Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN GASTROENTERITIS


DI RUANG PICU RSUD SIDOARJO

Disusun Oleh:
YUSUF MARDIANTO
NIM. 201614201044

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Yusuf Mardianto


NIM : 201614201044
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Gastroenteritis Di Ruang PICU RSUD Sidoarjo.

Sidoarjo, Februari 2021

CI Ruang PICU RSUD Sidoarjo Pembimbing


Akademik

Mengetahui,
Kepala Ruang PICU RSUD Sidoarjo
Konsep Medis
Gastroenteritis

A. Definisi
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah. Diare adalah buang air besar (defekasi)
dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam),
dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai
frekuensi defekasi yang meningkat (Haryono, 2012). Gastroenteritis merupakan
peradangan pada lambung, usus kecil, dan usus besar dengan berbagai kondisi patologis
dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah,
serta ketidaknyamanan abdomen (Muttaqin dan Sari, 2011 dalam Rachmawati,
Suharsono & EM Sutrisna, 2013)

B. Tanda dan Gejala


Menurut Haryono tanda dan gejala dari gastroenteritis akut sebagai
berikut:
1. Mula-mula cengeng dan gelisah (jika pasien bayi atau anak).
2. Suhu badan dapat meningkat atau tidak.
3. Nafsu makan berkurang atau tidak ada.
4. Diare.
5. Feses cair dengan atau tanpa lendir atau darah.
6. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu.
7. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam.
8. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
9. Dehidrasi, bila banyak cairan keluar mempunyai tanda-tanda ubun ubun besar
cekung, tonus dan turgor kulit menurun, selaput lendir mulut dan bibir kering.
10. Berat badan menurun (Haryono, 2012).
C. Etiologi
Etiologi atau penyebab
Menurut Haryono penyebab dari gastroenteritis akut sebagai berikut:
1. Faktor infeksi
a. Faktor enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :
1) Infeksi bakteri : vibrio, escherchia coli, salmonella,
shigella,campylobacter, yershinia, dan lain –lain.
2) Infeksi virus : enterovirus, (virus ECHO, coxsackaie, poliomelitis),
adenoirus, retrovirus, dan lain-lain.
3) Infeksi parasit : cacing (ascori, trichoris, oxyuris, histolitika,gardia lambia,
tricomonas hominis), jamur (candida albicans).
b. Infeksi lain diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis media akut (OMA),
tonsilitis, aonsilotaringitis, bronco pneumonia, encetalitis. Pemberian makanan
perselang, gangguan metabolik dan endokrin (diabetes, addison, tirotoksikosis)
serta proses infeksi virus atau bakteri (disentri, shigellosis, keracunan makanan).
2. Faktor Mal absorbsi
a. Mal absorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa),
manosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang tersering intoleransi laktosa.
b. Mal absorbsi lemak.
c. Mal absorbsi protein.
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (dapat terjadi pada anak yang lebih besar).
5. Malnutrisi.
6. Gangguan imunologi (Haryono, 2012)
D. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya gastroenteritis akut adalah :
1. Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotic meninggi dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul gastroenteritis.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul
gastroenteritis karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3. Gangguan motilitas usus


Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan atau air sehingga timbul gastroenteritis. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,
selanjutnya timbul pula gastroenteritis. Berdasarkan cairan yang hilang tingkat
dehidrasi terbagi menjadi :
a. Dehidrasi ringan, kehilangan cairan 2-5 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan
syok.
b. Dehidrasi sedang, kehilangan cairan 5-8 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.
c. Dehidrasi berat, kehilangan cairan 8-10% dari berat badan dengan gambaran
klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun,
apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
Gastroenteritis dapat disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri secara langsung atau
oleh efek dari nurotoxin yang diproduksi oleh bakteria. Infeksi ini menimbulkan
peningkatan produksi air dan garam kedalam lumen usus dan juga peningkatan
motilitas, yang menyebabkan sejumlah besar makanan yang tidak dicerna dan cairan
dikeluarkan. Dengan gastroenteritis yang hebat, sejumlah besar cairan dan elektrolit
dapat hilang, menimbulkan dehidrasi, hyponatremi dan hipokalemia. Selain itu juga
gastroenteritis yang akut maupun yang kronik dapat menyebabkan gangguan gizi
akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah), hipoglikemia dan
gangguan sirkulasi darah (Haryono, 2012).
E. WOC
F. Komplikasi
Menurut Haryono akibat yang ditimbulkan gastroenteritis akut yaitu :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hpotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala meteorisme, hipotoni otot, lemah, bradikardia,
perubahan elektrokardiogram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
laktosa.
6. Kejang, terjadi dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)
(Haryono, 2012).

