HOME
BLOG
TECHNOLOGY
BUSSINESS
HEALTHY
GALLERY
LIFESTYLE
MUSIC
DROPDOWN
DROPDOWN
Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Militus (DM) - Hallo sahabat askep, Pada Artikel yang anda
baca kali ini dengan judul Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Militus (DM), kami telah
mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-
mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Baca juga
BAB I
PENDAHULUAN
Pola hidup masyarakat yang cenderung semakin meningkat, berbagai macam penyakit semakin dikenal
oleh masyarakat. Salah satu diantaranya adalah apa yang dinamakan diabetes mellitus atau yang lebih
dikenal masyarakat dengan kencing manis (Rahmatsyah Lubis, 11 Juli 2006). Meningkatnya prevalensi
diabetes mellitus di beberapa negara berkembang karena peningkatan kemakmuran di negara yang
bersangkutan, akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya
hidup terutama di kota-kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit ganeratif, seperti
penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus dan lain-lain (Suyono, 2003: 573).
Diabetes mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai macam komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, yang disertai lesi pada membrane basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop electron (Mansjoer arief, 2001: 580). Penyakit diabetes mellitus
merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius. Menurut
data organisasi kesehatan dunia (WHO),
Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah
India, Cina dan Amerika Serikat (www.Diabetes Mellitus News.com). Dengan prevalensi 8,4 % dari total
penduduk, diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 4,5 juta pengidap diabetes mellitus dan pada tahun
2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta penderita. Berdasarkan data Departemen Kesehatan
jumlah pasien Diabetes Mellitus rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan
pertama dari seluruh penyakit endokrin dan 4 % wanita hamil menderita Diabetes Mellitus Gestasional
(www.depkes.go.id).
1.2 TUJUAN
2. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus
Pada Karya Tulis ini penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari : Latar Belakang, Tujuan, Rumusan Masalah, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.
Pada Bab ini membahas tentang beberapa permasalahan yang disampaikan pada Sub-bab
permasalahan.
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sebagai organ, pankreas memiliki dua fungsi yang penting, yaitu fungsi eksokrin yang memegang
peranan penting dalam fungsi pencernaan, dan fungsi endokrin yang menghasilkan hormon insulin,
glukagon, somastatin dan pankreatik polipeptida. Fungsi endokrin adalah untuk mengatur berbagai
aspek metabolisme bahan makanan yang terdiri dari karbohidrat, lemak dan protein. Komponen
endokrin pankreas terdiri dari kurang lebih 0,7 sampai 1 juta sel endokrin yang dikenal sebagai pulau-
pulau langerhans. Sel pulau dapat dibedakan sebagai :
a. Sel alfa (lebih kurang 20% dari sel pulau) yang menghasilkan glukagon
b. Sel beta (lebih kurang 80 % dari sel pulau) yang menghasilkan hormon insulin dari proinsulin.
Proinsulin berupa polipeptida yang berbentuk rantai tunggal dengan 86 asam amino. Proinsulin berubah
menjadi insulin dengan kehilangan 4 asam amino dan dengan rantai asam amino dari ke-33 sampai ke-
63 yang menjadi peptida penghubung (connecting peptide)
c. Sel D (lebih kurang 3-5% dari sel pulau ) yang menghasilkan somatostatin.
Pada awalnya, diduga bahwa sekresi insulin seluruhnya diatur oleh konsentrasi gula darah tetapi
juga oleh hormon lain dan mediator automik.
Insulin adalah peptida dengan BM kira-kira 6000. polipeptida ini terdiri dari 51 asam amino
tersusun dalam 2 rantai, rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino.
Antara rantai A dan B terdapat 2 jembatan disulfida yaitu antara A-7 dengan B-7 dan A-20 dengan B-19.
Selain itu masih terdapat jembatan disulfida antara asam amino ke-6 dan ke-11 pada rantai A.
Sekresi insulin umumnya dipacu oleh asupan glukosa dan disfosforisasi dalam sel beta pankreas.
