Anda di halaman 1dari 6

Akhlak, Etika dan Moral

Disusun

Oleh:

Kelompok 7

Kelas : B Semester II

1. Najla Asyah Syafawani 191101010


2. Apriliyanti Nurjannah Harahap 191101038
3. Nur Azizah Rangkuti 191101074
4. Sri Raudatul Jannah 191101142

Dosen pembimbing :

FAKULTAS KEPERAWATAN
ILMU KEPERAWATAN
2020
Akhlak, Etika dan Moral
A. Pengertian Akhlak, Etika, Dan Moral
1. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari kata “khuluq” yang artinya perang atau tabiat. Dan dalam
kamus besar bahasa Indonesia, kata akhlak di artikan sebagai budi pekerti atau
kelakuan. Dapat di definisikan bahwa akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang
mendorong perbuatan dengan mudah, spontan tanpa di pikirkan dan di
renungkan lagi. Dengan demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang
melekat pada diri seseorang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku
atau perbuatan. Apabila perbuatan spontan itu baik menurut akal dan agama,
maka tindakan itu disebut akhlak yang baik atau akhlakul karimah (akhlak
mahmudah). Misalnya jujur, adil, rendah hati, pemurah, santun dan
sebagainya. Sebaliknya apabila buruk disebut akhlak yang buruk atau
akhlakul mazmumah. Misalnya kikir, zalim, dengki, iri hati, dusta dan
sebagainya. Baik dan buruk akhlak didasarkan kepada sumber nilai, yaitu Al
Qur’an dan Sunnah Rasul
2. Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau
adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan
tentang azaz-azaz akhlak (moral). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat
bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia.
Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang
menjadi ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tenatang
kebaikan dan keburukan, yang menyangkut peri kehidupan manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan
ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para
ulama etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan
apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus
dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang seharusnya diperbuat.
3. Pengertian Moral
Kata moral berasal dari bahasa latin “mores” yaitu jamak dari kata mos yang
berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan
bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
Sedangkan moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau
perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Sehingga moral dapat disimpulkan adalah istilah yang digunakan untuk
memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik
atau buruk, benar atau salah.

B. Karasteristik Akhlak Islam


Akhlak merupakan ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji
atau tercela menyangkut perilaku manusia yang meliputi perkataan, pikiran, dan
perbuatan manusia lahir batin. Akhlak secara substansial adalah sifat hati, bisa baik
bisa buruk yang tercermin dalam perilaku. Jika sifat hatinya baik yang muncul adalah
perilaku yang baik (akhlaq al-mahmudah) dan jika sifat hatinya buruk, yang akan
muncul adalah perilaku buruk (al-akhlaq al-madzmumah).
karakteristik akhlak islam itu meliputi :
1. Akhlak Rabbaniyah
Akhlak Rabbaniyyah memiliki pengertian bahwasanya wahyu Illahi
merupakan “ referencesource “ ( sumber rujukan ) ajaran akhlak. Hal ini tidak berarti
mengandung kontradiksi dengan pendapat akal sehat, karena kebaikan yang diajarkan
oleh wahyu adalah kebaikan menurut akal dan yang diajarkan sebagai keburukan
menurut wahyu adalah keburukan menurut akal.
2. Akhlak Insaniyah
Akhlak Insaniyyah mengandung pengertian bahwa tuntunan fitrah dan
eksistensi manusia sebagai makhluk yang bermartabat, sesuai dan ditetapkan oleh
ajaran akhlak. Kecenderungan manusia kepada hal-hal yang positif dan ketetapan akal
tentang kebaikan, secara langsung akan terpenuhi da bertemu dengan kebaikan ajaran
akhlak. Orientasi akhlak insaniyah ini, tidak terbatas pada perikemanusiaan yang
menghargai nilai-nilai kemanusiaan secara umum, tetapi juga mencakup kepada
perikemakhlukan, dalam pengertian menanamkan rasa cinta terhadap semua makhluk
Allah.
3. Akhlak Jam’iyah
Akhlak Jam’iyah mempunyai arti bahwa kebaikan yang terkandung di
dalammya sesuai dengan kemanusiaan yang universal, kebaikanya untuk seluruh umat
manusia di segala zaman dan di semua tempat, mencakup semua aspek kehidupan
baik yang berdimensi vertikal maupun yang berdimensi horizontal.
4. Akhlak Wasithiyah
Akhlak wasithiyah berarti bahwasanya ajaran akhlak itu menitikberatkan
keseimbangan antara rohani dan jasmani, keseimbangan antara dunia dan akhirat, dan
seterusnya. Allah SWT. dalam firman-Nya mengilustrasikan tentang dua kelompok
manusia yang memiliki sifat saling berlawanan. Kelompok pertama hanya
meprioritaskan kehidupan dunianya, dengan sekuat tenaga berusaha memenuhi
tuntutan-tuntutan hedonistiknya dan membunuh kesdaranya akan kehidupan akhirat.
Sedangkan kelompok kedua berusaha menyeimbangkan kepentingan hidupnya di
dunia dan di akhirat serta merasa takut akan siksa neraka. Kelompok prtama akan
mendapatkakeduniawinya, namun di akhirat tidak akan mendapatkan apa-apa,
sedangkan kelompok yang kedua benar-benar akan mendapatkan kebahagiaan dunia
dan akhirat.
5. Akhlak Waqi’iyah
Akhlak waqi’iyah mengandung pengertian bahwasanya ajaran akhlak
memperhatikan kenyataan ( realitas ) hidup manusia didasari oleh suat kenyataan,
bahwasanya manusia itu disamping memiliki kualitas-kualitas unggul, juga memiliki
sejumlah kelemahan. Firman Allah berikut memperjelas kondisi objektif manusia
paling mendasar : “ Dan jiwa serta penyempurnaanya
( ciptaannya ),maka Allah mengilhamkan.

