Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DAN ROM

Dosen Pembimbing : Alik S , S . Kep., Ns ,M. Kep

Oleh :

Nila Dwi Puspitasari

NIM : 192102020

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG

PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


1. KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Mobilisasi adalah keadaan dimana individu mengalami keterbatasan kemampuan
untuk melakukan pergerakan fisik secara mandiri (Siti Maryam dkk, 2013). Mobilitas
merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur sehingga
dapat beraktivita untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilitas dibutuhkan untuk
meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit
( tutama penyakit degenaratif ), dan untuk aktualisasi diri.

ROM ( Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan
sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital, transversal, dan frontal.
Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh
menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan
membagi tubuh menjadi bagian depan ke belakang. Potongan transversal adalah garis
horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah. Pengertian ROM lainnya
adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot,
dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara
aktif ataupun pasif. Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan
persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter
& Perry, 2005).Gerakan ROM dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Rentang pergerakan sendi (RPS) aktif / ROMaktif merupakan latihan isotonikdengan


klien secara mandiri menggerakkan setiap sendi ditubuhnya melalui RPSyang lengkap ,
perenggangan seluruh kelompok otot secara maksimal pada setiap bidang diatas sendi.

2. Rentang pergerakan sendi pasif/Rom pasif merupakan bantuan yang dilakukan olehorang
lain dengan meggerakkan setiap sendi klien secara lengkap danmerenggangkan
seluruh kelompok otot secara maksimal pada setiap bidang sendi.

B. KLASIFIKASI 

1. Jenis Mobilisasi
a. Mobilitas penuh.Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh
dan bebassehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-
hari.Mobilisasi penuh ini merupakan saraf motorik volunter dan sensorik untuk
dapatmengontrol seluruh area tubuh seseorang.

b. Mobilisasi sebagian.Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan


batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena di pengaruhi oleh
gangguan sarafmotorik dan saraf sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai
padakasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi
dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan
kontrol mekanik dan sensorik.Mobilisasi sebagian di bagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1). Mobilisasi sebagian temporer, merupakan kemampuan individu


untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapatdisebabak
an oleh trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal,contohnya adalah adanya
dislokasi sendi dan tulang.

2). Mobilisasi sebagian permanen, merupakan kemampuan individu


untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebutdisebabkan oleh
rusaknya sistem saraf yang refersibel. Contohnya terjadinya hemiplegi karena stroke,
paraplegi karena cedera
tulang belakang, poliomelitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensoris.

2. Rentang Gerak dalam mobilisasi

Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :

a. Rentang gerak pasif Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot
dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya
perawatmengangkat dan menggerakkan kaki pasien. 
b. Rentang gerak aktif Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan
caramenggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasienmenggerakkan
kakinya.
c. Rentang gerak fungsional Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan
melakukan aktifitasyang diperlukan (Carpenito, 2000).
C. ETIOLOGI
1. Penyebab utama mobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan
otot,ketidakseimbangan, dan masalah psiokologis.

Penyebab secara umum :

a. Kelainan postur 
b. Gangguan perkembangan otot
c. Kerusakan system saraf pusat
d. Trauma langsung pada system musculoskeletal dan neuromusculare.
e. Kekakuan otot

 Kondisi yang menyebabkan mobilisasi antara lain (Restrick, 2005) :

a. Fall 
b. Fracturec.
c. Stroke
d. Postoperative bed reste.
e. Dmentia and Depressionf.
f. Instabilityg.
g. Hipnotic medicineh.
2. Faktok - faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi
a. Gaya hidup Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan
kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas
seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya;
seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau
seorang pemabuk.
b. Proses penyakit dan injuri Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan
mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk
mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena
adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus
istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misalnya; CVA yang berakibat
kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.
c. Tingkat energy Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang
lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan
seorang pelari.
d. Usia dan status perkembangan Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan
mobilitasnya dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa
pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak
yang sering sakit.

