1. Kekuasaan Kehakiman
a. Lingkungan peradilan umum yang terdiri dari Pengadilan Negeri sebagai pengadilan
tingkat pertama dan Pengadilan Tinggi ebagai pengadilan tingkat banding dan pada
tingkat kasasi di MA.
b. Lingkungan peradilan agama terdiri dari Pengadilan Agama sebagai pengadilan tingkat
pertama dan Pengadilan Tinggi Agama sebagai pengadilan tingkat banding dan pada
tingkat kasasi di MA.
c. Lingkungan peradilan militer terdiri dari Mahkamah Militer sebagai pengadilan tingkat
pertama dan Mahkamah Militer Tinggi sebagai pengadilan tingkat banding dan pada
tingkat kasasi di MA.
1
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia (Edisi Revisi), Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2013,
Hlm. 19
2
Yulia, Hukum Acara Perdata, Banda Aceh: Unimal Press, 2018, Hlm. 6
d. Lingkungan peradilan tata usaha negara terdiri dari Pengadilan Tata Usaha Negara
sebagai pengadilan tingkat pertama dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara sebagai
pengadilan tingkat banding dan pada tingkat kasasi di MA.
Susunan persidangan untuk semua pengadilan pada asasnya terjadiri dari majelis yang
sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang hakim (Pasal 11 ayat (2) UU No.48 Tahun 2009).
Selanjutnya di samping itu ada panitera yang bertugas menyelenggarakan administrasi perkara
serta mengikuti semua sidang serta musyawarahpengadilan dengan mencatat secara teliti semua
hal yang dibicarakan (Pasal 58 dan 59 UU No. 2 Tahun 1986). Selanjutnya juga terdapat tugas
yang dinamakan jurusita (deurwaarder) dan jurusita pengganti (Pasal 39 UU No.2 Tahun 1986).
Tugas dari jurusita adalah melaksanakan perintah dari ketua sidang dan menyampaikan
6
Yulia, Op.Cit., Hlm. 9
7
Sudikno, Op.Cit., Hlm. 33
pengumuman-pengumuman, teguran-teguran, pemberitahuan putusan pengadilan, panggilan-
panggilan resmi para tergugat dan penggugat dalam perkara perdata dan para saksi serta
melakukan penyitaan-penyitaan atas perintah hakim.8
Hak menguji (judicial review) sebagai hak hakim untuk menguji undang-undang tidak
dikenal dalam UUD 1945. MA hanya memiliki kewenangan menguji peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang (Pasal 20 ayat 2 UU No.48 Tahun
2009). Sementara yang berwenang menguji undang-undang terhadap UUD dalam tingkat
pertama dan terakhir adalah Mahkamah Konstitusi (Pasal 29 ayat 1 UU No.48 Tahun 2009). MK
juga berwenang memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
UUD, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan hasil pemilihan umum.
2. Kompetensi Pengadilan
Dalam hal mengajukan gugatan ke pengadilan terdapat aspek kompetensi yang harus
diperhatikan. Kompetensi pengadilan diartikan sebagai kewenangan mengadili suatu pengadilan,
yang artinya suatu pengadilan baru dapat memutus suatu perkara apabila perkara tersebut sesuai
dengan kompetensinya atau kewenangannya. Dalam perkara perdata, kompetensi pengadilan
terbagi dalam dua jenis, yaitu kompetensi relatif dan kompetensi absolut. Istilah lain yang
digunakan untuk kompetensi absolut ialah kekuasaan kehakiman atribusi (atributie van
rechtsmacht) dan kekuasaan kehakiman distribusi (distributie van rechtsmacht) untuk
kompetensi relatif.9
Kompetensi absolut ialah kewenangan badan pengadilan dalam memeriksa dan mengadili
jenis perkara tertentu yang didasarkan kepada objek atau materi pokok perkaranya. Atau dalam
kata lain berdasarkan pada pembagian wewenang dan pembebanan tugas (yurisdiksi). Sehingga
perkara tertentu tersebut secara mutlak tidak dapat diperiksa oleh badan pengadilan lain.
Misalnya badan peradilan umum kompetensi absolutnya ialah memeriksa dan mengadili perkara-
perkara pidana dan perdata pada umumnya, sedangkan pengadilan Tata Usaha Negara
berwenang memeriksan dan mengadili sengketa-sengketa berkaitan dengan keputusan Tata
8
Yulia, Op.Cit., Hlm. 10
9
Ibid, Hlm. 8
Usaha Negara.10 Sehingga apabila ditinjau dari aspek kompetensi absolut, maka kewenangan
dilaksanakan oleh beberapa lingkungan peradilan yang terdiri dari:
1. Peradilan Umum
2. Peradilan Agama
3. Peradilan Militer
4. Peradilan Tata Usaha Negara
Mengenai kompetensi absolut pengadilan juga didasarkan oleh beberapa hal sebagai
berikut:
Dalam hal ini kedudukan daerah hukum menjadi penentu batas kompetensi relatif
mengadili bagi setiap Pengadilan Negeri. Meskipun perkara yang disengketakan masuk dalam
yurisdiksi absolut lingkungan peradilan umum dan secara absolut Pengadilan Negeri berwenang
mengadilinya, namun kewenangan absolut itu dibatasi oleh kewenangan mengadili secara relatif,
karena jika perkara yang terjadi di luar daerah hukumnya secara relatif Pengadilan Negeri
tersebut tidak berwenang mengadilinya. Jika pelampauan daerah hukum tersebut terjadi, berarti
Pengadilan Negeri yang bersangkutan melakukan tindakan melampaui batas kewenangannya.
DAFTAR PUSTAKA
12
Yulia, Op.Cit., Hlm. 9