Karena insulin adalah protein, degradasi pada saluran cerna jika diberikan peroral. Karena itu perparat
insulin umumnya diberikan secara suntikan subkutan. Gejala hipoglikemia merupakan reaksi samping
insulin yang paling serius dan umum dari kelebihan dosis insulin, reaksi samping lainnya berupa
lipodistropi dan reaksi alergi. Manfaat insulin :
· Menaikkan pembentukan glikogen dalam hati dan juga dalam otot dan mencegah penguraian
glikogen
2.2 PENGERTIAN
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh
karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun
relatif (Arjatmo, 2002).
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda – tanda
hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik,
sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein.
( Askandar, 2000 ).
Diabetes Melitus adalah merupakan penyakit metabolik kronik yang terjadi akibat kurangnya produksi
insulin dengan adanya kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. (Medical Surgical Nursing,
Brunner and Suddarth, 1998).
Diabetes Melitus adalah sekumpulan penyakit genetik dan gangguan heterogen yang secara klinis
ditandai dengan ketidaknormalan dalam keseimbangan kadar glukosa yaitu hiperglikemia (Lewis, 2000,
hal. 1367).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Silvia. Anderson Price, 1995)
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronik yang tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat
dikontrol yang dikarakteristikan dengan ketidak ade kuatan penggunaan insulin (Barbara Engram; 1999,
532)
Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang melibatkan kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makro vaskuler, mikro
vaskuler dan neurologis (Barbara C. Long, 1996).
Disebut juga Juvenile Diabetes, berkembang pada masa kanak-kanak dan sebelum usia 30 tahun.
Memerlukan therapi insulin karena pankreas tidak dapat memproduksi insulin atau produksinya sangat
sedikit.
Kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistan (ibu hamil gagal mempertahankan
euglycemia). Faktor risiko GDM: riwayat keluarga DM, kegemukan, dan glikosuria. GDM ini
meningkatkan morbiditas neonatus, misalnya hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan makrosomia. Hal ini
terjadi karena bayi dari ibu GDM mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi
dan makrosomia. Frekuensi GDM kira-kira 3--5% dan para ibu tersebut meningkat risikonya untuk
menjadi DM di masa mendatang.
· DNA mitokondria
· pankreatitis
· pankreatopati fibrokalkulus
4) Endokrinopati :
· akromegali
· sindrom Cushing
· feokromositoma
· hipertiroidisme
6) Infeksi :
2.4 ETIOLOGI
Diabetes Melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik,
imunologi dan mungkin pula lingkungan (misalnya, infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan
destruksi sel beta.
a. Faktor-faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau
kecendrungan genetik ke arah terjadinya Diabetes Melitus tipe I. Kecendrungan genetik ini ditemukan
pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leococyte antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen trasplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor-faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini merupakan respon
abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing (Smeltzer Suzanne C, 2001).
Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi
sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini
menyerang melalui reaksi autoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Diabetes
Melitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup
berperan menyebabkan DM.
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan, pyrinuron (rodentisida),
dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang berasal dari singkong
(Maulana Mirza, 2009).
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes
tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin (Smeltzer Suzanne C, 2001).
Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya
diabetes tipe II. Menurut Hans Tandra (2008), faktor-faktor ini adalah:
b. Obesitas
Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes tipe II adalah mereka yang kelewat gemuk. Makin banyak
jaringan lemak, jaringan tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak
tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul di daerah sentral atau perut (central obesity). Lemak ini
akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam
peredaran darah.
Makin kurang gerak badan, makin mudah seseorang terkena diabetes. Olahraga atau aktivitas fisik
membantu kita untuk mengontrol berat badan. Glukosa darah dibakar menjadi energi. Sel-sel tubuh
menjadi lebih sensitif terhadap insulin. Peredaran darah lebih baik. Dan resiko terjadinya diabetes tipe II
akan turun sampai 50%.
d. Penyakit Lain
Beberapa penyakit tertentu dalam prosesnya cenderung diikuti dengan tingginya kadar glukosa darah.
