Anda di halaman 1dari 12

Makalah Kerangka Konseptual Akuntansi Keuangan

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Akuntansi I yang diampu

oleh Wibisono, SE, M.Aks

Disusun Oleh

Kelompok 2

Mike Nur Achmawati 18013010020


Dian Tri Agustin 18013010022
Miftahul Jannah 18013010034
Irwan Rozak 18013010037
Salwah Dwita Apriastanti 18013010041

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN

BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang kerangka
konseptual akuntansi keuangan.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Prinsip-prinsip akuntansi maupun teknik-teknik akuntansi dibuat untuk menghasilkan


suatu informasi akuntansi yang relevan, akurat, serta dapat dipertanggungjawabkan
sehingga menghasilkan informasi yang dapat membantu pengambilan keputusan yang
tepat. Prinsip-prinsip akuntansi tersebut disusun berdasarkan teori akuntansi yang ada
dan mengacu pada suatu kerangka konsep yang jelas sehingga teori tersebut cukup kuat
sebagai dasar untuk membentuk prinsip dan teknik akuntansi. Yang penting untuk dicatat
adalah konsep serta prinsip tersebut harus dapat diterima secara universal oleh setiap
orang yang berkepentingan, baik profesional dalam bidang akuntansi dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya.
Maka dari itu, dalam merumuskan suatu teori akuntansi harus ada suatu tujuan dan
alasan kuat dan dapat diterima umum yang mendasari penentuan kerangka konseptual
yang menjadi pondasi perumusan teori tersebut. Hal tersebut mendorong para ahli dan
profesional dalam bidang akuntansi untuk mencoba merumuskan tujuan dari laporan
keuangan serta kerangka konseptual untuk akuntansi dan pelaporan keuangan. Dengan
adanya suatu tujuan yang jelas dan diterima umum, maka dapat dihasilkan prinsip dan
teknik akuntansi yang komprehensif. Serta dengan adanya kerangka konseptual yang
cukup kuat untuk akuntansi dan pelaporan keuangan, akan menjadi dasar yang kuat dan
meyakinkan bahwa informasi akuntansi yang disajikan dalam pelaporan keuangan telah
sesuai.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual adalah suatu konstitusi, suatu system koheren dari hubungan
anatara tujuan dan fundamental yang dapat mendorong standar yang konsisten dan yang
menjelaskan sifat, fungsi dan keterbatasan akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
Menurut FASB, kerangka konseptual merupakan suatu konstitusi, suatu sistem yang
koheren dari hubungan antara tujuan dan fundamental yang dapat mendorong standar yang
konsisten dan yang menjelaskan sifat, fungsi serta keterbatasan akuntansi keuangan dan
laporan keuangan. Tujuan akan mengindentifikasikan sasaran dan maksud akuntansi,
sedangkan fundamental adalah konsep yang mendasari akuntansi, konsep yang memberikan
petunjuk dalam memilih kejadian untuk dicatat, mengukur kejadian tersebut, meringkas dan
mengkomunikasikan pada pihak-pihak yangberkepentingan.
Kerangka konseptual dapat dipandang sebagai teori akuntansi yang terstruktur
(belkaoui, 1993), karena struktur kerangka konseptual sama dengan struktur teori akuntansi
yang didasarkan pada proses penalaran logis yang dapat digambarkan dalam bentuk hierarki
yang memiliki beberapa tingkatan. Kerangka kerja konseptual dimaksudkan untuk konstitusi
dalam proses penyusunan standar. Tujuannya adalah memberikan petunjuk dalam
menyelesaikan perselisihan yang meningkat selama proses penyusunan standar dengan
mempersempit pertanyaan, apakah standar telah sesuai dengan kerangka konseptual ataukah
tidak.
Secara lengkap, kerangka kerja konseptual adalah :
 Petunjuk FASB dalam menetapkan standar akuntansi
 Menyediakan kerangka acuan untuk menyelesaikan pertanyaan sebelum ada standar
khusus yang mengaturnya.
 Menentukan batasan pertimbangan dalam penyusunan laporan keuangan
 Mempertinggi komparabilitas dengan menurunkan jumlah alternative metode
akuntansi.

