1 SM
1 SM
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen pencatatan
reproduksi dan tingkat keberhasilan pelaksanaan kawin pertama setelah beranak di
KPBS Pangalengan. Metode penelitian yang digunakan adalah sensus, data
dianalisis secara deskriptif. Data yang digunakan adalah data reproduksi dari
tahun 2010 sampai tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen
pencatatan di KPBS Pangalengan masih kurang baik karena data reproduksi yang
valid hanya sebesar 69,35%. Tingkat keberhasilan pelaksanaan kawin pertama
tertinggi di KPBS Pangalengan dicapai pada hari ke 161-180 setelah beranak
dengan persentase sebesar 68,48%. Keberhasilan pelaksanaan kawin pertama
dilihat dari pejantan yang digunakan berkisar antara 47%-87%. Persentase rata-
rata keberhasilan kawin pertama petugas inseminasi di KPBS Pangalengan adalah
sebesar 64,35%. Selama enam tahun terakhir, tahun 2013 memiliki persentase
keberhasilan kawin pertama yang paling tinggi yaitu sebesar 69,15%.
Kata Kunci: kawin pertama, manajemen pencatatan reproduksi, pejantan, petugas
inseminasi, persentase keberhasilan
ABSTRACT
This research have the purposes to find out the reproductive recording
management and the succes rate of the first mate after calving in KPBS
Pangalengan. The research method used census and the result was analyzed
descriptively. The result of research showed that KPBS Pangalengan need to
improve their reproductive recording management because the valid data only
about 69.35%. Most succesful rate of the first mate if we look from the interval
between the first mate and calving is on the day 161-180 with the percentage
68.48%. Succesful rate of the bull is about 47%-87%. The average succesful rate
of the inseminator in KPBS Pangalengan is 64.35%. On the 2013, KPBS
Pangalengan has the highest succesful first mate rate with 69.15%.
1
Evaluasi Atas Keberhasilan Pelaksanaan Kawin………………...……Afghan Arif Arandi
PENDAHULUAN
Sistem tata laksana reproduksi yang tepat memegang peranan penting
dalam menentukan tingkat keberhasilan produksi suatu usaha peternakan sapi
perah, karena reproduksi merupakan faktor utama atas terjadinya laktasi pada
ternak. Proses pembentukan air susu dalam tubuh ternak akan terjadi dengan
adanya serangkaian proses reproduksi ternak, mulai dari kawin, bunting dan
partus. Oleh karena itu manajemen reproduksi menjadi salah satu aspek yang
perlu diperhatikan dalam usaha peternakan sapi perah.
Manajemen reproduksi pada sapi perah mempunyai tingkat pencapaian
performa sifat-sifat reproduksi, diantaranya masa banyaknya kawin per
kebuntingan (S/C), masa kosong (days open) dan selang beranak (calving
interval). Perkawinan pada usaha peternakan sapi perah di Indonesia sebagian
besar dilakukan secara tidak alami, yakni menggunakan teknik inseminasi buatan.
Inseminasi buatan dilakukan untuk menghilangkan biaya pemeliharaan pejantan,
sehingga peternak dapat fokus pada usaha pemeliharaan sapi perah betina yang
menghasilkan susu. Keuntungan lain dari inseminasi buatan adalah pelaksanaan
kawin lebih dapat dikontrol oleh peternak daripada kawin alam yang tidak dapat
dikontrol oleh peternak.
Keberhasilan inseminasi buatan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah pejantan atau semen yang digunakan, inseminator, ketepatan
deteksi berahi betina yang menerima semen, dan waktu pelaksanaan perkawinan.
Catatan reproduksi di peternak atau koperasi dapat menjadi bahan evaluasi untuk
menilai tingkat keberhasilan inseminasi buatan yang dilakukan oleh petugas
kesehatan hewan yang melakukan inseminasi buatan. Selain menilai kinerja
inseminator, dengan catatan reproduksi juga peternak dapat menilai kualitas
semen yang digunakan dan selang waktu kawin pertama setelah beranak yang
memiliki tingkat keberhasilan yang paling tinggi.
Kawin pertama setelah beranak memegang peranan penting dalam
manajemen reproduksi karena semakin jauh selang waktu kawin pertama dengan
beranak, maka akan semakin memperlebar days open dan calving interval.
Semakin besar nilai days open dan calving interval maka dapat mempengaruhi
efektivitas dan produktivitas produksi sapi perah. Selang waktu kawin pertama
dengan beranak juga berpengaruh terhadap lama laktasi sapi perah
Salah satu daerah penghasil susu terbesar di Jawa Barat adalah Koperasi
Peternak Bandung Selatan (KPBS) di Kecamatan Pangalengan yang berada di
Kabupaten Bandung. Populasi sapi perah di KPBS Pangalengan 12.513 ekor
dengan produksi susu sebanyak 81.240 kg per hari. Kondisi cuaca yang sesuai
untuk pemeliharaan sapi perah adalah salah satu alasan Kecamatan Pangalengan
memiliki populasi sapi perah yang cukup banyak sehingga jumlah susu yang
2
Evaluasi Atas Keberhasilan Pelaksanaan Kawin………………...……Afghan Arif Arandi
dihasilkan dapat dikatakan sebagai salah satu yang terbanyak di Provinsi Jawa
Barat.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis melakukan penelitian mengenai
evaluasi pelaksanaan kawin pertama setelah beranak di KPBS Pangalengan.
Penelitian dilakukan di KPBS Pangalengan karena memiliki data reproduksi yang
cukup lengkap dan KPBS Pangalengan merupakan salah satu koperasi peternakan
terbesar yang berada di daerah Jawa Barat sehingga penelitian yang dilakukan
dapat berpengaruh terhadap banyak peternak di daerah Jawa Barat pada umumnya
dan khususnya peternak anggota KPBS Pangalengan.
3
Evaluasi Atas Keberhasilan Pelaksanaan Kawin………………...……Afghan Arif Arandi
4
Evaluasi Atas Keberhasilan Pelaksanaan Kawin………………...……Afghan Arif Arandi
Data kawin pertama yang dilakukan lebih dari satu kali juga tidak dapat
digunakan karena tidak dapat diketahui pelaksanaan kawin yang mana yang benar.
Contohnya sapi dengan ID C 5839-KPBS milik Bapak Gugun yang tercatat
dikawinkan pada tanggal 2 Juni 2010 dengan petugas pelaksana Bapak Ikhsan
Santika, namun sapi tersebut memiliki catatan kawin lain pada tanggal 6 Juni
2010 dengan petugas pelaksana yang berbeda yaitu Bapak Witana Sopian. Maka
kedua data tersebut dinyatakan tidak valid. Dalam hal ini, persentase data yang
bermasalah tidak terlalu besar yaitu hanya sebesar 1,86%. Terjadinya data kawin
pertama yang dilakukan lebih dari satu kali juga dapat disebabkan oleh kelalaian
petugas koperasi yang memasukkan data ke komputer karena kesalahan
pencatatan ID sapi atau periode laktasi.
Berdasarkan keseluruhan data reproduksi yang tercatat di KPBS
Pangalengan dari tahun 2010-2015, data yang dapat dikatakan valid hanya sebesar
69,35%. Hal ini menunjukkan pencatatan reproduksi di KPBS Pangalengan masih
memerlukan perbaikan sehingga pelaksanaan reproduksi untuk sapi perah milik
peternak anggota KPBS Pangalengan dapat lebih optimal. Dengan memperbaiki
manajemen pencatatan di tingkat peternak dan koperasi, kekeliruan dalam
pencatatan akan berkurang dan data reproduksi yang dimiliki koperasi dapat lebih
akurat.
5
Evaluasi Atas Keberhasilan Pelaksanaan Kawin………………...……Afghan Arif Arandi
6
Evaluasi Atas Keberhasilan Pelaksanaan Kawin………………...……Afghan Arif Arandi
7
Evaluasi Atas Keberhasilan Pelaksanaan Kawin………………...……Afghan Arif Arandi
8
Evaluasi Atas Keberhasilan Pelaksanaan Kawin………………...……Afghan Arif Arandi
9
Evaluasi Atas Keberhasilan Pelaksanaan Kawin………………...……Afghan Arif Arandi
10
Evaluasi Atas Keberhasilan Pelaksanaan Kawin………………...……Afghan Arif Arandi
KESIMPULAN
1. Manajemen pencatatan reproduksi di KPBS Pangalengan masih perlu
ditingkatkan, karena masih terdapat banyak kesalahan dalam pencatatan
sehingga data reproduksi yang dimiliki koperasi kurang akurat, dengan
tingkat validasi data hasil pencatatan kawin pertama setelah beranak
sebesar 69,35%,
2. Tingkat keberhasilan pelaksanaan kawin pertama setelah beranak di KPBS
Pangalengan berdasarkan waktu pelaksanaan perkawinan hasil tertinggi
dicapai pada hari ke 161-180 hari (68,48%), berdasarkan pejantan yang
digunakan berkisar antara 47%-87%, dan berdasarkan petugas pelaksana
inseminasi di KPBS Pangalengan memiliki persentase keberhasilan rata-
rata sebesar 64,35%.
3. Tingkat keberhasilan kawin pertama setelah beranak dari tahun 2010
sampai tahun 2015 berkisar antara 57%-69%, dan prestasi terbaik didapat
pada tahun 2013 (69,15%).
11
Evaluasi Atas Keberhasilan Pelaksanaan Kawin………………...……Afghan Arif Arandi
DAFTAR PUSTAKA
Barret, M. A and P. J. Larkin. 1974. Milk and Beef Production in the Tropics.
Oxford University Press. Oxford.
Hastuti, Dewi., Sudi Nurtini, dan Rini Widiati 2008. Kajian Sosial Ekonomi
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Sapi Potong di Kabupaten Kebumen.
Mediagro. Semarang.
Makin, Moch. dan Dwi Suharwanto. 2012. Performa Sifat-Sifat Produksi Susu
dan Reproduksi Sapi Perah Fries Holland di Jawa Barat. Jurnal Ilmu
Ternak Vol. 12 No. 2. Sumedang.
Setiawan, Rangga., Kundrat Hidajat., dan Dwi Cipto Budinuryanto. 2014. Studi
Asosiasi antara Masa Kosong (Days Open) Terhadap Produksi Susu dan
Kerugian Ekonomi pada Peternakan Sapi Perah di Kabupaten Garut.
Jurnal Ilmu Ternak Vol. 1 No. 4. Sumedang.
Toelihere, MR. 1993. Ilmu Kebidanan dan Kemajiran Pada Ternak Sapi dan
Kerbau. Penerbit Angkasa. Bandung.
Tophianong, Tarsisius Considus., Agung B., dan Arif Maha N. 2014. Tinjauan
Hasil Inseminasi Buatan Berdasarkan Anestrus Pasca Inseminasi Pada
Peternakan Rakyat Sapi Bali di Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur.
Jurnal Sain Veteriner. Kupang.
12