Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Luthfi Alrida

No.BP : 19101152630224
Kelas : IF-6
Mata Kuliah : Komputer dan Masyarakat

Tugas 1
Kejahatan komputer yang terjadi di Indonesia 3 tahun terakhir

• Ransomware WannaCry

Serangan siber ransomware sempat menyerang Indonesia pada awal 2017. Setidaknya dua rumah sakit di Jakarta yaitu
Dharmais dan Harapan Kita yang disinyalir diserang ransomware berjenis WannaCry pada 12 Mei 2017 yang
menyebabkan data pasien dalam jaringan komputer rumah sakit tidak bisa diakses.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, menggelar temu media pada 14 Mei 2017 dan mengatakan bahwa
Kominfo telah berkoordinasi dengan Rumah Sakit Dharmais untuk menanggulangi serangan tersebut.

Kementerian ini sigap mempersiapkan tim khusus menghadapi persoalan ini yang antara lain meliputi Direktorat
Keamanan Kominfo dan pegiat keamanan siber, serta bekerjasama dengan sejumlah pihak dari luar Indonesia.

Pada 17 Mei 2017 Menkominfo mengklaim Indonesia sudah bebas virus ransomware WannaCry yang sebelumnya
menginfeksi setidaknya 200 ribu komputer di seluruh dunia.
Menurut Rudiantara, virus yang terpapar melalui jaringan data atau internet itu tidak berdampak signifikan di
Indonesia lantaran tangkasnya pencegahan yang dilakukan yakni memutus hubungan internet dan membuat salinan
data cadangan.

• Ransomeware Petya

Ransomeware nampaknya masih mengintai Indonesia. Tidak lama setelah WannaCry, pada 29 Juni 2017 Kominfo
kembali mengimbau masyarakat untuk mencegah serangan infeksi ransomware Petya yang kala itu tengah melanda
secara global.

Menteri Kominfo Rudiantara, meminta masyarakat untuk membuat cadangan data (backup data)sebelum
mengaktifkan komputer mereka untuk mengantisipasi serangan tersebut.
Bagi pengelola teknologi dan informasi, Rudiantara meminta untuk menonaktifkan atau mencabut jaringan lokal
(LAN) sementara hingga dipastikan aman.

Kominfo juga meminta agar menggunakan sistem operasi yang asli dan diperbarui secara berkala serta memasang
anti-virus dan menggunakan kata kunci yang aman dan diganti secara berkala.
Meski begitu, Menkominfo mengatakan bahwa ransomeware Petya belum menyebar di Indonesia. Menurut dia,
penyebaran virus komputer yang mengenkripsi perangkat penyimpanan digital atau "hard disk" itu baru ditemui pada
negara-negara di kawasan Eropa Timur, Eropa Barat, serta Asia Selatan.

Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri mengungkap kasus penipuan dengan modus melalui pesan elektronik
atau email jaringan negara Nigeria yang beroperasi di Indonesia.

Saat melancarkan aksi kejahatannya, pelaku menggunakan email dengan identitas hijacking/419 Nigerian Scam/
Bussiness Email Compromise (BEC). Setidaknya, ada tiga tersangka yang dijerat dalam kasus ini, Ndubuike Gilber
Ukpogu (30) warga negara Nigeria, Dina Febriyanti (31) warga asal Indonesia, Puput Bambang (35) warga asal
Indonesia.
• Penipuan Melalui Email oleh Jaringan Nigeria

"Berdasarkan dari hasil pemeriksaan para saksi, tersangka dan barang bukti, dapat diambil kesimpulan bahwa benar
telah terjadi tindak pidana penipuan melalui media internet," kata Kasubdit II Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri
Kombes Rickynaldo Chairul dikantornya, Jakarta Pusat, Jumat (16/11/2018).

Menurut Rickynaldo, modus dan motif para pelaku Ndubuike Gilber Ukpogu mendapatkan perintah melalui Email
dari seorang Hacker bernama MR. BRIGHT di Nigeria. Peretas itu pun saat ini sudah dimasukkan dalam Daftar
Pencarian Orang (DPO).
"Di Nigeria untuk membuka rekening bank penampung," ucap dia.
Kemudian, jaringan Nigeria itu meminta bantuan kepada tersangka Dina Febrianti untuk membuka rekening bank
menggunakan KTP palsu di berbagai bank di Jakarta. Lalu, pelaku Puput Bambang juga memiliki peran yang sama
dalam kejadian ini.

Rickynaldo menambahkan, jaringan ini telah menipu salah satu korban atas nama Louisa Poh sebanyak Rp271 juta di
rekening penampung BANK NOBU. Setelah dilakukan penyidikan, dari hasil analisis transaksi keuangan rekening
bank milik tersangka ternyata banyak korban lain dari berbagai negara.
"Hasil kalkulasi analisis transaksi keuangan, total kerugian dari para korban baik dari dalam dan luar negeri mencapai
miliaran rupiah," ungkap dia.

• Peretasan website KPU


Polda Jatim mengamankan dua pelaku peretasan website Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jember yakni DA (23),
warga Tanjung Raya, Kecamatan Wonokromo, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumsel dan ZFR (14)
warga Kampung Cibaru Desa Tambang Ayam, Anyar, Serang, Banten.
Dirreskrimsus Polda Jatim Kombes Gidion Arif Setyawan mengungkapkan, kasus ini berawal pengaduan oleh KPU
Jember bahwa pada tanggal 6 Oktober 2020 pada pukul 20.00 WIB, website KPU Jember diretas oleh seseorang
dengan gambar yang tidak senonoh.

"Usai menerima laporan ini, kami melakukan pencarian dan menemukan dua pelaku, DA dan ZFR," katanya di
Mapolda Jatim, Selasa (13/10/2020).
Namun, lanjut dia, ZFR tidak ditahan karena masih di bawah umur. Kendati demikian, Gidion menegaskan proses
penegakan hukum masih terus berlanjut.
"Dalam pengungkapan kasus ini, kami mengamankan sejumlah barang bukti. Yakni dua handphone, satu laptop dan
satu Router yang digunakan pelaku," ujarnya.

Mantan Dirreskrimsus Polda Riau ini menambahkan, hasil pemeriksaan terhadap para pelaku, mereka berdua sudah
melakukan peretasan beberapa website. Setidaknya, ada 400 website diretas.
Kedua tersangka, kata dia, mempunyai komunitas cyber dimana keberadaan komunitas tersebut untuk sharing ilmu.

“Dalam komunitas ini, mereka tidak pernah bertemu secara fisik, tapi bertemu lewat Facebook. Motifnya ekonomi,
satu akun dijual melalui medsos,” jelasnya. (Baca juga: Panitia dan Penjaga Ujian CPNS SKB Blitar Positif COVID-
19)

Sementara itu, pelaku disangkakan melanggar Pasal 32 ayat (1) dan atau Pasal 33 jo pasal 48 ayat (1) Jo pasal 49 UU
Nomor 1 tahun 2008 tentang ITE Jo UU Nomor 19 tahun 2016 tentang perubahan UU Nomor 11 tahun 2008 tentang
ITE.
"Pengungkapan kasus ini menjadi tindakan tegas khususnya kejahatan cyber," kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes
Pol Trunoyudo Wisnu Andiko.

Anda mungkin juga menyukai