Anda di halaman 1dari 69

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA MAMAE

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Dosen Pengampu: Ns. Ginanjar Sasmito Adi, Sp.Kep.M.B

Disusun Oleh:

Bella Puspita Hayuning Tyas 1711011076

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JEMBER 2020
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Dasar Medis


A. Definisi
Karsinoma mamae adalah kanker pada jaringan payudara (Irianto,
2015).
Kanker payudara adalah tumor yng tumbuh didalam jaringan
payudara. Kanker ini bisa tumbuh didalam kelenjar susu, jaringan
lemakdan jaringan ikat payudara (Pudiastuti, 2011).
Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel
normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal,
berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah.

B. Etiologi
Penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan, tetapi terdapat
beberapa faktor resiko yang telah ditetapkan, keduanya adalah lingkungan
dan genetik. Kanker payudara memperlihatkan proliferasi keganasan sel
epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya
terdapat hyperplasia sel dengan perkembangan sel-sel yang atipikal dan
kemudian berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma.
Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi
massa. Hormone steroid yang dihasilkan oleh ovarium juga berperan
dalam pembentukan kanker payudara (estradisol dan progesterone
mengalami perubahan dalam lingkungan seluler). (Brunner & Suddarth)
Faktor resiko terjadi kanker payu dara: (Brunner & Suddarth)
1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara.
2. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga
langsung) dari wanita dengan kanker payudara.
3. Menarke dini.
4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama.
5. Menopous pada usia lanjut.
6. Riwayat penyakit payudara jinak.
7. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum
usia 30 tahun beresiko hampir 2 kali lipat.
8. Obesitas, resiko terendah diantara wanita pascamenopouse.
9. Kontrasepsi oral.
10. Terapi pergantian hormone.
11. Masukan alkohol.

Tipe kanker payudara:


1. Karsinoma duktal menginfiltrasi (75%).
2. Karsinoma lobular menginfiltrasi (5-10%).
3. Karsinoma medular (6%).
4. Kanker musinus (3%).
5. Karsinoma inflamatori (1-2%)

Stadium kanker penting untuk panduan pengobatan, follow up dan


menentukan prognosis.
1. Stadium 0: kanker insitu dimana del kanker berada pada tempatnya
didalam jaringan payudara normal.
2. Stadium I: tumor dengan garis tenga kurang 2 cm dan belum menyebar
ke luar payudara.
3. Stadium IIA: tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar
ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang
2 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
4. Stadium IIB: tumor dengan garis tengah lebih besr dari 5 cm dan
belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan
garis tengah 2-5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening
ketiak.
5. Stadium III A: tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah
menyebar kekelenjar getahbening ketiak disertai perlengketan satu
sama lain atau perlengketan ke struktur lainnya atau tumor dengan
garis tengah lebih dari dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah
bening ketiak.
6. Stadium IIIB: Tumor telah menyusup keluar payudara yaitu kedalam
kulit payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar
getah bening didalam dinding dada dan tulang dada.
7. Stadium IV: tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding
dada misalnya ke hati, tulang atau paru-paru. (Pudiastuti, 2011).

Ca mamae dapat diketahui dengan cara sadari (periksa payudara sendiri):


1. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada
payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak
terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput,
lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu
atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke
dokter.
2. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua
payudara. Kemudian bungkukkan badan hingga payudara tergantung
ke bawah, dan periksa lagi.
3. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang
kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri
dengan telapak jari jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada
payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau
pembengkakan pada ketiak kiri.
4. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya
kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa
kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras
dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya).
Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah
pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan
untuk sembuh secara sempurna.

