BAB. I
PENDAHULUAN.
terus meningkat. Tentu saja fenomina ini merupakan mimpi buruk bagi orang tua , masa
depan berantakan atau nyawa bisa melayang menjadi taruhannya dan terkadang orang tua
tak sadar anaknya terkena narkoba Seringkali orang tua tidak menyadari anaknya terlibat
penyalahgunaan narkoba. Mereka biasanya baru sadar jika anak mengalami over dosis,
sebagai orang tua upaya pencegahan masih bisa dilakukan salah satunya dengan mengenali
disebabkan oleh kasus narkoba atau narkotika. Berita kriminal di media masa, baik media
meluas kesemua lapisan masyarakat dari pelajar, mahasiswa, artis, ibu rumah tangga,
pedagang , supir angkot, anak jalanan, pejabat dan lain sebagainya. Narkoba dengan
mudahnya dapat diracik sendiri yang sulit didektesi. Pabrik narkoba secara ilegalpun sudah
didapati di Indonesia.2
1
http//dianjanuarfitriawatti. blogspot.com/dampak dari pemakai narkoba, diakses 9 Januari 2019 ,
Pukul 10 WIB
2
Rahmat Illahi Besri-http://ibelboy2.wordpress.com/2011/06/04/makalah penjatuhkan tindak pidana
dalam pespektif hukum pidana, diakses, 9 Januari 2019, Pukul. 11 WIB,
2
Penegakan hukum terhadap tindak pidana narkotika telah banyak dilakukan oleh
aparat penegakan hukum dan telah banyak mendapatkan putusan hakim di sidang
pengadilan. Penegakan hukum ini diharapkan mampu sebagai faktor penangkal terhadap
merebaknya peredaran perdagangan narkoba atau narkotika, tapi dalam kenyataan justru
pribadi, masyarakat, dan negara dapat dijamin dan diwujudkan tanpa merugikan pihak yang
lain.4 Adalah tugas dari hukum pidana untuk memungkinkan terselenggaranya kehidupan
bersama antar manusia, tatkala persoalannya adalah benturan kepentingan antara pihak
yang melanggar norma dengan kepentingan masyarakat umum. Karena itu, karakter publik
dari hukum pidana justru mengemuka dalam fakta bahwa sifat dapat dipidananya suatu
perbuatan tidak akan hilang dan tetap ada, sekalipun perbuatan tersebut terjadi seizin atau
dengan persetujuan orang terhadap siapa perbuatan tersebut ditujukan, dan juga dalam
ketentuan bahwa proses penuntutan berdiri sendiri, terlepas dari kehendak pihak yang
menderita kerugian akibat perbuatan itu. Kendati demikian, tidak berarti bahwa hukum
yang dinyatakan bersalah dalam melakukan perbuatan pidana. Jenis-jenis pidana ini sangat
3
.Ibid
4
. Andi Hamzah,. dan A. Sumangelipu, Pidana Mati Di Indonesia Di Masa Lalu, Kini Dan Di Masa
Depan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003, h. 31.
5
.Iqbal Albama,Penjatuhan Pidana Mati Dalam Tindak Pidaana Narkotika, Pengadilan Negeri
Nunukan, Kaltim.2016
3
bervariasi, seperti pidana mati, pidana seumur hidup, pidana penjara, pidana kurungan dan
pidana denda yang merupakan pidana pokok, dan pidana pencabutan hak-hak tertentu,
merupakan pidana tambahan. Tujuan dari sanksi pidana menurut Bemmelen adalah untuk
Bayangkan berapa dana yang harus dikeluarkan pemerintah untuk memberikan jatah
makan bagi pengguna narkotika didalam penjara, selain itu pemerintah tidak bisa
berdesakan karena kondisi yang serba minim, mudah terjadi kekerasan di dalam penjara. 7
2009 (UU No.35 tahun 2009), memberikan sangsi pidana cukup berat, di samping dapat
dikenakan hukuman badan dan juga dikenakan pidana denda, tapi dalam kenyataanya para
pelakunya justru semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh faktor penjatuhan sangsi
pidana tidak memberikan dampak atau deterrent effect terhadap para pelakunya.8
undangan negara Republik Undonesia, sekaligus bagi setiap pihak yang bertekat
6
.J.M van Bemmelen Hukum Pidana 1 (Hukum Pidana Material Bagian Umum), Terjemahan Hasnan,
Bina Cipta, Bandung 1987, h. 128, dalam Mahrus Ali, Kejahatan Korporasi Kajian Relevansi Sanksi
Tindakan Bagi Penanggulangan Kejahatan Korporasi, Arti Bumi Intaran, Yogyakarta, 2008 h. 137.
7
. http : // www.satudunia.net/ conten/ pengguna napza , diakses 15 Januari 2019, Pukul 9 WIB.
8
. Ibid
4
memerangi narkotika atau pihak yang mendapat ancaman serangan narkotika benar-benar
mengetahui apa saja ancaman hukuman yang diberlakukan di negara ini bagi penggunan
terus meningkat. Tentu saja fenomina ini merupakan mimpi buruk bagi orang tua , masa
depan berantakan atau nyawa bisa melayang menjadi taruhannya dan terkadang orang tua
tak sadar anaknya terkena narkoba Seringkali orang tua tidak menyadari anaknya terlibat
penyalahgunaan narkoba. Mereka biasanya baru sadar jika anak mengalami over dosis,
sebagai orang tua upaya pencegahan masih bisa dilakukan salah satunya dengan mengenali
Narkoba atau napza yang berarti narkotika, psikotropika dan zat aditif merupakan
zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh . Selain menimbulkan kencanduan , efek
mematikan seperti ginjal, lever, paru-paru dan jantung dan bahkan kematian 11
Narkotika disatu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat dibidang
pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi pada
sisi lain narkotika dapat merupakan ancaman besar bagi kehidupan bangsa, apabila disalah
gunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama dari semua pihak.
Penyalahgunaan narkotika sekarang ini bukan lagi menjadi masalah nasional, tetapi sudah
menanggulangi bahaya narkotika dan hak rehabilitasi bagi pengguna narkotika. Menurut
Ketua PBHI Angger Jati Wijaya, menegaskan bahwa akses mendapatkan rehabilitasi
kesehatan merupakan hak bagi para narapidana narkotika, pelaksanaannya harus terlebih
dulu mengubah doktrin yang dipahami oleh jajaran penegak hukum selama ini, bahwa para
pengguna adalah korban narkotika dan bukan pelaku kejahatan. Semestinya terpidana
korban narkotika ini dipisahkan , mereka layak mendapat akses kesehatan, perspektifnya
yang harus diubah mereka harusnya dipandang sebagai koban bukan pelaku.12
lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau
digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai
peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat
Selanjutnya dalam hal penyalahgunaan narkoba ini peran penting sektor kesehatan
sering tidak disadari oleh petugas kesehatan itu sendiri, bahkan para pengambil keputusan,
narkotika,psikotropika dan zat adiktif ( NAPSA). Bidang ini perlu dikembangkan secara
lebih profesional sehingga menjadi salah satu pilar yang kokoh dari upaya penanggulangan
penyalahgunaan Napsa.14
12
. http : //www. decik news.com/ read /2011/01/ diakses Tanggal 19 Januari 2019, Pukul 9 WIB.
13
.Ibid.