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh FASB sebagai :


“a coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to lead to
consistent standards and that prescribes the nature, function, and limits of financial
accounting and reporting”.
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang
terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan
bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas- batas dari
akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
Yang dimaksud tujuan adalah tujuan pelaporan keuangan.
Sedangkan fundamentals (kaidah-kaidah pokok) adalah konsep-konsep yang mendasarai
akuntansi keuangan, yakni yang menuntun kepada pemilihan transaksi, kejadian, dan
keadaan-keadaan yang harus dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara
meringkas serta mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Konsep-konsep yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa konsep-konsep
lainnya mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan sebagai referensi
berulang-ulang dalam menetapkan, menafsirkan, dan menetapkan standar akuntansi keuangan
dan pelaporan.

B. Kebutuhan akan Kerangka Kerja Konseptual


1. Kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai
laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan menaikkan komparabilitas antar
laporan keuangan perusahaan.
2. Masalah-masalah yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu pada
kerangka teori yang telah ada

C. STRUKTUR TEORI AKUNTANSI


1. Elemen-Elemen Teori Akuntansi
Masing-masing tingkatan memiliki hirerakinya. Menurut Belkaoui apapun metodologi dan
pendekatan yang digunakan, apakah itu deduksi atau induksi, apakah deskriptif atau normatif,
struktur akhir atau kerangka acuannya harus didasarkan pada unsur-unsur atau perangkat
elemen-elemen dan hubungan yang mendasari pembangunan pengembangan teknik-teknik
akuntansi.
Suatu struktur teori akuntansi menurut Ahmed Belkaoui harus mencakup elemen-elemen atau
unsur-unsur sebagai berikut:
1. A Statement of objectives.
Merupakan tujuan dari financial statement atau laporan keuangan yang dihasilkan
akuntansi.

2. A Statement of the postulate and theoretical concept of accounting.


Postulat-postulat dan konsep teori akuntansi berkaitan langsung dengan asumsi-
asumsi lingkungan serta sifat daripada unit akuntansi yang dapat diturunkan dan
tujuan yang telah dinyatakan.

3. A Statement of basic accounting principle.


Prinsip-prinsip dasar akuntansi yang diturunkan baik dari postulate
maupun theoretical concepts.

4. A Body of accounting techniques


Sekumpulan teknik-teknik atau prosedur akuntansi yang diturunkan dari accounting
principles.
1. Postulat, Konsep Teoritis, dan Prinsip Akuntansi
2. Pengertian
3. Postulat akuntansi adalah pernyataan yang tidak memerlukan pembuktian atau
aksioma, berterima umum berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan laporan keuangan,
menggambarkan lingkungan ekonomi, politik, sosiologi dan hukum tempat akuntansi
beroperasi.
4. Konsep teoritis akuntansi adalah juga pernyataan yang tidak memerlukan pembuktian
atau aksioma, berterima umum berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan laporan
keuangan, yang menggambarkan sifat entitas akuntansi yang beroperasi dalam ekonomi
bebas yang dikarakteristikkan oleh kepemilikan pribadi atas kekayaan.
5. Prinsip akuntansi adalah aturan keputusan umum, yang diturunkan baik dari tujuan
dan konsep teoritis akuntansi, yang mengatu pengembangan teknik-teknik akuntansi.
6. Teknik Akuntansi adalah aturan tertentu yang diterapkan berdasarkan prinsip
akuntansi, digunakan sebagai pedoman untuk mencatatkan transaksi atau peristiwa
tertentu yang dihadapi oleh entitas akuntansi.
7. Pembahasan
8. Postulat akuntansi
1) Postulat entitas (entity)
Postulat entitas mengatakan bahwa setiap perusahaan merupakan unit
akuntansi yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya. Jadi akuntansi lebih melihat
bahwa entitas terpisah dari pemiliknya, artinya akuntansi tidak bisa dihasilkan jika
setiap proses pengambilan pemilik tidak dilakukan proses pencatatan

2) Postulat kelangsungan usaha (going concern)


Postulat kelangsungan usaha atau postulat kontinuitas, menyatakan bahwa
entitas akuntansi akan terus beroperasi untuk melaksanakan projek, komitmen, dan
aktifitas yang sedang berjalan.
Postulat mengasumsikan bahwa perusahaan tidak diharapkan untuk dilikuidasi
dalam masa mendatang yang dapat diketahui dari sekarang atau bahwa entitas akan
terus beroperasi untuk periode waktu yang tidak tertentu. Postulat kelangsungan
usaha menyediakan dasar untuk akuntansi depresiasi.

3) Postulat unit pengukur (monentary unit)


Unit pertukaran dan pengukuran diperlukan untuk mencatat transaksi
perusahaan degan cara yang seragam. Pengukuran yang digunakan adalah unit
moneter. Jadi postulat unit pengukur menyatakan bahwa akuntansi adalah
pengukuran dan proses mengkomunikasikan aktivitas perusahaan yang dapat diukur
dalam satuan moneter.