C. Patofisiologi dan Pathways


Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi
hormon. Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui
pubertas, masa fertilitas, dsampai klimakterium dan menopouse. Sejak
pubertas pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi
ovarium dan hipofisis, telah menyebabkan duktus berkembang dan
timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur
haid. Sekitar hari ke 8 haid, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa
hari sebelum haid berikutnya terjadi perbesaran maksimal. Selama
beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri
sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin dilakukan.
Perubahan ketiga terjadi masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan
payudara Menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus
berproliferasi dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dan
hipofise anterior memicu. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus,
mengisi asinus kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.
Kanker payudara berasal dari jaringan epitelia dan paling sering
terjadi hiperflasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini
berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Kanker
membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal
sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat teraba ( diameter 1
cm). Pada ukuran tersebut, kira kira seperempat dari kanker payudara telah
bermetastasis.
Karsinoma payudara 95% merupakan karsinoma, berasal dari epitel
saluran dan kelenjar payudara. Karsinoma muncul sebagai akibat sel sel
yang abnormal terbentuk pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol
dan tidak beraturan. Sel tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan
perubahan perubahan bentuk, ukuran maupun fungsinya. Mutasi gen ini
dipicu oleh keberadaan suatu benda asing yang masuk dalam tubuh kita,
diantara pengawet makanan, vetsin, radioaktif, oksidan atau karsinognik
yang dihasilkan oleh tubuh sendiri secara alamiah. Pertumbuhan dimulai
didalam duktus atau kelenjar lobulus yang disebut karsinoma non invasif.
Kemudian tumor menerobos keluar dinding duktus atau kelenjar di daerah
lobulus dan invasi ke dalam stroma yang dikenal dengan nama karsinoma
invasif. Pada pertumbuhan selanjutnya tumor meluas menuju fasia otot
pektoralis atau daerah kulit yang menimbulkan perlengketan-perlengketan.
Pada kondisi demikian tumor dikategorikan stadium lanju inoperabel.
Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit
dan tumbuh dikelenjar getah bening sehingga kelenjar getah bening aksiler
ataupun supraklavikuler membersar. Kemudian melalui pembukuh darah,
tumor menyebar ke organ jauh antara lain paru, hati, tulang dan otak. Akan
tetapi dari penelitian para pakar, mikrometastase pada organ jauh dapat
juga terjadi tanpa didahului penyebaran limfogen. Sel kanker dan racun
racun yang dihasilkannya dapat menyebar keseluruh tubuh kita seperti
tulang, paru-paru dan liver tanpa disadari oleh penderita. Oleh karena itu
penderita kanker payudara ditemukan benjolan diketiak atau dikelenjar
getah bening lainnya. Bahkan muncul pula kanker pada liver dan paru-
paru sebagai kanker metastasisnya.
Diduga penyebab terjadinya kanker payudara tidak terlepas dari
menurunnya atau mutasi dari aktifitas gen T Supresor atau sering disebut
dengan p53. Penelitian yang paling sering tentang gen p53 pada kanker
payudara adalah immunohistokimia dimana p53 ditemukan pada insisi
jaringan dengan menggunakan parafin yang tertanam di jaringan. Terbukti
bahwa gen supresor p53 pada penderita kanker payudara telah mengalami
mutasi sehingga tidak bekerja sebagaimana fungsinya. Mutasi dari p53
menyebabkan terjadinya penurunan mekanisme apoptosis sel. Hal inilah
yang menyebabkan munculnya neoplasma pada tubuh dan pertumbuhan
sel yang menjadi tidak terkendali. (Irianto, 2015).
D. Manifestasi Klinis
Tanda carsinoma Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang
khas, mirip pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk
bulat dan elips. Gejala carsinoma Kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya
keluaran dari puting susu, puting eritema, mengeras, asimetik, inversi,
gejala lain nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya
metastase.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Scan (mis, MRI, CT, gallium) dan ultrasound. Dilakukan untuk
diagnostik, identifikasi metastatik dan evaluasi.
2. Biopsi: untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2.
3. Penanda tumor 4. Mammografi.
4. Sinar X dada.

F. Penatalaksanaan
Ada beberapa penanganan kanker payudara yang tergantung pada stadium
klinik penyakitnya, yaitu: (Sarwono & Ida Ayu)
1. Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pangangkatan payudara. Ada 3 jenis
mastektomi, yaitu:
a. Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan
tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
b. Total (Simple) Mastectomy, yaitu pengangkatan di seluruh
payudara saja, tetapi bukan kelenjar ketiak.
c. Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari
payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan
hanya pada bagian yang mengandung sel kanker, bukan seluruh
payudara.
2. Radiasi
3. Kemoterapi
4. Lintasan Metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas
osteoklas dan resorpsi tulang yang sering digunakan untuk melawan
osteoporosis yang diinduksi oleh overian suppression, hiperkalsemia
dan kelainan metabolisme tulang, menunjukkan efektivitas untuk
menurunkan metastasis sel kanker payudara menuju tulang. Walaupun
penggunaan dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping
seperti osteonekrosis dan turunnya fungsi ginjal.

G. Masalah yang Biasanya Muncul


1. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot pernapasan, deformitas
dinding dada.
2. Nyeri akut b.d adanya penekanan massa tumor.
3. Kerusakan integritas jaringan b.d factor mekanik (tekanan jaringan
mamae).
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient kejaringan.
5. Gangguan citra tubuh b.d perubahan pada bentuk tubuh karena proses
penyakit (mamae asimetris).
6. Resiko infeksi b.d luka operasi.
7. Defisiensi pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta
pengobatan penyakitnya b.d kurangnya informasi.
8. Ansietas b.d perubahan gambaran tubuh.
II. Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian
Anamnesis: Kebanyakan dari kanker ditemukan jika telah teraba, oleh
wanita itu sendiri. Pasien datang dengan keluhan rasa sakit, tidak enak atau
tegang didaerah sekitar payudara.
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya
benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah
dan mengeras, bengkak dan nyeri.

2. Riwayat Penyakit Dahulu


Adanya riwayat karsinoma mammae sebelumnya atau ada
kelainan pada mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah
mengalami sakit pada bagian dada sehingga pernah mendapatkan
penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap penyakit kanker
lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks. Pemakaian obat-
obatan, hormon, termasuk pil kb jangka waktu yang lama. Riwayat
menarche, jumlah kehamilan,abortus, riwayat menyusui.

3. Riwayat Penyakit Keluarga


Adanya keluarga yang mengalami karsinoma mammae
berpengaruh pada kemungkinan klien mengalami karsinoma mammae
atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker lainnya,
seperti kanker ovarium atau kanker serviks.

4. Pemeriksaan Fisik
 Kepala: normal, mesochephal, tulang kepala umumnya bulat
dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian
posterior.
 Rambut: tersebar merata, warna, kelembaban.
 Mata: tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Konjungtiva
agak anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
 Telinga: bentuk normal, posisi imetris, tidak ada sekret tidak ada
tanda-tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
 Hidung: bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri
tekan.
 Mulut: mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
 Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada kelainan
 Dada: adanya kelainan kulit berupa peau d’orange,ulserasi atau
tanda-tanda radang.
 Hepar: tidak ada pembesaran hepar.
 Ekstremitas: tidak ada gangguan pada ektremitas.

