Anda di halaman 1dari 16

VARIABILITAS

Makalah
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Evolusi
yang dibina oleh Dr. H. Abdul Gofur, M.Si

Oleh :
Kelompok 4/ off B

Afif saifudin (120341421993)


Indah Nurvita L (120341421957)
Mega Pratamasari A. (120341422000)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Januari 2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evolusi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh
kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi. Suatu individu
tidak dapat mengalami evolusi , hanyalah suatu populasi  yang dapat
mengalami hal tersebut. Komposisi genetik  dari suatu individu  sudah
ditentukan semenjak terjadinya fertilisasi, yakni persatuan antara
spermatozoid dengan sel sel telur. Kebanyakan dari perubahan sepanjang
hidupnya ialah suatu perubahan  dialam eksperesi dari potensi pertumbuahan
yang terkandung didalam gen. Didalam populasi , baik komposisi genetik 
maupun dari potensi pertumbuhan dapat berubah. Perubahan komposisis
genetik populasi adalah evolusi.
Keanekaragaman merupakan faktor utama dari evolusi. Meskipun
prosesnya diketahui pada masa dikemukan oleh lamarck  dan darwin, tanpa
ada variasi (kenanekaragaman), evolusi tiadak akan terjadi , dialam ada faktor
yang bekerja  untuk memepertahankan keutuhan suatu jenis. Bila ada secara
sendiri maka kedua faktor  tersebut seakan-akan bertentangan dengan kedua
faktor  tersebut bekerja secara harmonis (Zaifbio, 2009).
Keanekaragaman (variabilitas) merupakan faktor utama dari evolusi. Hal
ini dikemukakan oleh Lamarck, Darwin, maupun para pakar lain sesudah
mereka. Tanpa ada keanekaragaman, evolusi tidak akan terjadi. Untuk
melihat bagaimana keanekaragaman, kita harus mulai dari suatu struktur yang
paling kecil. Struktur tersebut adalah asam deoksiribonukleat yang terdiri dari
4 macam asam nukleat, yaitu adenine, mitosin (C), guanine (G) dan timidin
(T). Bila asam amino terakhir diganti dengan urasil (U), maka asam nukleat
akan membentuk 20 macam asam amino esensial. Kini diketahui bahwa
kombinasi tiga dari keempat macam asam nukleat akan membentuk asam
amino. Kombinasi ini dikenal dengan kode genetic. Adanya satu kode genetik
atau lebih mengkode asam amino ternyata belum dapat menerangkan dengan
jelas terjadinya keanekaragaman (Widodo, dkk.2003).
Sementara itu, sejak masa lampau orang sudah mempertanyakan mengapa
umur suatu organisme sejenis tidak sama. Hal ini jelas terlihat apabila kita
memelihara suatu tumbuh-tumbuhan atau hewan. Pada katak dapat kita lihat
bahwa jumlah telur yang dihasilkan berjumlah beratus-ratus butir. Apabila
semuanya hidup dan mampu berkembang biak, mungkin saat ini seluruh
permukaan bumi dipenuhi oleh katak, demikian juga bagi organisme lain.
Namun kenyataan menunjukkan bahwa hal ini tidak mungkin terjadi. Hanya
individu yang sehat dan kuat, atau yang sempurna dalam semua aspek
kehidupannyalah yang dapat bertahan. Dalam kaitan ini, alam mengadakan
seleksi terhadap setiap struktur morfologi, anatomis, maupun fisisologi setiap
organsime. Dalam populasi terdiri dari sejumlah individu tetapi tidak ada dua
individu yang serupa. Perbedaan ini akan tampak dengan nyata atau tidak
nyata. Jika terjadi suatu seleksi untuk menentukan beberapa varian dan
seleksi menguntungkan untuk varian lain yang lain di dalam populasi, maka
komposisi itu dapat berubah dengan berjalannya waktu sebab sifat populasi
itu ditentukan oleh individu yang ada di dalamnya (Mariadi, 2013).
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, penulis akan
membahas lebih lanjut mengenai permasalahan tentang variabilitas beserta
faktor-faktor yang mempengaruhinya dan apa kaitannya variabilitas dengan
teori evolusi.