4) Postulat periode akuntansi (accounting period)


Periode akuntansi dibutuhkan investor untuk mengetahui kinerja operasional
perusahaan.Oleh karena itu postulat ini berkebalikan dengan postulat
keberlangsungan usaha. Karena untuk postulat periode akuntansi, mensyaratkan
perusahaan pada saat pembuatan laporan keuangan berarti perusahaan dalam kondisi
likuidasi.

2. Konsep Teoritis Akuntansi


1) Teori Proprietary / Teori Kepemilikan
Menurut teori proprietary antita sebagai “agen, perwakilan atau susunan melalui
wirausaha individual atau pengoperasi pemegang saham”. Sudut pandang kelompok
pemilik sebagai pusat kepentingan terefleksi dalam cara memelihara catatan akuntansi dan
membuat laporan keuangan. Tujuan utama teori proprietary adalah untuk menentukan dan
menganalisis kekayaan bersih pemilik.

2) Teori Entitas
Teori entitas memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari pihak
yang menyediakan modal pada entitas. Secara sederhana, unit bisnis, bukan pemilik,
merupakan pusat kepentingan akuntansi.Unit bisnis memiliki sumber daya perusahaan
danbertanggung jawab terhadap pemilik maupun kreditor.
3) Teori Dana
Teori dana memandang unit bisnis terdiri atas sumber daya ekonomi (dana) serta
kewajiban dan restriksi terkait mengenai penggunaan sumber daya. Laporan ini
merefleksikan perilaku operasi perusahaan yang berkaitan sumber dan penggunaan
dana.Teori dana terutama berguna untuk pemerintah dan organisasi nirlaba

3. Prinsip Akuntansi
1)Prinsip Kos (cost principle)
Menurut prinsip kos, kos pemerolehan (acquisition cost) atau kos historis merupakan
dasar penilaian yang memadai untuk mengakui pemerolehan semua barang dan jasa,
expenses, kos, dan ekuitas. Kos adalah jumlah, diukur dalam uang, kas yang dibelanjakan
atau properti lain yang ditransfer, penerbitan modal saham, jasa yang diberikan, atau utang
yang terjadi, sebagai imbalan atas barang atau jasa yang diterima, atau seharusnya diterima.

2)Prinsip Revenue (Revenue cost)


Prinsip-Prinsip revenue menspesifikasi:
a) Sifat komponen-komponen revenue
(1)Aliran masuk aset bersih yang berasal dari penjualan barang atau jasa
(2)Aliran keluar barang atau jasa dari perusahaan kepada pelanggan
(3)Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh perusahaan
selama priose waktu tertentu

b) Sifat dan komponen revenue menurut hendariiksen


(1) Konsep produk lebih superior dari pada konsep aliran keluar, yang lebih superior
dari pada konsep aliran masuk.
(2) Konsep produk adalah netral terkait dengan pengukuran (jumlah) dan saat (tanggal
pengakuan) revenue, sdangkan konsep aliran masuk membingungkan terkait dengan
pengukuran (jumlah) dan saat (tanggal pengakuan) proses revenue

c) Accounting Terminology Bulletin 2


Mendefinisikan Revenue “Revenue berasal dari penjualan barang atau pemberian
jasa dan diukur dengan beban yang ditanggung pelanggan, klien, atau penyewa barang
dan jasa yang disediakan untuk mereka. Revenue juga meliputi keuntungan dari
penjualan atau pertukaran aset (selain saham yang diperdagangkan) dan deviden yang
diperoleh dari invesasi, dan peningkatan lain dalam ekuitas pemilik kecuali peningkatan
yang berasal dari kontribusi modal dan penyesuaian modal.

d) Pengukuran Revenue, revenue diukur dalam pengertian nilai pertukaran produk atau jasa
dalam sebuah transaksi yang lugas (arm’s-length transaction)
Ada dua intepretasi revenue yang muncul dari konsep revenue ini:
 Potongan tunai dan berbagai pengurangan dalam harga tetap, seperti kerugian piutang
yang tidak tertagih (intepretasi ini bertentangan dengan pandangan bahwa potongan
tunai dan kerugian piutang tidak tertagih dianggap sebagai expenses).
 Untuk transaksi non kas,nilai pertukaran sama dengan nilai pasar yang wajar barang/
jasa yang diberikan atau yang diterima, mana yang lebih mudah dan jelas dalam
menghitungnya.