5. Pengkajian 11 Fungsi
a. Persepsi dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa
pada payudaranya ke rumah sakit karena menganggap itu hanya
benjolan biasa.
b. Nutrisi – Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia,
muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat
mengkonsumsi makanan mengandung MSG.
c. Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami
melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
d. Aktivitas dan Latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan latihan
klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.
e. Kognitif dan Persepsi
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga
kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun
motorik.
f. Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
g. Persepsi dan Konsep Diri.
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau
kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri,
malu, dan kehilangan haknya sebagai wanita normal.
h. Peran dan hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan
dalam melakukan perannya dalam berinteraksi social.
i. Reproduksi dan Seksual
Biasanya akan ada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada
tingkat kepuasan.
j. Koping dan Toleransi Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan
keputus asaan.
k. Nilai dan Keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya
dengan lapang dada.

6. Pemeriksaan diagnostik
a. Scan (mis, MRI, CT, gallium) dan ultrasound. Dilakukan untuk
diagnostik, identifikasi metastatik dan evaluasi. USG payudara
digunakan untuk mengevaluasi abnormalitas yang ditemukan pada
pemeriksaan skrining atau diagnostik mamografi.
Tanda tumor ganas secara USG:
 lesi dengan batas tidak tegas dan tidak teratur.
 Struktur echo internal lemah dan heterogen.
 Batas echo anterior lesi kuat, posterior lesi lemah sampai tidak
ada.
 Adanya perbedaan besar tumor secara klinis dan USG.
b. Biopsi: untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2 Dengan
melakukan aspirasi jarum halus sifat massa dapat dibedakan antara
kistik atau padat. Biopsi untuk pemeriksaan histopatologi dapat
berupa eksisional (seluruh masa di angkat) atau insisional
( sebagian dari masa dibuang). Analisis makroskopis dari spesimen
menyatakan ada tidaknya keganasan.
c. Mammografi.
d. Sinar X dada (radiologi).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis (penekanan masa
tumor).
2. Kerusakan integritas jaringan.
3. Gangguan body image (citra tubuh).
4. Kurang pengetahuan tentang kodisi, prognosis dan pengobatan
penyakitnya.
5. Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh, krisis
situasional.
6. Resiko Infeksi berhubungan dengan luka operasi.
7. Ketidak efektifan pola nafas.
8. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

C. Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa Keperawatan: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil:
 Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
 Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
 Tidak ada tanda tanda malnutrisi
 Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi:
1. Kaji adanya alergi makanan.
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien.
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake.
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin.
5. Berikan substansi gula.
6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi.
7. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi).
8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.

Diagnosa Keperawatan : nyeri akut


Kriteria Hasil:
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan).
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri.
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri).
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
 Tanda vital dalam rentang
normal. Intervensi:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien.
4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau.
7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi
dan inter personal).
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi.
13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
15. Tingkatkan istirahat.
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil.
17. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Diagnosa Keperawatan: Kerusakan integritas jaringan


Kriteria Hasil:
 Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, pigmentasi).
 Tidak ada luka/lesi pada kulit.
 Perfusi jaringan baik.
 Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya sedera berulang.
 Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami.
Intervensi:
1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar.
2. Hindari kerutan padaa tempat tidur.
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali.
5. Monitor kulit akan adanya kemerahan.
6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan.
7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien.
8. Monitor status nutrisi pasien.

Diagnosa Keperawatan: Kurang pengetahuan


Kriteria Hasil:
 Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan.
 Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar.
 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya.
Intervensi:
1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakit.
2. Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda dan gejala serta
penyebabnya.
3. Sediakan informasi tentang kondisi klien.
4. Berikan informasi tentang perkembangan klien.
5. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau kontrol
proses penyakit.
6. Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau terapi.
7. Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi.
8. Anjurkan klien untuk mencegah efek samping dari penyakit.
9. Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada.
10. Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala yang muncul pada
petugas kesehatan.

Diagnosa Keperawatan: Gangguan body image


Kriteria Hasil:
 Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.
 Klien dapat menerima efek
pembedahan. Intervensi:
1. Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap
penyakitnya.
Rasional: membantu dalam memastikan masalah untuk memulai
proses pemecahan masalah.
2. Tinjau ulang efek pembedahan
Rasional: bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai
proses adaptasi.
3. Berikan dukungan emosi klien.
Rasional: klien bisa menerima keadaan dirinya.
4. Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.
Rasional: klien dapat merasa masih ada orang yang memperhatikannya.

Diagnosa keperawatan: Cemas


Kriteria hasil:
 Pasien mengungkapkan dan menunjukkan teknik mengontrol cemas.
 Ekspresi wajah rileks, menunjukkan cemas berkurang.
 Vital sign dalam batas
normal Intervensi:
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan.
2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur.
3. Dorong keluarga untuk menemani pasien untuk memberikan rasa aman.
4. Dengarkan keluhan dengan penuh perhatian.
5. Identifikasi tingkat kecemasan.
6. Bantu mengenali situasi yang menimbulkan kecemasan.
7. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,kecemasan.
8. Ajarkan untuk menggunakan teknik relaksasi.

Diagnosa: Resiko infeksi


Kriteria Hasil:
 Pasien bebas dari tanda infeksi.
 Menunjukkan perilaku hidup sehat.
 Jumlah angka leukosit dalam batas
normal. Intervensi:
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
2. Pertahankan teknik aseptik selama pemasangan alat.
3. Tingkatkan intake nutrisi tinggi protein.
4. Monitor tanda dan gejala infeksi.
5. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi.
6. Ajarkan cara mencegah infeksi.
7. Berikan terapi antibiotik

Daftar Pustaka

Irianto K. (2015). Kesehatan Reproduksi Teori & Praktikum. Bandung: Alfabeta


CV.
Nurarif, A.H., Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2. Jogjakarta: MediAction
Pudiastuti Ratna D. (2011). Buku Ajar Kebidanan Komunitas: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Nuhamedika.
ANALISIS JURNAL

Judul: Efektivitas Terapi Relaksasi Slow Deep Breathing (Sdb) Dan Relaksasi
Benson Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pasien Kanker Di Rs
Tugurejo Semarang.

