Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ENDOKRIN
DIABETES MELITUS
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Stase KMB
Disusun oleh :
Kelompok 1
LAPORAN PENDAHULUAN
1. DEFINISI
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan
komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Yuliana Elin,
2009 dalan NANDA NIC-NOC, 2015).
2. ETIOLOGI
Pada umumnya diabetes disebabkan karena rusaknya sel-sel beta pulau
lagerhans pada prankreas yang bertugas menghasilkan insulin. Oleh karena
itu terjadilah kekurangan insulin.
3. PATOFISIOLOGI (PATHWAYS)
Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh
proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang
tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan
tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin
pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan.Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk
mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan
jumlah insulin yang disekresikan.
4. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis DM berkaitan dengan konsekuensi metabolic defisiensi
insulin (Nurarif,Amin & Kusuma, Hardhi 2015) :
1. Kadar glukosa puasa insulin tidak normal
2. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi diaresis
osmotic yang berkaitan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus
(polipdipsia)
3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang
4. Lelah dan mengantuk
5. Kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi, peruritas vulva
5. KLASIFIKASI
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s
Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus,
menjabarkan 4 kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-
sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan
oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar
gula darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes
Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II.
Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin
(resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin.
Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar
glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan
insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol
hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari
30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat,
infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan
karakteristik gangguan endokrin.
4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.
6. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
a) Kondisi hiperglikemia
Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing,
dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.
b) Kondisi hipoglikemia
Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa
lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi,
penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo,
perubahan emosional, penurunan kesadaran.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-
gatal pada kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh,
kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping
itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia, mual dan
muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut,
kram otot, gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala,
kesulitan orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain
5. Riwayat pengobatan
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana
penanganannya, mendapat terapiinsulin jenis apa, bagaimana !ara
minum obatnya, apakah teratur atau tdak, apasaja yang dilakukan
klien untuk menanggulangi penyakitnya.
6. Riwayat alergi
Adanya Riwayat alergi pada obat atau makanan
7. Riwayat pembedahan
Beberapa pasien mengalami Riwayat pembedahan salah
satunya riwayat pembedahan gangrene.
7. PEMERIKSAAN FISIK
a. System endokrin
Gejala : terdapat ulkus
b. System perkemihan
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa
nyeri terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen,
diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah.
c. System Neuronsensori
Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parastesia, gangguan penglihatan.
Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma,
gangguan memori, refleks tendon menurun, kejang.
d. Sistem Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD
postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
e. Sistem Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa
sputum
Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
f. System Muskuloskeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada
kaki, reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada
tungkai.
g. System Intergumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor
jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak),
kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Kadar glukosa darah
Tabel : kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode
enzimatik sebagai patokan penyaring.
Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl)
Kadar glukosa darah DM Belum pasti DM
sewaktu
Plasma vena >200 100-200
Darah kapiler >200 80-100
Kadar glukosa darah puasa (mg/dl)
Kadar glukosa darah DM Belum pasti DM
sewaktu
Plasma vena >120 110-120
Darah kapiler >110 90-110
2. Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, terdiagnostik, tes
pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.
3. Tes saring
Tes-tes saring DM adalah
a) GDS, GDS
b) Tes Glukosa urin
4. Tes untuk mendeteksi komplikasi
a) Mikroalbumiria : urin
b) Ureum, kreatinin, asam urat
c) Kolestrol total
d) Kolestrol HDL
e) Trigliserida
6. PENATALAKSANAAN KLINIS
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi
hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima
komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
1) Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita
b. Mengarahkan pada berat badan normal
c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
e. Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
a. Jumlah sesuai kebutuhan
b. Jadwal diet ketat
c. Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3
J yaitu:
a. jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah
b. jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
c. jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh
status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan
menghitung Percentage of Relative Body Weight (BBR = berat badan
normal) dengan rumus :
1. Kurus (underweight) BBR < 90 %
2. Normal (ideal) BBR 90% - 110%
3. Gemuk (overweight) BBR > 110%
4. Obesitas apabila BBR > 120%
§ Obesitas ringan BBR 120 % - 130%
§ Obesitas sedang BBR 130% - 140%
§ Obesitas berat BBR 140% - 200%
§ Morbid BBR >200 %
2) Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM,
adalah :
Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada
penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor
insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.
Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru.
Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
3) Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan
kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara
atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi
kelompok, dan sebagainya.
No Merek Dagang Nama Generik Dosis Sediaan Rute Dosis Aman Indikasi Efek Samping
1. Metformin Antidiabetes Dosis dapat Oral Sehari 2 x 500 mg atau Terapi awal untuk diabetes Obat ini tidak boleh diberikan
HCL 500 mg -biguanid ditingkatkan 2 x 850 mg. dewasa dengan keadaan kepada pasien dengan kondisi:
mg sesuai dengan Bersamaan dengan kelebihan berat badan Penyakit ginjal dengan kadar
respon pasien. makan atau sesudah serta kadar gula darah kreatinin serum lebih dari 1.5
Dosis makan dalam dosis yang tidak dapat mg/dL (pria) dan lebih dari 1.4
maksimal 3000 terbagi dikendalikan hanya mg/dL (wanita). Infark miokard
mg/hari dalam dengan diet saja. Terapi akut, septikemia, gagal jantung
3 dosis terbagi. kombinasi untuk kongestif. Penyakit hati kronik,
Dosis kegagalan terapi alkoholik, hipoksia. Asidosis
pemeliharaan: Sulfonilurea primer atau metabolik akut atau kronik atau
Sehari 2 x 850 sekunder. Terapi tambahan memiliki riwayat asidosis laktat,
mg. pada insulin-dependent termasuk ketoasidosis dibetes
diabetes mellitus (IDDM) dengan atau tanpa disertai koma.
atau diabetes tipe 1 untuk Wanta hamil dan/atau menyusui.
mengurangi dosis insulin.
2 Gliclazide Sulfonilurea 20 mg Otral Dewasa : 1 mg per hari. Obat dalam kategori ini Mual atau muntah, Sakit perut,
Dosis dapat dikontraindikasikan pada Sembelit,Diare,Hilang nafsu
ditingkatkan dalam wanita yang sedang atau makan, Peningkatan berat badan.
interval 1–2 minggu memiliki kemungkinan
untuk hamil.
3 glibenclamide Sulfonilurea Oral Dosis awal Obat hanya boleh Berat badan meningkat, Mual,
glibenclamide adalah digunakan jika besarnya Sensasi terbakar di dada, Perut
2,5–5 mg per hari. manfaat yang diharapkan terasa penuh.
Dosis bisa ditingkatkan melebihi besarnya risiko
setiap minggu sampai terhadap janin.Belum
dosis maksimal 20 mg diketahui apakah
per hari. Untuk dosis glibenclamide dapat
yang lebih dari 10 mg terserap ke dalam ASI atau
per hari, glibenclamide tidak. Bila Anda sedang
bisa dikonsumsi 2 kali menyusui, jangan
sehari. menggunakan obat ini
tanpa berkonsultasi dulu
dengan dokter.
4. Rosiglit Glitazone 2 mg; 4 mg; 8 Oral Dosis awal: 4 mg iasanya digunakan dengan gejala flu seperti hidung
azone mg. diminum 1 kali sehari. makanan dan program mampet, bersin, sakit tenggorokan,
olahraga untuk mengontrol sakit kepala, sakit punggung
Dosis penyesuaian: jika gula darah tinggi pada
respon belum cukup pasien diabetes tipe 2.
selama 8-12 minggu,
naikkan dosis menjadi 8 Rosiglitazone bekerja
mg 1 kali sehari. menyeimbangkan tubuh
untuk merespon insulin,
Dosis maksimal: 8 mg sehingga dapat
per hari., Belum ada menurunkan kadar gula
ketentuan dosis obat ini dalam darah. Mengontrol
untuk anak-anak. Obat kadar gula tinggi dapat
ini bisa saja berbahaya mencegah kerusakan
bagi anak-anak (di ginjal, kebutaan, masalah
bawah 18 tahun). sistem saraf, kehilangan
organ tubuh, dan masalah
fungsi organ seks. Kontrol
pada diabetes mungkin
akan mengurangi risiko
serangan jantung atau
stroke.
