BPHTB - 01
DEFINISI BPHTB (Pasal 1 UU BPHTB No 20 Tahun 2000)
1) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan
atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, yang selanjutnya disebut
pajak.
2) Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau
peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan
atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.
3) Hak atas tanah dan atau bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak
pengelolaan, beserta bangunan di atasnya, sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tenting Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria, Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tenting Rumah Susun, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
BPHTB - 02
OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BPHTB (Pasal 2 UU No 20 tahun 2000)
OBJEK BPHTB Objek Pajak adalah perolehan hak atas tanah dan bangunan.
1) Hak milik
2) Hak Guna Usaha
3) Hak Guna Bangunan
4) Hak Pakai
5) Hak Milik atas Satuan Rumah Susun
6) Hak Pengelolaan (Pasal 2 ayat (3) UU No 20 tahun 2000)
BPHTB - 04
Subjek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
1) Subjek Pajak BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas
tanah dan bangunan.
BPHTB - 05
TARIF, DASAR PENGENAAN, DAN CARA PERHITUNGAN PAJAK
BPHTB - 06
Pengecualian NPOP Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP) kecuali penunjukan pembeli dalam
lelang, jika tidak diketahui atau lebih rendah daripada Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang
digunakan adalah pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada tahun terjadinya
perolehan, dasar pengenaan pajak yang dipakai adalah Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB).
NPOPKP
Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (NPOPKP) adalah Nilai Perolehan Objek
Pajak NPOP dikurangi dengan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP);
BPHTB - 07
CARA PERHITUNGAN BPHTB
Besarnya pajak terutang dihitung dengan mengalikan tarif pajak dengan NPOPKP
BPHTB yang terutang karena waris, hibah wasiat adalah 50 % dari yang seharusnnya
terutang. Terutang sejak tanggal pendaftaran peralihan hak ke kantor Pertanahan
Kabupaten / Kota bersangkutan. (PP No 111 tahun 2000).
0 % dari BPHTB yang seharusnya terutang, dalah hal penerima hak pengelolaan
adalah Departemen, Lembaga pemerintah Non Departemen, Pemerintah daerah,
Lembaga pemerintah lainnya dan Perum Perumnas
50 % dari BPHTB yang seharusnya terutang, untuk penerimaan Hak Pengelolaan
Lainnya. (PP No 112 tahun 2000)
BPHTB - 08
SAAT DAN TEMPAT PAJAK TERUTANG
SAAT PAJAK TERUTANG ;
Sejak tanggal dibuat dan ditandatangani akta dihadapan Pejabat Pembuat Akta
Tanah/ Notaris, meliputi ; Jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam
perseroan atau badan hukum lainnya, pemisahan hah yang menyebabkan peralihan,
penggabungan usaha, peleburan usaha, hadiah.
Sejak Penunjukan pemenang lelang untuk lelang
Sejak tanggal keputusan pengadilan yang mempunyai ketetapan hukum tetap dalam
hal sudah keputusan hukum.
Sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan haknya ke kantor
pertanahan, meliputi hibah wasiat dan waris
Sejak tanggal ditandatangani dan diterbitkannya surat keputusan pemberian hak,
meliputi pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak dan
pemberian hak baru di luar pelepasan hak.
Tempat pajak terutang adalah di wilayah Kabupaten, Kota atau Propinsi yang meliputi
letak tanah dan atau bangunan.
BPHTB - 10
PENGURANGAN
BPHTB - 15
2). Kondisi WP yang ada hubungan dengan sebab tertentu yaitu :
3). Tanah dan atau bangunan untuk kepentingan sosial/ pendidikan yang semata-
mata tidak mencari keuntungan diberi pengurang 50 %
BPHTB - 16
PEMBAGIAN PENERIMAAN BPHTB
100 %
Pusat 20 % Daerah 80 %
DATI DATI
I II
20 % X 80 % = 16 % 80 % X 80 % = 64%
BPHTB - 18