Penulis: Edhi Ristiyanto, Mugi Hartoyo, Wulandari

Abstrak:
Kanker yang disebut juga keganasan atau tumor ganas adalah istilah untuk
menjelaskan suatu penyakit dimana sel-sel tubuh yang normal berubah menjadi
abnormal yang bisa menimbulkan nyeri. Nyeri kanker umumnya diakibatkan oleh
infiltrasi sel tumor pada struktur yang sensitif terhadap nyeri seperti tulang,
jaringan lunak, serabut saraf, organ dalam, dan pembuluh darah. Nyeri kanker
dapat diatasi perawat dengan menggunakan metode non farmakologi dengan
terapi relaksasi slow deep breathing dan relaksasi Benson. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui Efektifitas terapi relaksasi slow deep breathing dan relaksasi
Benson terhadap penurunan skala nyeri pasien kanker di RS Tugurejo Semarang.
Desain penelitian ini menggunakan pre-post test nonequivalent control group
dengan jumlah sampel 32 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok intervensi.
Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan skala nyeri pada kelompok slow
deep breathing sebesar 0,068, sedangkan penurunan skala nyeri pada kelompok
Benson 0,026. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan p value 0,801 (p>0,05),
tidak ada perbedaan efektifitas antara relaksasi slow deep breathing dan relaksasi
Benson terhadap penurunan skala nyeri kanker. Hasil penelitian ini
merekomendasikan relaksasi slow deep breathing dan relaksasi Benson dapat
dijadikan tindakan mandiri keperawatan non farmakologi untuk menurunkan skala
nyeri kanker.
1. Validity
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Quasi
Experiment. Rancangan penelitian ini adalah Two Group PreTest-Posttest, tidak
memakai kelompok kontrol, dilakukan dengan cara melakukan observasi pertama
(pre test) terhadap responden, kemudian responden diberikan intervensi, setelah
diberikan intervensi dilakukan observasi kedua (post test).
Populasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pasien nyeri kanker di
RS Tugurejo tahun 2015 sebanyak 939 pasien rata-rata setiap bulan 78 responden.
Pada penelitian ini alat yang digunakan untuk pengumpulan data berupa lembar
observasi skala nyeri. Lembar observasi yang berisi jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, umur dan data hasil pengukuran skala nyeri yang terdiri dari skala
pengukuran nyeri sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi slow deep
breathing dan pengukuran skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan teknik
relaksasi Benson menggunakan alat ukur Numeric Rating Scale (NRS).

2. Importance
a. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
pasien nyeri kanker di RS Tugurejo Semarang.
Diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan lebih
banyak dibanding laki-laki dengan jumlah pada intervensi Slow Deep
Breathing (SDB) 14 responden (87%) dan pada teknik Benson 13
responden (81,2%).

b. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia pada pasien


nyeri kanker di RS Tugurejo Semarang.
Diketahui bahwa usia dewasa akhir lebih banyak dibanding dengan
usia dewasa dan dewasa awal dengan jumlah 9 responden (56,2%) untuk
(SDB) dan 9 responden (56,2%) untuk teknik Benson, dengan usia
termuda 19 tahun dan usia paling tua 62 tahun.
c. Distribusi frekuensi tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan
intervensi (SDB) pada pasien kanker di RS Tugurejo Semarang.
Diketahui bahwa sebagian besar responden pada tingkat nyeri sedang
sebanyak 12 responden (75,0%), sedangkan setelah diberikan relaksasi
(SDB) sebagian besar berada pada tingkat nyeri ringan menjadi 12
responden (75,0%), serta yang tidak mengalami nyeri 1 responden (6,2%).

d. Distribusi frekuensi intensitas nyeri sesudah diberikan intervensi pada


pasien nyeri kanker di RS Tugurejo Semarang.
Diketahui bahwa sebelum diberikan relaksaki Benson sebagian
responden berada pada tingkat nyeri ringan dan sedang masing-masing
(50,0%). Sesudah diberikan relaksasi Benson sebagian besar (62,5%)
berada pada tingkat nyeri ringan dan ditemukan 1 responden (6,2%) yang
tidak nyeri.

e. Perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi


Benson pasien kanker di RS Tugurejo Semarang.
Hasil menunjukkan bahwa sebelum dilakukan relaksasi Benson
didapatkan nilai mean sebesar 4,00 sedangkan sesudah dilakukan relaksasi
Benson didapatkan nilai mean sebesar 2,31, serta nilai p value sebesar
0,000 (p value <0,05) yang berarti ada perbedaan sebelum dan sesudah
dilakukan relaksasi Benson terhadap penurunan intensitas nyeri kanker.

f. Perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi Slow


deep breathing (SDB) pasien kanker di RS Tugurejo Semarang.
Diketahui bahwa sebelum dilakukan relaksasi (SDB) didapatkan
nilai mean sebesar 4,62 sedangkan sesudah dilakukan relaksasi (SDB)
didapatkan nilai mean sebesar 2,62, serta hasil uji nilai p value sebesar
0,001 (p value <0.05) yang berarti ada perbedaan sebelum dan sesudah
dilakukan relaksasi (SDB) terhadap penurunan intensitas skala nyeri
kanker.
g. Perbedaan efektifitas relaksasi Slow deep breathing dan relaksasi Benson
pada pasien nyeri kanker di RS Tugurejo Semarang.
Hasil menunjukkan bahwa hasil analisis menggunakan uji Mann-
Whitney didapatkan p value sebesar 0,801 (p value>0.05) yang artinya
tidak ada perbedaan efektivitas antara relaksasi (SDB) dengan relaksasi
Benson terhadap penurunan intensitas nyeri kanker.