G. Penatalaksanaan
Dasar penanganan gastroenteritis akut menurut Haryono :
1. Dietetik
Pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral
dan makanan yang bersih.
2. Obat-obatan
a. Obat anti diare : anti motilitas dan sekresi usus (Loperamid).
b. Obat antidiare yang mengeraskan tinja dan absorbsi zat toksin yaitu norit 1-2
tablet diulang sesuai kebutuhan.
c. Antiemetik (metoclopramid).
d. Antispasmodik, antikolinergik (Antagonis stimulus kolinergik pada reseptor
muskarinik) contoh : papaperin.
e. Vitamin dan mineral, tergantung kebutuhan yaitu vitamin B1, asam folat.
3. Rehidrasi
Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara
cepat kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti dengan
cara memberikan oralit, cairan infus yaitu ringer laktat, dekstrose 5%. Dekstrosa
dalam salin, dan lain-lain. Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan
diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCL dan Na, HCO, K dan
Glukosa, untuk diare akut diatas umur 6 bulan dengaan dehidrasi ringan, aau
sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan
garam dan gula) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas
adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah
dehidrasi lebih lanjut (Haryono, 2012).
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
Pengkajian terdiri dari pengumpulan informasi subjektif dan objektif
(misalnya tanda vital, wawancara pasien atau keluarga, pemeriksaan fisik) dan
meninjauan informasi riwayat pasien pada rekam medik. Perawat juga
mengumpulkan informasi tentang kekuatan (untuk mengidentifikasi peluang
promosi kesehatan) dan resiko (area perawat dapat mencegah atau potensi
masalah yang dapat ditunda (Herdman & Shigemi Kamitsuru, 2015). Fokus
pengkajian yang dilakukan pada klien dengan gastroenteritis akut menurut
Haryono adalah :
1. Identitas
2. Riwayat kesehatan saat ini
Awal serangan jika pasien anak : cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat,
anoreksia kemudian timbul diare. Keluhan utama : feses semakin cair,
muntah, bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,
berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor
kulit kurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih
dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah pernah menderita diare sebelumnya karena alergi makanan atau
lainnya, riwayat imunisasi.
4. Kebutuhan dasar
a. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4
kali sehari, BAB sedikit atau jarang.
b. Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
c. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi
abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d. Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
e. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan
adanya nyeri akibat distensi abdomen.
5. Pemeriksaan fisik
a. pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran
composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah,
pernapasan agak cepat.
b. Pemeriksaan sistematik :
1) Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan
bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
2) Auskultasi : terdengarnya bising usus.
3) Perkusi : adanya distensi abdomen.
4) Palpasi : turgor kulit kurang elastis.
c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi
sehingga berat badan menurun.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk
mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.

B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis Keperawatan Nanda tahun 2015-2017 kemungkinan diagnosa yang
bisa muncul dari penyakit gastroenteritis akut :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk
menghindari pemajanan patogen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis.
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
6. Diare berhubungan dengan parasit
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan suatu perawatan yang dilakukan perawat
berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk meningkatkan
outcome pasien atau klien. Intervensi keperawatan mencakup baik perawatan
langsung dan tidak langsung yang ditujujan pada individu, keluarga dan
masyarakat, serta orang-orang dirujuk oleh perawat, dirujuk oleh dokter
maupun pemberi pelayanan kesehatan lainnya (Bulechek, et al 2015). Menurut
(Bulechek, et al 2015) intervensi keperawatan untuk pasien gastroenteritis
meliputi :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan kebutuhan cairan adekuat.
Kriteria Hasil :
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal.
b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
NOC :
a. Fluid Balance
b. Hydration
c. Nutritional status : Food and fluid intake
NIC :
Fluid Balance :
a. Timbang popok/pembalut jika diperlukan.
b. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
c. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik), jika diperlukan.
d. Monitor vital sign.
e. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian.
f. Kolaborasikan pemberian cairan intravena.
g. Monitor status nutrisi.
h. Berikan cairan intravena pada suhu ruangan.
i. Dorong masukan oral.
j. Berikan penggantian nesogatrik sesuai output.
k. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.
l. Tawarkan snack (jus buah, buah segar).
m. Kolaborasi dengan dokter.
n. Atur kemungkinan tranfusi.Persiapan untuk transfusi.

Hypovolemia Management :
a. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan.
b. Pelihara intravena line.
c. Monitor tingkat hemoglobin dan hematokrit.
d. Monitor tanda vital.
e. Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan.
f. Monitor berat badan.
g. Dorong pasien untuk menambah intake oral.
h. Pemberian cairan intravena, monitor adanya tanda dan gejala
kelebihan volume cairan.
i. Monitor adanya tanda gagal ginjal.

