Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

OBJEK AKHLAK
Disusun untuk memenuhi tugas :
Mata Kuliah : Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu : Hendrisab. M.A

Oleh :
Assyifaul Husna (2320005)
Riyana Apalda (2320015)
Fauziah Illahi (2320022)

KELAS PBI 2A
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN BUKITTINGGI
2021
PENGERTIAN AKHLAK

Menurut Yusuf Sukriy Farhat secara etimologis (bahasa), akhlak merupakan bentuk plural
dari al-khulq[u] dan al-khuluq, yang berasal dari khalaqa – yakhluq[u] – khalqah wa
khalq[an], yang berarti: awjada (mewujudkan/mengadakan), abda’a (menciptakan).
Sedangkan al-khulq dan al-khuluq itu sendiri berarti: ath-thab’(tabiat), al-‘adâh (adat/
karakter).[2]
٤ ‫َظ ٖيم‬ ٍ ُ‫ك لَ َعلَ ٰى ُخل‬
ِ ‫قع‬ َ َّ‫َوإِن‬
“ Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS Al-Qalam [68]: 4)
Melihat asal kata Akhlak, yang mengandung arti perbuatan manusia karena itu objek yang
dikaji dalam pembahasan akhlak adalah aspek tingkah laku manusia dari segi nilai baik atau
buruk.
Pengertian Akhlak Secara Istilah
Berikut pendapat para ulama terkait Akhlak.
a. Imam Al-Gazali.
‫ عنها تصدر األفعال بسهولة ويسر من غير حاجة إلى فكر وروية‬،‫فالخلق عبارة عن هيئة في النفس راسخة‬
Al-khuluq adalah ungkapan kondisi jiwa yang terdalam, yang darinya melahirkan perilaku
secara gampang dan mudah (spontan), tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.[3]
b. Muhammad Husain Abdullah.
‫ هي الصفات التي أمر هللا المسلم أن يتصف بها عند قيامه بأعماله‬:‫األخالق اصطالحا‬
Akhlak adalah sifat-sifat yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada seorang muslim, agar
ketika ia berbuat menggunakan sifat tersebut.[4]
c. Lafadz khuluq dalam ayat QS Al-Qalam [68]: 4 menurut Imam Al-Mahally dan
Asy-Suyuthi adalah: dîn (agama), sehingga makna ayat tersebut adalah, “dan Sesungguhnya
kamu benar-benar (memiliki) agama / din / ajaran yang agung.”[5]
d. Jadi Akhlak menurut al-Ghazali, naluri yang bersifat fitrah (mirip makna secara bahasa),
menurut Imam Mufassir Akhlak adalah ajaran Islam (ad-dîn, syariat), menurut Husain
Abdullah akhlak adalah sifat yang terpuji (mirip makna ‘urf).
Ciri-ciri Perbuatan Akhlak
1. Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya. (Al
Ghazali)
2. dengan mudah tanpa pemikiran (spontan). (Al Ghazali)
3. Timbul dari diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
4. Dilakukan dengan ikhlas dan benar (sesuai syari’at), karna akhlak dikatakan baik jika
sesuai dengan syariat, sedangkan perangai yang buruk adalah yang tidak sesuai dengan
syariat. (Muhammad Husain Abdullah)

1. Akhlak Kepada Allah SWT


Sumber untuk menentukan Akhlak dalam Islam, apakah termasuk akhlak yang baik (mulia)
atau akhlak yang tercela, adalah al-Quran dan as Sunnah Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.
Terlebih lagi akhlak terhadap Allah SWT, tentunya standar baik dan buruknya adalah berasal
dari aturan-Nya bukan akal atau adat manusia, sebab akan berbeda-beda ukuran/standarnya.
Jika kita perhatikan, akhlak terhadap Allah ini merupakan pondasi atau dasar dalam berakhlak
terhadap siapapun yang ada dimuka bumi ini. Jika seseorang tidak memiliki akhlak positif
terhadap Allah, maka ia tidak akan mungkin memiliki akhlak positif terhadap siapapun.
Demikian pula sebaliknya, jika ia memiliki Akhlak al Karimah terhadap Allah, maka ini
merupakan gerbang untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap orang lain.

Titik tolak Akhlak kepada Allah SWT adalah pengakuan dan kesadaran bahwa Tiada
Tuhan Melainkan Allah SWT dalam beribadah kepadaNya. firman Allah dalam Al Qur’an.
٤ ‫ َولَمۡ يَ ُكن لَّ ۥهُ ُكفُ ًوا أَ َح ۢ ُد‬٣ ‫ لَمۡ يَلِ ۡد َولَمۡ يُولَ ۡد‬٢ ‫ص َم ُد‬
َّ ‫ ٱهَّلل ُ ٱل‬١ ‫قُ ۡل هُ َو ٱهَّلل ُ أَ َح ٌد‬
“1. Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu 3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan 4. dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia." [QS. al-Ikhlash [112] :1–4]
Dan pula dalam ayat yang lain.

َ ِ ‫ت ۡٱل ِج َّن َوٱإۡل‬


٥٦ ‫نس إِاَّل لِيَ ۡعبُدُو ِن‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ۡق‬

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (beribadah)
kepada-Ku.” [QS. alDzariyat [51]: 56]

Pengertian Akhlak Kepada Allah SWT


Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan
oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai Al Khalik (Pencipta).Sehingga Akhlak
kepada Allah dapat diartikan, “Segala sikap atau perbuatan manusia yang dilakukan tanpa
dengan berfikir lagi (spontan) yang memang seharusnya ada pada diri manusia (sebagai
hamba) kepada Allah SWT (sebagai Al Khalik).Umat Islam diwajibkan berakhlak baik
kepada Allah SWT dengan bertaqwa kepadaNya, Allah SWT yang telah menjadikan umat
Islam dengan sebutan sebagai Umat Terbaik (Khoiru Ummah).
Akhlak kepada Allah SWT adalah contohnya
1. Bertauhid kepadaNya (QS. al-Ikhlash [112] :1–4; QS. alDzariyat [51]: 56),
2. Menaati perintahNya (QS. Ali ‘Imran [3]: 132),
3. Ikhlas dalam semua amal (QS. al-Bayyinah [98]: 5),
4. Tadlarru’ dan khusyu’ dalam beribadah (QS. al-Fatihah [1]: 6),
5. Berdoa dan penuh harapan pada Allah SWT. (QS. al-Zumar [39]: 53),
6. Berbaik sangka pada setiap ketentuan Allah (QS. Ali ‘Imran [3]: 154),
7. Bertawakal setelah memiliki kemauan dan ketetapan hati (QS. Ali ‘Imran [3]: 159),
8. Bersyukur (QS. Ibrahim [14]: 7), dan
9. Bertaubat serta istighfar bila berbuat kesalahan (QS. al-Tahrim [66]: 8).

Alasan Seorang Muslim Harus Berakhlak Kepada Allah SWT


Menurut Kahar Mashyur, ada 4 (empat) alasan manusia perlu berakhlak kepada Allah SWT,
yakni:[9]
1. Allah yang menciptakan manusia.
Dan yang menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan keluar dari tulang punggung dan
tulang rusuk.
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?. Dia tercipta dari air
yang terpancar. Yang terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada.
[at-Thariq: 5-7]
2. Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera.
Berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan
yang kokoh dan sempurna kepada manusia.
“Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu
bersyukur.” [Q.S an-Nahl : 78]
3. Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup manusia.
Seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan
lainnya. [Q.S al-Jatsiyah :12-13]
4. Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan didaratan
dan dilautan.
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami angkut mereka dari
daratan dan lautan, Kami beri mereka dari rizki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” [Q.S
al-Isra’ : 70]
Setiap muslim meyakini, bahwa Allah SWT adalah sumber segala sumber dalam
kehidupannya. Allah adalah Pencipta dirinya, pencipta jagad raya dengan segala isinya, Allah
SWT adalah pengatur alam semesta yang demikian luasnya. Allah adalah pemberi hidayah
dan pedoman hidup dalam kehidupan manusia, dan lain sebagainya. Sehingga jika hal ini
mengakar dalam diri setiap muslim, maka akan terealisasi dalam realita bahwa Allah lah yang
pertama kali harus dijadikan prioritas dalam berakhlak.

2. AKHLAK KEPADA ORANG TUA


Kata akhlak berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun yang menurut
bahasa berarti budi pekerti , perangai, tingkah laku , dan tabiat.1 Tabiat atau watak
dilahirkan karena hasil perbuatan yang diulang-ulang sehingga menjadi biasa. Adapun
defenisi akhlak menurut istilah ialah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan
perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran
terlebih dahulu .Dengan demikian pengertian akhlak dan kedua orang tua diatas dapat
dikatakan bahwa akhlak kepada kedua orang tua adalah jiwa manusia yang
menimbulkan perbuatan baik karena kebiasaan tanpa pemikiran dan pertimbangan
sehingga menjadi kepribadian yang kuat didalam jiwa seseorang untuk selalu berbuat
baik kepada orang yang telah mengasuhnya mulai dari dalam kandungan maupun
setelah dewasa.Adapun akhlak terhadap orang tua adalah sebagai berikut
Menyayanginya, mencintainya,menghormatinya, mematuhinya, dan merendahkan diri
padanya serta sopan kepadanya.Kita mengetahui dan menyadarinya dengan sepenuh
hati bahwa hidup bersama orang tua merupakan nikmat yang luar biasa, yang tidak
dapat tergantikan dengan apapun didunia ini. Ketika orang tua kita meninggal
alangkah sedihnya hati kita karena tidak ada yang dapat dipandanginya
lagi.Pandanglah kedua orang tua dengan penuh kasih sayang ,janganlah
memandangnya dengan pandangan marah dan bersuara keras kepadanya.

QS. Luqman Ayat 14

ِ ‫ي ْال َم‬
‫ص ْي ُر‬ َّ َ‫ك اِل‬ َ ِ‫ص ْينَا ااْل ِ ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ۚ ِه َح َملَ ْتهُ اُ ُّمهٗ َو ْهنًا ع َٰلى َو ْه ٍن َّوف‬
َ ۗ ‫صالُهٗ فِ ْي عَا َمي ِْن اَ ِن ا ْش ُكرْ لِ ْي َولِ َوالِ َد ْي‬ َّ ‫َو َو‬

Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua
orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.

ayat di atas tampak jelas bahwa Allah SWT telah menunjukan pada setiap manusia
akan pentingnya melakukan kebaikan. Terutama kepada ibu bapak selaku orang tua
yang membesarkan kita. Dan senantiasa berkata dan bertutur kata yang sopan
denganlemah lembut serta menyenangkan hati orang tua kita.
Menurut H.J. Muchtar (2008: 40) dalam pergaulan sehari-hari sangat
diperlukan sikap lemah lembut dan sopan santun. Terutama terhadap kedua orang tua.
Hal ini perlu dilakukan untuk menunjukan rasa hormat dalam bergaul dengan kedua
orang tua. Pada dasarnya setiap orang senang diperlakukan dengan lemah lembut dan
sopan santun. Hal ini merupakan kebutuhan tiap manusia bahkan setiap agama juga
mengajarkan sikap sopan santun serta kasih-sayang kepadaa sesama manusia dan
makhluk tuhan. Dalam Islam ada anjuran menyayangi semua yang ada di muka bumi,
karena dengan demikian akan disayangi Tuhan dan para malaikat yang ada di langit
Setiap anak perlu memiliki pengetahuan tentang akhlak anak terhadap orang tua.
Setiap anak merupakan amanah yang Allah SWT titipkan pada orang tuanya,
yang harus dididik dengan harapan suatu hari akan menjadi anak yang shaleh, berbudi
luhur dan berakhlak baik serta suci lahir dan batinya. Seperti yang di jelaskan dalam
firman-Nya :
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan
sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya.” ( Asy-Syams: 9-10)
Setiap orang dalam hidupnya bercita-cita memperoleh kebahagiaan. Salah satu
dari kebahagiaan adalah orang yang menyucikan dirinya, yaitu suci dari sifat dan
perangai yang buruk, suci lahir dan batin. Sebaliknya jiwa yang kotor dan sifat tercela
membawa kesengsaraan dunia akhirat (N.U. Abdullah, 2007: 17).
Oleh sebab itu penting bagi seorang anak untuk mendapatkan pendidikan
tentang akhlak, agar anak dapat mengetahui dan mengaplikasikannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk itu penting juga bagi orang tua untuk mengetahui
bagaimana cara mendidik anak yang baik sesuai ajaran Islam.
Adapun pola asuh Rasulullah SAW dalam dalam mendidik anak dan
membesarkannya yaitu sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdullah Nashih
(1992)adalah sebagai berikut :
1. Pengarahan langsung yaitu dengan memberikan nasehat pada saat itu.
2. Memberi Isyarat, yaitu dengan memberikan isyarat tertentu dengan ditandai
simbol-simbol tertentu.
3. Memberi teguran, yaitu dengan peringatan yang lansung diungkapkan saat itu
juga
4. Memberi pengertian yaitu menjelaskan langsung dan mengungkapkan kesalahan
anak apabila bersalah. Dengan harapan kesalahan tersebut tidak terulang
kembali dikemudian hari.

Contoh Akhlak Terpuji Kepada Kedua Orang Tua


1.Berinteraksi dengan keduanya melalui cara yang baik.
2.Berkata dengan keduanya secara lemah lembut.
3.Tawadhu dan tidak sombong terhadap keduanya.
4.Jika ada rezeki, berilah keduanya hadiah.
5.Mendoakan kedua orang tua kita kebaikan akhirat dan juga dunia.
6.Mentaati keduanya dalam perkara-perkara selain maksiat.
7.Menjaga nama baik, kemuliaan dan harga orang tua.
8.Berusaha untuk meringankan beban mereka walaupun tidak diperintah.
9.Tidak berbuat kasar kepada keduanya.
10.Jangan membohongi dan juga mencela kedua orang tua.

3. AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI


Akhlak yang baik terhadap diri sendiri merupakan akhlak yang penting dan akan
membuat kita lebih dekat dengan sang pencipta dirinya yaitu Allah subhanahu wata’ala.
Kewajiban yang pertama terhadap sang pencipta yaitu Allah subhanahu wata’ala
mempercayai, meyakini serta mengamalkan makna dari “Tiada Illah Yang Berhak
Disembah Selain Allah dan Nabi Muhammad adalah Utusan-Nya.”Dengan adanya
kewajiban ini maka kewajiban terhadap dirinya sendiri harus ada demi keselamatan
dirinya.Setiap perilaku yang kita lakukan akan berpengaruh terhadap kewajiban kita
terhadap Allah dan Rasulnya.Apakah perilaku kita akan merusak kewajiban kita kepada
Allah atau membuat kita jadi semakin diridhoi-Nya.Dan Akhlak Yang Mulia Lebih
Utama daripada Adab.
Q.S. AL-Mujaddalah:11 yang berbunyi,

ٍ ‫يَرْ فَ ِع هَّللا ُ الَّ ِذينَ َءا َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذينَ أُوتُوا ْال ِع ْل َم د ََر َجا‬
‫ت‬
Artinya:"Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan
orang-orang yang diberi ilmu (agama) beberapa derajat." (Al-Mujaadilah:11)

Macam-Macam Ahklak Terhadap Diri Sendiri


Ada tiga aspek akhlak yang harus ada dalam diri kita diantaranya :
a. Akhlak terhadap jiwa atau Rohani kita.
b. Akhlak terhadap akal kita.
c. Akhlak terhadap jasmani atau tubuh kita.

a. AKHLAK TERHADAP JIWA ATAU ROHANI


Akhlak ini merupakan Akhlak yang sangat penting karena apabila seseorang tidak
mempunyai rohani maka kewajiban dirinya terhadap Allah maka kehidupannya ibarat Jasad
yang tidak ada ruhnya.
Adapun ciri-ciri orang yang memiliki akhlak terhadap jiwa atau rohaninya yaitu:
●BERTOBAT
Senantiasa selalu menjauhkan diri dari dosa-dosa besar.Kita harus senantiasa bertobat
terhadap dosa yang kita perbuat dengan meminta ampun kepada Allah dan kembali ke jalan-
Nya dan memperbanyak ibadah kita.Fitrah manusia adalah sebagai tempatnya salah dan hilaf,
sebagaimana Allah subhanahu wata’ala berfirman agar kita selalu bertaubat.Akhlak terhadap
diri sendiri“Wahai orang-orang yang beriman!! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang
semurni-murninya. Mudah-mudahan Rabb kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu
dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Pada hari
ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya;
sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka
berkata. “Wahai Rabb kami sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami,
sungguh engkau maha kuasa atas segala sesuatu.” [At Tahrim ayat 8]..
●MURAQABAH
Yaitu meyakini bahwasanya dirinya senantiasa selalu diawasi oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Dengan begitu kita akan selalu terjaga dalam melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah,
bahkan dia berhati-hati dalam melakukan hal-hal yang sifatnya mubah.
●BERMUHASABAH
Yaitu seseorang yang menghitung amalan di setiap hari-harinya dalamsuatu waktu. Jika hari
itu ia melakukan hal-hal yang buruk atau melakukan apa yang dilarang Allah, maka ia akan
meminta ampun kepada Allah kemudian ia menghukum dirinya dan berusaha
memperbaikinya.
●MUJAHADAH
Yaitu senantiasa berjuang, berusaha, bersungguh-sungguh, dan berperangmelawan hawa
nafsunya. Karena setiap hawa nafsu menjerumuskan pada yang melenakan, lalai,
menghembuskan syahwat,dan kepada hal-hal yang buruk. Jika seorang muslim tahu akan
bahayanya hawa nafsu maka ia akan menentang, dan menyatakan perang terhadapnya.

BERAKHLAK TERHADAP AKAL


1. Senantiasa Menuntut Ilmu,
Menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslim danmuslimat sekaligus
sebagai bentuk muslim yang berakhlak. Ia akan mencari ilmu baik untuk asupan
akalnya.
“Menuntut Ilmu itu merupakan kewajiban bagi setiap muslimin” [HR. Ibnu Majah].
Seorang muslimin tidak hanya menganggap mencari ilmu adalah sebuahkewajiban
belaka tapi ia juga terus menambah ilmunya. Setiap ilmu yang kita pelajari semakin
banyak maka kita semakin Khasyah (Takut terhadap Allah dibarengi dengan
ketaatan).
2. Mengamalkan Ilmu yang telah didapat
Setiap ilmu yang kita cari harus kita amalkan sebagaimana permisalan orang yang
berilmu tapi ia tidak mengamalkannya seperti pohon yang tumbuh tapi tidak ada
buahnya, semuanya akan sia-sia.
3. Memiliki ilmu yang ia kuasai,
menurut Dr. Muhammad Ali Al-Hasyim berkata hal-hal yang harus dikuasai pada diri
seorang muslim ialah : Al Quran (yaitu bacaannya,tajwidnya,dan tafsirnya), Ilmu
hadits, sirah, dan sejarah para sahabat, fikih tentang permasalahan kehidupan dan
lainnya.
Sepesialis juga tidak hanya dalam bentuk ilmu syar’i tapi juga ilmu duniawi seperti :
Ekonomi, Politik, Teknik,dan lain sebagainya. Semua ilmu itu akan berguna bagi
islam karena kehidupan yang islami harus mecakup semua aspek.
4. Mengajarkan Ilmunya kepada Orang Lain,

BERAKHLAK TERHADAP JASMANI DAN BADANNYA


1. Senantiasa selalu menjaga kebersihan, menurut sunnah rasullulah yangtelah di
ajarkan kepada kita, dan selalu menjauhi hal-hal yang najis.
2. Menjaga minum dan makan, senantiasa menjaga sesuatu yang masuk kedalam
tubuh kita, dan menghindari makanan dan minuman yang diharamkan oleh Allah
dan Rasulnya. Karena setiap makanan atau minuman yang haram merupakan
penghalang terkabulnya doa.
3. Senantiasa Selalu menjaga kesehatan
Dengan jasmani yang sehat kita bisa beraktifitas dan menjalankan ibadah sehari
4. Berpenampilan yang islami
Kita harus berpakaian seperti yang dijelaskan oleh Allah dan Rasulnya tentang
bagian tubuh kita yang merupakan aurat dan harus kita tutup.

MEMELIHARA AKHLAK TERHADAP DIRI SENDIRI

●Istiqomah
Istiqomah yaitu menapaki jalan yang lurus yaitu jalan islam yang telah di ajarkan oleh
Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam, para sahabat, para tabiin, dan para
tabiut tabiin. Dan tidak berbelok dari arah dari jalan yang lurus itu.
●Syukur
Sikap yang menunjukan terhadap apa yang telah Allah berikan berupa kenikmatan
kepada kita, dengan lisan atau perbuatan sebagai rasa kesadaran kita akan nikmat
yang Allah subhanahu wa ta’ala berikan. Dengan dzikir memujinya dan
meningkatkan kedekatan kita kepada-Nya.
●Tawadu’
Tawadhu’ yaitu ia ridho apabila ia mempunyai kedudukan yang lebih rendah dari apa
yang sepantasnya ia dapatkan. Tawdhu’ juga sikap pertengahan diantara sikap
●Sombong dan Melecehkan Diri.
Ibnu Hajar mengatakan “ Tawadhu’ ialah menunjukan diri dengan sikap lebih rendah
kepada orang yang mengagungkannya. Ada juga yang berkata sesungguhnya
tawadhu’ ialah memuliakan orang yang lebih mulia darinya.” [Fathul_Bari 11/341]
●Sabar
Sabar ialah suatu sikap dimana seseorang menahan dirinya untuk mengendalikan
nafsunya dari apa yang telah menimpanya, sabar bukan hanya ketika mendapatkan
musibah, tapi sabar terhadap ketaatan, dan menjauhi larangan.
●Amanah
Dapat dipercaya, seseorang dapat dipercaya tergantung kadar imannya. Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda “Tidaklah sempurna iman seseorang yang tidak
amanah (tidak dapat di percaya)…” (H.R Ahmad)
Shidiq
●Jujur atau benar, Seorang muslim harus benar dan jujur dalam segala hal baik itu
hatinya, perkataannya, dan perbuatannya.
Iffah
●Menjaga dan memelihara diri dari hal-hal buruk yang membuat diri kita rendah,
rusak, jatuh dan hina. Nilai dan wibawa seseorang dilihat dari diri yang senantiasa
menjaga kehormatannya.
●Pema’af
Sikap yang suka memberi maaf kepada kesalahan orang lain dengan ikhlas tanpa rasa
benci dan keinginan membalas kesalahannya, bahkan islam mengajarkan kita untuk
saling memaafkan, tanpa harus menunggu orang meminta maaf.
DAFTAR PUSTAKA
Rendra.2017.Akhlak Pada Allah Swt ,Sesama Dan Alam Sekitar.
https://www.rendrafr.com/2017/08/akhlak-pada-allah-swt-sesama-dan-alam.html?
m=1 diakses 25 maret 2021

Tedjama,Nabil.2021. Akhlak Terhadap Diri Sendiri. https://bilabil.com/akhlak-


terhadap-diri-sendiri/ diakses 25 maret 2021

Hermawan,Angga.2017.Akhlak Terhadap Orang Tua Berdasarkan Al-


Qur’an.3(2).113-119.

Anda mungkin juga menyukai