3. Applicability
Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan skala nyeri pada
kelompok slow deep breathing sebesar 0,068, sedangkan penurunan skala
nyeri pada kelompok Benson 0,026. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan p
value 0,801 (p>0,05), tidak ada perbedaan efektifitas antara relaksasi slow
deep breathing dan relaksasi Benson terhadap penurunan skala nyeri kanker.
Hasil penelitian ini merekomendasikan relaksasi slow deep breathing dan
relaksasi Benson dapat dijadikan tindakan mandiri keperawatan non
farmakologi untuk menurunkan skala nyeri kanker.
ANALISIS VIDEO

Diagnosis dan Terapi Kanker Payudara Stadium Dini


Oleh: Cecep Suryani Sobur

Kanker payudara dini adalah kanker payudara yang belum menyebar atau
menginfiltrasi di luar payudara dan kelenjar getah bening axila yang merupakan
kelenjar getah bening dari area payudara atau dalam istilah stadium, yakni
Stadium dini: DCIS (in situ), stadium I s.d IIIA: Hanya berupa tumor dengan
diameter < 2 cm tanpa penyebaran ke getah bening.
Setelah dilakukan diagnosis lengkap maka dilakukan reseksi:
 Breast Conserving Treatment (BCT): Pengambilan tumor tanpa dilakukan
secara total pengambilan payudara. BCT diindikasikan untuk kanker payudara
stadium I-II. Untuk pasien yg memilih bct maka akan dilakukan terapi radiasi
ajuvan dan dilanjutkan terapi ajuvan sistemik sesuai karakteristik kanker
payudara.
 Mastektomi: Pengangkatan secara total payudara. Untuk pasien yang memilih
mastektomi tidak dilakukan terapi radiasi ajuvan namun langsung terapi
ajuvan sistemik.
Terapi ajuvan sistemik dilakukan berdasarkan karakteristik molekuler:
Pemeriksaan Reseptor Estrogen (ER), Progesteron (PR), HER2, dan Ki67.
Berdasarkan karakteristik tersebut terdapat 4 golongan besar:
1. Luminal A: ER (+), HER2 (-), Ki67 low (prognostik paling baik).
2. Luminal B: ER(+), PR(+/-), HER2 (+), Ki67 high (tingkat prognostik buruk
dibandingkan luminal A).
3. HER2 overexpression: ER(-), PR(-), HER2(+), Ki67 high (tingkat prognostik
lebih buruk dari luminal A dan B).
4. Basal like: ER(-), PR(-), HER2(-), Ki67 high (prognostik paling buruk).
Kanker payudara tipe luminal dilakukan terapi endokrin (penekanan hormon
estrogen). Untuk pasien pre menopause apabila risiko tinggi maka terapi endokrin
dengan supresi ovarium yang berupa ablasi (pengangkatan ovarium) ditambah
dengan Tamoxifen/Aromatase inhibitor selama 5 thn. Risiko rendah diberikan
terapi ajuvan terapi tamoxifen selama 5 thn. Untuk pasien post menopause
Aromatase inhibitor selama 5 thn atau tamoxifen selama 5 thn atau tamoxifen 2-3
thn diikuti dengan pemberian aromatase inhibitor sampai 5 thn. Apabila setelah 5
thn dapat dipertimbangkan penambahan tamoxifen atau aromatase inhibitor 5 thn
lagi sehingga total terapi endokrin yang diberikan adalah selama 10 thn. Luminal
B terapi ajuvannya dilakukan kemoterapi + anti HER2 + terapi endokrin.
HER2 Overexpression terapi ajuvannya adalah kemoterapi AC diikuti
dengan paclitaxel/docetaxel dikombinasi dengan trastuzumab/pertuzumab. Agen
lain berupa Multi Targeting TKI: Neratinib. Monoclonal Antibodies: Patritumab.
Antibody Drug Conjugate (ADC): Trastuzumab emtansine. Farnesyl Transferase
Inhibitors (FTI): Lonafarnib. Imunoterapi: Vaksin.
Basal like terapi ajuvan utama adalah kemoterapi dengan kelompok Taxane
(paclitaxel, docetaxel), Antibiotik antitumor anthracyclines (doxorubicin),
Alkylating agent (cyclophosphamide, cisplatin), Antimetabolit (capecitabine).

Sumber: Caiherang Sains & Kedokteran


(https://www.youtube.com/watch?v=5A5dQnSPRFE)
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Tgl / jam MRS : 28-06-2018 Ruang : Bougenville
Tgl. Pengkajian : 02-07-2018 No. Register : 409xxx
Diagnosa Medis : Ca Mamae

A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny.
E
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SPG
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Alamat : Suryodiningratan MJ II/897

Penanggung jawab : Suami


Nama : Tn.M
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Penjual angkringan

B. KELUHAN UTAMA
Pasien merasa nyeri karena ada benjolan di payudara kirinya.
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Di payudara kiri ada benjolan dan luka. Pasien sudah menjalani pengobatan
alternatif selam 3 tahun tanpa membuahkan hasil. Ada benjolan di payudara
kiri berdiameter kira-kira 10 cm dan sudah ada luka. P: pasien mengatakan
nyeri dengan skala 4 di payudara kiri, Q: terasa seperti tertusuk-tusuk, R:
payudara kiri, T: setiap kali gerak.