B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari variabilitas?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan keanekaragaman dan yang bekerja
untuk mempertahankan keutuhan suatu jenis?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian dari variabilitas.
2. Untuk memahami faktor yang menyebabkan keanekaragaman dan yang
bekerja untuk mempertahankan keutuhan suatu jenis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Variabilitas
Variabilitas genetik adalah ukuran bagi kecenderungan berbagai individu
dalam suatu populasi untuk memiliki genotipe yang berbeda-beda.
Variabilitas dalam suatu sifat (karakter) tertentu menggambarkan bagaimana
sifat itu mampu berubah-ubah untuk menanggapi pengaruh lingkungan dan
genetik. Teori evolusi modern berpendapat bahwa sifat-sifat benda hidup itu
berubah dan perubahan itu diarahkan oleh seleksi alam. Contoh populasi
manusia menunjukkan variasi dalam raut muka, pigmentasi kulit, warna
rambut dan bentuk rambut, bentuk tubuh, tinggi dan berat badan, golongan
darah dan lain sebagainya (Mariadi, 2013).
Keanekaragaman (variabilitas) merupakan faktor utama dari evolusi. Hal
ini dikemukakan oleh Lamarck, Darwin, maupun para pakar lain sesudah
mereka. Tanpa ada keanekaragaman, evolusi tidak akan terjadi. Evolusi
berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Suatu individu tidak dapat dikatakan
mengalami evolusi, tetapi populasilah yang mengalami hal tersebut.
Perubahan yang diperoleh individu adalah perubahan dalam ekspresi dari
potensi pertumbuhan yang dikandung gen yang dibawa (Widodo, dkk.2003).

B. Faktor yang menyebabkan keanekaragaman dan faktor yang bekerja untuk


mempertahankan keutuhan suatu sistem.
1. Variasi Genetik
Dalam populasi terdiri dari sejumlah individu tetapi tidak ada dua individu
yang serupa. Perbedaan ini akan tampak dengan nyata atau tidak nyata. Jika
terjadi suatu seleksi untuk menentukan beberapa varian dan seleksi
menguntungkan untuk varian yang lain di dalam populasi, maka komposisi itu
dapat berubah dengan berjalannya waktu sebab sifat populasi itu ditentukan
oleh individu yang ada di dalamnya. Adanya variasi tersebut dapat diterangkan
secara fenotip dan genetik.
a. Variasi fenotip
Variasi fenotip dalam populasi dapat menyebabkan adanya seleksi
(reproduksi diferensial) antar individu. Variasi ini belum tentu menunjukkan
adanya perbedaan-perbedaan secara genetis. Variasi yang disebabkan berbagai
keadaan luar dalam waktu pertumbuhan dapat dikenal oleh seleksi natural.
Aksi seleksi natural pada segala macam variasi dapat mengubah susunan suatu
populasi dalam rentang waktu yang tidak lama, namun sebaliknya aksi pada
variasi yang mencerminkan perbedaan-perbedaan genetis mempunyai pengaruh
jangka panjang. Jadi variasi yang memang benar-benar fenotipik bukanlah
bahan baku dalam evolusi (Widodo, dkk.2003).
Satu hal yang terdapat dalam variasi genetik, namun tidak berguna sebagai
bahan baku evolusi, yaitu variasi yang disebabkan mutasi somatic. Mutasi
penting dapat terjadi pada sel-sel ectoderm embrio muda dari suatu hewan. Sel-
sel hasil diferensiasi sel yang mengalami mutasi ini akan diturunkan dalam
rentang pertumbuhan dan perkembangan individu ini. Hasil dari mutasi ini
akan berpengaruh pada system syaraf, namun mutasi ini tidak akan diturunkan
kepada generasi berikutnya sebab mutasi ini tidak terjadi pada sel kelamin. Sel
ectoderm bukanlah sel yang akan menjadi gamet. Sehingga, seleksi yang
dihasilkan mutasi somatic tidak dapat menghasilkan suatu perubahan secara
evolusi pada makhluk hidup yang berkembang biak secara seksual (Widodo,
dkk.2003).
b. Variasi genotip
Evolusi menyangkut sifat genetis suatu populasi, bukannya sifat-sifat
individu. Alela baru selalu timbul dari adanya variasi. Sekali terbentuk suatu
variasi dari berbagai macam alela, rekombinasi merupakan suatu mekanisme
yang memberikan variasi genetic yang tidak terhingga pada suatu populasi.
Variasi sebagai hasil meiosis dan rekombinasi pada vertilisasi organism
merupakan factor yang sangat penting. Pindah silang, translokasi, aberasi
kromosom merupakan rekombinasi berikutnya (Widodo, dkk.2003).
Untuk mengetahui keanekaragaman, harus memulai dari struktur yang
sangat kecil, tetapi sangat penting dalam penentuan factor keturunan. Struktur
tersebut adalah DNA. DNA terdiri dari empat macam asam nukleat, yaitu
Adenin (A), Sitosin (C), Guanin (G), dan Timin (T). Asam terakhir pada RNA
diganti oleh Urasil (U). Keempat macam asam nukleat akan membentuk 20
macam asam amino esensial. Kombinasi tiga dari keempat asam nukleat akan
membentuk asam amino yang dikenal dengan triplet kodon atau kode genetic
(Widodo, dkk.2003).
Jika ada dua macam asam nukleat yang membentuk satu asam amino,
maka hanya akan diperoleh 16 macam kombinasi untuk 16 asam amino,
sehingga tidak akan ditemukan empat macam asam amino essensial yang lain.
Dengan tiga kombinasi, maka akan diperoleh 64 macam kemungkinan.
Ternyata tiap satu macam asam amino dikode oleh sekitar tiga macam
kombinasi. Ada asam amino yang dikode oleh satu kombinasi, sedangkan ada
asam amino yang dikode oleh enam macam kombinasi. Dengan demikian
maka suatu asam amino dapat dihasilkan lebih banyak, bukan saja karena kode
tersebut terdapat berulang-ulang tetapi karena adanya lebih banyak
kemungkinan (probability). Adanya satu kode genotip atau lebih belum dapat
menerangkan terjadinya keanekaragaman. Variasi genetic adalah satu-satunya
kemungkinan yang dapat menerangkan proses evolusi. Secara genetis, variasi
dapat timbul akibat mutasi (Widodo, dkk.2003).
Tabel 1.1 Perbandingan Variasi Fenotipik dan Genotipik
VARIASI FENOTIPIK VARIASI GENOTIPIK

