Anda di halaman 1dari 9

Nama: Matilda Samben

NIM: 2011061797

Kelas: B11

Mata Kuliah: Perkembangan Peserta Didik

Kesalahan Di Lingkungan Keluarga dalam perkembangan peserta didik


1. Kurang menunjukkan ekspresi kasih sayang baik secara verbal maupun fisik.
2. Kurang meluangkan waktu yang cukup untuk anaknya.
3. Bersikap kasar secara verbal, misalnya menyindir, mengecilkan anak, dan berkata-kata kasar.
4. Bersikap kasar secara fisik, misalnya memukul, mencubit, dan memberikan hukuman badan
lainnya.
5. Terlalu memaksa anak untuk menguasai kemampuan kognitif secara dini.
6. Tidak menanamkan "good character' kepada anak. Anak tidak pernah diajarkan untuk
mengambil keputusan sendiri.
Ketika orangtua membuat keputusan untuk anak-anaknya, mereka tidak membiarkan anaknya
mandiri. Setiap anak berhak untuk membuat pilihan dengan dukungan dan sesuai dengan usia
mereka. Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan membuat orang tidak mampu
memecahkan masalah. Jika hal itu terjadi pada anak, ketika dewasa mereka akan sulit bertahan
dan selalu membutuhkan bantuan orang lain.
7. Berdebat di depan anak
Jika orangtua terus berdebat, anak-anak mungkin berpikir bahwa mereka yang harus disalahkan.
Mereka tidak mengerti apa yang sedang terjadi dan berpikir mereka bersalah. Ketika dewasa
nanti biasanya mereka mencoba menghindari konflik yang berbeda atau sebaliknya, melecehkan
orang lain. Di masa depan, anak perempuan yang sering melihat orangtuanya debat akan secara
tidak sadar menunjukkan kepada pria bahwa mereka lebih kuat. Mereka akan berpikir bahwa
laki-laki dapat mengulangi perilaku ayahnya. Selain itu, mereka sering memahami bahwa apa
yang mereka lakukan adalah buruk dan dapat menyebabkan masalah.

8. Orangtua menuntut yang tidak mungkin


Seorang anak mempercayai orang dewasa dalam kehidupan mereka, terutama orang tuanya
sendiri. Mereka akan berjuang untuk melakukan semua yang diperintahkan. Jika gagal, mereka
mulai berpikir bahwa mereka adalah pecundang yang tidak pantas dicintai. Di kehidupan
dewaasa, mereka akan selalu terlalu fokus pada kesuksesan. Jika mereka gagal melakukan yang
terbaik (menurut pendapat mereka), mereka akan merasa tidak bahagia, dan bahkan tertekan.
Orang-orang ini juga biasanya berusaha mencegah anggota keluarga mereka dari bahagia.
9. Terlalu Memanjakan Anak
Memenuhi keinginan anak adalah fenomena normal. Orangtua sering memperbolehkan anak
untuk menonton TV atau bermain game, sehingga tidak mengganggu mereka. Tidak masalah jika
situasi ini tidak sering terjadi. Tetapi, kebanyakan orangtua membiarkan kebiaasan buruk
anaknya dan lebih memanjakan karena mereka terlalu sibuk. Anak yang mendapat perlakuan ini
biasanya tidak dapat menjalani kehidupan secara mandiri dan akan bergantung kepada orang
lain. Mereka juga tidak mengerti apa yang mereka inginkan dan itu mempengaruhi kesehatan
yang dapat menyebabkan berbagai masalah.
10. Sebagai seorang ayah, tidak cukup memperhatikan anak
Kebanyakan ayah lebih sibuk untuk bekerja dan lupa untuk memperhatikan anaknya.
Sebenarnya ayah merupakan seseorang yang dapat menjadi bagian dari perkembangan pribadi
anak. Apa yang terjadi jika anak tidak mendapatkan perhatian dari seorang ayah? Anak laki-laki
mungkin akan berperilaku sama seperti ayahnya dulu. Sedangkan, anak perempuan biasanya
mengalami kesulitan dalam membangun hubungan romantis. Masalahnya, wanita memilih pria
yang menyerupai ayah mereka. Mereka ingin memiliki keluarga yang bahagia, tetapi
pengalaman masa kecil mereka membuat mereka merasa curiga terhadap pria.

