Anda di halaman 1dari 12

Pengaruh Konflik Pekerjaan dan Konflik Keluarga Terhadap Kinerja dengan

Konflik Pekerjaan Keluarga Sebagai Intervening Variabel


(Studi pada Dual Career Couple di Jabodetabek)

Christine W.S., Megawati Oktorina, Indah Mula


Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Jl. Jenderal Sudirman Kav. 51, Jakarta Selatan
Email: Christine.wins@atmajaya.ac.id; megawati.okt@atmajaya.ac.id; indah.mula@atmajaya.ac.id

ABSTRACT
The purpose of this research is finding how the influence of working conflict towards family conflict, the
influence of working conflict to working family conflict, the influence of family conflict to working family
conflict and the influence of working family conflict to the performance of dual career couple at Jabodetabek.
We had 227 participants in this research.The conclusion of this research shows there is no influence of work
conflicts towards family conflicts, work conflicts has positive influence to work family conflicts, family
conflicts has no influence on work family conflicts, and work family conflicts has positive influence towards
performance.

Keywords: Dual career, work conflict, family conflict, work family conflict, job performance.

PENDAHULUAN struktur keluarga tradisional, dimana bapak bekerja di


luar rumah untuk memperoleh pendapatan bagi
Pekerjaan dan keluarga adalah dua area dimana keluarga dan ibu bekerja di rumah mengurus rumah
manusia menghabiskan sebagian besar waktunya. tangga mulai mengalami pergeseran.
Walaupun berbeda, pekerjaan dan keluarga interde- Kecenderungan pasangan suami istri yang ber-
pendent satu sama lain sebagaimana keduanya ber- ada di kota-kota besar saat ini adalah keduanya
kaitan dengan pemenuhan hidup seseorang. Melalui bekerja (dual career). Ini dilakukan tidak hanya karena
pekerjaan, seseorang mengubah tidak hanya ling- tuntutan kebutuhan ekonomi rumah tangga semata,
kungan namun juga dirinya, memperkaya dan me- namun juga karena baik bapak (suami) maupun ibu
numbuhkan hidup dan semangatnya. Sedangkan (istri) memiliki keinginan untuk aktualisasi diri di
keluarga dipandang sebagai hal yang pertama dan masyarakat sejalan dengan ilmu pengetahuan yang
paling penting dalam human society. Keluarga juga telah mereka peroleh di bangku pendidikan. Pola
dikaitkan dengan kasih sayang dimana seseorang keluarga seperti ini mengakibatkan sulitnya pem-
dapat mengembangkan diri dan memperoleh pe- bagian waktu antara tuntutan pekerjaan dan keluarga.
menuhan dirinya, serta merupakan tempat yang Dalam kehidupan kerja mereka sering mengalami
penting bagi sebuah kebahagiaan dan harapan. konflik pekerjaan, seperti pekerjaan yang beresiko,
Sedangkan pekerjaan adalah kondisi dan kebutuhan peralatan kerja yang tidak memadai, berbagai tuntutan
dasar bagi kehidupan keluarga, dan pada sisi lain kerja dari atasan atau rekan, dan lain sebagainya.
merupakan sekolah pertama bagi pekerjaan untuk Selain itu mereka juga sering mengalami konflik
setiap orang. Jadi pekerjaan ditujukan bagi seseorang keluarga, seperti terjadinya perdebatan mengenai
dan keluarga. Seberapa baik human society dengan keuangan, anak-anak, rekreasi, atau urusan keluarga
implikasinya pada bisnis dan perekonomian, ter- lainnya. Sulitnya menyeimbangkan urusan pekerjaan
gantung pada keluarga (Guitian, 2009). dan keluarga dapat menimbulkan konflik pekerjaan-
Pembagian peran pekerjaan dan tugas keluarga keluarga (work-family conflict), dimana urusan
dimasa lalu sangatlah jelas. Dimana suami adalah pekerjaan mengganggu kehidupan keluarga dan atau
pencari nafkah melalui pekerjaannya sedangkan istri urusan keluarga mengganggu kehidupan pekerjaan
merawat keluarga dan anak-anak. Sejalan dengan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kinerja baik
perkembangan bisnis dan dunia usaha, kesempatan suami ataupun istri yang bekerja.
menempuh pendidikan dan bekerja terbuka tidak hanya Berdasarkan hal tersebut di atas, maka kami para
bagi lelaki namun juga perempuan. Saat ini makin penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
banyak perempuan yang bekerja di berbagai bidang konflik keluarga dan konflik pekerjaan terhadap
dan memiliki karir tersendiri. Dengan demikian kinerja dengan konflik pekerjaan keluarga sebagai
121
122 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.12, NO. 2, SEPTEMBER 2010: 121-132