e) Waktu Pengakuan Revenue umumnya diakui bahwa revenue dan income yang diperoleh
dalam semua tahap siklus operasi (yaitu selama penerimaan order, produksi, penjualan dan
penagihan). Karena sulit alokasi reveue dan income pada siklus yang berbeda maka
menggunakan realisasi. Realisasi adalah perubahan dalam aset atau utang secara memadai
telah menjadi tertentu dan bertujuan untuk membenarkan pengakuan dalam akun.
f) Diperlukan aturan spesifik atau pertimbangan yang diperlukan untuk mengakui perubahan
aset dan AAA membuat standar kriteria tersebut:
(1) Diperoleh (earned), dalam satu atau bebeapa pengertian
(2) Dalam bentuk yang dapat didistribusikan
(3) Hasil atas konversi yang timbul dari transaksi antar perusahaan dan pihak eksternal
(4) Hasil dari penjualan yang saham atau proses serupa
(5) Dipotong dari modal
(6) Dalam bentuk aset lancar
(7) Dampak kotor atau bersih pada ekuitas pemegang saham harus dapat diestimasi dengan
tingkat reliabilitas tinggi Secara umum, revenue diakui dengan dasar akrual atau dasar
peristiwa kritis.

g) Dasar akrual untuk pengakuan revenue berimplikasi bahwa revenue harus dilaporkan
selama produksi, pada akhir produksi, pada saat penjualan atau pada saat pengumpulan
penjualan
Revenue diakui selama produksi jika:
(1) Revenue berupa sewa, bunga, komisi diakui ketika telah diperoleh (earned).
(2) Pemberian jasa individual atau kelompok profesional atau jasa yang serupa lebih baik
menggunakan dasar akrual untuk pengakuan revenue.
(3) Revenue dari kontrak jangka panjang
(4) Revenue atas cost plus fixed-fee contracts
(5) Perubahan aset karena pertumbuhan (acretion) akan menimbulkan peningkatan , sebagai
contoh minuman keras anggur, tanaman kayu, ternak dsb)

3.) Prinsip Penandingan (Matching Principle)


Secara operasional, ada dua tahap untuk akuntansi expenses:
a) Kos dikapitalisir sebagai aset yang menggambarkan sekumpulan jasa atau manfaat potensial
b) Setiap aset dihapus sebagai expenses untuk mengakui proporsi jasa potensial aset yang telah
terpakai untuk menghasilkan revenue selama periode tertentu.
Jadi, akuntansi akrual lebih ditunjukkan oleh prinsip penandingan dalam artian kapitalisasi dan
alokasi dibanding akuntansi kas.

Hubungan antara revenue dan expenses tergantung pada sati dari empat kriteria:
1. Penandingan kos yang telah terpakai dengan revenue (sbg contoh, cost of good
soldditandingkan dengan penjualan)
2. Penandngan langsung kos yang telah terpakai dengan periodanya (contoh; gaji direktur
untuk periode tertentu)
3. Alokasi kos selama periode yang mendapatkan manfaat (contoh; depresiasi)
4. Menjadikan expenses semua kos lain dalam periode terjadinya, kecuali dapat ditunjukkan
bahwa masih memiliki manfaat di masa datang (contoh; expenses advertensi ). Kos yang
belum terserap (aset) yang tdk memenuhi salah satu dari empat kriteria untuk menjadikannya
expenses pd periode berjalan dapat dibebankan pada periode mendatang dan dapat
diklasifikasikan dalam katagori yang berbeda sesuai dengan penggunaan
4) Prinsip Objektive (Objective principle)
Kegunaan informasi keuangan tergantung pada tingkat reliabilitas prosedur pengukuran yang
digunakan. Karena menjamin reliabilitas maksimum adalah sangat sulit, akuntan telah
menggunakan prinsip objektifitas untuk menjustifikasi pemilihan prosedur pengukuran yang
digunakan.

5) Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)


Prinsip konsistensi menyatakan bahwa peristiwa ekonomi yang serupa seharusnya dicatat dan
dilaporkan secara konsisten dari periode ke periode.

6) Prinsip Pengungkapan Penuh (Full Disclosure)


Terdapat konsensus di akuntansi bahwa pengungkapan data akuntansi yang penuh (full),
wajar (fair) dan cukup (adequate).Pengungkapan penuh mensyaratkan bahwa laporan
keuangan didesain dan dibuat untuk menggambarkan secara akurat peristiwa ekonomi yang
telah mempengaruhi perusahaan untuk suatu periode.