11. Meremehkan perasaan anak Anda


Terkadang anak-anak marah tentang hal yang terlihat konyol bagi orang dewasa. Tetapi alih-alih
mendapat dukungan, mereka malah mendapat penilaian (Seperti "Itu buruk," "Itu bagus," atau
"Anak laki-laki tidak menangis") atau perintah (Seperti "Berhenti menangis" atau "Jangan
marah"). Begitulah perasaan dan emosi diremehkan. Semakin seseorang memahami dan
mengendalikan perasaannya, makan tersebut akan semakin tangguh. Dalam kehidupan orang
dewasa, anak-anak seperti ini tidak dapat membagikan emosi mereka dan menekan amarah
mereka sampai meledak. Memberikan penjelasan pada anak tentang sebuah tanggung jawab,
mengajarkan untuk memisahkan antara keperluan pribadi dan keperluan keluarga sejak dini,
dirasa mampu mendidik anak tentang kemurahan hati, rasa tanggung jawab, dan juga
menumbuhkan kemandirian.
12. Berusaha Menjadi Teman yang Baik bagi Anak
Banyak orang tua yang ingin menjadi keren di mata anak mereka, dan ingin berteman akrab.
Namun, cara mendidik anak yang seperti ini akan membuat orang tua kesulitan untuk menolak
keinginan anak, dan justru membuat anak mendapat celah untuk menjadi egois. Sebaliknya,
orangtua yang memiliki otoritas penuh, akan lebih dihormati dan dipatuhi. Menurut Thomas
Lickona, ada tiga gaya orang tua dalam mendidik anak:

1.1. Orang tua yang otoriter, di mana orang tua berada dalam kekuasaan penuh dalam
mengatur anak.
1.2. Orang tua yang permisif, di mana orang tua memberi banyak kasih sayang dan
memanjakan anak, sehingga anak cenderung lebih berkuasa atas keinginannya.
1.3. Orang tua yang otoritatif, cara mendidik anak dengan gaya ini menggabungkan kedua
gaya sebelumnya. Memberikan anak aturan, namun juga memberi kasih sayang yang
banyak.

13. Kurang terampil bersosialisasi


Nurul Mufidah dan Muhammad Rifqi dalam penelitiannya yang berjudul "Hyper-parenting
Effects Toward Child’s Personality in Stephen King’s Novel Carrie" menemukan sejumlah dampak
negatif dari penerapan pola asuh anak ini. "Hyper-parenting akan membuat anak kurang
percaya diri, kurang mandiri, mudah menyerah, mudah cemas, dan takut menghadapi dunia
luar. Selain itu, anak juga menjadi kurang terampil dalam bersosialisasi,” tulis kedua peneliti.
14. Emosi kaku dan sulit dikontrol
Menurut keduanya, hyper-parenting akan menyebabkan anak mempunyai emosi kaku dan sulit
dikontrol. Selain itu, anak yang terlalu terbebani dengan aturan dan tugas juga akan membuat
tenaga dan pikirannya terkuras, yang bukannya tidak mungkin akan berujung pada masalah
kesehatan si anak itu sendiri.
15. Terlalu penurut dan rentan depresi
Kebiasaan orangtua mengarahkan anaknya akan membuat anak menjadi terlalu penurut dan
kurang bisa mengembangkan bakat dan potensinya sendiri. Banyaknya tugas dari orangtua dan
aturan-aturan yang membatasi gerak mereka berpotensi membuat anak tertekan, terbebani,
dan rentan depresi.