14
.Ibid
6
penyalahgunaan narkotika, dr.Al Bachri Husein dari RSKO Cibubur Jakarta Timur,
menyatakan agar korban narkotika tidak melulu dipidana penjara, hak akses kesehatan
hanya khusus bagi terpidana pengguna narkotika dan bukan bagi terpidana terbukti
sebagai pengedar apalagi produsen narkotika. Namun banyak sekali pengedar dan
produsen narkotika saat akan ditangkap polisi buru-buru mengkonsumsi narkotika dengan
harapan diproses sebagai pengguna. Maka perlu ada seleksi ketat yang dilakukan oleh tim
pengguna, pengedar atau produsen narkotika di Indonesia. Juga bertugas untuk memberikan
pengobatan atau rehabilitasi kepada pengguna narkotika, baik yang dilakukan oleh
kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang
secara serasi dan berkeseimbangan oleh pemerintah dan masyarakat termasuk swasta, agar
penyelenggaraan upaya kesehatan itu berhasil guna dan berdaya guna, maka pemerintah
perlu mengatur membina dan mengawasi baik upayanya maupun sumber dayanya.16
Hakim merupakan salah satu obyek studi sosiologi hukum. Dimana masyarakat banyak
yang mencibir sinis dan pesimis namun ada juga yang menaruh harapan terhadap putusan hakim
dalam suatu perkara. Banyak masalah yang memicu kekecewaan masyarakat, salah satunya adalah
15
. htt : //www.decik news.com/read/2011/01/ Loc cit
16
. Gatot Supramono, Hukum Narkoba Indonesia, Djambatan, Jakarta, 2001, hal 12
7
bagaimana hakim memutuskan perkara perkara yang bisa mengundang pro dan kontra dalam
masyarakat luas, Jangan sampai putusan itu mematikan rasa keadilan masyarakat. 17
Berdasarkan uraian dan penjelasan diatas, maka penulis mencoba untuk mengkaji
Pidana Narkotika “.
1.2 Permasalahan
2. Bagaimana pendapat orang yang pro dan kontra terhadap putusan hakim yang
Sesuai dengan judul skripsi ini yang menyangkut masalah pertimbangan hakim
menjatuhkan pidana mati bagi pelaku tindak pidana narkotika, maka penulis akan
17
.http://Sosiologi Hukum.blog.spon di 20 juni 2011, diakses 20 Januari 2019, Pukul 12 WIB
8
B. Kegunaan penelitian.
Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna untuk kepentingan teoritis dan
praktis yakni :
ii. Secara praktis merupakan salah satu pemikiran masyarakat dalam menjaga
Metode penelitian ini sangat penting dalam rangka mendapatkan hasil penelitian
yang memuaskan dan akurat, maka dari itu penulis mengadakan penelitian dengan metode
sebagai berikut :
1. Tipe Penelitian
9
Tipe penelitian yang dilakukan penulis adalah jenis penelitian hukum normative, yaitu
2. Metode Pendekatan.
Untuk membahas permasalahan yang penulis ajukan dalam tulisan ini, pendekatan
3. Sumber Data.
Dalam rangka menyelesaikan tulisan ini, data yang digunakan adalah data sekunder
Adalah bahan hukum yang mengikat, yang digunakan dalam penelitian adalah
primer yang terdiri dari karya ilmiah, tulisan ilmiah, surat kabar, buku-buku
bahan hukum primer dan sekunder. Dalam tulisan ini bahan hukum tertier yang
10
digunakan antara lain, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Hukum dan lain-
lain.
Dalam upaya mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam tulisan ini, penulis
dengan permasalahan.
b. Pengolahan Data
pengolahan dan penyajian data dengan melakukan editing yaitu data yang
dilakukan evaluating, yaitu memeriksa ulang dan meneliti kembali data yang telah
aspek-aspek normative atau yuridis melalui metode yang bersifat deskriptif analitis,
11
yaitu menguraikan gambaran dari data yang diperoleh dan menghubungkannya satu
sama lain untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang bersifat umum (secara induktif).
BAB. II
TINJAUAN PUSTAKA
Hakim menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang- Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP) adalah pejabat Peradilan Negara yang diberi wewenang oleh
12
undang undang untuk mengadili. Kemudian kata “mengadili”sebagai rangakain tindakan hakim
untuk menerima, memeriksa, dan memutus perkara berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak
memihak dalam sidang suatu perkara dan menjunjung tinggi 3 (tiga) asas peradilan yaitu sederhana,
Narkoba menurut Kurniawan adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan
psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh
manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain
dipakai untuk membius pasien saat hendak dioparasi atau obat-obatan untuk penyakit
tertentu. Namun kini presepsi itu disalah gunakan akibat pemakaian yang telah diluar batas
dosis.19
Nomor. 22 tahun 1997 tentang Narkotika dan kemudian adanya Undang-Undang Nomor.
Indonesia belum terlalu lama, muncul karena banyaknya terjadi peristiwa penggunaan
atau pemakaian barang-barang atau yang termasuk dalam katagori narkotika dan obat-
obatan adiktif, narkotika, psikotrapika dan bahan adiktif lainnya disingkat narkoba.
rehabilitasi sosial dan medis. Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan
secara terpadu fisik, mental maupun sosial agar bekas pecandu narkotika dapat kembali
18
Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana,Surabaya,Kresindo Pidana,2007, Pasal 1.
19
Belajarpsikologi,.com/Pengertian-narkotika, 6 Februari 2019, Pukul 10 WIB
13
adalah suatu proses kegiatan pengobaatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu
dari ketergantungan narkotika. Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia rehabilitasi adalah
kesadaran atau mengurangi/ menghilangkan nyeri, dan dapat menjadikan ketagihan. Yang
termasuk narkotika: - Cannabis: ganja, cimenk, gelek. - Opium: morphin, heroin/ putauw,
etep, PT - Kokain. 2. Psikotropika Zat yang berkhasiat seperti narkotika, namun bersifat
psikoaktif sehingga menimbulkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Yang
dan lainnya. - LSD (Lysergic Acid Diethylamide). 3. Zat/ bahan Adiktif Tidak termasuk
Narkotika dan Psikotropika, namun menimbulkan efek ketagihan. Yaitu: - Nikotin (rokok).-
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
ini.
Adapun bahan dan asal narkotika dapat dibagi menjadi tiga golongan sebagai berikut :
20
.http://wawasanhukum.blogspot.com/2007/06/ganti kerugian dan rehabilitasi, diakses 17 Februari
2019, Pukul 8 WIB
21
.bahayanarkoba.blogspot.co.id/2012/10/pengertian tentang napza.html, diakses 18 Februari 2019,,
Pukul 7 WIB
14
Yaitu jenis zat atau obat-obatan yang timbul dan tumbuh dari alam tanpa adanya
proses produksi
Yaitu jenis zat atau obat-obatan yang telah mengalami proses sedemikian rupa
3). Síntesis Yaitu jenis zat atau obat-obatan narkotika yang diproduksi secara síntesis untuk
keperluan medis dan penelitian yang digunakan sebagai penghilang rasa sakit.22
1. Narkotika.
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat
22
. Zulkarnain Nasution, Memilih Lingkungan Bebas Narkotika, Badan Narkotika Nasional, Jakarta,
2007, Hal. 3.
15
Narkotika yang berhasiat untuk pengobatan dan digunakan dalam hal terapi dan/ atau
mengakibatkan ketergantungan.
Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/
atau digunakan untuk keepentingan ilmu pengetahuan, mempunyai potensi yang ringan
2. Psikotropika.
dengan psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku.