Akibatnya, seseorang juga bisa terkena diabetes. Penyakit-penyakit itu antara lain hipertensi, penyakit
jantung koroner, stroke, penyakit pembuluh darah perifer, atau infeksi kulit yang berlebihan.
e. Usia
Resiko terkena diabetes akan meningkat dengan bertambahnya usia, terutama di atas 40 tahun. Namun,
belakangan ini, dengan makin banyaknya anak yang mengalami obesitas, angka kejadian diabetes tipe II
pada anak dan remaja pun meningkat.
2.5 PATOFISIOLOGI
Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang rusak.
Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi yang
dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan
tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein (Suyono,1999).
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna
menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes
Mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa
kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa
tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat kekurangan
insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan
terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah
adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan
mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka
semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria
maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra
selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus
sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel
sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis.
Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga
menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan
terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis.
Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan
pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan
asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik (Price,1995).
Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan
mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya
penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan
perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
Aterosklerosis menyebabkan aliran darah ke seluruh tubuh terganggu, pada organ ginjal akan terlihat
adanya proteinuria, hipertensi mencetuskan hilangnya fungsi ginjal dan terjadi insufisiensi ginjal. Pada
organ mata terjadi pandangan kabur. Sirkulasi ekstremitas bawah yang buruk mengakibatkan neuropati
perifer dengan gejala antara lain : kesemutan, parastesia, baal, penurunan sensitivitas terhadap panas
dan dingin. Akibat lain dari gangguan sirkulasi ekstremitas bawah yaitu lamanya penyembuhan luka
karena kurangnya O2 dan ketidakmampuan fagositosis dari leukosit yang mengakibatkan gangren. DM
Tipe II (NIDDM) terjadi resistensi insulin dan gangguan sirkulasi insulin yang secara normal akan terikat
dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada tipe II
disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita DM, yaitu:
2. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar dan keluarnya air yang
menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehisrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel
akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat
pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antidiuretic hormone) dan menimbulkan rasa
haus.
3. Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam air kemih, penderita mengalami
penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi hal ini penderita seringkali merasa lapar yang luar
biasa.
4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes lama,
katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa
sebagai energi.
1. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan antibody,
peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah
pada penderita diabetes kronik.
2. Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah ginjal, lipatan kulit seperti di ketiak
dan dibawah payudara, biasanya akibat tumbuhnya jamur.
3. Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama candida.
4. Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami gangguan akibat kekurangan
bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama bagian
perifer.
5. Kelemahan tubuh
6. Penurunan energi metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat
berlangsung secara optimal.
7. Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein
dan unsur makanan yang lain. Bahan protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel
sehingga bahan yang diperlukan untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan.
8. Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan seksualitas menurun karena kerusakan
hormon testosteron.
9. Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh
hiperglikemia.
a. Glukosa darah
Sebagai persiapan, penderita diminta puasa selama 10 jam dan tidak boleh lebih. Pemeriksaan
sebaiknya dilakukan pagi hari karena ada efek diurnal hormon terhadap glukosa. Yang digunakan
sebagai sampel biasanya serum atau plasma. Bila Whole blood yang digunakan sebagai sampel nilai
kadar glukosa umumnya lebih rendah 15% dibanding glukosa plasma atau serum.
Bukan DM
Belum pasti DM
DM
plasma vena
< 110
110 – 199
200
darah kapiler
< 90
90 - 199
200
plasma vena
< 110
110 – 125
126
darah kapiler
< 90
90 - 109
110
b. HBAIC (Glucosated Haemoglobin AIC) meningkat yaitu terikatnya glukosa dengan Hb. (Normal : 3,8-
8,4 mg/dl).
c. Aseton plasma ( keton ) ; Positif secara mencolok.
f. Elektrolit :
· Kalium : Normal
g. Hemoglobin Glikosilat : kadar meningkat 2 – 4 kali dari normal yang mencerminkan kontrol diabetes
melitus yang kurang selama 4 bulanterakhir.
h. Gas Darah Arteri : Biasanya menunjukkan pH rendahdan penurunanpada HCO2 ( Asidosis Metabolik )
dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
j. Ureum / kreatinin : Mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi /penurunan fungsi ginjal ).
k. Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankreatitis akut sebagai penyebab
dari DKA.
l. Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada ( tipe I ) atau normal sampai tinggi ( tipe II
), mengindikasikan infusiensi insulin, gangguan dalam penggunaannya.
n. Pemeriksaan fungsi tiroid : Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah
dan kebutuhan akan insulin.
o. Urin : gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
p. Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan dan
infeksi pada luka.