7) Prinsip Konservatisme (conservatism)


Prinsip konservatisme merupakan prinsip pengecualian atau modifikasi dalam artian bahwa
prinsip tersebut bertindak sebagai batasan untuk penyajian data akuntansi yang relevan dan
reliabel.

8) Prinsip Materialitas (Materiality)


Prinsip ini menyatakan bahwa transaksi dan peristiwa yang tidak memiliki dampak ekonomi
signifikan dapat diatasi dengan cara yang paling tepat, apakah transaksi tersebut sesuai
dengan PABU atau tidak, dan tidak perlu diungkapkan.

9) Prinsip Keseragaman Dan Komparabilitas (comparability)


Prinsip keseragaman merujuk pada penggunaan prosedur yang sama untuk item-item yang
terkait dengan perusahaan antar waktu. Artinya penggunaan prosedur sama oleh perusahaan
yang berbeda. Tujuannya adalah komparabilitas laporan keuangan.

1. Standar (Teknik) Akuntansi


Standar akuntansi adalah peraturan- peraturan khusus yang dijabarkan dari prinsip
dasar akuntansi, yang mengatur tentang bagaimana standar perlakuan pencatatan dan
pelaporan terhadap semua transaksi atau kejadian-kejadian tertentu yang dialami oleh suatu
lembaga (entity) organisasi atau perusahaan.
Inilah yang sebenarnya digambarkan oleh Standar Akuntansi Keuangan
Indonesia, Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) di Amerika dan APB
Statement menjadi FASB Statement. Standar ini diperlukan sebagai pedoman dalam
penyusunan laporan keuangan yang baku. Standar akuntansi ini akan secara terus-menerus
berubah dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman, dunia usaha,dan kemajuan
teknologi.
Belkoui (1985) mengemukakan alasan pentingnya standar akuntansi yang baku, yaitu:
1) Dapat menyajikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan kegiatan perusahaan
yang dapat dipercaya kebenarannya dan memiliki daya banding.
2) Memberikan pedoman bagi akuntan publik dalam melakukan pekerjaannya secara hati-hati
dan independen.
3) Memberikan database kepada pemerintah tentang berbagai informasi yang dianggap
penting dalam perhitungan PPh, peraturan tentang perusahaan, perencanaan dan pengaturan
ekonomi, dan peningkatan efisiensi ekonomi, serta tujuan-tujuan makro lainnya.
4) Menarik perhatian para ahli dan praktisi di bidang teori dan standar akuntansi.

Mengenai pihak-pihak yang dianggap memiliki peranan yang besar dalam proses perumusan
standar akuntansi. Belkoui (1985) membaginya ke dalam tiga fase:
1) Fase peranan manajemen (1990-1933)
Dalam periode ini, manajemen dianggap memiliki peranan yang besar dalam perumusan
standar akuntansi. Metode yang dipakai dalam memecahkan masalah akuntansi yang timbul
di periode ini adalah lebih bersifat pragmatis, bukan berdasarkan pada teori yang ada.
2) Fase peranan profesi (1933-1973)
Dalam periode ini, perumusan standar akutansi didominasi oleh profesi, dimana organisasi
mulai tumbuh dan berkembang dengna pesat. Namun anggota asosiasi dan organisasi profesi
masih belum yakin terhadap kerangka teori yang ada yaitu kekuatan atau otoritasnya tidak
jelas. Oleh sebab itu banyak sekali alternative yang timbul yang pada akhirnya meniptakan
fleksibilitas dalam penerapan standar akuntansi.
3) Fase politisasi (1973-sekarang)
Berbagai kelemahan yang ada pada fase peranan manajemen dan profesi telah menimbulkan
kecendariungan pada lahirnya metode yang lebih bersifat deduktif dan politisasi dalam
perumusan standar akuntansi.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Perumusan dari teori akuntansi akan berawal dari pengembangan tujuan dari laporan
keuangan dan diakhiri dengan penyusunan sebuah kerangka konseptual sebagai pedoman
bagi prinsip dan teknik akuntansi. Kerangka konseptual yang dibuat harus dapat diterima oleh
semua orang yang berkepentingan. Selain bermanfaat sebagai pedoman, kerangka konseptual
juga dapat menghasilkan suatu standar yang cukup baik yang juga dapat diterima secara
universal.

3.2. Saran

Anda mungkin juga menyukai