1) Psikotropika golongan 1 :
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan
2) Psikotropika golongan II :
23
. Badan Narkotika Nasional, Advokasi Pencegahan Penyalagunaan Narkoba, BNN, Jakarta, 2007,
Hal. 42
16
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau
4) Psikotropika golongan IV :
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi
- Psikostimulansia : amfetamin,ekstasi,shabu
- Sedatif dan Hipnotika (obat penenang dan Obat tidur) yaitu MG,BK,DUM,Pil Koplo
dan lain-lain.
Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika
menekan susunan syaraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia
narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia.
- Golongan B yaitu kadar etanol 5-20 %, contohnya : berbagai jenis minutan anggur.
- Inhalansia ( gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga,
dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan,
karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaa narkoba lain
pengguna narkotika sudah mulai memasuki tahapan baru karena pemberantasan tidak akan
18
efektif tanpa keikutsertaan masyarakat dan masyarakat sebaiknya juga mengetahui jenis-
jenis narkotika .
Tentang Narkotika, disebutkan daftar narkotika golongan I, golongan II dan golongan III
sebagai berikut :
1. Tanaman papver somniferum dan semua bagian- bagiannya termasuk buah dan
2. Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri diperoleh dari buah tanaman
a. Candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui satu rentetan
5. Daun koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk serbuk
dari semua tanaman genus Erythoxylon dari keluarga yang menghasilkan kokain
6. Kokain mentah, semua hasil yang diperoleh dari daun koka yang dapat diolah
8. Tanaman ganja, semua tanman genus genus cannabis dan semua bagian dari
tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau bagian
Dihidrokodeina.Etilmorfina,Codeína,Nikodikodina,Nikokodina,Norkodein,
Polkodeina,Propiram.
pemerintah tersebar luas dan disalahgunakan oleh sebahagian masyarakat. Dari beberapa
klasifikasi jenis dan golongan narkotika tersebut ada beberapa jenis narkotika yang
1. Ganja.
Dikenal juga dengan nama : canabis, mariyuana, hasish, gelek,budha stick, ciming,
grass, rumput, sayur. Berdasarkan data dari world Drug Report pada tahun 2006
tercatat 162,4 juta pelaku penyalagunaan narkoba jenis narkotika ganja ini.24
2. Morfine.
Nama lain adalah putaw, smack, junk, horse, h.PT, etep, bedak putih. Adalah opioda
alamiah yang mempunyai daya analgesik yang kuat, berbentuk kristal, berwarna putih
3. Kokain.
Berasal dari tanaman coca yang banyak dijumpai di kolombia Amerika latin.
Selain jenis narkotika diatas, ada beberapa jenis psikotrapika yang banyak
1. Ekstasi.
Adalah zat atau bahan yang tidak termasuk katagori narkotika ataupun alkohol,
2. Shabu-Shabu.
24
. Badan Narkotika Nasional, Mengenal Penyalahgunaan Narkoba Buku 2A, BNN, Jakarta, 2007,
Hal. 15
21
Jenis zat yang terlarang dengan nama nimia, Methamfetamin, juga dikenal dengan
yang terjadi terhadap penyalahgunaan tersebut. Apabila dilihat secara umum dampak
negatif dari penyalahgunaan narkotika tersebut ada beberapa hal yang meliputi berbagai
1. Dimensi Ekonomi.
Menimbulkan beban ekonomi yang tinggi bagi negara akibat mengadakan program
narkotika, serta mengadakan program penegakan hukum dan perawatan terhadap pengguna
penyalahgunaan narkotika.26
Sedangkan beban yang timbul sangat merugikan ekonomi bagi keluarga atau
biaya tinggi untuk membeli narkotika atupun biaya perawatan dan pengobatan.
2. Dimensi Sosial
25
. OC.Kalingis & Asosiates dari Kompas, Narkoba Dan Peradilannya di Indonesia, PT. Alumni,
Bandung, 2007, Hal. 241.
26
. Badan Narkotika Nasional, Op.cit, Hal. 49.
22
Pada umumnya pengguna narkotika akan mempunyai sifat yang anti sosial
masyarakat setempat dan dengan keluarga. Seorang pengguna narkotika apabila telah
narkotika akibatnya dapat menimbulan tindakan kriminal mencuri, menipu bahkan bisa
membunuh.
Sifat anti sosial yang ditunjukkan oleh pengguna narkotika dapat menimbulkan
perbuatan melawan hukum, terutama berkaitan dengan ketertiban, keamanan dan ketahanan
3. Dimensi Kultural.
jumlah pengguna akan lebih meningkat dan meliputi berbagai lapisan masyarakat sehingga
akan menjadi suatu budaya. Jika kebiasaan negatif ini telah menjadi bagian dari budaya
Menghancurkan kualitas dan daya saling bangsa serta membunuh masa depan dan
kejayaan bangsa, hal ini juga merupakan kekhawatiran yang terjadi apabila kebiasaan
terhadap pengguna narkotika menjadi suatu budaya baru bagi bangsa Indonesia.
4. Dimensi Kesehatan.
27
. Nogroho Aji Wijayanto, Permasalahan Narkoba di Sumsel dan Narkoba di Tinjau dari Aspek
Hukum, Makalah Ketua Harian Sumatera selatan, 24 Juli 2007.
23
b. Penyalahgunaan narkotika akan merusak susunan syaraf pusat di otak, organ-organ lain
c. Penyalahgunaan narkotika akan lebih muda terkena penyakit karena sistem ketahanan
gangguan fisik.
sangatlah tertutup dan memakai sistem berjenjang sehingga aparat hukum pemerintah
tentu sangatlah sulit, melelahkan serta membutuhkan tenaga profesional dan tenaga ahli
28
. Badan Narkotika Nasional, Loc cit
29
. Arif Sumarsono, Strategi Nasional Pencegahan Pemberantasan Penyalagunaan Dan Peredaran
Gelap Narkoba, Badan Narkotika Nasional, Jakarta, 2007, Hal. 52.
24
ketentraman masyarakat, hal ini yang menyebabkan dampak yang membuat aparat hukum
untuk mengurangi permintaan dan kebutuhan illegal narkotika yang mempunyai tujuan
kejahatan,atau memberi pengaruh pada masyarakat yang lain untuk melakukan tindak
pidana narkotika.30
bangsa Indoneisa dapat terbebas dari penyalagunaan narkotika dan dapat menciptakan
bangsa yang sehat, terbebas dari narkotika. Pemerintah telah banyak melakukan
narkotika dan membentuk badan khusus yaitu Badan Kordinasi Narkotika Nasional yang
penyuluhan bahaya narkotika kepada seluruh lapisan masyarakat, serta beberapa kebijakan
30
. Badan Narkotika Nasional. Advokasi, Op.cit, Hal. 86
25
dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait, baik pemerintah atau masyarakat.
sebagai berikut :
1. Deman Reduction.
Pencegahan dilakukan dengan maksud agar dapat mengurangi atau menekan tingkat
2. Harm Reduction.
Pencegahan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi atau untuk menekan
3. Supply Reduction.
Dalam hal agar dapat melaksanakan secara baik langkah-langkah dalam menanggulangi
1. Pencegahan Primer.
31
. Mudji Waluyo, Kebijaksanaan dan Strategi Dalam Pencegahan Program P4PGN, Badan seminar
nasional pada kegiatan pelatihan fasilitator penyuluh pencegahan penyalagunaan narkoba, Tanggal, 23-27
Juli, 2007, Hal. 71
26
2. Pencegahan Sekunder.
yang telah memakai atau mencoba-coba. Tujuan dari pencegahan sekunder ini
pemulihan.33
3. Pencegahan Tersier.
Pencegahan yang dilakukan yang ditujukan kepada pecandu atau pengguna yang
sedang dalam perawatan rehabilitasi dengan tujuan agar pecandu atau yang sedang
pengobatan.34
32
. Ibid, Hal. 64.
33
.Muclis Catio, , Pencegahan dan Penanggulangan Penyalagunaan Narkoba Dilingkungan
Pendidikan, Badan Narkoba Nasional, Jakarta, 2006, Hal. 61
34
Ibid, Hal. 62.
27
penanggulangan yang dilakukan ialah dengan cara rehabilitasi dengan harapan agar
2.6 Rehabilitasi.
memperbaiki kembali dalam segi psikologi maupun pisik penyalahguna. Dalam upaya
terapi dan rehabilitasi bagi korban penyalahgunaan narkotika, selain menjadi tanggung
Jadi dalam penyelenggaraan rehabilitasi ini merupakan tugas dan tanggung jawab
pemerintah sebagai penyelenggara kesehatan bagi warga negara Indonesia, akan tetapi
masyarakat atau pihak swasta juga diperbolehkan untuk ikut serta dalam penyelenggaraan
kesehatan.
secara jelas apakah pengguna narkotika yang termasuk dalam klasifikasi pemakai ini
pecandu narkotika sebagaimana Pasal 103 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor. 35
35
. Badan Narkotika Nasional, Op.cit, Hal. 95
28
Tahun 2009 tentang Narkotika, tetapi bila dilihat dari surat Edaran Mahkamah Agung
Nomor. 07 Tahun 2009 menyatakan bahwa narapidana yang termasuk dalam kasus
narkotika adalah sebagai korban dan dilihat dari aspek kesehatan pengguna narkotika
2). Bahwa hak atas pemulihan korban salah satunya adalah rehabilitasi.
3). Bahwa istilah rehabilitasi adalah istilah yang sudah umum digunakan bila
4). Bahwa istilah rehabilitasi yang digunakan sebagai salah satu hak pemulihan dari
korban baik dalam hukum nasional maupun hukum internasional, dari difenisi
yang ada penulis tidak menemukan indikasi pelemahan hak-hak korban ataupun
rehabilitasi yang ada secara substansi adalah dalam upaya menunjang harkat dan
36
http: // Che Gendovara Blok Archive/2009/07/10/ Urgensi Vonis Rehabilitasi Terhadap Korban
Napza di Indonesia, diakses 25 Februari 2019, Pukul 14 WIB.
29
narkotika baik yang sebagai pemula ataupun sebagai pemakai, syarat –syarat tersebut
sebagai berikut :
1). Terdakwa pada saat ditangkap oleh penyidik dalam kondisi tertangkap tangan.
2). Pada saat tertangkap tanggan sesuai dengan butir 1 diatas, ditemukan barang bukti
satu kali pakai, seperti contoh : Heroin/putaw maksimal 0,15 gram. Kokain
maksimal 0,15 gram, Morphin maksimal 0,15 gram, Ganja maksimal 1 linting
rokok dan/ atau 0,05 gram. Ekstasi minimal 1 butir/tablet, Shabu-shabu maksimal
0,25 gram.
permintaan penyidik.
5). Perlu surat keterangan dari dokter jiwa atau psikiater (pemerintah) yang ditunjuk
oleh hakim.
6). Tidak terdapat bukti bahwa yang bersangkutan merangkap menjadi pengedar atau
Ditinjau dari aspek hukumnya, pecandu juga dapat dikatakan adalah seorang
korban, menurut Mulyadi korban (victims) adalah orang yang bukan secara individu
maupun kolektif telah menderita kerugian, termasuk kerugian fisik atau mental, emosional,
ekonomi, atau gangguan subtansi terhadap hak-haknya yang fundamental, melalui suatu
37
. Surat Edaran Mahkamah Agung No. 07 Tahun 2009,Tentang Menempatkan Pemakai Narkoba Ke
panti Terapi dan Rehabilitasi.
30
perbuatan atau komisi yang melanggar hukum pidana di masing-masing negara, termasuk
penyalahgunaan kekuasaan.38
Berdasarkan pendapat ini jelas dikatakan bahwa pecandu adalah korban dan seorang
yang mengalami sakit yang perlu untuk mendapat hak rehabilitasi, merupakan langkah
sebagaimana diatur dalam Pasal 54, Pasal 55, Pasal 56, Pasal 57, Pasal58 dan Pasal 59
perkara pecandu narkotika dapat memutus untuk memerintahkan seorang pecandu untuk
Nomor. 35 Tahun 2009 ,Pasal 103 ayat (1) dan ayat (2). Adapun ancaman sanksi bagi
pecandu pengguna penyalahgunaan narkotika dapat kita lihat pada Pasal 128 Undang-
- Kurangnya Sosialisai yaitu Masih adanya perbedaan sudut pandang masyarakat dalam
menanggapi hak rehabilitasi bagi penguna penyalagunaan narkotika. Menurut Ibu Ani
rehabilitasi bukan di penjara. Pendapat serupa datang dari Ketua Badan Narkotika
Nasional Gories Mere, menurutnya sesuai dengan Undang-Undang Nomor. 35 tahun 2009
38
.Ibid..
31
tentang Narkotika, memandang pecandu narkotika bukan sebagai pelaku kriminal tetapi
dipandang sebagai kriminalitas, tetapi disisi lain seorang pengguna yang jelas-jelas
pengedar saja yang dikriminalkan. Wacana ini justru akan lebih meningkatkan jumlah
pengguna narkotika , sebab mereka tidak takut karena tidak akan dikriminalkan.40
- Finansial Pengguna Penyalahgunaan narkotika yaitu Hal yang juga dapat menjadi
terutama rehabilitasi yang dilaksanakan oleh pihak swasta karena biaya tentu akan
menjadi beban bagi pengguna penyalahgunaan narkotika, sedangkan para pengguna tidak
semua dari kalangan atas yang mempunyai biaya cukup dan ada dari kalangan menengah
serta kalangan bawah. Program rehabilitasi memerlukan waktu yang lama dan pengguna
penyalahgunaan narkotika tidak mempunyai biaya yang cukup untuk membiaya selama
dicari jalan keluarnya , agar aturan hukum sebagaiman dalam Undang-Undang Nomor. 35
39
.Buletin Dakwah, Al Islam,Loc cit
40
. Ibid
32
narkotika wajib menjalani perawatan pengobatan dan rehabilitasi dapat dilaksanakan agar
mendapat vonis penjara, tetapi dapat diberikan vonis ke panti terapi atau rehabilitasi.
disebabkan karena kemajuan tehnologi, hal ini dapat kita lihat data Badan Narkotika
Nasional pada tahun 2007 saja kasus tindak pidana narkotika sebanyak 7.017 kasus
terdiri dari jenis Narkotika 3.780 kasus, Jenis Psikotrapika 2. 806 kasus, Bahan Adiktif
431 kasus.41
Indonesia, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya dan dapat menjadi penyebab
1. Faktor Individu.
41
. BNN,.Op,Cit, Hal. 25
33
penyalahgunaan narkotika.42
Kebanyakan penyalahgunaan narkoba dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab
remaja yang sedang mengalami perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang pesat
merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunakan narkoba. Anak atau remaja
dengan ciri-ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna
narkoba. Adapun hal-hal yang dapat mempengaruhi individu seseorang untuk terpengaruh
menggunakan narkotika :
Bagi para remaja rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru sangatlah benar sehingga
b. Untuk bersenang-senang.
peduli bahaya dari penggunaan narkotika yang berakibat negatif terhadap tubuhnya.
c. Mengikuti trend.
tidak setia kawan apabila tidak menggunakan narkotika dan terkadang mendapatkan
42
. Muji Waluyo, Loc cit.