Cara mengatasinya:
1. Tunjukan kasih sayang kepada anak secara nyata, agar anak akan merasa nyaman, aman dan
terlindungi.
2. Luangkan waktu mu atau buat jadwal untuk berkumpul
3. Kontrol lah kata-kata atau momongan tanpa harus berkata kasar bervolume tinggi.
4. Menegur anak dengan cara yang tegas tanpa menyentuh fisiknya dan berilah dia pengertian.
5. Berilah anak kebebasan dalam berkereasi agar menciptakan anak yang kreatif dan mandiri.
6. Setiap anak berhak untuk membuat pilihan dengan dukungan dan sesuai dengan usia
mereka. Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan membuat orang tidak mampu
memecahkan masalah.
7. hindarilah perdebatan di depan anak hal itu dapat berdampak buruk
8. Buatlah anak melakukan atau menentukan pilihannya sesuai dengan kemauannya tanpa ada
paksaan dari luar dirinya.
9. Jangan memanjakan anak secara terus-menerus hal itu mengakibatkan anak kurang mandiri.
10. Dalam sebuah keluarga yang sangat di butuhkan adalah perhatian kedua orangtua jika
dalam keluarga hanya sebagian pihak saja hal itu akan menganggu mental anak.
11. Memberikan penjelasan pada anak tentang sebuah tanggung jawab, mengajarkan untuk
memisahkan antara keperluan pribadi dan keperluan keluarga sejak dini, dirasa mampu
mendidik anak tentang kemurahan hati, rasa tanggung jawab, dan juga menumbuhkan
kemandirian.
12. Lakukan didikan sesuai keadaan anak serta karakternya.
13. Janganlah batasi kemauan anak jika itu dalam konteks yang membangun dan bersifat positif.
14. Jangan buat anak terbebani dengan hal-hal yang bukan darinya Hal itu dapa memicu stres.
15. Banyak anak yang memprioritaskan arahan orangtuanya tapi mengabaikan dirinya. Berilah
peluang bagi anak untuk mengembangkan diri dan potensinya.

Kesalahan di Lingkungan Masyarakat dalam perkembangan peserta didik


1. Mudah terpengaruh dari budaya-budaya asing yang menjerumuskan ke hal negatif
2. Kebiasaan negatif yang mudah menular
3. Kurang terawasi serta bebas dalam berpagulan
4. Tidak terkontrolnya bergaulan yang terjadi
5. Banyaknya faktor-faktor pemicu terjadinya hal-hal negatif
6. Banyaknya pserta didik terjeratNarkoba,
7. Banyaknya peserta didik yang pecandu alkohol,
8. Maraknya pernikahan dini atau seks bebas,
9. Banyaknya anak putus sekolah karna kasus-kasus Sosial
10. Kurangnya kepekaan masyarakat terhadap perkembangan peserta didik
11. Kurangnya solidaritas masyarakat
12. Kurang efektifnya kerjasama antar Pendidikan dan Masyarakat
13.Kesenjangan antara Pendidikan dan Masyarakat
14. Kurang tegasnya dalam penindakan atau pendisplinan
15. Maraknya bullying di masyarakat

Cara mengatasinya:
Hal ini bisa dilakukan dengan pembinaan-pembinaan yang dapat dilakukan oleh keluarga,
sekolah, dan lingkungan masyarakat. Usaha pembinaan remaja dapat dilakukan antara lain; (1)
Pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti dan etiket, (2) Motivasi
atau dorongan untuk bertingkah laku baik, (3) Menguatkan sikap mental remaja supaya dapat
mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya, (4) Memberikan pengarahan yang positif
setiap hari.
Kesalahan di Lingkungan Sekolah dalam perkembangan peserta didi

1. Tidak Ada Persiapan Ketika Mengajar Adakah diantara teman-teman pendidik yang merasa
mengajar dengan baik di kelas walaupun tanpa persiapan sama sekali? Tentu tidak. Seharusnya,
teman-teman pendidik selalu mempersiapkan segala hal sebelum mengajar, mulai dari RPP
(Rencana Persiapan Pengajaran), perangkat atau media pembelajaran., sampai bahan-bahan
evaluasi materi. Teman-teman pendidik harus selalu ingat bahwa mengajar tampa persiapan
merupakan tindakan yang dapat merugikan perkembangan siswa.

2. Mamaksa Peserta Didik Harus Bisa Memahami Materi yang Kita Ajarkan
“Saya sudah bersungguh-sungguh mengajari siswa itu, tapi ketika ulangan sudah dibagikan
hasilnya sangat mengecewakan!” “Siswa ini sudah dijelaskan berkali-kali tapi tetap saja tidak
mengerti!”Pernahkah teman-teman pendidik mengeluhkan seperti itu? Sejujurnya, penulis
pernah mengeluh seperti itu. Penulis pernah berpikir egosentris terhadap peserta didik yang
tidak paham materi yang diajarkan. Dan saat itu, rasanya jengkel sekali. Rasa kejengkelan itu
dapat berimbas kepada peserta didik lainnya lho. Target materi menjadi tidak tercapai karena
keegoisan guru untuk membuat satu atau dua peserta didik tersebut harus paham materi yang
diajarkan. Tentu ini kesalahan paling mendasar tetapi kurang disadari oleh kita.

