Definisi :
Penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta disertai dengan
degenerasi hidropik vili korialis
Klasifikasi :
a) Mola komplit
b) Mola parsial
Patogenesis :
Komposisi kromosom mola komplit biasanya diploid dan berasal dari ayah. Sekitar 80%
adalah 46,XX dengan kedua set kromosom berasal dari ayah. Ovum dibuahi oleh sebuah sperma
haploid yang menduplikasikan kromosomnya sendiri setelah meiosis (androgenesis). Kromosom
ovum tidak ada atau inaktif. Pada 20% mola komplit lainnya, pola kromosom mungkin 46,XY atau
46,XX akibat fertilisasi dispermik.
Mola parsial biasanya memiliki kariotipe triploid – 69,XXX, 69,XXY, atau yang jauh lebih
jarang, 69,XYY. Kariotipe ini masing-masing tersusun oleh satu set kromosom haploid ibu dan dua
set kromosom haploid ayah (dispermik). Lebih jarang, ovum haploid difertilisasi oleh satu sperma
diploid 46,XY. Zigot triploid ini dapat berkembang, namun pada akhirnya merupakan kondisi janin
nonviable seperti mengalami malformasi multipel, pertumbuhan janin terhambat yang parah, atau
keduanya.
Gejala klinis :
- Amenorea 1-2 bulan
- Perdarahan pervaginam
- Anemia
- Uterus lebih besar dari usia kehamilan
- Tidak terdeteksi gerakan jantung janin
- Hiperemesis gravidarum
- Kista teka-lutein
- Tanda-tanda tirotoksikosis
- Tanda-tanda preeklampsia pada < 20 minggu gestasi
Diagnosis :
a) -hCG urin dan serum
b) USG
Mola komplit : massa ekogenik kompleks di uterus disertai banyak rongga kistik
anekoik tanpa janin atau kantung amnion (gambaran “snowstorm”)
Mola parsial : plasenta yang multikistik dan menebal (gambaran “swiss cheese
pattern”) disertai janin atau jaringan janin