1. Dapat menyebabkan adanya 1. Sifat terwariskan dikontrol


populasi (reproduksi oleh gen dan keseluruhan gen
diferensial) antar individu. dalam suatu genom organisme.
2. Sifat-sifat ini berasal dari 2. Variasi sebagai hasil meiosis
interaksi genotip dengan dan rekomendasi pada
lingkungan. vertilisasi organism
merupakan factor yang
penting. Pindah silang,
translokasi, aberasi kromosom
merupakan rekombinasi
berikutnya. (Mariadi, 2013).
2.Mutasi

Urutan DNA secara normal dicopy persis atau tepat selama proses
replikasi. Kadang-kadang kesalahan di dalam replikasi atau perbaikan DNA
dapat memunculkan urutan (sekuens) baru. Kesalahan ini disebut mutasi.
Mutasi adalah sumber hal-hal baru dan sumber variasi di dalam evolusi.
Empat aspek proses mutasi (1) mekanisme molekuler yang bertanggung
jawab untuk tejadinya mutasi (2) efek setiap jenis mutasi terhadap material
genetik dan produknya, (3) atribut sementara dan ruang mutasi dan (4)
keacakan mutasi.

Sebagaimana dalam pengantar di awal pembicaraan bab ini, mutasi dapat


terjadi di dalam sel somatik dan germline (sel benih). Mutasi pada sel somatik
tidak diwariskan, maka dalam hubungannya dengan evolusi untuk sementara
tidak diperhitungkan dan dalam pembahasan ini istilah “mutasi” akan
digunakan eksklusif untuk menandakan mutasi di dalam sel germinal.
Beberapa organisma (misalnya tumbuhan) tidak mempunyai suatu germline,
sehingga tidak ada pembeda antara sel somatik dan germline, maka mutasinya
tidaklah menjadi suatu hal yang mutlak.