variable intervening pada dual career di wilayah Work Conflict dan Family Conflict
Jakarta Bogor Depok Tangerang dan Bekasi
(Jabodetabek). Jabodetabek merupakan barometer per- Secara eksplisit Higgins and Duxbury dalam
ekonomian di Indonesia, yang mana tingkat per- jurnalnya yang berjudul Work-Family Conflict: A
ekonomian dan tingkat pendidikan masyarakatnya Comparison of Dual-Career and Traditional-Career
telah cukup maju. Penulis ingin mengetahui bagai- Men memberi definisi work conflict dan family
mana konflik pekerjaan dan konflik keluarga conflict seperti berikut ini: “Work conflict is the extent
mempengaruhi kinerja dual career di Jabodetabek to which a person experiences incompatible pressures
dengan variable intervening konflik pekerjaan keluar- within the work domain”. (1992:391). “Family
ga. Untuk itu, penelitian ini diberi judul Pengaruh conflict is the extent to which a person experiences
Konflik Pekerjaan dan Konflik Keluarga terhadap incompatible pressures within the family domain”.
Kinerja dengan Konflik Pekerjaan Keluarga sebagai (1992:391).
Variabel Intervening (Studi pada Dual Career di Kedua definisi di atas menjelaskan bahwa
Jabodetabek). Dengan demikian maka yang menjadi konflik pekerjaan adalah kondisi dimana seseorang
rumusan masalah adalah: mengalami tekanan yang tidak cocok dalam wilayah
1. Bagaimana pengaruh konflik pekerjaan terhadap pekerjaan. Dalam konflik pekerjaan, seseorang dapat
konflik keluarga? mengalami konflik dalam dirinya karena ia harus
2. Bagaimana pengaruh konflik pekerjaan terhadap memilih tujuan yang saling bertentangan. Ia merasa-
konflik pekerjaan-keluarga? kan ketidakjelasan dalam melakukan pekerjaan baik
3. Bagaimana pengaruh konflik keluarga terhadap yang harus dipilih atau didahulukan. Konflik seperti
konflik pekerjaan-keluarga? ini dapat juga terjadi antar kelompok dimana masing-
4. Bagaimana pengaruh antara konflik pekerjaan- masing kelompok ingin mengejar kepentingan atau
keluarga terhadap kinerja dual career couple baik tujuan kelompok masing-masing. Sedangkan konflik
suami maupun istri? keluarga adalah kondisi dimana seseorang mengalami
tekanan yang tidak cocok dalam wilayah keluarga.
Dual-Career Couple
Work-Family Conflict
Terjadinya pergeseran dari rumah tangga
tradisional ke rumah tangga modern. Dalam rumah Berikut ini adalah definisi dari work-family
tangga tradisional terdapat pembagian tugas yang conflict menurut beberapa penulis: “Work-family conflict
jelas, yaitu suami (bapak) bertugas mencari nafkah is a conflicting demands made on an individual by
dengan bekerja sedangkan istri (ibu) berperan dalam home and work”. (Stone, 2005:384). “Work-family
mengelola urusan keluarga. Sedangkan dalam rumah conflict is a form of interrole conflict in which the role
tangga modern, baik suami (bapak) dan istri (ibu) pressure from work and family domains are mutually
keduanya sama-sama bekerja merupakan kecen- incompatible in some respect”. (Kahn et al.,1964
derungan yang tidak dapat dihindari akibat dari dikutip oleh Greenhaus & Beutell, 1985:77). Work-
keberhasilan proses pendidikan dan kesetaraan family conflict terjadi saat partisipasi dalam peran
gender. Ini memunculkan istilah baru yaitu dual- pekerjaan dan peran keluarga saling tidak cocok
career yang didefinisikan sebagai berikut:“Dual- antara satu dengan lainnya. Karenanya partisipasi
career individuals are defined as those in managerial dalam peran pekerjaan terhadap keluarga dibuat
or professional jobs, with children, and spouse also in semakin sulit dengan hadirnya partisipasi dalam peran
a managerial or professional job”. (Higgins and keluarga terhadap pekerjaan. Dalam hal ini terjadi
Duxbury, 1992:390). “Dual-career is the situation tekanan peran dari bidang pekerjaan dan keluarga
where both spouses or partners have career respon- yang saling bertentangan dalam beberapa hal. Work-
sibilities and aspiration”. (Stone, 2005:383). Dari family conflict dapat terjadi karena: tuntutan waktu di
kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dual- satu peran yang bercampur aduk dengan keikut-
career merupakan mereka yang demikian pula sertaan peran lainnya, stres yang bermula dari satu
pasangannya, memiliki aspirasi serta tanggung jawab peran yang spills over ke dalam peran lainnya akan
karir dengan bekerja baik di bidang manajerial mengurangi kualitas hidup dalam peran tersebut, dan
maupun pekerjaan profesional lainnya. Dual-career perilaku yang efektif dan tepat pada satu peran,
memunculkan masalah baru apabila pasangan namun tidak efektif dan tidak tepat saat ditransfer
tersebut tidak dapat menyeimbangkan antara masalah pada peran lainnya. Dengan demikian ada 2 arah
pekerjaan dan masalah keluarga. dalam work-family conflict, yaitu konflik pekerjaan
Christine: Pengaruh Konflik Pekerjaan dan Konflik Keluarga Terhadap Kinerja 123

terhadap keluarga dan konflik keluarga terhadap menghasilkan konflik utama untuk perempuan yang
pekerjaan. memiliki suami yang sangat terlibat dalam karir kerja
Konflik pekerjaan terhadap keluarga (work-to- mereka.
family conflict) terjadi saat pengalaman dalam bekerja Martins et al, (2002) mengutip hasil penelitian
mempengaruhi kehidupan keluarga. Contohnya ada- sebelumnya bahwa perempuan, secara rata-rata, men-
lah tekanan dalam lingkungan kerja seperti: jam kerja dapatkan stres yang lebih dalam peran keluarga
yang panjang, tidak teratur, atau tidak fleksibel, dibandingkan laki-laki (e.g., Gutek, Searle, & Klepa,
perjalanan yang jauh, beban kerja yang berlebihan 1991). Sebagai contoh, untuk menyeimbangkan tugas
dan bentuk-bentuk lainnya dari stress kerja, konflik pekerjaan dan tugas keluarga, perempuan cenderung
interpersonal di lingkungan kerja, transisi karir, serta memprioritaskan tanggung jawab keluarga sebagai
organisasi atau atasan yang kurang mendukung. pekerjaan yang mandiri, sedangkan laki-laki cen-
Konflik keluarga terhadap pekerjaan (family-to- derung melihat tanggung jawab keluarga dengan
work conflict) terjadi saat pengalaman dalam keluarga pendekatan penyeimbang dan kemungkinan besar
mempengaruhi kehidupan kerja. Contohnya adalah menukar tanggung jawab keluarga terhadap tanggung
tekanan keluarga seperti: hadirnya anak-anak yang jawab pekerjaan (Tenbrunsel et al., 1995 dalam
masih kecil, merasa bahwa tanggung jawab utamanya Martin et al, 2002).
adalah bagi anak-anak, bertanggung jawab merawat
orang tua, konflik interpersonal dalam unit keluarga, Kinerja
serta kurangnya dukungan dari anggota-anggota
keluarga. (Greenhaus, 2002). Kinerja (job performance) oleh beberapa pakar
Guitian (2009) mengutip pendapat beberapa dijelaskan sebagai berikut: “Performance relates to
hasil penelitian sebelumnya yang menjelaskan bahwa the achievement or non-achievement of specific
konflik pekerjaan keluarga berkorelasi dengan results designated to be accomplished”. (Stone,
ketidakhadiran, penurunan produktivitas, ketidak- 2005:383). “Job performance is characterized by a
puasan kerja, penurunan komitmen organisasi, strong emphasis on one dimension, task proficiency,
kurangnya kepuasan hidup, kecemasan, kelelahan, usually as rated by one’s immediate supervisor”.
distress psikologikal, depresi, penyakit fisik, peng- (Somers and Birnbaum, 1998:623). Performance is
gunaan alkolhol, atau ketegangan dalam pernikahan. accomplishing units of mission-related outcomes or
Di samping itu konflik pekerjaan keluarga juga dapat
outputs (Swanson and Holton III,2001: 137).
menurunkan kinerja. Selain itu Guitian (2009) juga
Performance is the end result of an activity. Mana-
berpendapat bahwa terdapatnya konflik pekerjaan
gers are concerned with organizational performance-
keluarga mengakibatkan kehidupan karyawan men-
the accumulated end results of all the organization’s
jadi kurang manusiawi.
work activities (Robbins and Coulter, 2007:564).
Greenhaus and Beutell (1985) mengutip
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, penulis
penelitian Herman dan Gyllstrom (1977) menemukan
bahwa individu yang sudah menikah akan mengalami menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kinerja
lebih banyak konflik pekerjaan keluarga dibanding- adalah pencapaian suatu hasil yang dikarakteristikkan
kan individu yang tidak menikah. Dalam konteks dengan keahlian tugas seseorang ataupun kelompok
yang sama, individu yang berperan orang tua akan atas dasar tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
mengalami konflik pekerjaan keluarga lebih tinggi Steers & Mowday sebagaimana dikutip oleh
dibandingkan individu yang tidak berperan sebagai Jackofsky (1984) mengemukakan bahwa kinerja
orang tua. Beberapa studi menyimpulkan bahwa merupakan hal yang sangat relevan untuk dibahas
orang tua dengan anak yang lebih muda usianya karena (1) keseluruhan efektivitas organisasi ter-
(dimana anak membutuhkan waktu dari orang tua) gantung daripadanya dan (2) individu itu sendiri,
akan mengalami lebih banyak konflik dibandingkan dalam hal agar dipekerjakan, dipertahankan dalam
orang tua dengan anak yang dewasa usianya (Beutell pekerjaannya, dan berbagai imbalan yang akan
& Greenhaus, 1980; Greenhaus & Kopelman, 1981 ; diterima terkait dengan kinerjanya.
Pleck et al., 1980 dalam Greenhaus and Beutell, Kinerja karyawan menguntungkan bagi organi-
1985). Keluarga besar, dimana membutuhkan lebih sasi, disamping itu berbagai penelitian sebelumnya
banyak waktu dibandingkan keluarga kecil, juga juga menyatakan bahwa karyawan menyukai bekerja
diasosiasikan mempunyai konflik pekerjaan keluarga secara efektif karena kinerjanya juga menguntungkan
yang lebih tinggi (Cartwright, 1978 ; Keith & Schafer, bagi dirinya (Swanson and Holton III, 2001:137):
1980 dalam Greenhaus and Beutell, 1985). Lebih jauh 1. Literature goal-setting mengindikasikan bahwa kar-
lagi, Greenhaus and Beutell (1982), dalam Greenhaus yawan membangun self-esteem melalui pencapaian
and Beutell (1985) menyatakan bahwa keluarga besar tujuan yang menantang.
124 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.12, NO. 2, SEPTEMBER 2010: 121-132