3. Merasa Diri Paling Pandai Saat di Kelas


Kalau boleh jujur, adakah diantara teman-teman pendidik yang pernah merasa paling pandai
ketika mengajar di kelas? Atau, adakah diantara teman-teman pendidik yang menganggap
peserta didik adalah sebuah “tong kosong” yang harus diisi dengan sesuatu yang sangat
penting? Terutama peserta didik di kota-kota besar, tentu mereka dengan sangat mudah
menikmati internet dan berlangganan koran atau majalah. Tak dapat dipungkiri media
pembelajaran saat ini sangatlah luas dan up to date. Jika teman-teman pendidik tidak meng-
upgrade diri terus menerus, bukan tidak mungkin jika peserta didik kita lebih pandai daripada
gurunya. Dan bahkan kita bisa belajar dari peserta didik sekalipun, atau saling membelajarkan.

4. Tidak Peka dengan Perilaku Peserta Didik yang Membanggakan Ketika Sedang Belajar
Dalam pembelajaran di kelas, teman-teman pendidik berhadapan dengan sejumlah peserta
didik yang semuanya ingin diperhatikan. Mereka senang jika mendapat pujian dari guru dan
merasa kecewa jika kurang diperhatikan. Betul? Namun, sayangnya kebanyakan diantara kita
sering mengabaikan perkembangan kepribadian peserta didik, serta lupa memberikan pujian
kepada mereka yang berbuat baik dan tidak membuat masalah ketika sedang belajar di kelas.

5. Mengabaikan Perbedaan Peserta Didik


Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki kekuatan, kelemahan,
minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang sosial
ekonomi, dan lingkungan, membuat peserta didik berbeda dalam aktifitas, kreatifitas, intlegensi,
dan kompetensinya. Dalam hal ini, teman-teman pendidik juga harus memahami ciri-ciri peserta
didik yang harus dikembangkan dan yang harus diarahkan kembali.

6. Memperlakukan Peserta Didik Secara Tidak Adil


Pembelajaran yang baik dan efektif adalah yang mampu memberi kemudahan belajar secara adil
dan merata (tidak diskriminatif), sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensinya
secara optimal. Keadilan dalam pembelajaran merupakan kewajiban guru dan hak peserta didik
untuk memperolehnya.

7. Tidak Sadar Memberikan Contoh Tindakan Kurang Tepat Pada Peserta Didik
Teman-teman pendidik merupakan contoh dan panutan bagi peserta didik. Tanpa disadari,
tindakan guru adalah doktrin yang melekat pada peserta didik. Perlu teman-teman pendidik
ketahui, peserta didik adalah penyontoh paling andal. Mereka mampu menyontoh gaya guru
menyampaikan materi dan bagaimana alur pikir guru dalam memahami materi.
8. Monoton dalam menyampaikan materi. Indikasinya jika ada siswa yang tertidur saat jam
pelajaran berlangsung.