6. . Prandin Meglitinide 500 mg Oral Awal, 500 mcg, diabetes mellitus tipe 2 nyeri perut, diare, konstipasi, mual,
(neksanorm, diberikan 30 menit (tunggal atau muntah, hipoglikemia (jarang
novorm). sebelum makan (1 mg dikombinasikan dengan terjadi), reaksi hipersensitifitas
jika mendapat obat metformin jika metformin termasuk pruritus, kemerahan,
hipoglikemik oral lain) tunggal tidak tepat). vaskulitis, urtikaria dan gangguan
disesuaikan dengan penglihatan.
respons pada interval 1-
2 minggu, sampai 4 mg
diberikan dosis tunggal,
dosis maksimal 16 mg
sehari, anak, remaja
dibawah 18 tahun dan
lanjut usia diatas 75
tahun tidak dianjurkan.
7. Starlix Meglitinide 120 mg Oral Dewasa: 3 x sehari 60 Obat ini mengandung Efek samping yang mungkin terjadi
atau 120 mg. Maksimal: Nateglinide yang selama pengunaan Starlix, antara
3 x sehari 180 mg. diindikasikan untuk terapi lain hipoglikemia, infeksi saluran
diabetes melitus tipe 2. pernapasan atas, nyeri punggung,
Nateglinide merupakan gejala mirip flu, pusing, diare,
suatu agen hipoglikemik trauma tak disengaja, bronkitis,
nonsulfonylurea yang batuk.
menstimulasi pelepasan
insulin dari sel-sel β
pankreas dengan
menghalangi saluran K
yang bergantung pada
ATP (energi),
mendepolarisasi membran
dan memfasilitasi
pemasukan Ca melalui
saluran Ca. Mekanisme
kerja ini tergantung pada
jumlah kadar glukosa yang
ada.
8. Inhibitor 100-200 mg Oral dosis awal acarbose Meningkatkan Perut kembung
Alpha- bagi penderita diabetes risiko efek samping Sering buang angin
Acarbose glucosidase tipe 2 adalah 50 mg per acarbose, jika Nyeri lambung
hari. Selanjutnya, dosis digunakan Diare
dapat ditingkatkan dengan cholestyra Gangguan fungsi hati
menjadi 50 mg, 3 kali mine dan Mual dan muntah
sehari. Jika tubuh neomycin.
penderita merespons Meningkatkan
pengobatan dengan baik risiko hipoglikemia
maka dalam rentang jika digunakan
waktu minimal 6-8 bersama dengan
minggu, dosis bisa obat antidiabetes
ditingkatkan menjadi lain,
100-200 mg, 3 kali seperti glibenklami
sehari d.
Mengurangi
efektivitas
acarbose jika
digunakan bersama
dengan obat
adsorben saluran
pencernaan, seperti
karbon aktif
(charcoal)
atau obat
digestan (amilase
dan pancreatin).
Menghambat
penyerapan digoxi
n.
9. Vildagl Inhibitor DPP- 500 mg Oral Dosis 50 mg bila obat antidiabetes hipoglikemia
iptin 4 digunakan dengan golongan inhibitor
tremor
metformin atau dipeptidyl
thiazolidinedione atau peptidase-4 (DPP- sakit kepala
50 mg sekali sehari di 4) yang bersifat
pusing
pagi hari ketika selektif dan poten,
digunakan dengan sehingga dapat kelelahan
sulfonilurea. Tidak meningkatkan
mual
dianjurkan untuk kontrol glikemik
menggunakan> 100 pada diabetes
mg / hari. mellitus tipe 2
dengan baik.
Inhibitor DPP-4
menghambat
degradasi glucagon
like peptide 1
(GLP-1) endogen
dan glucose
dependent
insulinotropic
peptide (GIP).
DPP-4 inhibitor
juga meningkatkan
respons sel α dan
sel β terhadap
glukosa.