Mutasi dapat digolongkan berdasarkan panjang urutan DNA yang


dipengaruhi oleh peristiwa mutasi. Sebagai contoh, mutasi dapat
mempengaruhi nukleotida tunggal (mutasi titik) atau beberapa nucleotides
(mutasi yang terdiri beberapa bagian, segmental mutation). Mutasi dapat juga
digolongkan berdasarkan jenis perubahan yang disebabkan oleh peristiwa
mutasi: (1) substitusi yaitu penggantian satu nucleotide oleh lain; (2)
rekombinasi yaitu pertukaran suatu urutan dengan yang lain (3) delesi,
penghilang satu atau lebih nucleotides dari DNA; (4) insersi (penyisipan),
penambahan satu atau lebih nukleotida pada urutan DNA (5) inversi
(pembalikan), perputaran 180° tentang suatu rantai ganda DNA yang tersusun
dua atau lebih pasang basa.

a. Subtitusi
Mutasi subtitusi dibedakan menjadi transisi dan transverse. Transisi adalah
perubahan antar A dan G (purin), atau antar C dan T (pyrimidin), sedangkat
transverse adalah perubahan antara suatu purin dengan suatu pyrimidin. Ada 4
jenis transisi, A→G, G→A, C→T, T→C, dan delapan jenis transverse A→C,
A→T, C→A, C→G, T→A, T→C, G→C, dan G→T.

Mutasi subtitusi yang terjadi di daerah protein-coding dapat digolongkan


menutur efek yang ditimbulkan pada produk translasi, yaitu protein. Suatu
mutasi disebut synonymous jika tidak menyebabkan perubahan apapun
terhadap asam amino yang ditetapkan. Sebaliknya, jika menimbulkan
perubahan maka disebut non synonymous. Suatu perubahan di dalam suatu
asam amino dalam kaitan dengan suatu perubahan nukleotida nonsynonymous
disebut replacement. Istilah synonymous dan silent mutation sering
dipertukarkan, sebab mayoritas kasus yang besar, perubahan synonymous
tidak mengubah urutan asam amino suatu protein dan yang tidak ditemukan
ditingkat asam amino. Mutasi synonymous tidak selalu tersembunyi. Sebagai
contoh, suatu perubahan synonymous dari kodon glysin GGT ke GGA pada
codon ke 25 dari exon pertama β-globin dibuktikan telah untuk membentuk
suatu simpangan sambungan baru, menghasilkan suatu rangkaian protein yang
panjangnya abnormal. Perubahan ini sungguh-sungguh tidak tersembunyi.
Oleh karena itu, sebaliknya membedakan terminology antar keduanya. Tentu
saja, semua mutasi tersembunyi pada suatu protein-coding gen adalah
synonymous.

Nonsynonymous lebih lanjut digolongkan ke dalam mutasi missence dan


nonsense. Suatu mutasi missence mengubah kodon yang dipengaruhi ke dalam
kodon asam amino yang kodenya telah ditetapkan sebelumnya. Suatu
nonsense mengubah suatu sense kodon ke dalam suatu kodon terminal.
Dengan begitu, proses translasi akan berakhir secara premature yang akhirnya
menghasilkan produk protein terpotong ujungnya. Kodon-kodon yang
termutasi pada suatu kodon terminal oleh perubahan nucleotide tunggal missal
UGC (Tyr), disebut kodon pra terminal (pretermination codons). Juga dikenal
suatu mutasi di dalam stop kodon yang menyebabkan translasi untuk tetap
berlanjut.

b. Rekombinasi

Ada dua jenis rekombinasi homolog: pindah silang dan konversi gen.
Reciprocal recombination melibatkan pertukaran sekuens homolog antar
kromosom homolog, yang menghasilkan kombinasi baru dari sekuen
bersebelahan dan pada waktu yang sama kedua varian terlibat peristiwa
rekombinasi. Sedangkan, rekombinasi nonresiprokal melibatkan penggantian
yang tidak seimbang satu sekuen oleh yang lain. Hal ini merupakan suatu
proses yang menghasilkan hilangnya salah satu dari sekuen varian yang
terlibat dalam peristiwa ini. Kedua jenis rekombinan homolog diperkirakan
melibatkan suatu molekul intermediet disebut Holliday structure atau junction.
Struktur ini mempengaruhi pembentukan kesalahan berpasangan dari rantai
ganda DNA yang biasa disebut heteroduplek. Kesalahan berpasangan dalam
heteroduplek dikenali oleh enzim seluler. Kemudian menggunakan rantai
komplementer sebagai template, DNA polymerase mengisi daerah ‘gap’.

c. Delesi

Delesi adalah suatu aberasi kromosom (mutasi kromosom) berupa


perubahan struktur yang berakibat hilangnya suatu segmen materi genetik dari
sesuatu kromosom.