34
perkumpulan mereka.
narkotika.
g. Melupakan masalah
narkotika maka masalah tersebut akan hilang, pemahaman tersebut jelas salah karena
merupakan faktor juga kenapa seseorang menggunakan narkotika, untuk itu seseorang
Pengguna obat-obatan semata-mata karena ingin bebas seperti layaknya orang dewasa
Dalam proses pencarian jati diri seorang terkadang mengidolakan seseorang untuk
dijadikan tokoh dalam hidupnya, akan tetapi remaja tidak lagi berpikir hal-hal negatif
Untuk mengurangi rasa sakit dari adiksi yang ada pada tubuhnya, seseorang
menggunakan narkotika.
- Rasa kurang percaya diri, rendah diri dan memiliki citra diri negatif
43
. Muhlis Catio, Op.Cit, Hal. 17.
36
2. Faktor lingkungan.44
karena tidak akan lepas dari kontaminasi lingkungan sekitar tempat tinggal, lingkungan
negatif terhadap generasi muda bangsa Indonesia, karena melalui lingkungan pergaulan
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik disekitar
rumah, sekolah, teman sebaya maupun masyarakat. Faktor keluarga terutama faktor orang
tua yang ikut menjadi penyebab seorang anak atau remaja menjadi penyalahguna narkoba
antara lain :
1. Lingkungan Keluarga.
44
. Mudji Walujo, Op.cit, Hal. 15
37
- Orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah narkoba
konsisten)
keluarga.
2. Lingkungan Sekolah.
- Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri
4. Lingkungan masyarakat/sosial
pemerintah dalam memberantas peredaran narkotika yang terjadi pada bangsa Indonesia.
mendapatkan narkotika , maka akan ada kesempatan bagi para pengguna untuk selalu
masih dengan mudah didapatkan maka akan mempengaruhi bagi generasi muda yang lain
- Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik untuk dicoba.
Bentuk putusan yang akan dijatuhkan pengadilan sangat tergantung dari hasil
musyawarah Majelis Hakim yang berpangkal dari Surat Dakwaan dengan segala sesuatu
45
. Ibid, Hal. 52.
39
Untuk itu, ada beberapa jenis putusan Final yang dapat dijatuhkan oleh Pengadilan
diantaranya:
1. Putusan Bebas, dalam hal ini berarti Terdakwa dinyatakan bebas dari tuntutan
hukum. Berdasarkan Pasal 191 ayat (1) KUHAP putusan bebas terjadi bila
kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan karena tidak terbukti adanya unsur perbuatan melawan hukum yang
2. Putusan Lepas, dalam hal ini berdasarkan Pasal 191 ayat (2) KUHAP Pengadilan
tindak pidana.
3. Putusan Pemidanaan, dalam hal ini berarti Terdakwa secara sah dan meyakinkan
telah terbukti melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, oleh karena
itu Terdakwa dijatuhi hukuman pidana sesuai dengan ancaman pasal pidana yang
46
http://masriadam.blogspot.co.id/2012/08/jenis-putusan-dalam-pengadilan-pidana.html,diakses
Tanggal 5 maret 2019,Pukul 17.30.Wib.
40
BAB III
ANALISA MASALAH
sampai mati. Sebagaimana diatur dalam Pasal 11 KUHP yang menyebutkan bahwa “
pidana mati dijalankan oleh algojo di lempar gantungan dengan menjeratkan tali yang
terkait ditiang gantungan pada leher terpidana kemudian menjatuhkan pada tempat
Tata cara pelaksanaan hukuman mati atau pidana mati sebagaimana diatur dalam
lain setingkat undang-undang diatur dalam UU No. 2/PNPS/1964 tentang Tata Cara
mati, yang dijatuhkan oleh pengadilan di lingkungan peradilan umum atau peradilan
Eksekusi pidana mati dilakukan oleh regu penembak dari Brigade Mobil (Brimob)
yang dibentuk oleh Kepala Kepolisian Daerah di wilayah kedudukan pengadilan yang
47
. R.Soesilo, KUHP beserta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal demi Pasal,Bogor, Penerbit
Politeria, 1996,.hlm 15.
48
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl441/hukuman-mati, 3 April 2016,pukul 8.00 Wib.
49
Ibid
41
menjatuhkan pidana mati. Regu tembak tersebut terdiri dari seorang Bintara, 12 orang
Dalam UU 2/PNPS/1964 itu juga diatur bahwa jika terpidana hamil, maka pelaksanaan
pidana mati baru dapat dilaksanakan 40 hari setelah anaknya dilahirkan ( Pasal 7).50
Pengaturan yang lebih teknis mengenai eksekusi pidana mati diatur dalam Peraturan
Kapolri No. 12 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati (“Perkapolri
12/2010”). Dalam Pasal 1 angka 3 Perkapolri 12/2010 disebutkan antara lain bahwa
hukuman mati/pidana mati adalah salah satu hukuman pokok yang dijatuhkan oleh hakim
pidana mati yang terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut: persiapan; pengorganisasian;
pemberantasan terhadap tindak pidana Narkotika melalui ancaman pidana denda, pidana
penjara, pidana seumur hidup, dan pidana mati. Di samping itu, Undang-Undang Nomor 22
pengobatan dan kesehatan serta mengatur tentang rehabilitasi medis dan sosial. Namun,
kecenderungan yang semakin meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan
korban yang meluas, terutama di kalangan anak anak, remaja, dan generasi muda pada
50
Ibid.
51
Ibid
52
Ibid.
42
umumnya.53
Selain itu, untuk melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan Narkotika dan
mencegah serta memberantas peredaran gelap Narkotika, dalam Undang-Undang ini diatur
juga mengenai Prekursor Narkotika karena Prekursor Narkotika merupakan zat atau bahan
pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika. Dalam
Untuk menimbulkan efek jera terhadap pelaku penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika, diatur mengenai pemberatan sanksi pidana, baik dalam
bentuk pidana minimum khusus, pidana penjara 20 (dua puluh) tahun, pidana penjara
seumur hidup, maupun pidana mati. Pemberatan pidana tersebut dilakukan dengan
asing terhadap Hakim pengadilan Negeri Tanggerang bahwa dasar pertimbangan hakim
dalam menjatuhkan pidana mati terhadap pelaku tindak pidana narkotika oleh warga
Negara asing adalah berdasarkan aspek yuridis yaitu keterangan saksi, keterangan ahli,
keterangan terdakwa, dan barang bukti . Aspek non yuridis dipergunakan untuk
membawa narkotika dari negaranya sehingga berpotensi merusak kehidupan seluruh warga
53
.Rahmat Illahi Besri, Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Dalam Perspektif Hukum Pidana,
Makalah. 2011
54
.Ibid
43
Negara Indonesia dan hal yang meringankan terdakwa yaitu terdakwa baru pertama kali
melakukan tindak pidana dan terdakwa juga menyesali atas perbuatan yang dia lakukan.55
Selain itu juga hakim dalam memutus mengacu pada teori retributive (teori absolut
atau teori pembalasan).Penjatuhan pidana mati dilihat dari segi masyarakat sudah
memenuhi rasa keadilan karena narkotika yang dibawa oleh terdakwa adalah narkotika
golongan 1 seberat 6500 gram dan berpotensi merusak generasi bangsa sehingga
penjatuhan pidana mati layak dijatuhkan untuk terdakwa, tetapi bagi terdakwa pidana mati
belum memenuhi rasa keadilan. Terdakwa merupakan kurir serta peran terdakwa cukup
ringan dibandingkan dengan Bandar narkotika selain itu terdakwa baru pertama kali
Tindak pidana narkotika sangat merugikan dan merupakan bahaya yang sangat
besar bagi kehidupan manusia, masyarakat, bangsa, dan negara serta ketahanan nasional
Indonesia. Oleh karena itu penjatuhan pidana mati terhadap tindak pidana narkotika
dimaksudkan untuk memberikan efek jera bagi para pelaku tindak pidana narkotika dan
pidana mati bertujuan untuk mewujudkan tujuan hukum yaitu keadilan, kemanfaatan dan
kepastian hukum.57
yang cukup luas dan merusak generasi muda pewaris bangsa. Dampak dari penyalahgunaan
narkotika adalah berujung dengan kematian yang disebabkan oleh over dosis, perkelahian
55
Destry Fianica, Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Piidana Mati Terhadap
Pelaku Tindak Pidana Narkotika Warga Negara Asing (Studi Putusan MA Nomor:1599
K/Pid.Sus/2012). Fakultas Hukum, Universitas Lampung. 2015
56
Ibid
57
http://e-journal.uajy.ac.id/4962/1/JURNAL%20SKRIPSI.pdf, Diakses tanggal 9 April 2019,pukul
10.00 wib.
44
ataupun kecelakaan lalu lintas. Dengan pidana mati maka akan menghentikan jaringan
narkotika dan dampak dengan di pidana matinya pengedar narkotika akan menyelamatkan
anak bangsa. Lebih baik menghilangkan satu nyawa bila dapat menyelamatkan ratusan
jiwa.58
narkotika agar pelaku peredaran gelap narkotika tidak mempengaruhi tahanan lain yang
tingkat kejahatannya masih rendah dan tidak dihukum seumur hidup untuk dapat
meneruskan kejahatannya atau dapat juga apabila pelaku memiliki jaringan melakukan
perekrutan dari dalam tahanan, serta mencegah adanya pengaturan peredaran gelap
narkotika, pidana mati juga diharapkan dapat mencegah adanya regenerasi baik dari dalam
maupun dari luar lembaga pemasyarakatan. Hakim mempertimbangkan bahwa pidana mati
yang dijatuhkan terhadap pelaku peredaran gelap narkotika dapat menjadi pelajaran bagi
orang lain supaya berpikir dua kali untuk melakukan dan membantu peredaran gelap
narkotika.59
Pidana mati merupakan salah satu jenis hukuman yang diatur di dalam Pasal 10 Kitab
Undang-undang Hukum Pidana. Pidana mati merupakan hukuman paling berat, yang
merampas kebebasan hak atas hidup seseorang. Dalam hal penerapan hukuman mati ini,
baik di Indonesia maupun negara-negara di dunia masih banyak terdapat pendapat yang pro
dan kontra. pidana mati tidak bertentangan dengan Hak Asasi Manusia karena pada intinya
58
Ibid
59
Ibid
45
pidana mati dapat dilaksanakan dengan kualifikasi kejahatan karena di dalam Pasal 28A
sampai dengan Pasal 28I UUD 1945 tunduk pada pembatasan yang diatur dalam Pasal 28J
hakim di dalam penjatuhan pidana mati terhadap kasus ini telah terpenuhi, dimulai dari
3.2. Pendapat pro dan kontra orang terhadap hukuman mati pelaku tindak pidana
Narkotika.
Jika seorang hakim menjatuhkan putusan, maka ia akan selalu berusaha agar
putusannya seberapa mungkin dapat diterima masyarakat, setidak –tidaknya berusaha agar
lingkungan orang yang akan dapat menerima putusannya seluas mungkin. Hakim akan
merasa lebih lega manakala putusannya dapat memberikan kepuasaan pada semua pihak
masyarakat luas. Bisa saja sebuah putusan dianggap tidak adil dan dianggap senuansa
dengan koruptif dan kolutif. Secara umum anggapan itu sah-sah saja , setidaknya ada alasan
dari masyarakat yaitu telah hampir hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga
Pengadilan, terutama hakim. Oleh karena seorang hakim dalam memutus suatu perkara
60
. I Ketut Eka Saputra, dkk, Pro Dan Kontra Pidana Mati Terhadap Pelaku Tindak Pidana
Narkotika ( Study Kasus Di Pengadilan Negeri Denpasar ), Universitas Udayana, Bali. 2016
61
.www. seach.ask.com/web?/dis & q = pertimbangan –hakim- menjatuhkan –pidana-penjara-terhadap
pengguna-narkotika, diakses 23 April 2016, Pukul. 12 WIB
46
(keadilan), seorang hakim harus membuat keputusan-keputusan yang adil dan bijaksana
Pro dan kontra pidana mati memberikan pendapat yang berbeda-beda. Ada pembela
pidana mati yang mengatakan pidana mati itu perlu untuk menjerakan dan menakutkan
penjahat. Yang menentang pidana mati antara lain mengatakan bahwa pidana mati dapat
menyebabkan ketidak adalan, tidak efektif sebagai penjera karena sering kejahatan
dilakukan karena panas hati dan emosi yang diatur diluar jangkauan kontrol manusia.63
tulisannya mengenai sikap pro dan kontra penjatuhan pidaana mati di Mesir dan Lebanon
antara lain mengatakan bahwa pidana penjara seumur hidup adalah lebih kejam karena
penderitaan yang dijatuhi pidana ini adalah lebih hebat dari pada penderitaan orang yang
dalam sekejap mata pindah ke alam baqa. Selain itu pidana penjara seumur hidup dianggap
efektif. Dalam hubungan ini mereka menunjukan kejahatan, bahwa diberbagai negara
yang sudah terlanjur mengahapus kan pidana mati dari Kitab Undang _undang Hukum
Alasan yang pro terhadap pidana mati antara lain dikemukakan oleh De Bussy yang
membela adanya pidana mati di Indonesia dengn mengatakn bahwa di Indonesia terdapat
62
Ibid,
63
.Kumpulan berbagai makalah. Blogspot.co.id/2013/10/makalah penjatuhan pidana mati bagi.html,
diakses 20 April 2019, Pukul 9 WIB
64
. Andi Hamzah dan Sumangilepu, Ancaaman Pidana Mati di Indonesia di Masa Lalu dan Masa
Depan, Ghalia Indonesia, Jakarta
47
suatu keadaan yang khusus. Bahaya terhadap gangguan ketertiban hukum di Indonesia
adalah lebih besar . Hazewinkel Suringa berpendapat bahwa pidana adalah suatu alat
pembersih radikal yang ada pada setiap masa revolusioner dapat dipergunakan . Van Veen
menganggap pidana mati sebagai alat pertahanan bagi masyarakat yang sangat berbahaya
dan juga pidana mati dapat dan boleh dipergunakan sebagai alat demikian. 65
namun dengan memandang asas legalitas yang diterapkan di Indonesia, maka dalam
sebagaimana diatur dalam Pasal 127 UU Narkotika. Bila pengguna narkotika dianggap
pelaku kejahatan , maka yang menjadi pertanyaan siapa yang menjadi korban dari
kejahatan yang dilakukan oleh pengguna narkotika, karena dalam hukum pidana dikenal
“tidak ada kejahatan tanpa korban”, menurut Ezzat Abdul Fateh yang menjadi korban
karena dirinya sendiri, menurut Stephen schafer adalah mereka yang menjadi korban
Edaran No. 04 Tahun 2010 tentang penetapan penyalahgunaan, korban penyalagunaan, dan
pecandu narkotika kedalam lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial, dimana
a. Terdakwa pada saat ditanggkap oleh penyidik Polri atau BNN dalam kondisi
tertangkap tangan.
