Anda di halaman 1dari 2

TUGAS 3 TUTON HKUM4312/HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

Sengketa antara Mustolih dan PT Sumber Alfaria Trijaya (PT SAT) berlanjut di
Pengadilan Negeri Tangerang, pada dasarnya adalah sengketa yang terkait dengan
perlindungan konsumen. Mustolih adalah seorang konsumen yang berbelanja di
Alfamart, sebuah toko yang dikelola PT SAT. Sedangkan PT SAT adalah pelaku
usaha di bidang ritel. Baik Mustolih maupun PT SAT, keduanya tunduk pada
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

 Pertanyaan:

1. Menurut pendapat Anda, apakah kasus tersebut dapat diselesaikan di luar


pengadilan? Jelaskan berdasarkan hukumya!
2. Apa yang Anda ketahui mengenai bentuk penyelesaian sengketa konsumen
di luar pengadilan? Jelaskan!
3. Apakah putusan BPSK dari penyelesaian sengketa konsumen memiliki
kekuatan hukum tetap? Berikan analisis hukum Anda!

Jawab :

1. Menurut pendapat saya, kasus tersebut dapat diselesaikan diluar pengadilan. merujuk UU
No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) dan Peraturan
Mahkamah Agung (PERMA) No. 2 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik
Sebagai konsumen, Mustolih memang memiliki hak atas informasi yang benar, jelas, dan
jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa[i] . Dalam kasus sengketa dengan
PT SAT, Mustolih ingin menggunakan haknya untuk mengetahui informasi mengenai
penggunaan uang kembalian yang didonasikan melalui Alfamart kepada beberapa  yayasan
sosial. Memang uang kembalian tersebut tidak dikategorikan sebagai barang yang
dikonsumsi. Namun upaya Alfamart untuk menjadi penghubung antara yayasan sosial
dengan konsumen yang ingin berdonasi dapat dikategorikan sebagai jasa. 
Dalam pasal 1 butir 5 UU Nomor 8 Tahun 1999, jasa didefinisikan sebagai layanan yang
berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan untuk dimanfaatkan oleh konsumen.
Peran yang dijalankan  PT SAT sebagai media pengumpulan sumbangan sukarela adalah
bentuk pelayanan yang disediakan oleh PT SAT kepada konsumen, di samping PT SAT juga
menjual  barang kebutuhan sehari-hari pada konsumen. 
Setelah konsumen membayar barang belanjaannya, kasir Alfamart sebagai representasi dari
PT SAT akan menyediakan jasa pengumpulan donasi ini dengan bertanya, “Bapak/Ibu,
apakah uang kembaliannya mau didonasikan?” Konsumen yang bersedia menggunakan jasa
ini tentu langsung memberikan uang kembaliannya untuk disumbangkan. Sedangkan
konsumen yang tidak bersedia, tentu akan menolak dan kemungkinan akan
menyumbangkan uangnya dengan cara yang lain.
Sebagai pelaku usaha, berdasarkan pasal 7 butir b UU Nomor 8 Tahun 1999, PT SAT
berkewajiban untuk memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan
pemeliharaan . Oleh karena itu, hasil dari jasa pengumpulan donasi yang dilakukan oleh PT
SAT melalui kasir Alfamart wajib dilaporkan penggunaannya secara benar, jelas, dan jujur.
Tidak ada penjelasan  lebih lanjut tentang maksud benar, jelas, dan jujur dalam UU Nomor 8
Tahun 1999. 
Namun menurut pendapat penulis, PT SAT harus melaporkan hasil pengumpulan donasi
dengan cara yang benar, misalnya  melaporkan secara langsung di gerai Alfamart atau
melalui situs resmi perusahaan.  Isi laporannya juga harus jelas  sehingga dapat diketahui
siapa yang memberi donasi, kapan donasi diberikan, dan bagaimana donasi itu dipergunakan
oleh yayasan-yayasan sosial yang bekerja sama dengan PT SAT.  Selain benar dan jelas, isi
laporannya juga harus jujur dan  tidak mengada-ada sehingga laporan harus diaudit oleh
akuntan publik, mengingat jumlah donasi yang  terkumpul sangat besar. Hingga 30
September 2016, donasi yang terkumpul mencapai Rp21,1 miliar
Terlepas dari perdebatan apakah PT SAT merupakan badan publik atau bukan[iii], PT SAT
memang harus terbuka terhadap penggunaan uang kembalian yang didonasikan agar
terwujud keterbukaan informasi sehingga konsumen memperoleh haknya  untuk mengakses
informasi dari pelaku usaha.

Anda mungkin juga menyukai