Suatu delesi bermula dari pemutusan kromosom yang diinduksi oleh


faktor-faktor penyebab seperti panas, radiasi (terutama radiasi pengion), virus,
serta senyawa kimia atau bahkan oleh kesalahan pada enzim-enzim
rekombinasi. Delesi dapat juga terjadi karena kejadian pindah silang tidak
setangkup atau unequel crossing over (Ayala, dkk, 1984), sebagaimana yang
terungkap pada kejadian hemoglobin Lepore dan Anti-Lepore (terjadi pada
duplikasi). Ada dampak delesi lain yang parah yaitu yang berakibat lepasnya
sentromer. Delesi semacam itu mengakibatkan terbentuknya suatu kromosom
asentrik, yang biasanya hilang selama meiosis. Kondisi tersebut
mengakibatkan seluruh kromosom mengalami delesi sehingga terbentuklah
suatu sel yang monosomik (Russel, 1992).

Delesi dapat terjadi dengan bantuan analisis kariotipe, jika bagian


kromosom yang mengalami delesi cukup besar, sehingga dapat terlihat di saat
kromosom-kromosom homolog disandingkan. Dalam hal ini satu kromosom
tampak lebih pendek daripada yang lainnya (Russel, 1992). Deteksi delesi juga
dapat dilakukan dengan bantuan pengamatan tentang ada atau tidak adanya
lengkungan di saat kedua kromosom homolog berpasangan. Lengkung
kromosom semacam itu terbentuk karena delesi (interkalar) hanya terjadi pada
satu kromosom, sedangkan pasangan homolognya tidak mengalami delesi.
Individu atau sel yang memiliki kromosom semacam itu dinyatakan bersifat
heterizigot. Biasanya lengkungan semacam itu baru dapat terlihat atau teramati
pada kromosom politen sel-sel somatic dari serangga tertentu senacam
Drosophila.

Contoh delesi antara lain yang pernah dilaporkan pada Drosophila dan
manusia. Delesi pada Drosophila tersebut menyebabkan timbulnya mutan
Notch. Fenotip Notch tersebut terlihat berupa adanya lekukan sayap pada tepi
postero lateral (Anyala, dkk, 1984 dan Klug, dkk, 1994). Mutan tersebut
terpaut kromosom kelamin X, bersifat letal pada kondisi homozigot (betina)
maupun hemizigot (jantan). Jadi hanya pada individu betina heterozigot saja
ditemukan fenotip mutan seperti tersebut.

Satu contoh delesi yang terkenal pada manusia adalah yang menimbulkan
sindrom Cri-du-chat (“cry-of-the-cat”). Delesi penyebab timbulnya sindrom
itu bersifat heterozigot. Delesi tersebut terjadi pada lengan pendek kromosom
5. Teriakan para bayi pengidap sindrom tersebut terdengar seperti bunyi
meong kucing. Sindrom itu juga ditandai dengan ukuran kepala yang kecil,
abmorlalitas pertumbuhan yang parah, serta adanya keterbelakangan mental
(IQ antara 20-40), para penderita biasanya meninggal pada masa bayi atau
awal masa kanak-kanak seaklipun ada juga yang tetap hidup hingga dewasa
(Anyala, dkk, 1984). Contoh delesi lain pada manusia adalah yang
menimbulkan leukimia myelositis kronis (Gardner, dkk, 1991). Delesi tersebut
terjadi pada kromosom 22. Penderita leukimia myelositis tersebut juga
mengalami translokasi menuju kromosom lain. Dalam hal ini sebagian lengan
panjang kromosom 22 biasanya ditranslokasikan ke kromosom 9. Delesi
heterozigot lain pada manusia yang juga menimbulkan cacat parah adalah
yang terjadi pada kromosom 11 khususnya pada pita 11. (Gardner, dkk, 1991).
Delesi itu menimbulkan tumor Wilma tau nefroblastoma, yang merupakan
suatu tumor ginjal terutama pada anka-anak (Gardner, dkk, 1991 dan Klug,
dkk, 2000).

d. Inversi

Inversi adalah pembalikan 1800 segmen-segmen kromosom (Anyala, dkk,


1984; Russel, 1992; Klug dan Cummings. 2000). Pada inversi tidak ada materi
genetic yang hilang. Dalam hal ini yang terjadi adalah perubahan atau
penataan kembali urutan linear gen. Dikenal dua macam inversi yaitu yang
perisentrik dan yang parasentrik.