Menurut Ibnu Arabi, di dalam diri manusia ada tiga nafsu.

1) Nafsu Syahwaniyah, ialah nafsu yang ada pada manusia dan binatang. Nafsu ini
cenderung kepada kelezatan jaamaniyah, misalnya makan, minum dan nafsu
seksual.
2) Nafsu Ghodlobiyah, nafsu ini juga ada pada manusia dan binatang, yaitu nafsu
yang cenderung pada amarah, merusak, dan senang menguasai serta mengalahkan
yang lain.
3) Nafsu Nathiqah, ialah nafsu yang membedakan manusia dan hewan. Dengan nafsu
ini manusia mampu berpikir dengan baik, berdzikir, mengambil hikmah, dan
memahami fenomena alam.

C. Hubungan Tasawuf dan Akhlak

Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Allah dengan cara menyucikan
hati (tashfiyat al-qalbi). Hati yang suci tidak hanya bisa dekat dengan Allah Swt.
tetapi malah dapat mengenal Allah Swt. (al-ma’rifah). Menurut Dzun Nun al-Misri,
ada tiga macam pengetahuan tentang Allah Swt.

Akhlak dan Tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya


mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia, sedangkan tasawuf mengatur
jalinan komunikasi vertical antara manusia dengan Tuhannya. Akhlak menjadi dasar
dari pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak.
Hubungan akhlak dan tasawuf  tidak bisa terpisashkan karena kesucian hati akan
membentuk akhlakjyang baik pula .Pada intinya seseorang yang masuk kedalamn
dunia tasawuf hgarus munundukan jasmani dan rohani dengan cara mendekatkan diri
kepada Allah dan menjaga akhlak yang baik.

Pengetahuan yang hakiki tentang Allah Swt. adalah pengetahuan yang disertai
dengan kesucian hati. Telah dijelaskan bahwa akhlak adalah sifat hati yang mendasari
perilaku manusia dan tasawuf adalah cara untuk membersihkan dan mensucikan hati.
Maka hubungan antara tasawuf dan akhlak menjadi sangat erat dan penting karena
satu sama lain saling mendukung.

Metode penyucian hati (tashfiyat al-qalbi) dalam ilmu tasawuf :

1) Ijtinabul Manhiyat, ialah menjauhi larangan-larangan Allah Swt.


2) Ada’ul Wajibat, ialah melaksanakan kewajiban-kewajiban Allah Swt.
3) Ada’un Nafilat, ialah melaksanakan hal-hal yang disunahkan Allah Swt.
4) Ar-Riyadloh, ialah latihan spiritual agar dapat istiqomah dalam menjalankan
seluruh ajaran Islam dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Di dalam Al-Qur’an banyak ditemukan ciri-ciri manusia yang beriman dan memiliki
akhlak mulia.

 Istiqomah atau konsekuen dalam pendirian (QS. Al Ahqof : 13).


 Suka berbuat kebaikan (QS. Al Baqarah : 112).
 Memenuhi amanah dan berbuat adil (QS. An Nisa’ : 58).
 Kreatif dan tawakkal (QS. Ali Imron : 160)
 Disiplin waktu dan produktif (QS. Al Ashr : 1-4).
Melakukan sesuatu secara proporsional dan harmonis (QS. Al Araf : 31).

Anda mungkin juga menyukai