65
.Ibid.
66
.http://www.slideshere.net/adeblonde/kedudukan-hukum-pengguna –narkotika, diakses 25 April
2019, Pukul 14 WIB
67
. Ibid,
48
b. Pada saat tertangkap tangan sesuai butir a diatas ditemukan barang bukti pemakaian
1 (satu) hari.
penyidik.
d. Perlu surat keterangan dari dokter jiwa/psikiater pemerintah yang ditunjuk oleh
hakim.
e. Tidak dapat terbukti yang bersangkutan terlibat dalam peredaran gelap nerkotika.
sekaligus sebagai korban maka masa menjalani pengobaatan dan/atau perawatan bagi
masa pengobatan dan perawatan ditentukan oleh para ahli. Namun surat edaran MA RI
tersebut akan sulit di implementasikan bila aparat penegak hukum lainya (Penyidik,
penuntut umum) tidak memiliki pola pandang yang sama terhadap pengguna narkotika.
Oleh karena SEMA tersebut tidak dapat mengintervensi aparat penegak hukum lainya
(penyidik dan penuntut umum) pelaksanaan surat edaran MA tidak akan mungkin dapat
68
. Ibid,
49
- Pihak penuntut umum tidak mau menerima ahli yang dimintakan oleh hakim untuk
rehabilitasi.
Indonesia saat ini sudah dianggap memasuki tahap yang sangat mengkhawatirkan
dalam penanganan proses hukumnya, baik para penyidik maupun penuntut lebih banyak
menggunakan pendekatan kriminal dari pada pendekatan kesehatan yang sebenarnya juga
sangat diperlukan sebagai bagian pencegahan. Hal ini harus diubah karena beberapa
payung hukum untuk melakukan rehabilitasi sudah diterbitkan seperti Pasal 54 UU No. 35
Tahun 2009 tentang narkotika, Pasal 13 PP Nomor. 25 Tahun 2011, Surat Edaran Jaksa
Agung Muda Tindak Pidana Umum prihal tuntutan rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial serta Surat Edaran Mahkama Agung No. 3 Tahun 2011 tanggal 29 Juli 2011 tentang
rehabilitasi. Namun ini belum tersosialisasi dengan baik, sehingga khususnya Jaksa enggan
69
.http://news.detik.com/read/2012/12/19/130624/2122336/10/terpidana kasus penggunan narkoba
juga harus direhabilitasi, diakses 28 April 2019, Pukul. 11 WIB.
50
untuk menuntut rehabilitasi terhadap pengguna narkotika menurut Jaksa Muda Bidang
Pengawasan Marwan Effendy. Sementara itu Ketua Muda Bidang Tindak Pidana Khusus
Djoko Sarwoko, menyatakan payung hukum tentang rehabilitasi bagi para pengguna
narkotika ini juga diawasi, jangan sampai para penegak hukum menggunakan payung ini
sebagai celah untuk meloloskan bandar besar narkotika “ Jangan sampai Surat Edaran MA
disalah gunakan hakim, masih banyak hakim yang menjadi bagian dari masalah, begitu
juga dengan penyidik maupun penuntut masih banyak yang menjadi bagian dari masalah”
terang Djoko. 70
melakukan narkotika. Akan lebih bijak kalau hakim justru menekankan pada hal-hal
yang meringankan seperti yang terumus dalam putusan, sebagai dasar hakim untuk
memberikan reaksi yang bukan sanksi pidana tetapi berupa pemberian hak rehabilitasi.71
Adapun deteksi dini penyalahgunaan narkoba bukanlah hal yang mudah tapi sangat
penting artinya untuk mencegah berlanjutnya masalah tersebut, maka ada beberapa hal
Kelompok risiko tinggi adalah orang yang belum menjadi pemakai atau terlibat
dalam penggunaan narkoba tetapi mempunyai risiko untuk terlibat dalam penyalahgunaan
70
. Ibid,
71
. http://eprints.unsri.ac.id/608/wicome to eprints Sriwijaya University-UNSRI Online Institution,
diakses 30 April 2019, Pukul 8 WIB
72
Ibid
51
narkoba. Mereka disebut juga Potential User (calon pemakai,golongan rentan). Sekalipun
tidak mudah untuk mengenalinya, namun seseorang dengan ciri tertentu (kelompok risiko
a. Anak.
Ciri-ciri pada anak yang mempunyai risiko tinggi menyalahgunakan narkoba antara
lain adalah anak sulit memusatkan perhatian pada suatu kegiatan tidak tekun, anak yang
sering sakit, anak yang mudah kecewa, anak yang mudah murung, anak yang sudah
merokok sejak sekolah dasar, anak sering berbohong mencari atau melawan tatatertib, anak
b. Remaja.
remaja yang mempunyai rasa rendah diri,kurang percaya diri dan mempunyai citra diri
negatif, remaja yang mempunyai sifat sangat tidak sabar, remaja yang diliputi rasa sedih
(depresi) atau cemas (ansietas), remaja yang cenderung melakukan sesuatu yang
mengandung risiko tinggi atau bahaya, remaja yang cenderung memberontak, remaja yang
tidak mau mengikuti peraturan atau tata nilai yang berlaku, remaja yang kurang taat
beragama, remaja yang berkawan dengan penyalahgunaan narkoba, remaja yang motivasi
belajar rendah, remaja yang tidak suka kegiatan ekstrakurikuler, remaja dengan hambatan
suka menyendir, kurang bergaul dengan lawan jenis), remaja yang mudah menjadi bosan,
c. Keluarga.
Ciri-ciri keluarga yang mempunyai risiko tinggi antara lain adalah orang tua kurang
komunikatif dengan anak, orang tua yang terlalu mengatur anak, orang tua yang terlalu
menuntut anaknya secara berlebihan agar berprestasi diluar kemampuannya, orang tua yang
kurang harmonis, sering bertengkar, orang tua berselingkuh, atau ayah menikah lagi, orang
tua yang tidak dapat menjadikan dirinya teladan, orang tua yang tidak memiliki standar
norma baik-buruk atau benar-salah yang jelas, orang tua menjadi penyalahgunaan narkoba.
undang tersebut tidak mengatur secara jelas hak rehabilitasi bagi pengguna
penyalahgunaan narkotika yang termasuk dalam klasifikasi sebagai pemula atau pemakai.