Inversi parasentrik tidak mengakibatkan perubahan panjang suatu lengan


kromosom, sedangkan inversi perisentrik dapat menimbulkan perubahan
panjang sesuatu lengan kromosom. Inversi perisentrik bertanggung jawab
terhadap beberapa perubahan konfigurasi kromosom yang telah berlangsung
selama evolusi, sebagai contoh misalnya kromosom ke 17 manusia tergolong
akrosentrik, sedangkan kromosom tersebut pada simpanse tergolong ma
tesentrik.

Dampak Inversi Terhadap Pembentukan Gamet: Dampak inversi terhadap


pembentuikan gamet tergantung kepada apakah meiosis terjadi pada yang
heterozigot inversi atau pada individu homozigot inverse. Contoh individu
heterozigot inversi misalnya yang mempunyai urutan segmen kromosom
ABCDEFGH / ADCBEFGH; sedangkan yang homozigot inversi misalnya
ADCBEFGH / ADCBEFGH. Dalam hal ini jika individu yang mengalami
meiosis itu mengidap inversi homozigot, maka meiosis itu akan berlangsung
secara normal dan tidak ada permasalahan yang terkait dengan duplikasi gen
atau delesi (Russel, 1992). Sebaliknya jika individu yang mengalami meiosis
itu mengidap inverse heterozigot maka sinapsis linear yang normal itu tidak
mungkin terwujud selama meiosis (Klug dan Cummings, 2000). Sinapsis
antara kromosom-kromosom homolog baru akan terwujud jika terbentuk
lengkung (loop) yang mengandung segmen-segmen yang mengalami inverse
(Anyala, dkk, 1984). Lengkung itu disebut inversion loop. Jika selama
meiosis itu, pindah silang terjadi di dalam segmen yag terbalik itu (di dalam
lengkung inversi), maka akan terbentuk kromatid yang abnormal dan
terbentuknya kromatid yang abnormal itu akan mengakibatkan sebagian gamet
hasil meiosis menyimpang dari yang lazim. Damoak semacam juga akan
terjadi jika pindah silang terjadi di dalam lengkung inversi selama meiosis
individu pengidap inverse heterozigot yang perisentrik. Dalam hal ini
kromatida-kromatida rekombinan yang langsung terlibat pada pertukaran
segmen mengalami duplikasi dan delesi, namun demikian tidak ada kromatid
asentrik maupun disentrik yang dihasilkan. Gamet yang memiliki kromatid-
kromatid tersebut akan menurunkan embrio yang mati.

Akibat Mutasi

1. Mutasi yang mengubah struktur DNA tetapi tidak mengubah produk yang
dihasilkan. DNA merupakan sumber informasi genetic. Dna akan
ditranslasi menjadi asam amino. Ada asam amino yang dikode oleh satu
kode genetic, tetapi ada yang dikode oleh lebih dari (hingga enam) kode
genetic. Apabila mutasi terjadi pada suatu tempat pada DNA, tetapi kode
yang berubah tetap mengkode asam amino yang sama, maka mutasi
tersebut tidak berakibat apa-apa.
2. Mutasi mengubah struktur DNA dan mengubah komposisi produk, tetapi
tidak mengubah fungsi produk yang dihasilkan. Dalam hal ini perubahan
produk, misalnya asam amino yang dihasilkan adalah lisin. Padahal kode
genetic sebelum mutasi terjadi adalah asam amino treonin. Akibatnya
terjadi perubahan dalam rantai protein yang dihasilkan. Walaupun
demikian, protein itu tidak mengalami perubahan fungsi.
3. Mutasi terjadi dan perubahan fungsi sangat besar, namun terjadi pada sel
somatic, jadi tidak diturunkan. Mutasi sel somatik jarang terlihat. Misal
tahi lalat dianggap mutasi somatic yang tidak diturunkan.
4. Mutasi yang bersifat fatal, sehingga organism tersebut mati, jadi tidak
terlihat. Kalau mutasi semacam ini terjadi dalam tingkat sel biasanya
produksi akan diserap tubuh. Itupun kalau produk tersebut memang dibuat.
Mutasi yang bersifat fatal dikenal dengan gen letal. Banyak gen letal yang
diketahui, misalnya kebutaan (tidak semuanya). Hemofilia. Hanya berkat
ilmu kedokteran, manusia bertahan. Apabila hal ini terjadi pada hewan,
maka mereka akan segera mati, Karena tidak dapat mempertahankan diri
dari predatornya.
5. Mutasi “menguntungkan”
Contoh mutasi “menguntungkan” dapat dilihat dari banyak segi. Istilah
“menguntungkan” dalam hal ini dapat dilihat dari segi manusia, meskipun
bagia organisme lain hal demikian dapat berarti sebaliknya. Misalnya
mutan ayam broiler atau sapi pedaging menguntungkan dan segi
manusia, tetapi bagi hewan tersebut tidak demikian, karena dalam segi
lain lebih lemah, lamban, sehingga lebih mudah dimangsa predatornya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Variabilitas genetik adalah ukuran bagi kecenderungan berbagai individu