2. Hackman and Oldham, Job Characteristics Model Stone (2005) mengindikasikan bahwa penilaian diri
dan penelitiannya memperlihatkan bahwa pe- sendiri menghasilkan: (1) diskusi penilaian kinerja
ngalaman melakukan pekerjaan yang penuh arti yang lebih memuaskan dan konstruktif; (2) tingkat
dan tanggung jawab terhadap hasil kerja adalah defensive karyawan saat proses penilaian menjadi
dua pernyataan psychological penting yang dicari berkurang; dan (3) meningkatkan kinerja melalui
individu. komitmen yang lebih tinggi pada tujuan organisasi.
3. Self-efficacy dibangun saat pengalaman individu Permasalahan yang timbul dari penilaian diri sendiri
sukses dalam tugasnya yang mengacu pada adalah memberi nilai terlalu tinggi (leniency), kurang
keahlian yang dimiliki. terjadinya kesepakatan antara hasil penilaian atasan
4. Hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja dan diri sendiri dan timbul bias jika penilaian
memperlihatkan hubungan resiprokal, dimana digunakan untuk tujuan peningkatan imbalan dan
kinerja meningkatkan kepuasan kerja dan promosi. Karena hal itu, maka penilaian diri sendiri
demikian pula sebaliknya. sebaiknya digunakan untuk pengembangan diri dan
5. Kesuksesan kerja dipandang penting bagi identitas mengidentifikasi kebutuhan akan pelatihan.
mendasar pada orang dewasa karaena akan
membantunya untuk melihat dirinya sendiri se- Hasil Penelitian Sebelumnya
bagai orang yang produktif, manusia yang
kompeten. Sebaliknya, kegagalan atau frustrasi Konflik Pekerjaan Sebagai Prediktor bagi Konflik
mengancam konsep diri mengenai kekompetenan Keluarga
seseorang.
6. Sukses dalam pekerjaan akan memenuhi ke- Benin dan Niendstedt (1985) menyatakan
butuhan akan self-actualization (Maslow) atau bahwa spillover dari konflik pekerjaan terhadap
need for achievement (McClelland) wilayah keluarga akan lebih besar bagi dual-career.
7. Kinerja membantu individu untuk mencapai Mereka memandang bahwa ketika suami dan istri
tujuan instrumental. Hal itu akan membawanya bekerja, mereka mensejajarkan peran pekerjaan dan
pada pengembangan karir dan kesempatan karir keluarga sehingga waktu dan tenaga mereka saling
lebih lanjut di organisasi demikian juga penilai- berkompetisi. Jika peran dalam keluarga dapat
annya terhadap imbalan intrinsik dan ekstrinsik mengurangi jumlah waktu dan tenaga yang dapat
dari kinerjanya. dicurahkan untuk peran pekerjaan, maka kecen-
derungannya adalah mereka akan berkonflik dalam
Penilai Bagi Kinerja Karyawan wilayah pekerjaan, dan karenanya akan menimbulkan
potensi terjadinya spillover dari konflik pekerjaan
Evaluasi kinerja karyawan lazimnya dilakukan dalam wilayah keluarga. Dengan demikian, seseorang
oleh atasan langsung. Namun, pada dasarnya mengalami konflik dalam pekerjaan yang semakin
penilaian kinerja dapat dilakukan oleh siapapun yang besar maka semakin besar juga konflik di dalam
(1) memahami tanggung jawab dan tujuan kerja; (2) lingkungan pekerjaan karena dia sangat dituntut di
memiliki kesempatan yang cukup untuk meng- lingkungan kerja sehingga waktu bagi keluarga
observasi kinerja karyawan; (3) memiliki pengetahu- semakin berkurang yang dapat menimbulkan konflik
an untuk membedakan antara perilaku yang memberi dalam lingkungan keluarga. Hipotesis yang diajukan
kontribusi terhadap efektivitas atau ketidakefektifan adalah:
kinerja. Sebagai konsekuensinya atasan langsung, H1: Konflik pekerjaan berpengaruh positif terhadap
rekan kerja, pelanggan, bawahan dan bahkan konflik keluarga.
karyawan itu sendiri dapat memberikan informasi
terhadap kinerja karyawan. Bahkan saat ini sebagai Model penelitian ini tidak menyatakan hubungan
tuntutan dari pentingnya meningkatkan obyektifitas, yang sebaliknya yaitu konflik keluarga sebagai
digunakan multiple source (360-degree appraisals) prediktor bagi terjadinya konflik pekerjaan karena
untuk meningkatkan kinerja evaluasi data. pandangan yang konvensional berpendapat bahwa
(Stone,2005). pekerjaan memiliki pengaruh yang lebih kuat ter-
hadap keluarga daripada kehidupan keluarga terhadap
Penilaian Diri Sendiri (Self Evaluation) pekerjaan pada saat keduanya beroperasi sebagai
hambatan dominan pada kehidupan keluarga dan
Penilaian diri sendiri banyak digunakan sebagai menjadi sumber ekonomi rumah tangga (Burke and
suplemen bagi penilaian dari atasan dan atau rekan McKeen, 1988; Evas and Bartolome, 1984; Kanter,
kerja. Beberapa hasil penelitian yang dikutip oleh 1977b; Pleck, Staines and Lang, 1980; Near, Rice and
Christine: Pengaruh Konflik Pekerjaan dan Konflik Keluarga Terhadap Kinerja 125