D. PATOFISIOLOGI

Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal,
sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang
karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem
pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik,
peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik
menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau
gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan
volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi
isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat.
Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan,
fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra
indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik).
Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan
tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan
pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang
berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan
tegangan otot yang seimbang. Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi
dan relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi
fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung. Immobilisasi
menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah rangka
pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler
(tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital,
membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah
merah.

E. TANDA DAN GEJALA

1. Kontraktur sendi Disebabkan karena tidak digunakan atrofi dan pendekatan saraf otot.

2. Perubahan eliminasi urine Eliminasi urine pasien berubah karena adanya imobilisasi pada
posisi tegak lurus, urine mengalir keluar dari pelvis ginjal lalu masuk ke dalam ureter dan
kandung kemih akibat gaya gravitasi.

3. Perubahan sistem integument Dekubitus terjadi akibat iskemia dan anoreksia jaringan.
Jaringan yang tertekan, darah membentuk dan kontriksi kuat pada pembuluh darah akibat
tekanan persistem pada kulit dan struktur di bawah kulit sehingga respirasi selular
terganggu dan sel menjadi mati.

4. Perubahan metabolik Ketika cidera atau stres terjadi, sistem endokrin memicu serangkaian
respon yang bertujuan untuk mempertahankan tekanan darah dan memelihara hidup.

5. Perubahan sistem muskulus skeletal Keterbatasan mobilisasi mempengaruhi otot klien


melalui kehilangan daya tahan, penurunan massa otot atrofi dan penurunan stabilitas.

6. Perubahan pada sistem respiratori Klien dengan pasca operasi dan imobilisasi beresiko
tinggi mengalami komplikasi pada paru- paru.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Sinar X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan hubungan


tulang.
b. CT scan (Computed Tomography)
c. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus, noninvasive, yang
menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan computer untuk memperlihatkan
abnormalitas.
d. Pemeriksaan Laboratorium:Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat
↑, kreatinin dan SGOT ↑ pada kerusakan otot.

G. PENATALAKSANA

1. Membantu pasien duduk di tempat tidur Tindakan ini merupakan salah satu cara
mempertahankan kemampuan mobilitas pasien. Tujuan :

a.Mempertahankan kenyamanan

b.Mempertahankan toleransi terhadap aktifitas

c. Mempertahankan kenyamanan

2. Mengatur posisi pasien di tempat tidur

a. Posisi fowler adalah posisi pasien setengah duduk/ duduk Tujuan :

1) Mempertahankan kenyamanan

2) Menfasilitasi fungsi pernafasan

b. Posisi sim adalah pasien terbaring miring baik ke kanan atau ke kiri Tujuan :

1) Melancarkan peredaran darah ke otak

2) Memberikan kenyamanan

3) Melakukan huknah

4) Memberikan obat peranus (inposutoria)

5) Melakukan pemeriksaan daerah anus


c. Posisi trelendang adalah menempatkan pasien di tempat tidur dengan bagian kepala lebih
rendah dari bagian kaki Tujuan : untuk melancarkan peredaran darah

d. Posisi genu pectorat adalah posisi nungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada bagian atas tempat tidur.