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam
upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan
series pada pola aktivitas pasien.
1. Diet
a. Syarat diet DM hendaknya dapat:
c. Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan kalorinya.
Keterangan :
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau diabetes komplikasi.
· JI : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
Kurus (underweight)
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang bekerja biasa
adalah:
2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 ½ jam sesudah
makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah
jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang pembentukan
glikogen baru
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak
menjadi lebih baik.
3. Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah satu bentuk penyuluhan
kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster,
TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
4. Obat
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan
efektivitas insulin, yaitu:
b. Insulin
1) DM tipe I
2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
3) DM kehamilan
8) DM operasi
9) DM patah tulang
Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi
di tempat suntikan tergantung pada beberapa factor antara lain:
· lokasi suntikan
ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding perut, lengan, dan paha. Dalam memindahkan
suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat suntikan setiap 14 hari,
agar tidak memberi perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30 menit setelah suntikan insulin
karena itu pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah suntikan.
3). Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat absorpsi insulin.
· Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini berarti suntikan intramuskuler akan
lebih cepat efeknya daripada subcutan.
· Konsentrasi insulin
Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 – 100 U/ml, tidak terdapat perbedaan absorpsi. Tetapi apabila
terdapat penurunan dari u –100 ke u – 10 maka efek insulin dipercepat.
Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada kasus-kasus dengan degradasi
tempat suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis rendah digunakan untuk terapi koma
diabetik.
2.9 KOMPLIKASI
1. Akut
Ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran basal pembuluh kapiler, sering terjadi pada
penderita IDDM dan bertanggung jawab dalam terjadinya neuropati, retinopati diabetik.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada gastro
intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990).
a. Neuropati diabetik
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem syaraf otonom, medula spinalis atau
sistim saraf pusat.
b. Retinopati diabetik
Disebabkan karena perubahan dalam pembuluh darah kecil pada retina selain retinopati,
penderita diabetes juga dapat mengalami pembentukan katarak yang diakibatkan hiperglikemi yang
berkepanjangan sehingga menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.
c. Nefropati diabetik
Perubahan struktur dan fungsi ginjal. Empat jenis lesi yang sering timbul adalah pyelonefritis, lesi-lesi
glomerulus, arterisclerosis, lesi-lesi tubular yang ditandai dengan adanya proteinuria yang meningkat
secara bertahap sesuai dengan beratnya penyakit.
d. Proteinuria
e. Kelainan koroner
Kriteria yang melandasi penegakan diagnosa DM adalah kadar glukosa darah yang meningkat
secara abnormal. Kadar gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya di atas 140 mg/dl atau
kadar glukosa darah sewaktu diatas 200 mg/dl pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan criteria
diagnostik penyakit DM.
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia,
polifagia, lemah, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang
mungkin dikemukakan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impotensia pada pasien pria,
serta pruritus vulvae pada pasien wanita. Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu > 200
mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa >
126 mg/dl juga digunakan untuk patokan diagnosis DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil
pemeriksaan glukosa darah yang baru satu kali saja abnormal , belum cukup kuat untuk menegakkan
diagnosis klinis DM. Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan menddapatkan sekali lagi angka
abnormal, baik kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl, kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dl pada
hari yang lain, atau dari hasil tes toleransi glukosa oral (TTGO) yang abnormal.
· diberikan glukosa 75 gram atau 1,75 gram/kgBB, dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum
selama/dalam waktu 5 menit
· diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa; selama pemeriksaan subyek
yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
1. Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) > 200 mg/dl , atau
3. Kadar glukosa plasma > 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram pada TTGO**
* Kriteria diagnostik tsb harus dikonfirmasi ulang pada hari yang lain, kecuali untuk keadaan khas
hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis atau berat badan yang
menurun cepat.