Upaya yang telah dilakukan : -

Terapi yang telah diberikan : -

D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


Dulu di payudara kanan pernah ada benjolan diobati di pengobatan alternatif
dan akhirnya benjolan di payudara kanan hilang. Kemudian muncul di
payudara kiri, setelah 3 tahun menjalani pengobatan alternatif benjolan di
payudara kiri tidak sembuh dan malah ada luka.

E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Ibu kandung mengalami hipertensi dan anak pertama Ny.E mengalami
kanker otak di usia 25 tahun.

Genogram : -

F. Keadaan Lingkungan Yang Mempengaruhi Timbulnya Penyakit


Lingkungan rumah pasien baik. Lingkungan di kamar perawatan pasien
bersih, tidak ada ceceran makanan, sprei rapi dan bersih, dan tidak ada semut.

G. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
Pasien kurang pengetahuan tentang penyakitnya karena selama ini lebih
memilih pengobatan alternatif.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum Sakit: Pasien mengatakan makan 3 kali sehari, nasi, lauk dan
sayur.
Selama Sakit: Pasien mengatakan makan siang dan sore sebelum operasi.

3. Pola eliminasi
Sebelum Sakit: Pasien mengatakan BAK 5 kali sehari, tidak ada anyang-
anyangan dan nyeri saat BAK. BAB 1 kali sehari dengan konsistensi
lembek dan warna kuning.
Selama Sakit: Pagi hari sebelum operasi pasien sudah BAK sekali dan
sudah BAB juga.

4. Pola aktifitas
 Sebelum Sakit
a. Keadaan aktivitas sehari – hari
Pasien mengatakan ibu rumah tangga yang membantu suaminya
berjualan angkringan.
b. Keadaan pernafasan
Suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing.
c. Keadaan Kardiovaskuler
Pasien mengatakan tidak sesak nafas.
 Selama Sakit
a. Keadaan aktivitas sehari – hari
Pasien hanya tiduran saja.
b. Keadaan pernafasan
Suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing, dan tidak ada kesulitan
bernafas.
c. Keadaan kardiovaskuler
Pasien mengatakan tidak sesak nafas.
d. Skala
ketergantungan
Mandiri.
e. Risiko luka dekubitus
Risiko rendah terjadi dekubitus.

5. Pola istirahat – tidur


Sebelum sakit: Pasien mengatakan sehari-hari bisa tidur, tidak ada
keluhan untuk kebiasaan tidurnya. Biasanya tidur antara jam 23.00-
05.00.
Selama sakit: Pasien mengatakan kadang-kadang terbangun karena nyeri
payudara kiri.

6. Pola kognitif dan persepsi sensori


Pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya.

7. Pola konsep diri


Harga Diri: Sejak sakit ini pasien merasa tetap dihargai dan dihormati
oleh suami dan anak-anaknya.
Peran Diri: Pasien adalah ibu rumah tangga yang membantu suaminya
berjualan angkringan. Selama di RS pasien kooperatif dengan program
terapi.
Ideal Diri: Pasien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya.
Identitas Diri: Pasien mengatakan sebagai seorang istri dan
ibu.

8. Pola hubungan – peran


Selama mondok di RS pasien selalu ditemani oleh suaminya dan
hubungan pasien dengan petugas kesehatan baik. Hubungan dengan
dokter, perawat, ahli gizi dan praktikan baik.

9. Pola fungsi seksual – seksualitas


Pasien mengatakan seorang istri dan sudah mempunyai anak dan sudah
menopause sejak usia 54 tahun.
10. Pola mekanisme koping
Pasien merasa cemas dengan penyakitnya, sudah berobat 3 tahun tapi
tidak membuahkan hasil.

11. Pola nilai dan kepercayaan


Pasien mengatakan beragama Islam dan berusaha selalu berdoa.

H. STATUS MENTAL ( PSIKOLOGIS)


-

A. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan umum Keadaan / penampilan umum: agak
gelisah Kesadaran : Composmentis GCS:456
BB sebelum sakit : - TB : 152 cm
BB saat ini : 66 kg BB ideal:
- Tanda– tanda Vital :
TD : 130/80 mmHg Suhu : 37 ºC
N : 84x/mnt RR : 20x/mnt

2. Kepala
Bentuk mesocephal, bentuk simetis,rambut dan kulit kepala bersih. Mata
ishokor, simetris, visus normal. Telinga simetris dan bersih.

3. Leher
Tidak ada benjolan dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Tidak ada benjolan dan tidak ada kaku kuduk.

4. Thorax (dada)
Payudara
Inspeksi: Di payudara kiri terdapat benjolan dan ulkus, tampak kemerahan,
dan kulit payudara mengkerut seperti kulit jeruk.
Palpasi: Teraba benjolan yang mengeras dan terasa nyeri serta terdapat
pembengkakan di payudara kiri.

Pemeriksaan Paru Pemeriksaan Jantung


Inspeksi: Bentuk dada tidak simetris karena Inspeksi: ictus cordis tdkt terlihat
ada pembengkakan payudara kiri. Palpasi: ictus cordis teraba
Auskultasi: Vesikuler Perkusi: sonor.
Perkusi: Sonor Auskultasi: B1 B2 teratur
Palpasi: Terdapat benjolan di payudara kiri,
bengkak dan terasa nyeri, tidak simetris, ada
nyeri tekan.

5. Abdomen
I : Warna kulit sawo matang, simetris, tidak ada kemerahan dan
kekuningan, tidak ada bekas luka.
A : Bising usus 20x/menit.
P : Terdengar redup, tidak ada hepatomegali.
P : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.

