yang timbul
di periode ini adalah lebih bersifat pragmatis, bukan berdasarkan pada teori yang ada.
2) Fase peranan profesi (1933-1973)
Dalam periode ini, perumusan standar akutansi didominasi oleh profesi, dimana organisasi
mulai tumbuh dan berkembang dengna pesat. Namun anggota asosiasi dan organisasi profesi
masih belum yakin terhadap kerangka teori yang ada yaitu kekuatan atau otoritasnya tidak
jelas. Oleh sebab itu banyak sekali alternative yang timbul yang pada akhirnya meniptakan
fleksibilitas dalam penerapan standar akuntansi.
3) Fase politisasi (1973-sekarang)
Berbagai kelemahan yang ada pada fase peranan manajemen dan profesi telah menimbulkan
kecendariungan pada lahirnya metode yang lebih bersifat deduktif dan politisasi dalam
perumusan standar akuntansi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perumusan dari teori akuntansi akan berawal dari pengembangan tujuan dari laporan
keuangan dan diakhiri dengan penyusunan sebuah kerangka konseptual sebagai pedoman
bagi prinsip dan teknik akuntansi. Kerangka konseptual yang dibuat harus dapat diterima oleh
semua orang yang berkepentingan. Selain bermanfaat sebagai pedoman, kerangka konseptual
juga dapat menghasilkan suatu standar yang cukup baik yang juga dapat diterima secara
universal.
3.2. Saran