BAB III
KASUS :
Tn. R berusia 60 tahun dirawat di IRNA Penyakit Dalam Pria RSUP M. Djamil Padang dengan keluhan
masuk badan terasa lemah, penurunan berat badan 8 Kg dalam 1 bulan terakhir. Klien mempunyai
riwayat hipertensi dan tidak kontrol rutin. Penuturan keluarga akhir-akhir ini klien sering BAK, bila
malam hingga 10 kali, sering lapar dan haus namun badan klien semakin kurus bukan semakin gemuk.
Sebelumnya klien sempat tidak sadarkan diri dan dibawa kerumah sakit. Pada pemeriksaan didapatkan
TD=170/100 mmhg, Nadi=80x/menit, RR=20x/menit, T=37,20C. Gula Darah sewaktu saat masuk 425
mg/dl.
3.1. Pengkajian
a. Identitas
Nama : Tn. R
Umur : 60 tahun
Pekerjaan : Petani
No. RM : 00639342
Nama : Nn. Y
Umur : 54 tahun
Alamat : Pasar Baru
b. Keluhan Utama
Klien merasa badannya lemah, dan mengalami penurunan berat badan 8 kg dalam 1 bulan terakhir.
Pasien datang ke RSUP M. Djamil Padang tanggal 10 Januari 2013 melalui IGD dengan keluhan badan
lemas dan sebelumnya klien sempat tidak sadarkan diri. Keluhan disertai dengan sering BAK terutama
pada malam hari, sering lapar dan haus, namun badan klien semakin kurus bukan semakin gemuk.
Dilakukan pemeriksaan gula darah pada pasien, yang ternyata didapatkan hasil GDS = 425 g/dl. Oleh
dokter yang memeriksa, pasien dianjurkan untuk dirawat. Kemudian klien dipindahkan ke ruang Interne
Pria. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 12 Januari 2013, klien masih terlihat lemah.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran : CMC
2) TTV
TD : 170/100 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20x/menit
S : 37,20 C
3) TB : 164 Cm
BB : 68 Kg
4) Kepala : Normoshepal
11) Jantung :
Perkusi : sonor
13) Abdomen :
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
14) Punggung :
g. Pemeriksaan Laboratorium
Nilai Normal
MCV : 83 fL MCV : 81 – 99 fL
· Infus RL 20 tts/mnt
· Glibenklamid 2xI
· Neurosanbe 1 amp/hari
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 Januari 2013 pada pukul 10.00, klien mengatakan
bahwa ± 1 tahun yang lalu pasien pernah dirawat di rumah sakit dengan penyakit hipertensi dan
diperbolehkan pulang karena sudah mengalami perbaikan dalam kesehatan selama perawatan, namun
klien tidak pernah kontrol rutin sesuai dengan anjuran dokter . Saat ini, klien mendapatkan terapi infus
RL 20 tts/mnt.
Sebelum sakit : Klien makan 3 x/hari, porsi makan cukup, nasi, lauk dan sayur.
Selama sakit : Klien makan diit berupa makanan lunak 3 x/hari yang diberikan RS, pasien makan hanya
habis 3/4 porsi yang diberikan RS. Tetapi klien tetap mengkonsumsi buah-buahan seperti pepaya dan
apel. Klien minum sekitar 2500 cc sehari.
3) Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan BAB 1 x/hari, konsistensi padat, BAK 6-7 x/hari.
Selama sakit : Klien mengatakan BAB 1 x/hari, BAK sering, bila malam hingga 10 kali, warna kuning agak
keruh, bau khas.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit : Klien dapat beraktivitas mandiri tanpa bantuan orang lain, dan klien mengaku jarang
berolahraga
Sebelum sakit : Klien mengatakan biasanya tidur ± 6-7 jam /hari.Pasien jarang tidur siang.
Selama sakit : Klien mengatakan tidur 5-6 jam pada malam hari.Pasien hanya dapat sebentar-bentar
tidur siang.Klien mengalami gangguan dalam pola istirahat dan tidur karena sering BAK, terutama pada
malam hari.