6. Tulang belakang
Tidak ada nyeri punggung, tidak ada skoliosis dan lordosis.

7. Ekstrimitas
Atas: Mampu menggerakkan tangan secara mandiri, hanya lengan kiri
terasa agak nyeri, tidak teraba benjolan dan terpasang infus RL di lengan
kanan. Tidak ada kelainan bentuk dan fungsi.
Bawah: Mampu menggerakkan kaki secara mandiri dan tidak teraba
benjolan.

8. Integumen
Kulit bersih warna sawo matang, turgor kulit, tidak ada sianosis.
9. Genetalia dan anus
Pasien mengatakan genetalianya bersih, tidak keluar sekret yang
berlebihan. Pasien mengatakan tidak pernah BAB darah dan tidak ada
benjolan di anus.

10. Pemeriksaan neurologis


-

B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tgl Jenis Hasil
Pemeriksaan
29-06-18 Leukosit 10,1

Eritrosit 4,24

Hemoglobin 5,1

Trombosit 356

Masa 2’9’’
perdarahan

Masa 7’48’’
Penjendalan

GDS 174

SGOT 28

SGPT 21
Ureum 37

Creatinin 1,1
HbsAg Negatif

02-07-18 Hemoglobin 11,2


C. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Tanggal : 28-06-2018
Jenis pemeriksaan: Rontgen Thorax
Kesan/Interpretasi: Cor n pulmo dbn

D. TERAPI
Nama Obat Rute Dosis Efek Samping
Injeksi Cefim IV jam 1 gram -
07.00
Injeksi cefim 1 IV 1 gram -
gr/12 jam
Injeksi IV 30 mg -

Ketorolac
1A/12
Injeksi asam IV 500 mg -
tranexamat
1A/8 jam

…………….,
…………………
Mahasiswa,

NIM : …………………….
ANALISA DATA
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS:
Pasien mengatakan tidak tahu Kurang terpapar Kurang pengetahuan
tentang penyakitnya. Pasien informasi tentang penyakitnya
mengatakan selama ini hanya
periksa ke pengobatan
alternatif.

DO:
Pasien tidak mampu menjawab
pertanyaan tentang penyakitnya.
2. DS:
Pasien mengatakan cemas mau Krisis situasi Cemas
melakukan operasi. (prosedur tindakan
operasi)
DO:
Nampak gelisah
3. DS:
Pasien mengatakan nyeri Agen injuri biologis Nyeri akut
payudara sebelah kiri. (luka payudara)