Hunt, 1980; Staines, 1980; Pleck, 1979 dalam tumpang tindih dapat menurunkan kinerja. Misalnya,
Higgins and Duxbury, 1992). kesulitan di rumah dapat menyebabkan pekerja
menghabiskan waktu pekerjaan, kurang konsentrasi,
Konflik Pekerjaan Sebagai Prediktor bagi Konflik terburu-buru mengerjakan tugas, dan menjadwal
Pekerjaan-Keluarga kembali pekerjaan untuk melakukan pekerjaan lain
(Barnett, 1994).
Konflik pekerjaan-keluarga terjadi saat individu Oleh karena itu, dengan semakin banyaknya
melakukan berbagai peran seperti sebagai pekerja, tekanan dan tuntutan dalam kehidupan pekerjaan-
pasangan (spouse), dan orang tua. Tiap-tiap peran keluarga maka kinerja seseorang di lingkungan
tersebut memberikan tuntutan tersediri yang mem- pekerjaannya semakin rendah. Hal ini terjadi karena
butuhkan waktu, energi, dan komitmen. Tuntutan tekanan dan tuntutan yang berasal dari peran ganda
berbagai peran tersebut menghasilkan ketegangan seseorang (sebagai pekerja dan suami/istri) menyebab-
dalam dua hal, yaitu overload dan interference (Kelly kan tidak maksimalnya seseorang dalam menyelesai-
and Voydanoff, 1985). Overload terjadi saat kan pekerjaannya. Namun demikian pada dasarnya
keseluruhan tuntutan terhadap waktu dan energi yang tingkat konflik berpengaruh secara positif maupun
dikaitkan dengan aktivitas yang telah ditentukan negatif terhadap kinerja. Gambar 1. berikut ini
sebelumnya dari berbagai peran yang diembannya menjelaskan bahwa saat konflik organisasi rendah,
terlalu berat untuk dilaksanakan dengan memadai maka kinerja unit juga rendah. Meningkatnya konflik
atau dilaksanakan dengan cukup nyaman. Sedangkan meningkatkan kinerja dan demikian seterusnya. Pada
interference terjadi saat tuntutan-tuntutan saling tingkat konflik yang optimal, maka kinerja yang
berkonflik dan membuatnya sulit untuk memenuhi dihasilkan adalah maksimal. Setelah mencapai tingkat
berbagai peran tersebut. Teori overload dan inter- konflik yang optimal, apabila konflik ditambah
ference memprediksikan bahwa tingginya konflik kembali, maka yang terjadi adalah kinerja justru
pekerjaan akan diasosiasikan dengan tingginya kon- menurun.
flik pekerjaan-keluarga, sebuah proposisi yang di-
dukung secara empiris. (Greenhaus and Beutell, 1985;
Kopelman et al., 1983; Jones and Butler, 1980).
Dengan demikian, hipotesis yang dapat diajukan
adalah:
H2: Konflik Pekerjaan berpengaruh positif terhadap
konflik pekerjaan-keluarga.

Konflik Keluarga Sebagai Prediktor bagi Konflik


Pekerjaan-Keluarga

Hasil penelitian dari Greenhaus and Beutell


(1985) serta Kopelman et al. (1983) memberikan
hasil bahwa meningkatnya konflik keluarga akan
meningkatkan terjadinya konflik pekerjaan-keluarga.
Penelitian sebelumnya juga menyatakan adanya
peran-peran paralel dalam gaya hidup dual-career
yang menyatakan adanya hubungan positif antara
konflik keluarga dan konflik pekerjaan-keluarga
(Greenhaus and Beutell 1985; Michelson, 1983) .
Oleh karena itu, semakin tinggi konflik dalam
lingkungan pekerjaan maka semakin tinggi konflik
pekerjaan-keluarga. Hipotesis yang diajukan adalah:
H3: Konflik keluarga berpengaruh positif terhadap Sumber: Robbins and Judge, 2009
konflik pekerjaan-keluarga.
Gambar 1. Conflict and Unit Performance
Konflik Pekerjaan-Keluarga Sebagai Prediktor bagi
Kinerja Dengan demikian, hipotesis yang diajukan
adalah:
Schieman et al (2003) dari hasil penelitiannya H4: Konflik pekerjaan-keluarga berpengaruh terhadap
mendapatkan bahwa rumah dan pekerjaan yang kinerja.
126 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.12, NO. 2, SEPTEMBER 2010: 121-132

METODE PENELITIAN pekerjaan berhubungan positif dengan konflik


pekerjaan-keluarga, hipotesis ketiga yaitu konflik
Desain Penelitian keluarga berhubungan positif dengan konflik peker-
jaan-keluarga, dan hipotesis keempat menyatakan
Pengumpulan data primer dilakukan melalui: bahwa konflik pekerjaan-keluarga berhubungan dengan
kuesioner, melalui self-administrated survey yaitu kinerja. Dengan demikian, dalam penelitian ini
responden diminta untuk mengisi sendiri kuesioner terdapat empat variabel laten yaitu variabel yang tidak
yang diberikan. Populasi dalam penelitian ini adalah dapat diukur secara langsung antara lain konflik
semua dual-career couple, mereka bekerja di Jakarta pekerjaan, konflik keluarga, konflik pekerjaan-keluarga,
serta wilayah sekitarnya yaitu Bogor, Depok, dan kinerja.
Tangerang, dan Bekasi dan pasangannya juga bekerja Konflik pekerjaan adalah sejauh mana seseorang
di Jakarta serta wilayah sekitarnya yaitu Bogor, mengalami tekanan dalam pekerjaannya. Konflik
Depok, Tangerang, dan Bekasi. pekerjaan diukur menggunakan kuesioner dari Higgins
Metode pengambilan sampel adalah nonpro- and Duxbury (1992) yang menggunakan lima skala
bability sampling) dengan teknik purposive samping. yaitu dari tidak pernah (skala 1) sampai dengan selalu
Kriteria yang dimaksud adalah minimal mereka telah (skala 5). Terdapat 12 item pertanyaan untuk meng-
bekerja di wilayah Jabodetabek selama 2 tahun dan ukur konflik pekerjaan.
telah menikah setidaknya 2 tahun. Jumlah sampel Konflik keluarga adalah sejauh mana seseorang
ditetapkan sebesar 300 sampel (Roscoe, sebagaimana mengalami tekanan dalam lingkungan keluarganya
dikutip oleh Sekaran (2003: 295) menyatakan bahwa yang diukur menggunakan kuesioner dari Higgins
jumlah sampel lebih besar dari 30 dan kurang dari and Duxbury (1992) yang menggunakan lima skala
500 adalah layak untuk hampir semua penelitian). yaitu tidak pernah (skala 1) sampai dengan sering
(skala 5). Terdapat 5 item pertanyaan untuk meng-
Metode Analisis ukur konflik keluarga.
Konflik pekerjaan-keluarga merupakan bentuk
Tahap-tahap dalam menguji dan menganalisis konflik antar peran yaitu peran di pekerjaan dan
hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: keluarga. Konflik pekerjaan-keluarga diukur meng-
a. Pilot project: dilakukan untuk menguji reliabilitas gunakan kuesioner dari Higgins and Duxbury (1992)
dan validitas kuesioner yang digunakan dalam yang menggunakan lima skala likert yaitu tidak
penelitian ini. pernah (skala 1) sampai dengan selalu (skala 5).
b. Penyebaran dan pengumpulan kuesioner, serta Konflik pekerjaan-keluarga diukur dengan 19 item
penginputan data hasil dari kuesioner mengguna- pertanyaan.
kan software Microsoft Excel 2003. Kinerja merupakan prestasi dan penyelesaian
c. Pengolahan data dengan model Structural tugas yang ditargetkan di lingkungan kerja. Kuesioner
Equation Modelling (SEM) menggunakan software mengenai kinerja sengaja dibuat sendiri oleh penulis
Amos 7. SEM digunakan karena dalam penelitian dan bersifat general, tidak spesifik untuk suatu jenis
ini menguji efek dari mediasi atau model simultan pekerjaan tertentu dengan harapan dapat meng-
yang memiliki variabel endogen dan variabel akomodir berbagai jenis pekerjaan responden yang
eksogen yang bersifat latent variable (tidak berbeda-beda. Kuesioner dibuat dalam lima skala
teramati secara langsung). Prosedur dalam SEM yaitu sangat tidak setuju (skala 1) sampai sangat
meliputi (1) spesifikasi model, (2) identifikasi, (3) setuju (skala 5). Kinerja diukur dengan menggunakan
estimasi, (4) uji kecocokan, dan (5) respesifikasi 20 item pertanyaan yang dikembangkan sendiri oleh
(Bollen dan Long, 1993 dalam Wijanto, 2006). penulis.
d. Hasil pengolahan data kemudian dianalisis.
Model Penelitian
Definisi Operasional
Model dari penelitian ini dapat dilihat pada
Penelitian ini memiliki empat pengujian hipotesis Gambar 2. Pada Gambar 2. juga terlihat hipotesis
yaitu hipotesis satu mengemukakan bahwa konflik yang diajukan dalam penelitian ini yaitu dari hipotesis
pekerjaan berhubungan positif dengan konflik (H1) satu sampai dengan hipotesis empat (H4).
keluarga, hipotesis kedua menyatakan bahwa konflik
Christine: Pengaruh Konflik Pekerjaan dan Konflik Keluarga Terhadap Kinerja 127

Konflik
Pekerjaan
H2

Konflik H4
Kinerja
H1 Pekerjaan-
H3 Keluarga

Konflik Keluarga

Gambar 2. Model Penelitian

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN berkeluarga yaitu sebanyak 75 orang atau 33%.
Berdasarkan kategori status Pendidikan, subyek ter-
Pengujian Reliabilitas dan Validitas besar memiliki status pendidikan S1 yaitu sebanyak
114 orang atau 86,8%. Berdasarkan kategori pekerja-
Pada awal penelitian, dilakukan pilot project an, subyek terbesar memiliki pekerjaan di bidang
terhadap 32 orang responden untuk menguji pegawai swasta yaitu sebanyak 111 orang atau
reliabilitas dan validitas kuesioner. Hasil dari uji 48,9%. Berdasarkan kategori masa kerja, subyek
reliabilitas dan validitas adalah terdapat beberapa terbesar memiliki masa kerja selama 5 sampai dengan
butir pernyataan yang gugur, dengan jumlah masing- 9 tahun yaitu sebanyak 55 orang atau 24,2%.
masing: untuk kuesioner konflik pekerjaan: 1 item Berdasarkan kategori jumlah anak, subyek terbesar
gugur, untuk kuesioner konflik keluarga: tidak ada adalah memiliki 4 anak yaitu sebanyak 72 orang atau
yang gugur, untuk kuesioner konflik pekerjaan 31,7%.
keluarga: 3 item gugur, dan untuk kuesioner kinerja: 2
item gugur. Analisis Data Utama
Butir pernyataan yang gugur kemudian dibuang
dan dihilangkan dari kuesioner final yang disebarkan Model penelitian ialah rekursif yang berarti
ke responden sebanyak 300. Dari jumlah tersebut, bahwa model hanya satu arah, bukan model resiprokal
yang valid dan dapat diolah sebanyak 274 kuesioner atau saling mempengaruhi. Nilai regression weight
sehingga subyek awal berjumlah 274. Namun, dari memberikan besarnya nilai koefisien regresi unstan-
274 terdapat 47 data yang outlier dan harus dibuang dardized dan standardized. Nilai critical (CR) adalah
yaitu yang memiliki p<0,00 karena mencerminkan sama dengan nilai t pada regresi OLS dan p adalah
ketidaknormalitasan data. Dengan demikian jumlah tingkat probabilitas signifikansi dengan *** berarti by
subyek yang dianalisis ialah sebesar 227 subyek. default 0,001. Hasil pengujian hipotesis dapat terlihat
Setelah data yang outlier dibuang dari analisis maka pada Gambar 3. dan Tabel 1.
data tersebar secara normal karena nilai kemencengan Pada Gambar 3 dan Tabel 1 dapat ditemukan
(skewness) tidak lebih besar dari 2,58. bahwa konflik pekerjaan berpengaruh positif terhadap
konflik pekerjaan-keluarga secara signifikan pada
Gambaran Subyek Penelitian p=0.001, dengan koefisien standardized sebesar
0,845. Demikian juga dengan konflik pekerjaan-
Berdasarkan kategori jenis kelamin, subyek keluarga berpengaruh positif terhadap kinerja secara
terbesar dalam penelitian ini adalah pekerja dengan signifikan dengan nilai p=0,002, dengan koefisien
jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 125 orang standardized sebesar 0.238. Sedangkan, konflik
(55,1%). Berdasarkan kategori rentang usia, pro- keluarga tidak mempengaruhi konflik pekerjaan-
sentase terbesar subyek adalah berada pada usia 30 keluarga karena nilai signifikansinya 0,328 (p>0,05).
sampai dengan 39 tahun yaitu sebesar 34,4%. Untuk hasil hipotesis yang menyatakan konflik
Berdasarkan kategori lama berkeluarga, subyek pekerjaan mempengaruhi konflik keluarga, demikian
terbesar memiliki waktu 2 sampai dengan 6 tahun juga sebaliknya terlihat pada Tabel 2.
128 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.12, NO. 2, SEPTEMBER 2010: 121-132

.13 .01 .07

.66
e19 e20 e21
1 1 1 1
e11.97 x11
1 x19 x20 x21
e10.60 x10 1.00 1.09
.97
1
e9.72 x9 1.38
1 1.09 kinerja
e8.62 x8 1.33
.90 1
1 .14
.54
e7.76 x7 .76
.08
1 1.19 konflik .17 z2
e6.55 x6 1.27
1 pekerjaan .61 z1
1.17 chi-square=456.537
e5.75 x5 1 prob=.000
1 .90
e4.79 x4 1.29 gfi=.844
konflik
1 1.00 kerja
agfi=.806
e3.65 x3 keluarga tli=.865
1 1.00 1.00 rmsea=.081
e21.18 x2 .04
1 .07 x17 x18
e1 x1 1
.19
1
.16
.22
e17 e18
konflik
1.74 1.24 keluarga 1.73 1.00
1.79

x16 x15 x14 x13 x12


1 1 1 1 1
.74 .59 .41 .76 1.03
e16 e15 e14 e13 e12

Gambar 3. Hasil Pengujian Hipotesis

Tabel 1. Regression Weights: (Group number 1 - Default model)


Estimate S.E. C.R. P Estimate
konflik_kerja_keluarga ← konflik_pekerjaan .613 .079 7.758 *** 0.845
konflik_kerja_keluarga ← konflik_keluarga .071 .072 .978 .328 0.062
kinerja ← konflik_kerja_keluarga .171 .055 3.124 .002 0.238

Berdasarkan Tabel 2, konflik pekerjaan tidak dari variabel lain yang tidak diteliti. Sementara untuk
mempengaruhi konflik keluarga secara signifikan kinerja dapat dijelaskan oleh konflik kerja-keluarga
dengan nilai probabilitas 0,160. Sedangkan, untuk hasil sebesar 5,6%, sisanya 94,4% berasal dari variabel lain
squared multiple correlations terlihat pada Tabel 3. yang tidak diteliti. Sedangkan, untuk pengujian model
fit dapat dilihat dari nilai RMSEA (Root mean square
Tabel 3. Squared Multiple Correlations: (Group number error of approximation). Nilai ideal RMSEA berada
1 - Default model) pada rentang 0,05-0,08 dan dalam penelitian ini nilai
Estimate RMSEA sebesar 0,081 yang menunjukkan bahwa
konflik_kerja_keluarga .730
model penelitian cukup baik.
kinerja .056
Analisis Tambahan Uji perbedaan Berdasarkan
Data Kontrol
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat besarnya nilai
koefisien determinasi sebesar 0,730 untuk terbentuk- Perbedaan kinerja ditinjau dari jenis kelamin
nya konflik kerja-keluarga, artinya variabilitas konflik
kerja-keluarga yang dijelaskan oleh konflik keluarga Dari hasil uji independent t test, variabel kinerja
dan konflik pekerjaan sebesar 73% dan 27% berasal ditinjau dari jenis kelamin subyek diperoleh t = 2,149
Christine: Pengaruh Konflik Pekerjaan dan Konflik Keluarga Terhadap Kinerja 129

dan p (0,033) < 0,05. Nilai probabilitas yang lebih Hipotesis kedua yang menyatakan konflik pe-
rendah dari 0,05 menunjukkan bahwa terdapat kerjaan berpengaruh positif dengan konflik pekerjaan-
perbedaan kinerja antara laki-laki dan perempuan. keluarga tidak dapat ditolak. Hal ini sejalan dengan
Dari hasil perbandingan yang dilakukan, dapat penelitian sebelumnya. Sedangkan, hipotesis ketiga
diketahui bahwa mean kinerja pekerja laki-laki yang menyatakan konflik keluarga berpengaruh
sebesar 4,3481 dan mean kinerja pekerja wanita positif dengan konflik pekerjaan-keluarga ditolak.
sebesar 4,2281. Analisis penulis terhadap penemuan yang kontradiksi
dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa memi-
Perbedaan konflik pekerjaan keluarga ditinjau dari liki pasangan yang juga bekerja memiliki keuntungan
jenis kelamin tersendiri, baik dalam hal peningkatan pendapatan
rumah tangga dan taraf hidup, meningkatnya
Dari hasil uji independent t test pada variabel kemandirian pasangan, serta meningkatnya kepuasan
konflik kerja keluarga ditinjau dari jenis kelamin dalam pernikahan. Teori dari Nieva (dalam Higgins
subyek, diperoleh t = 0,764 dan p (0,445) > 0,05. and Duxbury, 1992) menyatakan bahwa ketika peran
Nilai probabilitas yang lebih tinggi dari 0,05 me- keluarga menuntut baik dalam hal waktu dan tenaga,
nunjukkan bahwa tidak ada perbedaan konflik hal itu juga menjadi sumber kepuasan. Teori lainnya
pekerjaan keluarga antara laki-laki dan perempuan. dari Piotrkowski dan Repetti (dalam Higgins and
Dari hasil perbandingan yang dilakukan, dapat Duxbury, 1992) mengemukakan bahwa dual career
diketahui bahwa mean konflik kerja-keluarga pekerja woman memiliki kemampuan yang lebih besar dalam
laki-laki sebesar 3,9106 dan mean konflik kerja- mengatasi konflik keluarga dalam ”protective
keluarga pekerja wanita sebesar 3,8483. functions of multiple roles”. Menurut teori ini, wanita
tidak bekerja yang terkurung di rumah dengan sumber
Perbedaan konflik keluarga ditinjau dari jenis kelamin kepuasan yang terbatas memiliki kemampuan yang
lebih rendah dalam mengatasi konflik keluarga
Dari hasil uji independent t test pada variabel dibandingkan dengan wanita bekerja yang memiliki
konflik keluarga ditinjau dari jenis kelamin subyek banyak sumber kepuasan. Subyek dalam penelitian
diperoleh t = -0,592 dan p (0,554) > 0,05. Nilai ini lebih banyak perempuan yang jika kedua teori
probabilitas yang lebih tinggi dari 0,05 menunjukkan tersebut diaplikasikan juga mengindikasikan bahwa
bahwa tidak ada perbedaan konflik keluarga antara jika dual career lebih terlibat dengan keluarganya,
laki-laki dengan perempuan. mereka akan mendapat imbalan pula dari perannya di
keluarga yang mengganti kerugian dari konflik yang
Perbedaan konflik pekerjaan ditinjau dari jenis kelamin dikaitkan dengan menyeimbangkan pekerjaan dan
keluarga.
Hasil uji independent t test pada variabel konflik Hipotesis keempat yang menyatakan konflik
pekerjaan ditinjau dari jenis kelamin subyek diperoleh pekerjaan keluarga berpengaruh terhadap kinerja
t = 0,609 dan p (0,543) > 0,05. Nilai probabilitas yang diterima. Dalam hal ini pengaruhnya adalah positif.
lebih tinggi dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada Penulis berpendapat bahwa dengan adanya suami dan
perbedaan konflik pekerjaan antara laki-laki dengan istri yang sama-sama bekerja maka mereka saling
perempuan. memahami kondisi masing-masing sehingga konflik
pekerjaan keluarga yang terjadi dapat dikelola untuk
PEMBAHASAN meningkatkan kinerja.
Terdapatnya perbedaan kinerja antara laki-laki
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis mengguna- dan perempuan sejalan dengan penelitian sebelumnya
kan SEM, ditemukan bahwa hipotesis pertama yang yang dikutip oleh Robbins and Judge (2009) dalam
menyatakan konflik pekerjaan berpengaruh positif bukunya Organizational Behavior.
dengan konflik keluarga ditolak. Menurut analisis Tidak terdapatnya perbedaan konflik pekerjaan
penulis tidak ada pengaruh ini disebabkan karena
keluarga antara laki-laki dan perempuan kemung-
ketika mengalami konflik pekerjaan lazimnya hal itu kinan karena mayoritas responden berusia lebih dari
dibicarakan langsung dengan perusahaan tempat 30 tahun yang mana pada usia seperti itu tidak banyak
kerja, dalam hal ini atasan dan rekan kerja untuk
lagi yang mengurus anak-anak usia yang masih kecil.
dicari jalan keluarnya. Kebanyakan karyawan saat ini Higgins et al (1994) menyatakan bahwa meskipun
pun dapat membedakan mana masalah pekerjaan dan
perempuan memiliki pengalaman lebih banyak dalam
mana masalah keluarga, sehingga konflik pekerjaan konflik pekerjaan keluarga dibandingkan laki-laki,
tidak mempengaruhi konflik keluarga. namun tingkatan tersebut menjadi sama pada saat usia
130 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.12, NO. 2, SEPTEMBER 2010: 121-132