10. Canagli SGLT2- 5 dan 10 mg Oral Obat-obat ini diberikan SGLT2 adalah transporter Peringatan termasuk hipotensi,
flozin Inhibitor secara oral sekali dalam tubulus ginjal ketoasidosis, gangguan ginjal,
sehari. Dosis awal proksimal yang menyerap urosepsis dan pielonefritis,
canagliflozin, kembali glukosa dari hipoglikemia dengan insulin atau
dapagliflozin, dan lumen tubular. Dengan insulin secretagogues, infeksi
empagliflozin adalah menghambat reabsorpsi mikotik genital, dan peningkatan
100 mg, 5 mg, dan 10 glukosa, glukosa lipoprotein kolesterol low-density
mg sehari, masing- diekskresikan dalam urin (2,9% -8,0%).
masing. dan glukosa plasma
diturunkan. Inhibitor SGLT2 juga dapat
Dosis dapat menyebabkan infeksi genitourinari
ditingkatkan sampai dan peningkatan buang air kecil
300 mg, 10 mg, dan 25 karena peningkatan ekskresi
mg setiap hari jika glukosa.
tujuan terglikasi
hemoglobin (A1C)
tidak tercapai.
Canagliflozin harus
diberikan sebelum
makan pada pertama
hari; dapagliflozin dan
empagliflozin harus
diberikan di pagi hari,
tapi tanpa
memperhatikan
makanan. Pengurangan
dosis atau penghentian
mungkin diperlukan
pada pasien dengan
gangguan ginjal atau
hati.
11 Insulin Preparat 180 mg/dl Suntik Dewasa: Dosis akan Insulin suntik adalah
Efek samping insulin suntik
insulin disesuaikan oleh jenis obat yang
yang umumnya terjadi adalah:
sesuai kebutuhan digunakan untuk
dan kadar gula darah memenuhi kebutuhan
Kadar kalium di dalam
pasien. pasokan insulin yang
darah menurun, yang
dibutuhkan oleh
ditandai dengan
Dosis suntik diberikan penderita diabetes.
berkeringat, pucat,
rata-rata 6 Unit per Insulin merupakan
merasa lapar, jantung
jam, dosis hormon yang bertugas
berdebar, dan pusing.
digandakan dua atau membantu mengolah
Pembengkakan,
empat kali lipat jika gula yang telah diserap
kemerahan, dan gatal di
kadar gula darah tubuh agar menjadi
bagian tubuh yang
tidak juga turun ke energi. Insulin juga disuntikkan.
angka 180 berperan dalam
mg/dL.Anak-anak: In menyimpan cadangan
fus awal yang energi yang nantinya
diberikan rata-rata bisa digunakan jika
0,1 unit/kgBB per jam suatu saat dibutuhkan
hingga gula darah oleh tubuh.
turun ke angka 180
mg/dL.
12
13
A. KEPERAWATAN
a. Diet
Kalori yang di rekomendasikan oleh penderita diabetes 50-60 % kalori yang berasal dari ; Karbohidrat 60-70%,
protein 12-20%, lemak 20-30%.
b. Latihan fisik ringan
Latihan dengan cara melawan tahanan dapat menambah laju metabolisme, dapat menurunkan BB, melapas stress, dan
menyegarkan tubuh. Hindari latihan yang beresiko menimbulkan trauma ekstermitas bawah, hindari latihan dalam udara
yang sangat panas/ dingin, serta pada saat metbolisme buruk. bisa juga latihan yang dilakukan adalah senam diabetes.
c. Edukasi
Pendidikan kesehatan mengenai pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri, dna pemantauan nutris
2. ANALISA DATA
N
Data Etiologi Masalah Keperawatan
O
1 DS: Hiperglikemia Defisit nutrisi
- cepat kenyang
setelah makanan Batas melebihi ambang ginjal
- kram/ nyeri
abdomen glukosuria
- nafsu makn menurun
DO: kehilangan kalori
hiperaktif.
- otot pengunyah pusat lapar dan haus
lemah.
polidipsia, polipagia
- otot menelan lemah.
- membrane mukosa
Defisit nutrisi
pucat.
- serum albumin
turun.
- rambut rontok
berlebih.
- diare
2 DS: Hiperglikemia Perfusi perifer tidak efektif
- Nyeri ekstermitas
- Prastesia Vikositas darah meningkat
DO:
- Nadi kapiler >3
detik Aliran darah lambat
- Nadi perifer
menurun atau tidak Iskemik jaringan
teraba.