dalam suatu populasi untuk memiliki genotipe yang berbeda-beda. Variabilitas
dalam suatu sifat (karakter) tertentu menggambarkan bagaimana sifat itu
mampu berubah-ubah untuk menanggapi pengaruh lingkungan dan genetik.
2. Faktor-faktor timbulnya variabilitas terkait evolusi ada berbagai macam,
yakni:

Variasi genetik

a.Variasi dapat diterangkan secara fenotip dan genetik. Variasi fenotip


dapat menyebabkan adanya populasi (reproduksi diferensial) antar
individu. Sifat-sifat ini berasal dari interaksi genotip dengan lingkungan.
Sedangkan Variasi genotip disebabkan oleh sifat terwariskan dikontrol
oleh gen dan keseluruhan gen dalam suatu genom organisme.

Faktor-faktor timbulnya keanekaragaman yang terkait dengan evolusi


diantaranya adalah : Variasi genetis, Mutasi, Proses reproduksi seksual
dan migrasi gen. Reproduksi seksual merupakan proses penting untuk
kelangsungan hidup organisme, termasuk manusia. Melalui pertukaran
materi genetik, dan diversifikasi kombinasi gen dalam keturunan,
organisme dapat memastikan kemampuan bertahan hidup dalam dunia
yang terus berubah. Tanpa reproduksi seksual, itu akan menjadi masalah
waktu sebelum banyak organisme di planet mengalami kepunahan besar-
besaran.

Umumnya urutan DNA secara normal dicopy persis atau tepat selama
proses replikasi. Kadang-kadang kesalahan di dalam replikasi atau
perbaikan DNA dapat memunculkan urutan baru. Ada sejumlah akibat
mutasi yang berpengaruh terhadap organisme yang akan mengakibatkan
munculnya keanekaragaman. Jenis perubahan yang disebabkan oleh
peristiwa mutasi yaitu substitusi yaitu pergantian satu nukleotida oleh lain,
rekombinasi yaitu pertukaran suatu urutan dengan yang lain, delesi adalah
penghilangan satu atau lebih nukleotida dari DNA, insersi (penyisipan),
penambahan satu atau lebih nukleotida pada uutan DNA, inverse
(pembalikan) perputaran 180 tentng suatu rantai ganda DNA yang
tersusun dua atau lebih pasang basa.

B. Saran

Saran untuk penulis agar dapat mencari sumber lebih banyak lagi agar bisa
dijadikan perbandingan.
DAFTAR RUJUKAN

Ayala, F. J., dkk. 1984. Modern Genetics. Menlo Park California: The Benjamin/
Cummings Publishing Company, Inc.
Gardner, E.J. dkk. 1984. Priciples of Genetics. John Wiley dan Sons, New York.

Klug, W.S & Clummings M.R. 2000. Consep of Genetic. Nre Jersey: Pretince
Hall Inc.
Mariadi. 2013. Variabilitas, (Online), (http://www.google.com/url?%3A%2F
%2Ftekpan.unimus.ac.id%2Fwp-content%2Fuploads
%2F2013%2F10%2FKuliah-11-variabilitas.pdf), diakses tanggal 17 Januari
2015.
Widodo, Umie Lestari, Mohammad Amin. 2003. Evolusi (Panduan Belajar,
Bahan Ajar, dan Panduan Asesmen). Malang: Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Proyek Peningkatan Manajemen Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional.
Zaifbio, 2009. Variasi Genetik Sebagai Dasar Evolusi, Mutasi Gen, Frekuensi
Gen Dalam Populasi Dan Hukum Hardy- Weinberg. (Online).
(http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/20/variasi-genetik-sebagai-dasar-
evolusi-mutasi-gen-frekuensi-gen-dalam-populasi-dan-hukum-hardy-
weinberg-2), diakses 17 Januari 2015.

Anda mungkin juga menyukai