3. Memindahkan pasien ke tempat tdiur/ ke kursi roda Tujuan :

a. Melakukan otot skeletal untuk mencegah kontraktur

b. Mempertahankan kenyamanan pasien

c. Mempertahankan kontrol diri pasien

d. Memindahkan pasien untuk pemeriksaan

4. Membantu pasien berjalan Tujuan :

a. Toleransi aktifitas

b. Mencegah terjadinya kontraktur sendi

H. PATHWAY

Mobilisasi Tidak mampu beraktifitas Tirah baring yang lama Kehilangan daya otot Gangguan
fungsi paru paru Jaringan kulityang tertekan Gastrointestinal Penurunan otot Sulit batuk
Penumpukan secret Perubahan sistemmuskuluskeletal Kemunduran infekdefekasi Kerusakan
integritas kulit Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Kontriksi pembuluh darah Perubahan
sistem intragumen kulit Sel kulit mati Nitrogen tidak efektif Anoeksia Gangguan katabolisme
Konstipasi Hambatan mobilitas fisik Dekubitus.
H. Fokus Pengkajian
a. Pengumpulan data
1. Biodata Pasien, meliputi :
a. Nama pasien agar lebih mudah memanggil, mengenali klien antara yang satu dengan
yang lainnya, agar tidak keliru.
b. Umur : CVA dapat menyerang semua usia bahkan tanpa disadari
c. Jenis kelamin : semua jenis kelamin
d. Linkungan : pola makan, aktivitas, stress
e. Pendidikan : mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya serta
pemberian informasi yang tepat bagi klien..
f. Pekerjaan : mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi klien. Untuk
mengetahui juga lingkungan kerja klien apakah outdoor atau indoor.
2. Keluhan Utama : Gejala mengeluh sulit menggerakan ekstremitas,rentang gerak ROM
menurun,fisik sangat lemah sehingga sulit untuk melakukan aktivitas sehingga
mengakibatkan sulit bergerak
3. Anamnesis riwayat kesehatan sekarang.
Pemeriksaan difokuskan pada gejala sekarang dan gejala yang pernah dialami seperti sulit
menggerakan ekstremitas,gerak ROM menurun,lemas dan sulit bergerak
4. Anamnesis riwayat kesehatan dahulu
Komplikasi dari penyakit yang sebelumnya dialami misalnya riwayat hipertensi,kolestrol
DM dll.

I. Pengkajian Fisik

1. Tanda-Tanda Vital :Tekanan darah,Frekuensi nadi,Pernafasan,Suhu

2. Mengkaji system persendian Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas,
stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi

3. Mengkaji system otot Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan
ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi,
nyeri otot
4. System Pernapasan adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara nafas terdengar ronki
( aspirasi sekresi)

5. System pencernaan Ketidakmampuan menelan, mengunyah, tidak mampu memenuhi


kebutuhan nutrisi sendiri.

6. System musculoskeletal Kaji kekuatan dan gangguan tonus otot, pada klien hipertensi
didapat klien merasa kesulitan untuk melakuakn aktvitas karena kelemahan, kesemuatan atau
kebas.

7. System integument Keadaan turgor kulit, ada tidaknya lesi, oedem, distribusi rambut

J. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
K. Intervensi Keperawatan
INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
Gangguan mobilitas fisik Tujuan: Dukungan Mobilisasi
b.d gangguan Setelah dilakukan tindakan 1.057173
neuromuskuler dibuktikan keperawatan dalam waktu 1 x Observasi:
dengan : 24 jam masalah Gangguan 1. Identitas adanya nyeri
DS: mobilitas fisik teratasi 2. Identitas toleransi fisik
pasien mengeluh sulit Kriteria hasil: melakukan pergerakan
menggerakan ekstremitas  Kekuatan otot cukup 3. Monitor frekuensi
bagian kiri meningkat jantung dan tekanan
DO:  Kelemahan fisik darah sebelum memulai
 Fisik lemah menurun mobilisasi
 Kekuatan otot menurun  Gerakan terbatas mulai
Terapiutik:
 Gerakan terbatas menurun
4. Fasilitasi melakukan
gerakan

Edukasi:
5. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
L. Rasional
1. Untuk menghindari nyeri yang berlebihan
2. Dapat meningkatkan pergerakan fisik
3. Dapat dijadikan sebagai hasil acuan jantung dan tekanan darah sebelum melakukan
mobilisasi
4. Dapat meningkatkan pasien dalam melakukan gerakan
5. Dapat meningkatkan pengetahuna pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/40432418/Lp_gangguan_mobilisasi

https://dokumen.tips/documents/laporan-pendahuluan-rom.html

http://digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-yulilestar-1607-1-ktifix.pdf

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2511/4/Chapter%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai