STEP 1
1. Hiperaktivitas otonom?
keadaan dimana terjadi reaksi otonom yang berlebihan dengan naiknya tonus simpatis.
Biasanya gejala meliputi berdebar-debar, berkeringat, pusing
2. Gejala Psikis?
meliputi kecemasan, ketegangan, bingung, marah, sensitif, memendam perasaan,
komunikasi tidak efektif, mengurung diri, depresi, merasa terasing dan mengasingkan diri,
kebosanan, ketidakpuasan kerja, lelah mental, menurunnya fungsi intelektual, kehilangan
daya konsentrasi, kehilangan spontanitas dan kreativitas, kehilangan semangat hidup,
menurunnya harga diri dan rasa percaya diri
3. Ketegangan Motorik?
ketegangan yang terjadi pada perilaku gerakan pada tubuh manusia. Contoh ketegangan
Motorik : kedutan otot atau rasa gemetar, Otot tegang/kaku/ pegal linu, Tidak bisa diam,
Mudah lelah
STEP 2
1. Mengapa pasien berdebar-debar, sesak napas, ketegangan motoric, dan keringat dingin?
Teori psikologis
- Teori psikoanalitik
Freud menyatakan bahwa kecemasan sebagai sinyal, kecemasan menyadarkan ego
untuk mengambil tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam diri. misal dengan
menggunakan mekanisme represi, bila berhasil maka terjadi pemulihan keseimbangan
psikologis tanpa adanya gejala anxietas. Jika represi tidak berhasil sebagai suatu
pertahanan, maka dipakai mekanisme pertahanan yang lain misalnya konvensi,
regresi, ini menimbulkan gejala.
- Teori perilaku
teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dibiasakan
terhadap stimuli lingkungan spesifik. Contoh : seorang dapat belajar untuk memiliki
respon kecemasan internal dengan meniru respon kecemasan orang tuanya
(MPJidentitas).
- Teori eksistensial
Konsep dan teori ini adalah, bahwa seseorang menjadi menyadari adanya kehampaan
yang menonjol di dalam dirinya. Perasaan ini lebih mengganggu daripada penerimaan
tentang kenyataan kehilangan/ kematian seseorang yang tidak dapat dihindari.
Kecemasan adalah respon seseorang terhadap kehampaan eksistensi tersebut.
Teori biologis
- System saraf otonom
Stimulasi Sistem saraf otonom menyebabkan gejala tertentu kardiovaskuler,
gastrointestinal, dan pernapasan. Manifestasi kecemasan perifer tersebut tidak khusus
terhadap kecemasan maupun tidak selalu berhubungan dengan pengalaman
kecemasan subyektif.
- Neurotransmitter
o Norepinephrine
Gejala kronis yang ditunjukan oleh pasien dengan gangguan cemas berupa serangan
panik,insomnia, terkejut, dan autonomic hyperarousal, merupakan karakteristik dari
peningkatan fungsi noradrenergik. Teori umum dari keterlibatan norepinephrine pada
gangguan cemas, adalah pasien tersebut memiliki kemampuan regulasi sistem
noradrenergik yang buruk terkait dengan peningkatan aktivitas yang mendadak. Sel-sel
dari sistem noradrenergik terlokalisasi secara primer pada locus ceruleus pada rostral
pons, dan memiliki akson yang menjurus pada korteks serebri, sistem limbik, medula
oblongata, dan medula spinalis. Percobaan pada primata menunjukan bila diberi stimulus
pada daerah tersebut menimbulkan rasa takut dan bila dilakukan inhibisi, primata tersebut
tidak menunjukan adanya rasa takut. Studi pada manusia, didapatkan pasien dengan
gangguan serangan panik, bila diberikan agonis reseptor β-adrenergik ( Isoproterenol )
dan antagonis reseptor α-2 adrenergik dapat mencetuskan serangan panik secara lebih
sering dan lebih berat. Kebalikannya, clonidine, agonis reseptor α-2 menunjukan
pengurangan gejala cemas.
- Serotonin
Ditemukannya banyak reseptor serotonin telah mencetuskan pencarian peran serotonin
dalam gangguan cemas. Berbagai stress dapat menimbulkan peningkatan 5-
hydroxytryptamine pada prefrontal korteks, nukleus accumbens, amygdala, dan
hipotalamus lateral. Penelitian tersebut juga dilakukan berdasarkan penggunaan obat-
obatan serotonergik seperti clomipramine pada gangguan obsesif kompulsif. Efektivitas
pada penggunaan obat buspirone juga menunjukkan kemungkinan relasi antara serotonin
dan rasa cemas. Sel-sel tubuh yang memiliki reseptor serotonergik ditemukan dominan
pada raphe nuclei pada rostral brainstem dan menuju pada korteks serebri, sistem limbik,
dan hipotalamus.
- GABA
Peran GABA pada gangguan cemas sangat terlihat dari efektivitas obat-obatan
benzodiazepine, yang meningkatkan aktivitas GABA pada reseptor GABA tipe A.
Walaupun benzodiazepine potensi rendah paling efektif terhadap gejala gangguan cemas
menyeluruh, benzodiazepine potensi tinggi seperti alprazolam dan clonazepam
ditemukan efektif pada terapi gangguan serangan panik
- Pencitraan otak
Contoh: pada gangguan anxietas didapati kelainan di korteks frontalis, oksipital,
temporalis. Pada gangguan panik didapati kelainan pada girus para hipokampus.
- Penelitian genetic
Penelitian ini mendapatkan, hampir separuh dan semua pasien dengan gangguan
panik memiliki sekurangnya satu sanak saudara yang juga menderita gangguan.
Kaplan, H.I., Sadock, B.J. 2010. Retardasi Mental dalam Sinopsis Psikiatri. Tangerang :
Binarupa Aksara
Ciri-ciri Kecemasan
Berikut ini dijelaskan ciri-ciri kecemasan (Nevid, dkk 2005):
2.1 Ciri – ciri fisik kecemasan
a. Kegelisahan, kegugupan
b. Tangan atau anggota tubuh bergetar
c. Banyak berkeringat
d. Telapak tangan berkeringat
e. Pening
f. Mulut atau kerongkongan terasa kering
g. Sulit berbicara
h. Sulit bernapas
i. Bernapas pendek
j. Jantung berdebar keras atau berdetak kencang
k. Suara yang bergetar
l. Jari-jari atau anggota tubuh menjadi dingin
m.Leher atau punggung terasa kaku
n. Sensasi seperti tercekik atau tertahan
o. Sakit perut atau mual
p. Sering buang air kecil
q. Wajah terasa memerah
r. Diare
2.2 Ciri – ciri Behavioral (perilaku) kecemasan
a. Perilaku menghindar
b. Perilaku melekat dan dependen
c. Perilaku terguncang
2.3 Ciri – ciri Kognitif dari kecemasan
a. Khawatir tentang sesuatu
b. Perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu
yang terjadi di masa depan
c. Keyakinan bahwa sesuatu yang buruk atau mengerikan akan segera terjadi, tanpa ada
penjelasan yang jelas
d. Terpaku pada sensasi tubuh
e. Sangat sensitif terhadap sensasi tubuh
f. Merasa terancam oleh orang atau peristiwa
g. Ketakutan akan kehilangan kontrol
h. Ketakutan akan ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah
i. Berpikir bahwa dunia akan runtuh
j. Berpikir bahwa semuanya sudah tidak bisa dikendalikan
k. Berpikir bahwa semuanya sangat membingungkan tanpa bisa diatasi
l. Khawatir terhadap hal sepele
m. Berpikir tentang hal yang mengganggu yang sama secara berulangulang
n. Pikiran terasa campur aduk
o. Tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran negatif
p. Berpikir akan segera mati
q. Khawatir akan ditinggalkan sendiri
r. Sulit berkonsentrasi atau memusatkan perhatian
Maslim, Rusdi. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V.
Cetakan 2 – Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya. Jakarta:
PT Nuh Jaya.
Menurut Spilberger (dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra, 2012: 53) menjelaskan
kecemasan dalam dua bentuk, yaitu.
1. Trait anxiety
Trait anxiety, yaitu adanya rasa khawatir dan terancam yang menghinggapi diri seseorang
terhadap kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya. Kecemasan ini disebabkan oleh
kepribadian individu yang memang memiliki potensi cemas dibandingkan dengan
individu yang lainnya.
2. State anxiety
State anxiety, merupakan kondisi emosional dan keadaan sementara pada diri individu
dengan adanya perasaan tegang dan khawatir yang dirasakan secara sadar serta bersifat
subjektif.
Sedangkan menurut Freud (dalam Feist & Feist, 2012: 38) membedakan kecemasan dalam tiga
jenis, yaitu.
1. Kecemasan neurosis
Kecemasan neurosis adalah rasa cemas akibat bahaya yang tidak diketahui. Perasaan itu
berada pada ego, tetapi muncul dari dorongan id. Kecemasan neurosis bukanlah
ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri, namun ketakutan terhadap hukuman yang
mungkin terjadi jika suatu insting dipuaskan.
2. Kecemasan moral
Kecemasan ini berakar dari konflik antara ego dan superego. Kecemasan ini dapat
muncul karena kegagalan bersikap konsisten dengan apa yang mereka yakini benar
secara moral. Kecemasan moral merupakan rasa takut terhadap suara hati. Kecemasan
moral juga memiliki dasar dalam realitas, di masa lampau sang pribadi pernah mendapat
hukuman karena melanggar norma moral dan dapat dihukum kembali.
3. Kecemasan realistik
Kecemasan realistik merupakan perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak spesifik
yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri. Kecemasan realistik merupakan rasa
takut akan adanya bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar.
Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra. (2012). Manajemen Emosi: Sebuah panduan
cerdas bagaimana mengelola emosi positif dalam hidup Anda. Jakarta: Bumi Aksara.
Kecemasan mirip dengan rasa takut tapi dengan fokus kurang spesifik, sedangkan
ketakutan biasanya respon terhadap beberapa ancaman langsung, sedangkan kecemasan
ditandai oleh kekhawatiran tentang bahaya tidak terduga yang terletak di masa depan.
Kecemasan merupakan keadaan emosional negatif yang ditandai dengan adanya firasat
dan somatik ketegangan, seperti hati berdetak kencang, berkeringat, kesulitan bernapas.
Definisi
Salah satu tipe spesifik yang diakui oleh PPDGJ III dan DSM-V sebagai salah satu gangguan
kecemasan adalah gangguan kecemasan menyeluruh atau generalized anxiety disorder. GAD
(generalized anxiety disorder) yaitu suatu gangguan kecemasan yang ditandai dengan perasaan
cemas yang umum dan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi dan keadaan peningkatan
keterangsangan tubuh. GAD ditandai dengan kecemasan yang persisten yang tidak dipicu oleh
suatu objek, situasi atau aktivitas yang spesifik, tetapi lebih merupakan apa yang disebut Freud
dengan “mengambang bebas” (free floating). GAD merupakan suatu gangguan yang stabil,
muncul pada pertengahan remaja sampai pertengahan umur dua puluhan tahun dan kemudian
berlangsung sepanjang hidup (Rapee dalam Nevid, dkk, 2005).
Kriteria Diagnosis
Pedoman diagnostik untuk gangguan kecemasan menyeluruh menurut PPDGJ-III (F41.1)
(Maslim, 2013)
• Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap
hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol
pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau mengambang).
• Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi,
dsb).
b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai).
c) Over-aktivitas otonomi (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak
napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb).
Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance)
serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol.
• Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi,
tidak membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas menyeluruh, selama haltersebut tidak
memenuhi kriteria lengkap dari episode depresi (F32), gankap dari episode depresi (F32),
gangguan anxietas fobik (F40), gangguan panik (F41.0), gangguan obsesif-kompulsif (F42).
Fobia sosial adalah ketakutan menetap dan tidak rasional yang umumnya berkaitan dengan
keberadaan orang lain. Individu yang menderita fobia sosial biasanya mencoba menghindari
situasi yang membuatnya mungkin dinilai dan menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau
berperilaku secara memalukan (Nevid, dkk, 2005). Fobia sosial dapat bersifat umum atau
khusus, tergantung rentang situasi yang ditakuti dan dihindari. Orang-orang dengan tipe umum
mengalami fobia ini pada usia yang lebih awal, lebih banyak komorbiditas dengan berbagai
gangguan lain, seperti depresi dan kecanduan alkohol, dan hendaya (gangguan) yang lebih
parah. Gangguan ansietas sosial cenderung menjadi lebih kronis jika penanganannya tidak
berhasil. Fobia sosial umumnya bermula pada masa remaja dan menghambat pembentukan
hubungan persahabatan dengan teman-teman sebaya.
Agoraphobia berasal dari bahasa Yunani yang berarti takut kepada pasar, yang sugestif untuk
ketakutan berada ditempat-tempat terbuka dan ramai (Nevid, dkk, 2005). Agoraphobia
melibatkan ketakutan terhadap tempat tempat atau situasi yang memberi kesulitan atau
membuat malu seseorang untuk kabur dari situ bila terjadi simptom simptom panik atau
serangan panik yang parah atau ketakutan kepada situasi dimana bantuan tidak bisa didapatkan
bila problem terjadi. Agoraphobia dapat terjadi bersamaan atau tidak bersamaan dengan
gangguan panik yang menyertai. Pada gangguan panik dengan agoraphobia, orang hidup dengan
ketakutan terjadinya serangan yang berulang dan menghindari tempat-tempat umum. Orang
orang dengan agoraphobia yang tidak punya gangguan panik dapat mengalami sedikit simptom
panik seperti pusing yang menghalangi mereka untuk keluar dari tempat mereka.
Definisi
3.1. Obsesif adalah pikiran, ide, atau dorongan yang intrusive dan berulang yang berada di luar
kemampuan seseorang untuk mengendalikannya. Obsesi dapat menjadi sangat kuat dan
persisten sehingga dapat menganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan distress serta
kecemasan yang signifikan. Misalnya orang yang selalu bertanya tanpa berekesudahan
apakah pintu sudah dikunci atau tidak. Seseorang mungkin terobsesi dengan impuls untuk
menyakiti pasangannya. Seseorang dapat mempunyai berbagai macam gambaran mental
seperti fantasi berulang dari seseorang dari ibu muda bahwa anak-anaknya dilindas mobil
dalam perjalanan pulang kerumah. Contoh pola pikiran obsesif yaitu berpikir bahwa
tangannya tetap kotor walaupun dicuci berkali-kali, kesulitan untuk menghilangkaj pikiran
bahwa seseorang dicintai telah terbunuh, berpikir berulang-ulang bahwa pintu rumah
ditinggalkan terbuka tanpa dikunci dll. Secara klinis, obsesi yang paling banyak terjadi
berkaitan dengan ketakutan akan kontaminasi, ketakutan mengekspresikan impuls seksual
atau agresif, dan ketakutan hipokondrial akan disfungsi tubuh (Jenike, Baer, & Minichiello,
1986 dalam Nevid, dkk 2005). Obsesi juga dapat berupa keragu-raguan ekstrem,
prokrastinasi, dan ketidaktegasan.