9. Memberikan soal yang tidak diajarkan. Jangan membuat stress dan depresi anak-anak dengan
memberikan soal ujian yang tidak pernah mereka sentuh.
10. Kurang Mengetahui Kondisi Siswa
Mengetahui kondisi siswa juga sangat penting untuk menciptakan kelas yang kondusif. Misalkan
Anda menyampaikan materi dengan gaya dan langkah yang mana gaya dan langkah tersebut
mudah Anda pahami, tetapi belum tentu itu diaplikasikan kepada semua siswa karena setiap
siswa memiliki proses mencerna materi yang berbeda-beda. Begitu juga dengan faktor-faktor
lain yang menyebabkan kondisi siswa kurang stabill dalam belajar.
11. Mencampuradukkan Masalah Pribadi Saat Mengajar
Setiap orang pasti memiliki masalah pribadi masing-masing, tetapi jangan pernah Anda
melibatkan masalah pribadi tersebut saat dalam proses belajar mengajar. Jika tidak, ini
memungkinkan munculnya kesalahfahaman, keegoisan, atau bahkan siswa menjadi kambing
hitam atas masalah Anda.
12. Fokus Pada Pengembangan Intelektual, Mengesampingkan Pengembangan Moral
Kemajuan bangsa dan negara ada di tangan para generasi muda, tentu pendidikan moral
menjadi faktor terpenting untuk ini karena kondisi negara Indonesia saat ini sangat kritis di
mana terjadi penjajahan internal oleh para pejabat koruptor. Kesalahan guru di sini adalah
hanya fokus bagaimana siswa mampu menjadi seorang yang intelektual. Jika ini terus berlanjut,
maka guru sama saja membesarkan generasi untuk menjadi pejabat yang pintar dan
berintelektual, tetapi tidak memiliki moral.
13. Keikhlasan Dalam Mengajar
Julukan “Guru Dalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” mungkin sudah hampir punah pada zaman ini,
hanya mereka yang mengajar tanpa menerima gaji. Jika ditelusuri kembali sejarah masa lalu,
mengapa guru pada zaman dahulu bisa mencetak para cendekiawan zaman ini, padahal pada
zaman dahulu bukanlah zaman teknologi, metode dan media yang digunakan pun masih sangat
primitif ?. Tentu salah satu jawaban terbesar adalah karena ketulusan dan keikhlasan guru
dalam mendidik siswanya. Ini sangat berlawanan sekali bagi guru pada zaman sekarang yang
hanya memprioritaskan profesi dan besarnya gaji. Tentu boleh saja guru menerima gaji, tetapi
jangan karena gaji tersebut yang menjadi alasan Anda menjadi seorang guru.

14. Mengabaikan Perbedaan Peserta Didik


Setiap peserta didik mempunyai perbedaan yang unik, mereka mempunyai kekuatan,
kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang
sosial ekonomi, dan lingkungan,menciptakan peserta didik bertolak belakang dalam aktifitas,
kreatifitas, intlegensi, dan kompetensinya. Dalam urusan ini, teman-teman pendidik pun harus
mengetahui ciri-ciri peserta didik yang mesti dikembangkan dan yang mesti ditunjukkan
kembali. Dalam proses pembelajaran, barangkali teman-teman pendidik pernah melalaikan
perbedaan peserta didiknya di kelas. Hal ini bisa diterlihat dari pemakaian metode pembelajaran
yang tidak cukup bervariasi. Anak didik yang anda hadapi, setiap mempunyai tingkat
keterampilan dan kompetensi yang bertolak belakang dalam menyerap pelajaran. Oleh karena
itu, pemakaian metode pembelajaran yang bervariasi sangatlah dianjurkan.

15. Mengambil Jalan Pintas Dalam Pembelajaran


Tugas guru sangat utama ialah mengajar, dalam pengertian mengatur lingkungan supaya terjadi
pekerjaan belajar pada peserta didik. Berbagaipermasalahan menunjukan bahwa diatara semua
guru tidak sedikit yang merasa dirinya telah dapat melatih dengan baik, meskipun tidak bisa
menunjukan dalil yang mendasari asumsi itu. Asumsi keliru tersebut biasanya menyesatkan dan
menurunkan kreatifitas, sehinga tidak sedikit guru yang suka memungut jalan pintas dalam
pembelajaran, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi.

Cara mengatasinya:

1. Tipsnya, teman-teman pendidik dapat merancang kegiatan pembelajaran keseluruhan


secara weekly ketika teman-teman sedang tidak mengajar (hari minggu). Semoga tidak
merepotkan ya! Nah, caranya adalah membuat perancangan yang sangat mudah, yaitu
membuat RPP hanya satu halaman saja. RPP satu halaman saja semacam RPP untuk diri kita
sendiri yang terdiri dari tujuan pembelajaran, apersepsi, rancangan evaluasi, media yang
digunakan, alur pembelajaran, dan inspirasi yang dibagikan. RPP satu halaman sangatlah
simpledan semoga saja sangat membantu teman-teman pendidik mempersiapkan diri
sebelum mengajar di kelas.

