net/publication/273127735
CITATION READS
1 1,958
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Satriyo Krido Wahono on 05 March 2015.
Abstrak
Telah dilakukan optimasi proses pembuatan bioetanol untuk mendapatkan rendemen etanol optimal
dengan cara memvariasikan bahan bakunya. Bahan baku yang digunakan adalah ubikayu, pati,
gaplek dan kulit ubikayu. Varietas yang digunakan adalah Uji dan Markonah dari Gunungkidul yang
jarang dikonsumsi karena rasanya pahit. Pembuatan etanol dilakukan dengan cara homogenisasi
bahan, penambahan enzim α-amilase, penambahan enzim β-amilase dan penambahan ragi pada
proses fermentasi. Fermentasi dilakukan selama 72 jam. Filtrat yang didapat di destilasi
0
menggunakan vacuum evaporator panjang 30 cm; diameter 8,5 cm pada suhu 79 C. Etanol yang
didapat dihitung volumenya dan diukur kemurniannya dengan alat alkoholmeter. Dari hasil proses
tersebut didapatkan kadar etanol 70% untuk masing-masing bahan kecuali kulit ubikayu. Volume
etanol yang didapatkan dengan bahan baku 7 kg ubikayu adalah 1,625 L; volume etanol dari 2 kg pati
yang berasal dari 7 kg ubikayu adalah 1,35 L; volume etanol dari 2,5 kg gaplek adalah 1,75 L dan dari
0,7 kg kulit ubikayu didapatkan 26 ml etanol kadar 10% .
Abstract
The optimalization process has been done to improve ethanol quantity and quality. Raw materials that
were used are cassava, cassava powder, gaplek (low water concentration of cassava after dried) and
waste of cassava peel. Cassava variety is Uji and Markonah from Gunungkidul region, these varieties
are rarely consumed. The production of bioethanol was carried out through several process such as
homogenization, adding of α-amylase, β-amylase and yeast (Saccharomyces c.). Fermentation
performed in 72 h. Filtrates from this process are distillated using 30 cm length and 8.5 cm diameter
0
vacuum evaporator, the temperature was 79 C. The volume and concentration of bioethanol are
measured by measurement glass and alcohol meter. The concentration of ethanol was 70% except for
cassava peel. Seven kg of cassava yielding 1.625 L of ethanol; 2 kg of cassava powder from 7 kg of
cassava yielding 1.35 L; 2.5 kg of gaplek yielding 1.75L and 0.7 kg of cassava peel yielded 26 ml,
10% of bioethanol.
Pendahuluan
Singkong (Manihot esculenta) merupakan tanaman yang terdapat hampir diseluruh wilayah
Indonesia. Tanaman ini berasal dari daerah Amerika selatan dan telah ditanam di daerah tropis dan
subtropics. Singkong atau ubikayu mengandung senyawa utama karbohidrat dan biasa dikonsumsi
sebagai makanan. Selain itu, singkong dapat juga diproses dengan cara fermentasi menjadi bioetanol.
Bioetanol adalah bahan bakar alkohol yang dibuat dari sumber biomassa selulosa yang terbarukan
seperti pohon, rumput, berbagai bahan dalam sampah padat perkotaan, dan hasil pertanian serta
Berdasarkan data-data di atas maka bisa dilihat bahwa potensi ubikayu di gunungkidul cukup
besar. Penjualan dalam bentuk gaplek sebagian bisa ditingkatkan menjadi bioetanol dan diharapkan
Metode
Langkah Kerja
Bahan baku pertama, 7 kg singkong segar ditimbang, dikupas, dicuci dan dihomogenisasi dengan
cara pemarutan. Bahan baku kedua digunakan 2 kg pati berasal dari pemerasan 7 kg singkong.
Bahan baku ketiga digunakan 2,5 kg gaplek. Bahan baku keempat adalah 0,7 kg kulit ubi kayu baik
bagian coklat maupun bagian putih. Keempat bahan tadi ditambahkan air dan dimasak kemudian
ditambahkan enzim -amilase, dimasak kembali dan ditambahkan enzim -amilase kemudian
ditambahkan Saccharomyces cereviciae. Kemudian difermentasi selama 72 jam. Filtrat yang didapat
0
di destilasi menggunakan vacuum evaporator panjang 30 cm; diameter 8,5 cm pada suhu 79 C.