Klien mengungkapkan bahwa beliau juga sedikit bermasalah dengan penglihatannya yang akhir-akhir ini
tiba-tiba sering kabur. Pendengaran klien normal (Tanpa alat bantu). Komunikasi klien kurang lancar
karena masih lemah. Pengecapan dan pembau klien normal.
Klien merasa cemas karena penyakit yang dideritanya, dengan penurunan berat badan yang cepat dalam
1 bulan terakhir. Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan berkumpul dengan keluarga.
Klien adalah seorang kepala keluarga dari 3 orang anak dan 1 istri, klien bekerja sebagai petani dan istri
klien sebagai ibu rumah tangga, dan 3 orang anak klien sudah beranjak dewasa. Sebelum sakit klien
menjadi tulang punggung keluarga namun sejak 1 bulan terakhir karena klien selalu merasa lelah, anak
klien yang pertama yang menggantikan posisi sang ayah yang bekerja sebagai seorang petani. Hubungan
klien dengan anggota keluarga baik hal ini terlihat dengan keluarga yang selalu menemani klien di rumah
sakit.
Klien mengalami gangguan dalam hal memenuhi kebutuhan seksualitasnya karena penyakit yang di
deritanya menyebabkan klien sering merasa lemas.
Klien mengatakan setiap ada masalah dibicarakan dengan keluarga. Klien terlihat cemas karena biaya
pengobatan yang harus ditanggung oleh anak-anaknya. Klien berharap bisa cepat sembuh, sehingga
dapat meringankan beban anak-anaknya.
Klien adalah seorang muslim, meskipun dalam keadaan sakit klien masih tetap menjalankan
kewajibannya untuk beribadah dan berdoa untuk kesembuhannya.
DIAGNOSA
NOC
NIC
- Data Subjektif :
- Data Objektif :
c) Klien makan 3x/hari, menghabiskan 3/4 porsi makanan dan mengkonsumsi buah-buahan
· Monitor gizi
- Monitor respon emosional klien ketika ditempatka pada suatu keadaan yang ada makanan
· Manajemen Nutrisi
Aktivitas yang dilakukan :
- Kerja sama dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah kalori, protein dan lemak secara tepat
sesuai dengan kebutuhan klien.
- Monitor catatan makanan yang masuk atas kandungan gizi dan jumlah kalori
- Pasyikan bahwa diet mengandung makanan yang berserat tinggi untuk mencegah sembelit
· Manajemen Hiperglikemi
- Monitor tanda dan gejala poliuri, polidipsi, polifagia. Keletihan, pandangankabur atausakit kepala
- Batasi latihan ketika gula darah besar dari 250mg/dl khusus nya adanya keton dalam urin
- Data Subjektif :
- Data Objektif :
b) Klien terlihat kurang tidur, karena sering BAK, terutama pada malam hari
e) TD : 170/100 mmHg
f) N : 80x/menit
g) RR : 20x/menit
h) S : 37,2o C
- Albumin serum
- pH serum
- Kreatinin serum
- Bikarbonat serum
- pH Urine
· Keseimbangan Cairan
· Hidrasi
- Hidrasi kulit
- Pengeluaran urin
- Tekanan darah
· Manajemen Asam-Basa
- Monitor status hemodinamik termasuk CVP (tekanan vena sentral), MAP (tekanan arteri rata-
rata), PAP (tekanan arteri paru)
- Dapatkan hasil labor untuk menganalisa keseimbangna asam basa seperti ABG, urin dan level
serum
- Dorong pasien dan keluarga untuk aktif dalam pengobatan ketidakseimbangan asam basa
· Manajemen Cairan
- Monitor TTV
- Monitor adanya indikasi retensi/overload cairan (seperti :edem, asites, distensi vena leher)
· Pemantauan Cairan
- Kaji tentang riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan pola eliminasi
- Kaji kemungkinan factor resiko terjadinya imbalan cairan (seperti : hipertermia, gagal jantung,
diaforesis, diare, muntah, infeksi, disfungsi hati)
- Data Subjektif :
- Data Obejektif :
c) TB/BB : 164cm/68kg
· Toleransi Aktivitas
- Warna kulit.
- Aktivitas
- Hemoglobin
- Hematocrit
- Glukosa darah
- Serum elektrolit
- Rasa lelah
- Pola makan.
- Berjalan.
- Aktivitas
· Terapi Aktivitas
- Monitor respon fisik, sosial, dan spiritual dari klien terhadap aktivitasnya.
- Diskusikan dengan klien hubungan antara intake maknan, latihan, peningkatan berat badan dan
kehilangan berat badan
- Minta informasi dari klien, apakah ada dukungan luar yang mempengaruhi berat badannya
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 KESIMPULAN
DM yaitu kelainan metabolik akibat dari kegagalan pankreas untuk mensekresi insulin (hormon yang
responsibel terhadap pemanfaatan glukosa) secara adekuat. Akibat yang umum adalah terjadinya
hiperglikemia.
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah
atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat
(Brunner & Suddart).
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu
2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110
mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau
minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya.
4.2 SARAN
Bagi penderita diabetes mellitus diharapkan selalu menjaga gaya hidup karena ini sangat berpengaruh
terhadap keparahan dari penyakit itu sendiri maka dari itu penderita penyakit diabetes mellitus haus
selalu menjaga kandungan gula dalam darah dengan tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung
kadar glukosa yang tinggi. Untuk dari itu penderita bisa menggantinya dengan gula jagung. Pederita juga
harus harus rajin dalam olahraga karena itu sangat penting bagi kesehatan anda.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito & Moyet (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Guthrie, Diana W. Guthrie ,Richard A. 2002. Management of Diabetes Mellitus, A guide to the pattern
approach. 6th ed. New York : Springer Publishing
Johnson, M.,et all, 2008, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA Intervention
Project, Mosby.
Lanywati, Endang (2007). Diabetes Melitus Penyakit Kencing Manis. Yokyakarta: kanisius.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2008, Nursing Interventions Classification (NIC) econd Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
Jakarta: EGC.
Sujono & Sukarmin (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin & Endokrin
pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wilkinson, Judith M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Nic Noc. Jakarta: EGC.
Demikianlah Artikel Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Militus (DM)
Sekianlah artikel Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Militus (DM) kali ini, mudah-mudahan bisa
memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Militus (DM) dengan alamat
link https://askep-nursing.blogspot.com/2014/12/asuhan-keperawatan-pada-pasien-diabetes.html
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest
PALING DILIHAT
Endometriosis
LABEL
Agama
Anak
askep
askep pdf
Astronomi
asuhan keperawatan
Cuap-cuap
Dokumentasi Keperawatan
Fairy Tail
Gawat Darurat
Hematologi Anak
Hepatologi
Home Care
Info Anime
Info Unik
Jiwa
Keperawatan
Keperawatan Profesional
Kimia
KMB 1
Komunitas
Komunitas Pantai
Laporan Pendahuluan
Materi Kuliah
Maternitas
Medikal Bedah
Medis
Melancong
my class
My Task
Nefrologi Anak
Ners-News
Next Edition
nice
Pengetahuan
Penyuluhan
Perawat
Personal Hygiene
Poster
Promosi Kesehatan
Renungan
Reumatologi
SAP
Sastra
Teks
Tips
True Story
FORMULIR KONTAK
Nama
Email *
Pesan *
LABEL
Agama
Anak
askep
askep pdf
Astronomi
asuhan keperawatan
Cuap-cuap
Dokumentasi Keperawatan
Fairy Tail
Gawat Darurat
Hematologi Anak
Hepatologi
Home Care
Info Anime
Info Unik
Jiwa
Keperawatan
Keperawatan Profesional
Kimia
KMB 1
Komunitas
Komunitas Pantai
Konsep Dasar Keperawatan
Laporan Pendahuluan
Materi Belajar
Materi Kuliah
Maternitas
Medikal Bedah
Medis
Melancong
my class
My Task
Nefrologi Anak
Ners-News
Next Edition
nice
Pengetahuan
Penyuluhan
Perawat
Personal Hygiene
Poster
Promosi Kesehatan
Renungan
Reumatologi
SAP
Sastra
Teks
Tips
True Story