Anda di halaman 1dari 5

MOLA HIDATIDOSA

Definisi :
Penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta disertai dengan
degenerasi hidropik vili korialis

Klasifikasi :
a) Mola komplit
b) Mola parsial

Epidemiologi dan Faktor Risiko :


Prevalensi meningkat pada etnis Asia, Hispanik, Indian Amerika
Insidensi US dan UK : 1-2 / 1000 kehamilan
Faktor risiko :
- Umur : remaja dan wanita 36-40 tahun 2 x lipat
>40 tahun 10 x lipat
- Riwayat kehamilan mola : setelah 1 mola komplit 1,5 %
setelah 1 mola parsial 2,7 %
setelah 2 mola 23 %

Patogenesis :
Komposisi kromosom mola komplit biasanya diploid dan berasal dari ayah. Sekitar 80%
adalah 46,XX dengan kedua set kromosom berasal dari ayah. Ovum dibuahi oleh sebuah sperma
haploid yang menduplikasikan kromosomnya sendiri setelah meiosis (androgenesis). Kromosom
ovum tidak ada atau inaktif. Pada 20% mola komplit lainnya, pola kromosom mungkin 46,XY atau
46,XX akibat fertilisasi dispermik.
Mola parsial biasanya memiliki kariotipe triploid – 69,XXX, 69,XXY, atau yang jauh lebih
jarang, 69,XYY. Kariotipe ini masing-masing tersusun oleh satu set kromosom haploid ibu dan dua
set kromosom haploid ayah (dispermik). Lebih jarang, ovum haploid difertilisasi oleh satu sperma
diploid 46,XY. Zigot triploid ini dapat berkembang, namun pada akhirnya merupakan kondisi janin
nonviable seperti mengalami malformasi multipel, pertumbuhan janin terhambat yang parah, atau
keduanya.

Gejala klinis :
- Amenorea 1-2 bulan
- Perdarahan pervaginam
- Anemia
- Uterus lebih besar dari usia kehamilan
- Tidak terdeteksi gerakan jantung janin
- Hiperemesis gravidarum
- Kista teka-lutein
- Tanda-tanda tirotoksikosis
- Tanda-tanda preeklampsia pada < 20 minggu gestasi

Diagnosis :
a) -hCG urin dan serum
b) USG
Mola komplit : massa ekogenik kompleks di uterus disertai banyak rongga kistik
anekoik tanpa janin atau kantung amnion (gambaran “snowstorm”)
Mola parsial : plasenta yang multikistik dan menebal (gambaran “swiss cheese
pattern”) disertai janin atau jaringan janin

c) Analisis ploidi dan p57KIP2 immunostaining

Mola komplit : diploid/p57KIP2-negative

Mola parsial : triploid/p57KIP2-positive

Abortus spontan : diploid/ p57KIP2-positive


d) Foto thorax
e) T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis
Penatalaksanaan :
1. Perbaikan keadaan umum
 Koreksi dehidrasi
 Transfusi darah bila ada anemia (Hb  7 gr%)
 Bila ada gejala preeklampsia dan hiperemesis gravidarum diobati sesuai SOP
 Bila ada gejala tirotoksikosis dikonsulkan ke Bagian Penyakit Dalam
2. Pengeluaran jaringan mola
 Kuretase
o Lebih diutamakan kuretase isap
o Bila serviks tertutup, maka dilakukan pemasangan laminaria
o Sebelum kuretase, siapkan darah dan pasang infus dengan Oksitosin 10 IU
dalam 500 mL RL kecepatan 40-60 tpm
o Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke Laboratorium Patologi Anatomi
 Histerektomi
o Umur  40 tahun
o Tidak ingin hamil lagi
3. Tindak lanjut
 Kontrasepsi
o Pilihan : barrier (kondom, diafragma, cervical cap), pil KB kombinasi, suntik
DMPA, tubektomi
o Kontraindikasi : AKDR karena risiko perforasi uteri
 Pemeriksaan -hCG serum
o Setiap minggu sampai tidak terdeteksi (3 minggu berturut-turut) dilanjutkan
setiap bulan selama 6 bulan
o Bila telah terjadi remisi spontan, maka pasien dapat berhenti menggunakan
kontrasepsi dan hamil lagi
o Bila kadar -hCG menetap atau bahkan meningkat maka pasien harus
dievaluasi dan masuk dalam kriteria Penyakit Trofoblas Ganas
Algoritme dari uptodate

Anda mungkin juga menyukai