anak mencapai 13 tahun. Selain itu walaupun kesibukan kerja sehingga kemungkinan bias dalam
perempuan dinilai oleh masyarakat berdasarkan menganalisis mengapa konflik keluarga tidak
kemampuannya memberikan lingkungan yang baik mempengaruhi konflik pekerjaan keluarga.
bagi keluarga, perempuan juga dinilai oleh atasannya Dalam penelitian ini responden mengisi sendiri
dalam hal kemampuannya untuk melakukan pekerja- kuesioner kinerja, yang artinya tiap-tiap responden
an dengan baik. Kebutuhan untuk berhasil dalam menilai sendiri kinerjanya. Teori menjelaskan bahwa
pekerjaan dan keluarga dapat mengurangi terjadinya kinerja karyawan lazimnya dinilai oleh atasan lang-
konflik pekerjaan keluarga pada perempuan. Higgins sung, namun pada dasarnya siapapun dapat melaku-
et al juga (1994) mengemukakan bahwa para praktisi kan penilaian kinerja termasuk diri sendiri, sepanjang
harus mengakui bahwa masalah pekerjaan dan memahami tanggung jawab dan tujuan kerja,
keluarga saat ini tidak lagi hanya menjadi isu bagi memiliki kesempatan cukup untuk mengobservasi
para perempuan. Banyak para ayah yang meng- kinerja karyawan, memiliki pengetahuan unutk mem-
habiskan banyak waktu untuk mengasuh anak diban- bedakan antara perilaku yang memberi kontribusi
dingkan masa lalu, mengindikasikan akan makin terhadap efektivitas kerja (Stone,2005). Permasalahan
banyak laki-laki yang juga mengalami masalah dalam yang timbul dari penilaian diri sendiri adalah kecen-
menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga. Selain itu derungan menilai terlalu tinggi (leniency) sehingga
didapatkan juga bahwa saat ini pencari nafkah utama hasilnya kurang obyektif.
dalam keluarga tidak lagi hanya laki-laki.
Demikian pula alasan dalam hal tidak terdapat- KESIMPULAN DAN SARAN
nya perbedaan dalam konflik keluarga antara laki-laki
dan perempuan, penulis mengutip hasil penelitian Kesimpulan
Higgins et al (1994) yang menyatakan bahwa data
tahun 1990-1992 menyimpulkan bahwa walaupun Penelitian ini memberikan simpulan bahwa pada
dual career perempuan masih menghabiskan 50% dual career couple di Jabodetabek konflik pekerjaan
lebih banyak waktunya daripada pria dalam urusan tidak mempengaruhi konflik keluarga, konflik
keluarga, namun ternyata tidak ada perbedaan yang pekerjaan berpengaruh positif terhadap konflik
signifikan mengenai gender dalam hal menghabiskan pekerjaan keluarga, konflik keluarga tidak mem-
waktu untuk merawat anak. Higgins et al (1994) juga pengaruhi konflik pekerjaan keluarga, dan konflik
dalam penelitiannya mendapatkan bahwa jumlah pekerjaan keluarga berpengaruh positif terhadap
waktu yang dihabiskan oleh dual career perempuan kinerja.
untuk mengurus masalah anak dan keluarga menurun
sebaliknya pada laki-laki justru meningkat. Pleck Saran
sebagaimana dikutip oleh Higgins et al (1994)
mengatakan bahwa jumlah waktu yang lebih sedikit Pihak organisasi atau perusahaan kiranya peduli
yang dihabiskan oleh dual career perempuan di pada para karyawan dalam bekerja agar tidak timbul
rumah ditentukan oleh kecenderungan masa kini konflik pekerjaan dalam intensitas yang tinggi, karena
untuk memiliki lebih sedikit anak. Makin tingginya ini dapat memengaruhi konflik pekerjaan keluarga.
waktu yang dihabiskan oleh dual career laki-laki di Konflik pekerjaan keluarga berpengaruh secara positif
rumah kemungkinan karena adanya perubahan nilai- terhadap kinerja, namun demikian harus diperhatikan
nilai dan meningkatnya tekanan dari para istri agar level konflik yang terjadi karena berdasarkan teori
suami lebih berkontribusi di rumah. konflik terhadap kinerja, pertambahan konflik dapat
Sedangkan pendapat mengapa tidak terdapat meningkatkan kinerja hanya hingga titik tertentu
perbedaan konflik pekerjaan antara laki-laki dan dimana kinerja telah maksimum. Jika telah melewati
perempuan adalah karena dalam dunia kerja saat ini, titik optimum konflik ditingkatkan, maka yang terjadi
perusahaan dalam hal ini atasan tidak pernah adalah kinerja justru akan menurun.
membeda-bedakan karyawannya, baik laki-laki mau- Kami menyarankan agar pada penelitian ber-
pun perempuan dalam hal pemberian tugas, fasilitas ikutnya mengukur variabel konflik pekerjaan, konflik
kerja, peran kerja, dan sebagainya. keluarga, konflik pekerjaan keluarga, serta kinerja
pada tiap tahapan siklus hidup (life cycle stage)
Kelemahan Penelitian berumah tangga, mulai dari menikah, hadirnya anak,
jumlah anak, dan pertambahan usia dari anak-anak.
Penelitian ini memiliki kelemahan. Tidak Pada tiap tahapan siklus hidup berumah tangga
ditanyakannya jabatan kerja dan tingkat penghasilan tersebut dianalisis pula perbedaan antara dual career
responden, membuat sulit untuk memprediksi tingkat perempuan dan laki-laki di Jabodetabek. Penelitian
Christine: Pengaruh Konflik Pekerjaan dan Konflik Keluarga Terhadap Kinerja 131