- Akral teraba dingin Perfusi perifer tidak efektif
- Kerusakan jaringan
atau kerusakan kulit. Klien tidak merasa sakit
Nekrosis luka
Gangrene
Glukosuria
Diaresis osmotik
Poliuria-retensi urine
Dehidrasi
Resiko syok
5 Hiperglikemia Resiko ketidak
seimbangan eletrolit
Batas melebihi ambang ginjal
Glukosuria
Diaresis osmotik
Poliuria-retensi urine
meningkat
- Nadi teraba lemah Dehidrasi
- Tekanan darah
menurn Hipovolemi
- Tekanan nadi
menyempit
- Turgor kuliot
menurun
- Membrane mukosa
kering
- Volume urine
menurun
- Hematrokit
meningkat
- Pengisian vena
menurun
- Status mental
berubah
- Suhu tubuh
meningkat
- Konsentrasi uruine
meningkat
- Berat badan turun
tiba-tiba
7 DS: DM Tipe 1/2 Intoleransi aktifitas
- Mengeluh Lelah
- Dispnea saat/ setelah Gkukosa intrasel menurun
aktifitas
- Merasa tidak Pembentukan ATP terganggu
nyaman setelah
aktivitas Lemah
- Merasa lemah
DO: Intoleransi aktivitas
- Frekuensi jantung
meningkat >20%
dari kondisi istirahat
- Tekanan darah
berubah >20% dari
kondisi istirahat
- Gambaran EKG
menunjukan aritma
saat/setelah aktivitas
- Gambaran EKG
menunjukan iskemia
- Sianosis
3. DIAGNOSIS KEPERAWATAN PRIORITAS
1. Defisit nutrisi b.d gangguan keseimbangan insulin d.d DS/DO
2. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan sirkulasi darah ke perifer, proses penyakit DM d.d DS/DO
3. Gangguan integritas kulit b.d nekrosis kerusakan jaringan (nekrosis luka gangrene) d.d DS/DO
4. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d gejala dehidrasi d.d DS/DO
5. Resiko syok b.d ketidakmampuan elektrolit kedalam tubuh, hipovolemia d.d DS/DO
6. Hipovolemi b.d kehilangan cairan elektrolit lewat urine d.d DS/DO
7. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d,d DS/DO
Teurapeutik
Dukungan kepatuhan
pengobatan
Edukasi
Kolaborasi
Terapi intravena
Terpaetik
Menjelaskan dan memohon
persetujuan mengenai pemasangan
katerisasi
Kolaborasi
Terapi intravena
Intervensi pendukung
Observasi
Identifikasi resiko
Pemantauan cairan
Terapeutik
Manajemen elektrolit
Edukasi
Manajemen cairan
Kolaborasi
Manajemen elektrolit :
hipovolemia
Manajemen cairan
Edukasi
Kolborasi
Manajemen hipovolemia
Terapi intravena
Terapi oksigen
DAFTAR PUSTAKA
1. Falah, Asri Nurul. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. S dengan Gangguan Pemenuhan Dasar Ciran dan
NutrisiPatologi Sistem Endokrin : diabetes Melitus Tipe II di Paviliun Melati Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
Jakarta: Univeritas Muahmmadiyah .
2. Febrianto, Eko. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Tn. L Dengan Kasus Diabetes Melitus Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Aktivitas di Ruang Melati RSUD Kota Kediri. Kendari: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
3. Wijayanti, Dhea Imas(2016). Laporan Pendahuluan diabetes mellitus di ruang Mawar RSUD Prof. Dr.Margono Soekarjo.
Semarang: Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan.
4. Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi . (2015). APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN DIAGNOSA
MEDIS NANDA (NORT AMERICAN NURSING DIAGNOSA ASSOCIATION) NIC-NOC. In JILID 1. Jogjakarta:
Mediaction Jogja.Raharjo, Muji. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN NY. N DENGAN DIABETES MELITUS DI
RUANG KIRANA RUMAH SAKIT. Yogyakarta: Politeknik Kesehatan .