2. sangat perlu memberikan motivasi dan inspirasi kepada para peserta didik untuk
memperdalam pelajaran yang dikuasai dan disukai. Jika kita memaksa, kemungkinan besar
kemampuan peserta didik hanya berada di tengah-tengah tanpa keahlian pasti. Amanah kita
sebagai pendidik adalah mendidik mereka untuk menjadi seseorang yang berguna bagi
bangsa dan negara.
3. pendidik harus menjadi pembelajar yang terus menyesuaikan ilmu pengetahuan dimiliki
dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat. Dengan kata lain, bahwa guru harus
menjadi pembelajar sepanjang hayat. Tipsnya adalah kita bisa menyusun jadwal rutin
berapa buku yang harus dibaca dalam satu hari atau satu minggu untuk menambah
wawasan kita. Selain itu, kita juga harus sering melakukan penelitian atau menulis sebuah
artikel agar kita bisa lebih banyak mengamati dan menganalisa kejadian-kejadian di sekitar,
serta rajin mencari solusi dari setiap permasalahan yang ada.
4. harus memperhatikan perilaku-perilaku peserta didik yang negatif dan mengeliminasi
perilaku-perilaku tersebut agar tidak terulang kembali. Teman-teman pendidik bisa
mencontohkan berbagai perilaku peserta negatif, misalnya melalui ceritera dan ilustrasi,
serta memberikan pujian kepada mereka karena tidak melakukan perilaku negatif tersebut.
Kita juga sebaiknya menetapkan rules yang jelas dalam proses pembelajaran. Agar suasana
kelas menjadi kondusif dan peserta didik ikut belajar untuk disiplin, komitmen, dan
bertanggung jawab terhadap proses pembejaran di kelas.
5. dapat berkunjung ke rumah peserta didik yang sedang membutuhkan perhatian terutama
kepada peserta didik yang bermasalah di sekolah, barangkali perlu diterapkan sehingga
terjalin komunikasi terbuka, dan kita bisa memahami karakteristik peserta didik tersebut.
Penulis pernah melakukan beberapa kunjungan ke rumah peserta didik, dan hasilnya adalah
sangat mengubah persepsi yang selama ini belum terpecahkan, selain itu inspirasi sangat
terbuka luas untuk mengatasi berbagai problem kependidikan di sekolah.
6. Memberikan penilaian harus dilakukan secara adil, dan benar-benar merupakan cermin dari
perilaku peserta didik. Ketidakadilan dalam proses pembelajaran akan memunculkan
persaingan yang tidak sehat pada peserta didik. Disisi lain, sebagian peserta didik mungkin
bersemangat dalam belajarnya, tetapi disisi lain pula ada peserta didik yang merasa
tersisihkan. Perhatian meyeluruh dan penuh rasa cinta pada setiap peserta didik harus
selalu ditumbuhkembangkan pada diri seorang guru untuk mengatasi ketidakadilan
tersebut.
7. Jangan pernah melakukan tindakan yang kurang tepat pada peserta didik, seperti
mengeluarkan kata keras dan kotor, menghina peserta didik di depan kelas, memerintah
pada sesuatu yang tidak dilakukan oleh kita sendiri, sering terlambat masuk ke kelas,
merokok, dan lain-lainnya. Wibawa kita sebagai seorang guru akan hilang dimata peserta
didik. Dan hal tersebut cukup menyulitkan kita ketika mengajar di dalam kelas.
8. Buatlah semenarik mungkin agar siswa betah dan tertarik untuk menyimak
9. Buatlah latihan atau soal yang sudah di ajarkan agar siswa bisa mengerjakan dengan baik
dan lancar
10. Mengetahui kondisi siswa juga sangat penting untuk menciptakan kelas yang kondusif.
11. Bersikaplah profesional dalam mengajarkan
12. Jalan kan keduanya agar menuju pendidikan yang bermoral
13. Lakukan tugas atau pekerjaan dengan hati dan ketulusan agar menghasilkan hasil yang
memuaskan.
14. Gunakan berbagai macam metode serta baca keadaan siswa
15. hendaknya memandang pembelajaran sebagai sebuah system, yang andai salah satu
komponennya terganggu, maka bakal menggangu semua system tersebut. Sebagai contoh,
guru mesti selalu menciptakan dan menyaksikan persiapan masing-masing mau melakukan
pekerjaan pembelajaran., serta merevisi cocok dengan keperluan peserta didik, dan
pertumbuhan zamannya. Harus selalu dikenang mengajar tampa persiapan adalah jalan
pintas, dan perbuatan yang berbahaya, yang bisa merugikan pertumbuhan peserta didik,
dan menakut-nakuti kenyamanan guru.

Anda mungkin juga menyukai