Istilah ini hanya ada dalam surat Edaran Mahkamah Agung Nomo. 07 Tahun 2009,
sehingga pengguna penyalagunaan narkotika dalam klasifikasi pemula dan pemakai juga
ini menurut Lawrence Meir Friedman menyatakan didalam sistem hukum terdapat tiga
unsur yaitu : Substansi ( subtance), Struktur (Structure), Kultur hukum (legal culture).73
73
. http.//Hukum Tata Negara Indonesia /Blok/2009/08/02/ Problem Penegakan Hukum di
Indonesia,diakses Tanggal 9 mei 2016,pukul 11.00 Wib
53
Dari teori Lawrence Mier Friedman diatas bahwa yang menjadi faktor penghambat
untuk mendapatkan hak rehabilitasi bagi pengguna penyalahgunaan narkotika dapat dilihat
- Subtansi (subtance). Sesuai ketentuan Pasal 103 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang
Nomor. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Klasula diatas secara sepintas bahwa undang-
rehabilitasi baik itu rehabilitasi medis ataupun sosial. Namun bila dicermati lebih dalam
pada klasula diatas dalam kalimat hakim yang memeriksa perkara dapat, ini
menimbulkan suatu penafsiran bahwa hakim mempunyai kekuasaan yang absolut dalam
memutus perkara ,ini berarti dalam memutus perkara hakim dapat dan/atau tidak dapat
terapi atau rehabilitasi terutama bagi pecandu narkotika merupakan solusi terbaik, dalam
Tahun 2009 tentang Narkotika dan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor. 07 Tahun
Nomor. 07 Tahun 2009 pada syarat-syarat untuk mendapatkan rehabilitasi, salah satunya
adalah tidak terdapat bukti bahwa yang bersangkutan merangkap menjadi pengedar atau
produsen gelap narkotika. Pembuktian tidak terlibat pengedar atau bandar narkotika
Sedangkan kasus narkotika kasus yang harus cepat diselesaikan proses peradilannya.
Selanjutnya Kewenangan Hakim Memutus Perkara. Pada Pasal 103 ayat (1) dan ayat (2)
mutlak untuk memvonis seseorang pecandu atau pengguna narkotika untuk direhabilitasi
atau vonis pidana penjara, dalam kenyataannya hakim sulit menjatuhkan vonis
rehabilitasi, tetapi justru memberikan sanksi pidana penjara kepada pecandu atau
b. Rehabilitasi Sosial, adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik
fisik, mental maupun sosial, agar bekas pecandu narkotika dapat kembali
cukup berat bagi produsen dan pengedar, sebagaimana pasal Undang-Undang Nomor. 35
Tahun 2009 tentang Narkotika, antara lain sebagai berikut : Pasal 113, Pasal 118, Pasal
123 .Berdasarkan ketentuan Pasal 113, 118 dan Pasal 123 Undang-Undang Nomor, 35
Tahun 2009 tentang Narkotika bahwa terhadap orang yang menyalagunakan narkotika
dan III dapat diancam hukuman mati, hukuman pidana penjara seumur hidup atau hukuman
pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda .
Pengguna atau korban adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa pengetahuan
2009 menyatakan bahwa narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan
penyalahgunaan narkotika dapat dilihat beberapa ketentuan dan pendapat dari beberapa
Korban, menyatakan bahwa korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik,
mental dan atau/ kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana.
Menurut Mulyadi, bahwa korban (victims) adalah orang –orang yang baik secara
individu maupun kolektif telah menderita kerugian, termasuk kerugian fisik atau mental,
melalui suatu perbuatan atau komisi yang melanggar hukum pidana dimasing-masing
Pasal 1 ayat (1) dan ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor. 3 Tahun 2002 tentang
Restituís, Rehabilitasi dan Pelanggaran HAM , menyatakan bahwa korban adalah orang
perseorangan atau kelompok orang yang mengalami penderitaan, baik fisik, mental,
74
. Muladi, HAM dalam perspektif Sistem Peradilan Pidana, dalam Mulyadi (ed) Hak Asasi Manusia,
Hakikat, Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat, Refika Aditama, Bandung,
2005, Hal. 108
56
perampasan hak-hak dasarnya, sebagai akibat pelanggaran hak asasi manusia yang berat,
Sebagian besar dari nara pidana dan tahanan kasus narkotika adalah termasuk katagori
pemakai atau bahkan sebagai korban. Jika dilihat dari aspek kesehatan mereka
sesungguhnya orang yang menderita sakit. Oleh karena itu memenjarakan yang
permasyarakatan yang ada saat ini tak mendukung serta dampak negatif keterpengaruhan
oleh perilaku kriminal lainnya dapat semakin memperburuk kondisi kejiwaan kesehatan
BAB. IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan.
1. Adapun dasar pertimbangan hakim Menjatuhkan Hukuman Mati Bagi Pelaku Tindak
75
. Badan Narkotika Nasional, Surat Edaran Mahkamah Agung Pemakai Narkotika Perlu Rehabilitasi
Bukan Penjara, Jurnal BNN, Edisi 2 tahun 2009, Jakarta, Hal. 5.
57
luas dan merusak generasi muda pewaris bangsa. Serta bias berujung dengan
kematian yang disebabkan oleh over dosis, perkelahian ataupun kecelakaan lalu
lintas. Dengan pidana mati maka akan menghentikan jaringan narkotika dan dampak
Lebih baik menghilangkan satu nyawa bila dapat menyelamatkan ratusan jiwa.
2. Adapun pendapat pro dan kontra penjatuhan pidana mati seperti di Mesir dan
Lebanon antara lain mengatakan bahwa pidana mati lebih efektif terhadap efek jera
dibandingkan dengan pidana penjara seumur hidup yang lebih kejam karena
penderitaan yang dijatuhi pidana ini adalah lebih hebat dari pada penderitaan
orang yang dalam sekejap mata pindah ke alam baqa. Selain itu pidana penjara
4.2 Saran
1. Hakim sebelum menjatuhkan putusan pidana mati terhadap terdakwa tindak pidana
2. Adanya pro dan kontra terhadp penjatuhan hukuman mati terhadap pelaku tindak
pidana narkotika, diharapkan hakim dapat melihat sisi positif dan mencontoh negara-
negara lain yang telah melaksanakan putusan hukuman mati terhadap pelaku tindak
DAFTAR PUSTAKA
Literatur :
Andi Hamzah,. dan A. Sumangelipu, Pidana Mati Di Indonesia Di Masa Lalu, Kini Dan
Di Masa Depan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003.
59
Badan Narkotika Nasional, Mengenal Penyalahgunaan Narkoba Buku 2A, BNN, Jakarta,
2007.
Badan Narkotika Nasional, Surat Edaran Mahkamah Agung Pemakai Narkotika Perlu
Rehabilitasi Bukan Penjara, Jurnal BNN, Edisi 2 tahun 2009
I Ketut Eka Saputra, dkk, Pro Dan Kontra Pidana Mati Terhadap Pelaku Tindak
Pidana Narkotika ( Study Kasus Di Pengadilan Negeri Denpasar ),
Universitas Udayana, Bali. 2016
OC.Kalingis & Asosiates dari Kompas, Narkoba Dan Peradilannya di Indonesia, PT.
Alumni, Bandung, 2007.
Muladi, HAM dalam perspektif Sistem Peradilan Pidana, dalam Mulyadi (ed) Hak Asasi
Manusia, Hakikat, Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan
Masyarakat, Refika Aditama, Bandung, 2005
60
Nogroho Aji Wijayanto, Permasalahan Narkoba di Sumsel dan Narkoba di Tinjau dari
Aspek Hukum, Makalah Ketua Harian Sumatera selatan, 24 Juli 2007.
Rahmat Illahi Besri, Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Dalam Perspektif Hukum
Pidana, Makalah. 2011
Peraturan Perundang-Undangan :
Sumber-Sumber Lain :
Amir Syarifudin, Rehabilitasi Solusi Bagi Pengguna Narkoba, // httpsitus portal resmi,
diakses 2 Mei 2019
----------------
.