Etanol yang didapat dihitung volumenya dan diukur kemurniannya dengan alat alkoholmeter.
Pati mengandung molekul amilosa (20-30%) dan amilopektin (70-80%). Semuanya berupa
polimer dari α-D-glukosa yang terdiri dari ikatan dan . Penambahan enzim -amilase dan -
amilase dimaksudkan untuk memutuskan ikatan rantai ini sehingga terbentuk monomer glukosa.
Salah satu cara mengetahui bahwa proses ini telah sempurna yaitu dengan mencicipi bahan
singkong, singkong yang telah mengandung glukosa akan terasa manis. Tahap selanjutnya adalah
penambahan ragi Sachharomyces c. yang akan mengubah glukosa menjadi etanol, proses fermentasi
dilakukan dalam keadaan anaerob. Proses fermentasi yang sempurna ditandai keluarnya gelembung
CO2 dan wangi khas fermentasi. Selanjutnya Etanol dipisahkan dari residunya dengan cara
Berdasarkan hasil pada tabel 3 dapat diperoleh data bahwa semua bahan baku yang diteliti dapat
diproses untuk menghasilkan etanol. Berdasarkan kualitas etanol yang dihasilkan ditinjau dari kadar
etanolnya diperoleh hasil bahwa kulit ubi kayu hanya menghasilkan etanol kadar 10 % sedangkan
bahan yang lain menghasilkan etanol kadar 70 %. Hal ini disebabkan oleh kulit ubi kayu memiliki
kadar sukrosa yang rendah berasal dari sisa – sisa daging ubi kayu yang masih menempel pada kulit
atau adanya selulosa yang telah terkonversi menjadi sukrosa, sedangkan sukrosa merupakan
senyawa yang diubah menjadi glukosa atau fruktosa kemudian dikonversi menjadi etanol. Dari tabel
3 dapat dilihat bahwa gaplek merupakan bahan baku yang paling potensial dibandingkan bahan
lainnya. Dari 1 kg gaplek dihasilkan hampir 0,5 L etanol kadar 70%. Proses pembuatan gaplek di
daerah Gunungkidul dilakukan secara manual yaitu memanaskan singkong yang telah dipotong-
potong dibawah sinar matahari. Kadar air pada gaplek setelah proses ini berkisar 15%. Sedangkan
bahan pati singkong diambil dengan cara melarutkan singkong yang telah dihomogenisasi ukurannya
dengan air. Setelah diaging selama 24 jam pati singkong akan mengendap dan berada dibagian
bawah reaktor. Pati menghasilkan etanol 70% sebanyak 0.473 L. Secara kimia pati terdiri dari amilosa
dan amilopektin yang cenderung lebih mudah diputus rantainya dibandingkan ubikayu, karena
ubikayu masih tercampur dengan komponen-komponen lainnya. Reaksi pembentukan etanol dari
sukrosa, seperti pada reaksi (1) dan (2).
invertase
C12H22O11 + H2O C6H12O6 + C6H12O6 ...........(1)
sukrosa air katalis fruktosa glukosa
zymase
C6H12O6 2C2H5OH + 2 CO2 ...........(2)
glukosa katalis etanol
(www.esru.strath.ac.uk)
Berdasarkan hasil etanol yang diperoleh setiap per kg bahan baku diperoleh hasil etanol tertinggi
dari bahan baku gaplek yaitu 0,490 liter/kg bahan baku, sedangkan urutan berikutnya adalah pati, ubi
kayu dan kulit ubi kayu. Seperti kondisi serupa dengan kadar etanol yang dihasilkan, kondisi jumlah
etanol yang lebih besar pada gaplek tersebut juga dipengaruhi oleh kadar sukrosa yang lebih tinggi
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil paling optimal proses
pembuatan bioetanol dari ubikayu kualitas rendah dan limbah kulit ubikayu diperoleh dari bahan baku
gaplek yaitu 0,490 liter etanol/kg dengan kemurnian etanol yang dihasilkan sebesar 70%. Ubikayu
adalah bahan yang relative potensial untuk dikembangkan sebagai bahan baku bioetanol karena
bahan lignoselulose masih mengalami beberapa hambatan terutama nilai ekonomis prosesnya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung
dalam penulisan ini, khususnya kepada Tim Pengembangan Energi Alternatif UPT BPPTK LIPI
Yogyakarta.
Daftar Pustaka