OLEH :
NIM : 7117411616
CI INSTITUSI
(…………………………….)
FAMIKA MAKASSAR
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Keluarga
1. Defenisi keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat
oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012).
Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan
merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam
masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga sangat
menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu di
perhitungkan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah
ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi),
tinggal dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.
2. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak
pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi
afektif adalah (Friedman, M.M et al.,2010) :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan,
saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan,
saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru.
b. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia
akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam
hal ini keluarga dapat Membina hubungan sosial pada anak,
Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber
daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain
untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat
tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan,
yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota
keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan
berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus
lebih dari suatu periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan
diastolik diatas 90mmHg. (Aspiani, 2014)
2. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut
(Aspiani, 2014) :
a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi
idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi
yaitu : (Aspiani, 2014)
1) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko
tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat
dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memliki tekanan darah
tinggi.
2) Jenis kelamin dan usia
Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko
tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan
darah
meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki
lebih tinggi dari pada perempuan.
3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita
dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi berlebihan,
ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan cairan lebih
banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh. Banyaknya cairan yang
tertahan menyebabkan peningkatan pada volume darah. Beban ekstra yang
dibawa oleh pembuluh darah inilah yang menyebabkan pembuluh darah
bekerja ekstra yakni adanya peningkatan tekanan darah didalam dinding
pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah meningkat.
4) Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam
keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan
dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
5) Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup
sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok, dengan
merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari
dan dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama merokok
berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol yang sering,
atau berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien
sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk
menghindari alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas stabil dan
pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa
terjadi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang jelas.salah satu contoh
hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadiakibat
stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat
aterosklerosis.stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke
ginjalsehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan
pelepasn renin, dan pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara
langsung meningkatkan tekanan darahdan secara tidak langsung
meningkatkan sintesis andosteron danreabsorbsi natrium. Apabiladapat
dilakukan perbaikan pada stenosis,atau apabila ginjal yang terkena
diangkat,tekanan darah akan kembalike normal (Aspiani, 2014).
3. Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah
jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari
perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantug). Pengaturan
tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon.
Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara
lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin
angiotensin dan autoregulasi vaskular (Udjianti, 2010).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di vasomotor, pada medula diotak. Pusat vasomotor ini bermula pada
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Titik neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah (Padila, 2013).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Padila, 2013). Meski etiologi hipertensi
masih belum jelas, banyak faktor diduga memegang peranan dalam genesis
hiepertensi seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis, sistem saraf, ginjal,
jantung pembuluh darah, kortikosteroid, katekolamin, angiotensin, sodium, dan
air (Syamsudin, 2011).
Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah (Padila, 2013).
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cendrung mencetuskan
keadaan hipertensi (Padila, 2013).
4. Tanda dan Gejala Hipertensi
Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014) menyebutkan
gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak
sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara
umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut:
a. Sakit kepala
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera
Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi mengalami
nyeri kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah akibat
dari vasokonstriksi pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan tekanan
vasculer cerebral, keadaan tersebut akan menyebabkan nyeri kepala sampe
tengkuk pada klien hipertensi.
5. Klasifikasi Hipertensi
Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah tekanan darah
sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80
mmHg. Seseorang yang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.
Tabel 1
Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa Sebagai
Patokan danDiagnosis Hipertensi (mmHg)
Normal Sistolik
< 120 mmHg Diastolik
<80 mmHg
2. Diagnosa Keperawatan
(Sumber : Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016, Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia)
3. Intervensi Keperawatan
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan menurut (Kozier, 2010) adalah fase kelima atau
terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur,
proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan
balik selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah
program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan.
Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif,
objektif, assesment, planing) (Achjar, 2007). Evaluasi yang diharapkan sesuai
dengan masalah yang klien hadapi yang telah di buat pada perencanaan tujuan dan
kriteria hasil. Evaluasi yang diharapkan dapat dicapai pada klien hipertensi
dengan kesiapan peningkatan pengetahuan adalah :
a. Pasien memiliki ketertarikan dalam belajar
b. Pasien dapat mengidentifikasi sumber informasi yang akurat
c. Pasien secara aktif mengungkapkan secara verbal informasi yang dapat
digunakannya
d. Pasien dapat menggunakan informasi yang diperoleh dalam meningkatkan
kesehatan atau mencapai tujuan
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, komang ayu henny. (2007). Asuhan Keperawatan Komunitas. Jakarta: EGC.