DO:
 P: pasien mengatakan nyeri
di payudara kiri
 Q: terasa seperti tertusuk-
tusuk,
 R: payudara kiri,
 S: VAS: 4,
 T: setiap kali gerak.
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
SESUAI PRIORITAS
NO. TGL & DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF
JAM
1. 02-07- Cemas berhubungan dengan krisis situasi
2018 (prosedur tindakan operasi)
2. 02-07- Kurang pengetahuan tentang prosedur
2018 tindakan operasi berhubungan dengan
kurang paparan informasi
3. 02-07- Nyeri akut berhubungan dengan agen
2018 injuri biologis (luka payudara)
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
TGL/JAM DIAGNOSA TUJUAN DAN HASIL RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF
KEPERAWATAN
02-Juli- Cemas Setelah dilakukan asuhan 1. Gunakan pendekatan yang 1. Untuk membina hubungan
2018 berhubungan keperawatan 1x24 jam tenang. saling percaya.
dengan krisis tingkat kecemasan pasien 2. Jelaskan prosedur 2. Memberikan gambaran
situasi (prosedur menurun. tindakan dan apa yang tentang prosedur tindakan
tindakan operasi) KH: dirasakan selama tindakan. dan proses selama
 Pasien mengatakan 3. Berikan informasi yang tindakan.
cemasnya berkurang aktual tentang diagnosa, 3. Dengan memberikan
 Pasienmenunjukkan tindakan dan prognosis. informasi tsb. Akan
cemas berkurang, wajah 4. Ajarkan teknik Relaksasi membuat pasien lebih
tampak lebih rileks nafas dalam. jelas dan tenang.
5. Motivasi keluarga untuk 4. Relaksasi untuk
mendampingi pasien. mengurangi kecemasan.
02-Juli- Kurang Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Mengetahui tingkat
2018 pengetahuan keperawatan 1x20 menit pasien tentang tindakan pengetahuan.
tentang prosedur pasien akan mengetahui operasi. 2. Memberikan gambaran
tindakan operasi tindakan yang akan 2. Jelaskan tentang prosedur tentang prosedur operasi.
berhubungan dilakukan. tindakan opreasi. 3. Agar keluarga
dengan kurang KH: 3. Libatkan keluarga dalam mendapatkan gambaran
paparan informasi  Pasien mengatakan sudah pemberian pendidikan tentang prosedur operasi,
memahami tentang kesehatan. resiko dan komplikasi
tindakan operasi. 4. Jelaskan secara tepat sehingga keluarga siap
kemungkinan komplikasi dan mampu memberikan
dan perdarahan, resiko yang motivasi pada pasien
akan terjadi, dan nyeri.
02-Juli- Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri. 1. Mengetahui skala
2018 berhubungan keperawatan 3x24 jam nyeri 2. Observasi respon nonverbal intensitas, durasi,
dengan agen injuri pasien berkurang. dari nyeri. nyeri.
biologis (luka KH: 3. Ajarkan teknik 2. Menilai tingkat nyeri.
payudara).  Pasien mengatakan nyeri nonfarmakologis 3. Mengurangi rasa nyeri
berkurang ( skala 0-3) (relaksasi). tanpa obat.
 Pasien tidak tampak 4. Kolaborasi pemberian terapi 4. Obat analgetik untuk
kesakitan / menahan nyeri anti nyeri. mengurangi nyeri.
5. Monitor tanda-tanda vital 5. Mengkaji tanda tanda
pasien. nyeri.
6. Tingkatkan istirahat. 6. Mengurangi nyeri
IMPLEMENTASI
DX.KEPERAWATAN TGL/JAM TINDAKAN PARAF
KEPERAWATAN
Cemas berhubungan 02-07-2018/ 1. Melakukan pendekatan
dengan krisis situasi 08.30 yang tenang.
(prosedur tindakan 2. Menjelaskan prosedur
operasi) tindakan dan apa yang
dirasakan selama
tindakan.
3. Memberikan informasi
tentang diagnosa, tindakan
dan prognosis.
4. Menyarankan pasien
untuk relaksasi nafas
dalam.
5. Mendorong keluarga
untuk mendampingi
pasien.
Kurang pengetahuan 02-07-2018/ 1. Mengkaji tingkat
tentang proses 08.30 pengetahuan pasien proses
penyakitnya penyakitnya.
berhubungan dengan 2. Menjelaskan tentang
kurang paparan proses penyakitnya pada
informasi pasien.
3. Melibatkan keluarga
saat pemberian
pendidikan kesehatan.
4. Menjelaskan
kemungkinan komplikasi
dan perdarahan, resiko
yang akan terjadi, dan
nyeri.
5. Mendorong keluarga
untuk membantu pasien
dalam merubah perilaku
hidup sehat.
Nyeri akut 02-07-2018/ 1. Melakukan pengkajian
berhubungan dengan 08.30 nyeri secara
agen injuri biologis komprehensif, meliputi:
(luka payudara). lokasi, kualitas,
intensitas nyeri, onset
nyeri.
2. Mengobservasi
reaksi nonverbal dari
nyeri.
3. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis
(relaksasi).
4. Memonitor tanda-tanda
vital pasien.
EVALUASI
TANGGAL/ MASALAH CATATAN PARAF
JAM KEPERAWATAN/ PERKEMBANGAN
KOLABORATIF
02-07-2018 Cemas berhubungan S: Pasien merasa lebih
dengan krisis situasi tenang
(prosedur tindakan O: Wajah tampak lebih
operasi) tenang, pasien tidak terlihat
gelisah, suami
mendampingi pasien
sampai kamar operasi
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
02-07-2018 Kurang pengetahuan S: Pasien mengatakan
tentang proses mengerti tentang proses
penyakitnya penyakitnya dan mau
berhubungan dengan operasi.
kurang paparan O: Pasien mampu
informasi menjawab pertanyaan
setelah diberikan
pendidikan kesehatan
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
02-07-2018 Nyeri akut berhubungan S: Pasien mengatakan nyeri
dengan agen injuri payudara kiri.
biologis (luka O:
payudara).  P: Pasien mengatakan
nyeri di payudara kiri,
 Q: terasa seperti
tertusuk-tusuk,
 R: payudara kiri,
 S: skala 4,
 T: setiap kali gerak.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Rencana dilakukan
tindakan di kamar operasi.

ANALISIS KASUS

1. ANALISA DATA
 Analisa data pertama untuk DS akan lebih baik terdapat data bahwa pasien
menanyakan tentang penyakitnya. Untuk penulisan masalah keperawatan
kurang tepat, seharusnya “defisit pengetahuan tentang manajemen kanker”
(jika lebih spesifik) (menurut sdki) atau “defisiensi pengetahuan” (menurut
nanda).
 Analisa data kedua untuk DO kekurangan data, menurut sdki DO untuk
masalah keperawatan ansietas selain data gelisah juga mencantumkan data
tentang tampak tegang, sulit tidur, frekuensi nadi dan napas meningkat .
Untuk penulisan masalah keperawatan kurang tepat, seharusnya “ansietas”
(menurut sdki dan nanda).
 Analisa data ketiga untuk DO cukup mencantumkan skala nyeri dan tanda-
tanda vital.

2. DIAGNOSIS
Penulisan diagnosis dan prioritas yang benar:
1) Nyeri akut b.d agen injuri biologis (benjolan dan luka pada payudara) d.d
skala nyeri 4.
2) Ansietas b.d krisis situasional (prosedur tindakan operasi) d.d pasien
tampak gelisah.
3) Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d pasien tidak mampu
menjawab tentang penyakitnya.

3. INTERVENSI
Intervensi sudah sesuai dengan diagnosis yang ditetapkan.

4. IMPLEMENTASI
Implementasi atau pelaksanaan adalah realisasi dari rencana tindakan /
intervenesi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada kasus ini
implementasi yang dilakukan hanya satu hari (pre operasi) dan sudah sesuai
dengan intervensi.

5. EVALUASI
Evaluasi sudah sesuai dengan implementasi yang dilakukan. Evaluasi
diagnosis nyeri akut data Planning dilanjutkan di kamar operasi.
Lampiran Kasus
Lampiran Analisis Jurnal
LAPORAN KEGIATAN KELOMPOK
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KMB
MINGGU KE IX PERIODE TANGGAL 19 DESEMBER 2020
Hari dan Waktu Topik Jumlah mahasiswa Keterangan
Tanggal Hadir Tidak Bukti Kegiatan
Hadir
Analisis 4 - -
Des 2020
jurnal dan
askep

Anda mungkin juga menyukai