berikutnya ada baiknya dikaitkan dengan kepuasan Higgins, Christopher A., Duxbury, Linda., and Lee.,
karir pada dual career perempuan dan laki-laki di Catherine. 1994. “Impact of Life-Cycle Stage
Jabodetabek. Selain itu, pengukuran kinerja sebaiknya and Gender on the Ability to Balance Work
dinilai oleh atasan langsung. Para dual career dan and Family Responsibilities”. Family Relations,
manajemen perusahaan berkepentingan dalam menge- Vol. 43, No. 2, pp.144-150.
lola agar konflik pekerjaan keluarga tidak semakin Jackofsky, Ellen A., 1984. “Turnover and Job Perfor-
tinggi karena berdampak terhadap kinerja. Untuk itu mance: An Integrated Process Model”. The
mereka disarankan melakukan intervensi yang di- Academy of Management Review, Vol. 9,
sesuaikan dengan kebutuhan karyawan yang merupa- No.1, pp. 74-83.
kan dual career. Beberapa alternatif intervensi yang
dapat diusulkan diantaranya adalah disediakannya Jones, A., and Butler, M. 1980. “A Role Transition
tempat penitipan anak di tempat kerja, pelatihan Approach to the Stresses of Organizationally-
manajemen waktu, jam kerja yang lebih fleksibel, Induced Family Role Disruption”. Journal of
kerja paruh waktu, pelatihan parenting, dan lain Marriage and the Family, 42: 367-376.
sebagainya. Guitian (2009) mengutip beberapa litera- Kelly, R., and Voydanoff, P. 1985. “Work/Family
ture sebelumnya (Breaugh and Frye, 2007; Role Strain Among Employed Parents”.
Christensen and Staines, 1990; Connelly et al., 2002; Journal of Family Relations, 34: 367-374.
Frye and Breaugh, 2004; Galinsky and Stein, 1990;
Kopelman, R et al. 1983. “A Model of Work, Family
Glass and Riley, 1998; Gonyea, 1993; Mesmer-
and Interrole Conflict: A Construct Validity
Magnus and Viswesvaran, 2006; Thomas and
Study”. Journal of Organizational Behavior
Ganster, 1995) mengemukakan pengaruh dari pene-
and Human Performance, 32: 198-215.
apan kebijakan keluarga seperti fleksibilitas, dukung-
an secara teknis dan pribadi, layanan yang berkaitan Martin, Luis L., Eddleston, Kimberly., and Veiga,
dengan keluarga terhadap kinerja. John F.2002. “Moderators of the Relationship
Between Work-Family Conflict and Career
DAFTAR PUSTAKA Satisfaction”. Academy of Management Journal,
Vol 45, No 2, pp 399-409.
Barnett, Rosalind C. 1994. “Home-to-Work Spillover
Michelson, W. 1983. The Logistics of Maternal Employ-
Revisited: a Study of Full-Time Employed
ment: Implications for Women and Their
Women in Dual-Earner Couples”. Journal of
Families, Child in the City. Report No. 18,
Marriage and the Family, Vol 56, No 3, Report for Minister of National Health and
pp647-656. Welfare, Centre for Urban and Community
Benin, M., and Nienstedt, B. 1985. “Happiness in Studies, University of Toronto.
Single and Dual-Career Families: The Effects Pleck, J.1983. Husband’s Paid Work and Family
of Marital Happiness, Job Satisfaction and Life Roles: Current Research Issues. In: Lopata, H.,
Cycle”. Journal of Marriage and the Family, and Plec, J. (Eds) Research in the Interweave
47: 975-984. of Social Roles: Families and Jobs. Vol. 3,
Greenhaus, Jeffrey H., and Beutell, Nicholas J. 1985. JAI, Greenwich, CT, 251-333.
“Sources of Conflict between Work and Robbins, Stephen P., and Judge, Timothy A. 2009.
Family Roles”. Journal of The Academy of Organizational Behavior. Prentice Hall-Pearson
Management Review, 10: 76-88. Education International, 13th ed.
Guitian, Gregorio. 2009. “Conciliating Work and Robbins, Stephen P., and Coulter, Mary. 2007. Mana-
Family: a Catholic Social Teaching Perspec- gement. Prentice Hall-Pearson Education Inter-
tive”. Journal of Business Ethic, 88: 513-524. national, 9th ed.
Greenhaus, Jeffrey H. 2002. Work-Family Conflict. Schieman, Scott, McBrier, Debra Branch., and Gundy
Journal of The Academy of Management Karen Van. 2003. “Home-to-Work Conflict,
Review, 45: 1-9. Work Qualities, and Emotional Distress”.
Higgins, Christopher A., and Duxbury, Linda E. 1992. Sociology Forum, Vol 18, No 1, pp. 137-164.
“Work-Family Conflict: A Comparison of Dual- Sekaran, Uma. 2003. Research Methods for Business:
Career and Traditional-Career Men”. Journal of a Skill Building Approach, 4th ed, New Jersey:
Organizational Behavior, 13: 389-411. John Wiley & Sons., Inc.
132 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.12, NO. 2, SEPTEMBER 2010: 121-132

Somers, Mark John., and Birnbaum, Dee. 1998. Swanson, Richard A., and Holton III, Elowood F.
“Work-Related Commitment and Job Perfor- 2001. Foundations of Human Resource
mance: It’s also the Nature of the Performance Development. San Francisco: Berret-Koehler
That Counts”. Journal of Organizational Publisher, Inc.
Behavior, 19: 621-634. Wijanto, Setyo Hari. 2006. Konsep dan Tutorial:
Stone, Raymond J. 2005. Human Resource Mana- Structural Equation Modeling dengan LISREL
gement, 5th ed. Sydney: John Wiley & Sons. 8.8 (Diktat kuliah). Pasca Sarjana Ilmu
Manajemen Fakultas Ekonomi UI.

Anda mungkin juga menyukai