2. Resiko Infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk


menghindari pemajanan patogen. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi resiko infeksi.
Kriteria hasil :
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
b. Jumlah leukosit dalam batas normal.
c. Suhu dalam rentan stabil.
d. Tidak terjadi gejala gastroentestinal.
e. Tidak terjadi nyeri.
f. Tidak terjadi penurunan nafsu makan.
NOC :
a. Vital sign
b. Knowledge : infection control
c. risk control
NIC :
Infection control :
a. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
b. Pertahankan teknik isolasi.
c. Batasi pengunjung bila perlu.
d. Instruktursikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien.
e. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan.
f. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
g. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung.
h. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan.
i. Ganti letak intravena perifer dan line central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum.
j. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung
kencing.
k. Tingkatkan intake nutrisi
l. Berikan terapi antibiotik bila perlu.
Monitoring vital sign :
a. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan.
b. Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban.
c. Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda vital.
d. Insisi dan pertahankan perangkat pemantauan suhu tubuh secara
terus-menerus dengan cepat.
e. Periksa secara berkala keakuratan instrumen yang digunakan untuk
perolehan data pasien.

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan nyeri klien berkurang.
Kriteria hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri.
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang.
c. Mampu mengenali nyeri (P, Q, R, S, T).
d. Ekspresi wajah rileks.
e. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
f. Tanda-tanda vital dalam rentan normal.
NOC :
a. Pain level
b. Pain control
c. Comfort level
NIC :
Pain managemen :
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri.
d. Kaji kultur yang mempengaruhi nyeri.
e. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
f. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau.
g. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
h. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri.
i. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
j. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis dan
nonfarmakologis).
k. Kaji tipe daan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
l. ajarkan tentang teknik non farmakologis.
m. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
n. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
o. Tingkatkan istirahat.
p. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil.
q. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri.
Analgesic administration :
a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat.
b. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi.
c. Cek riwayat alergi.
d. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu.
e. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri.
f. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal.
g. Pilih rute pemberian secara intravena, intramuskular untuk pengobatan
nyeri secara teratur.
h. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik.
i. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat.
j. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping).
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.\
Kriteria hasil :
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nurtisi.
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
e. Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan.
f. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
NOC :
a. Nutritional Status
b. Nutritional Status : food and fluid intake
c. Nutritional Status : nutrient intake
d. Weight control
NIC :
Nutrition Management :
a. Kaji adanya alergi makanan.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe.
d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C.
e. Berikan substansi gula.
f. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi.
g. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi).
h. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
i. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
j. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
k. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
Nutrition Monitoring :
a. BB pasien dalam batas normal.
b. Monitor adanya penurunan berat badan.
c. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan.
d. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan.
e. Monitor lingkungan selama makan.\
f. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan.
g. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi.
h. Monitor turgor kulit.
i. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah.
j. Monitor mual dan muntah.
k. Monitor kadar albumin, total protein, Hemoglobin, dan kadar Ht.
l. Monitor pertumbuhan dan perkembangan.
m. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva.
n. Monitor kalori dan intake nutrisi.
o. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik, papila lidah dan cavitas
oral.
p. Catat jika lidah berwarna magenta scarlet.

5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi
cemas pada klien.
NOC :
a. Anxiety Control
b. Coping
c. Impulse Control
Kriteria hasil :
a. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.
b. Mengidentitikasi, mengungkapkan,dan menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas.
c. Vital sign dalam batas normal.
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan.
NIC :
Anxiety Reduction :
a. Gunakan pendekatan yang menyenangkan.
b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien.
c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur.
d. Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress.
e. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut.
f. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis.
g. Dorong keluarga untuk menemani anak.
h. Lakukan back atau neck rub.
i. Dengarkan dengan penuh perhatian.
j. Identifikasi tingkat kecemasan.
k. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan.
l. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.
m. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi.
n. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan.

6. Diare berhubungan dengan parasit


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak
terjadi diare.
NOC :
a. Bowel Elimination
b. Fluid Balance
c. Hydration
d. Electrolyte and Acid base Balance
Kriteria Hasil :
a. Feses berbentuk
b. Menjaga daerah sekitar rektal dari iritasi
c. Tidak mengalami diare
d. Mempertahankan turgor kulit
NIC :
Diarhea Management
a. Monitor tanda dan gejala diare.
b. Monitor persiapan makanan yang aman.
c. Kaji diare atau keluaran diare.
d. Instruksikan klien untuk makan rendah serat, tinggi protein dan tinggi
kalori.
e. Instruksikan keluarga dan klien untuk mencatat warna, jumlah
frekuensi dan konsistensi feses.
f. Ajarkan klien menggunakan obat diare.
g. Evaluasi efek samping pengobatan terhadap gastroentestinal.
h. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.
i. Kolaborasi dengan dokter jika ada kenaikan bissing usus.
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Ayu Putri. 2016. Diare : Pencegahan dan Pengobatannya. Jakarta : Nuha
Medika
Bulecheck, et al. 2015. Nursing Intervensions Classification (NIC). Edisi
6.2016.Singapore : Elsevier
Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah : Sistem Pencernaan.
Yogyakarta : Gosyen Publising
Herdman T Heather & Shigemi Kamitsuru. 2015. Nanda International Inc :
Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC
Moorhead, et al. 2016. Nursing Outcome Classification (NOC). Edisi 5. Singapore
: Elsevier
Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan : Maternitas, Anak, Bedah, dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai