Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi demam akut yang disebabkan

oleh kuman Salmonella typhi, dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai

gangguan pada saluran pencernaan (Rampengan, 2008). Salmonella merupakan

bakteri patogen pada binatang yang merupakan resorvoir pertama infeksi pada

manusia seperti unggas, babi, hewan pengerat, ternak, binatang peliharaan (dari kura-

kura sampai burung beo). Organisme hampir selalu masuk melalui makanan yang

terkontaminasi bakteri Salmonella sp ( Jawetz, dkk, 2014).

Indonesia merupakan negara endemik demam tifoid, di perkirakan prevalensi

terdapat 800 penderita per 100.000 penduduk setiap tahun yang ditemukan sepanjang

tahun, sedangkan menurut WHO prevalensi penyakit demam tifoid ini 70% kematian

terjadi di Asia (Widoyono, 2011).

Penularan demam tipoid melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi

oleh bakteri. Hal ini terjadi melalui tinja yang mengandung Salmonella typhi

mencemari air untuk minum maupun masak dan mencuci makanan dapat juga di

tularkan makanan yang di sajikan oleh penderita tipus laten (yang tersembunyi) yang

kurang menjaga kebersihan saat masak. Penularan penyakit demam tifoid tidak selalu

1
2

harus penderita demam tifoid, ada penderita yang sudah mendapatkan pengobatan

dan sembuh tetapi di dalam air seni dan kotoranya masih mengandung bakteri

penderita ini disebut sebagai pembawa (carier). Walaupun tidak lagi menderita

penyakit demam tifoid , orang ini masih dapat menularkan demam tifoid pada orang

lain (Afriadi Riana, 2008).

Bakteri Salmonella sering mengontaminasi daging ayam, berperan sebagai

infeksi pada manusia penularanya melalui konsumsi daging yang dimasak kurang

matang terutama unggas, daging sapi, babi, telur ayam yang terinfeksi melalui saluran

telur, dan susu mentah (Aerita, N.A, 2014). Dari program isolosi dan identifikasi

kuman Salmonella yang intensif dan diatur oleh ketentuan pemerintah ,unggas

peliharaan merupakan sumber terbesar bakteri Salmonella yang terdapat di alam. Di

antara spesies hewan Salmonella paling banyak dilaporkan pada unggas dan produk

asal unggas yang mungkin disebabkan oleh karena populasi unggas yang tinggi.

(Tabbu, C.R, 2000).

Berdasarkan hasil penelitian oleh Endang wardani (2011) selama bulan April-

Juni di wilayah DKI Jakarta terhadap 213 sampel daging ayam dan 83 sampel hati

ayam, hasil uji laboratorium menunjukan 7,9% daging ayam dan 14,4% hati tercemar

Salmonella. Kondisi ini mencerminkan bahwa daging ayam dan hati ayam yang

beredar di pasar DKI Jakarta belum bebas dari bakteri Salmonella. Menurut

penelitian Aerita, N.A, 2014 di kabupaten Tegal, sebagian besar pedagang di pasar

Trayeman Kabupaten Tegal pedagang yang memiliki hiegieni pedagang yang buruk

sebanyak 16 pedagang, pedagang yang memiliki higieni yang baik sebanyak 14


3

pedagang, sedangkan sanitasi buruk sebanyak 5 pedagang dan sebanyak 25 pedagang

memiliki sanitasi yang baik. Di dapatkan juga daging ayam potong yang

terkontaminasi Salmonella sebanyak 5 potong yang positif dan 25 potong yang

negatif, pedagang yang didapatkan terkontaminasi Salmonella sebanyak 5 orang.

Selain itu berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jambi tahun 2015

diperoleh sebanyak 1929 orang yang terinfeksi demam tifoid. Berdasarkan penelitian

Asriyanti. D 2012 di kota Jambi di pasar tradisional dari 15 sampel di dapatkan 8

orang pedagang daging ayam positif antibodi Salmonella typhi dan di pasar modern

dari 15 sampel 6 orang pedagang daging ayam positif antibodi Salmonella typhi.

Menurut P. Hariyadi dan Ratih, dalam Aerita, N.A, 2014. Proses keamanan

dan kelayakan daging ayam harus dilakukan sedini mungkin, karena bahan pangan

seperti daging ayam dapat tercemar oleh mikroorganisme sebelum dipanen atau

dipotong (pencemaran primer) dan sesudah dipanen atau dipotong (pencemaran

sekunder) keamanan pangan (food safety) adalah hal yang membuat produk pangan

aman untuk dimakan dan bebas dari faktor yang dapat menyebabkan penyakit. Salah

satu aspek yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu kontaminasi oleh

mikroorganisme yaitu higieni dan sanitasi.

Higiene pada pedagang sangat berpengaruh terhadap keamanan pangan agar

bahan pangan tidak tercemar, sedangkan sanitasi tempat penjualan dilakukan untuk

pengendalian kondisi lingkungan sejak penanganan bahan baku sampai proses

distribusi (Aerita, N.A, 2014).


4

Pasar Angso Duo merupakan pasar induk tradisional kota Jambi, terdapat 185

kios pedagang ayam. Pasar angso duo dekat dengan sungai keadaan air sungai

tersebut mengalami pasang surut, dan juga apabila musim hujan kondisi tanah di

area pasar menjadi terserap air hujan menghambat daerah pasar menjadi becek. Pasar

tradisional juga tercemar dengan sampah-sampah yang berserakan di lingkungan

tersebut tidak di bersihkan oleh petugas kebersihan dan pedagang. Dari tercemar

kondisi lingkungan pasar tersebut bisa menyebabkan banyak bakteri yang tercemar

dari lingkungan pasar tersebut salah satunya bakteri Salmonella typhi. Kontaminasi

Salmonella typhi terdapat juga pada para pedagang dan barang dagangannya karena

setiap harinya pedagang akan menghabiskan waktu di pasar sehingga mengalami

kontak langsung dengan barang daganganya dan kontak langsung di lingkungan pasar

Tradisional.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik melakukan penelelitian

tentang “Gambaran antibodi Salmonella Typhi Pada Pedagang Ayam Potong di Pasar

Tradisional Angso Duo Kota Jambi”

1.1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka belum diketahuinya gambaran

antibodi Salmonella typhi pada pedagang ayam potong di pasar Tradisional Angso

Duo kota Jambi.


5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran antibodi Salmonella typhi pada pedagang

ayam potong di pasar Tradisional Angso Duo Kota Jambi.

.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui persentase antibodi Salmonella typhi pada pedagang daging

ayam potong.

2. Untuk mengetahui keberadaan antibodi Salmonella typhi pada pedagang ayam

potong dengan berdasarkan sanitasi lingkungan.

3. Untuk mengetahui keberadaan antibodi Salmonella typhi pada pedagang ayam

potong dengan berdasarkan hiegine perorangan.

4. Untuk mengetahui hubungan antibodi Salmonella typhi dengan higiene

perorangan dan sanitasi lingkungan.

.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Masyarakat

Menambah wawasan kepada masyarakat khususnya pada para pedang

ayam potong di pasar Tradisional Angso duo kota Jambi tentang pentingnya

meningkatkan sanitasi lingkungan dan menjaga higiene perorangan.

1.1.4.2 Bagi Akademik

Menambah informasi dan tambahan sumber pustaka bagi segenap

mahasiswa-mahasiswi Akademi Analis Kesehatan Provinsi Jambi terutama dalam

disiplin ilmu imunologi khususnya penentuan antibodi dengan metode widal slide.
6

1.1.1.1.4.3 Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengetahuan dalam melakukan penelitian

khususnya pada mata kuliah imunologi/serologi.

1.1.1.1.1.5 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi masalah yaitu gambaran

antibodi Salmonella typhi pada pedagang ayam potong di pasar Tradisional Angso

Duo Kota Jambi.

Anda mungkin juga menyukai