3.2. Kompulsif adalah suatu tingkah laku yang repetitif (seperti mencuci tangan atau memeriksa
kunci) atau tindakan mentalritualistik (seperti berdoa atau mengulang kata tertentu) yang
dirasakan oleh seseorang sebagai suatu keharusan atau dorongan yang harus dilakukan
(APA, 2000 dalam Nevid, 2005)). Kompulsif terjadi sebagai jawaban terhadap pikiran obsesif
dan muncul dengan cukup sering serta kuat sehingga menganggu kehidupan sehari-hari
atau menyebabkan distress yang signifikan. Contoh pola perilaku kompulsif yaitu mengecek
kembali pekerjaan secara berulang-ulang, terus menerus mencuci tangan supaya bersih,
mengecek kembali berulangulang saluran gas sebelum meninggalkan rumah.
Davison, G.C., Neale J.M., &Kring A.M. (2004). Psikologi Abnormal Edisi ke-9. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
STEP 3
1. Mengapa pasien berdebar-debar, sesak napas, ketegangan motoric, dan keringat dingin?
cemas merupakan stressor psikologis atau emosional, normal nya kita sebagai orang biasa
juga akan mnegalami keadaan cemas. dimana stressor psikologis atau emosional (rasa
cemas, ketakutan, kesedihan) --> ketika stressor dikenali --> timbul respons saraf dan
hormon yang melakukan tindakan-tindakan defensif untuk menghadapi keadaan darurat
Respons saraf utama terhadap rangsangan stres adalah pengaktifan sistem saraf simpatis
generalisata --> Sistem simpatis mendorong respons-respons yang mempersiapkan tubuh
untuk aktivitas fisik berat dalam situasi darurat atau penuh stres, misalnya ancaman fisik
dari luar. Respons ini biasanya disebut sebagai respons "fight or flight" (beberapa ahli
fisiologi juga memasukkan ketakutan) karena sistem simpatis menyiapkan tubuh untuk
melawan atau lari dari (dan ditakuti oleh) ancaman. akibat dari adanya peningkatan aktivitas
sistem saraf simpatis :
sehingga orang yang mengalami cemas memang normalnya mengalami keadaan berdebar
debar, keringat berlebih. ditambah lagi pada pasien yang memang terdapat gangguan cemas
terdapat pengaturan yang buruk dari sistem noreadrenalin / noreadrenergik sehingga
terjadi ledakan aktivitas dari respon sistem paraf simpatis yang merupakan bagian dari
sistem saraf otonom.
kalau kita dihadapi stress kan akan micu hormon stress CRH--> Picu pengeluaran Acth lalu ke
med. Adrenal dan ngeluarin Epinefrin. Nah itu salah 1 neurotransmitter simpatis yg jg bisa
bikin efek hiperaktivitas otonom.
Tetapi Kenapa pada orang dengan stress ini bisa membuat ledakan Norepinefrin yg lebih
berpengaruh di otak kita dibanding yg diperifer? Kalau yg diperifer itu lebih kerjanya
epinefrin. Kan kalau secara fisiologis tu tubuh kita akan mengkompensasi bila saraf simpatis
telah bekerja terus terusan dengan dicetusi. Saraf parasimpatisnya. Tapi di kasus ini kan efek
simpatis nya sangat tinggi
Jadi secara umum gangguan berdebar, sesak nafas, ketengangan motoric dll. Merupakan
salah satu respon tubuh terhadap adanya stressor. Nah ini kaitannya sama HPA Axis, yang
dimulai dari Hipothalamus CRH pituitary ACTH Kortex adrenal
epinephrine/norephineprine. Hormon ini nantinya berpengaruh dalam aktivasi saraf
simpatis/parasimpatis. Nah tapi kalo pada orang cemas, terjadi peningkatan stressor yang
terus menerus sehingga ada beberapa perubahan pada kondisi tubuh, yakni:
biasanya orang dengan gangguan cemas akan menghindari suasana atau lingkungan yang
memicu kekhawatiran atau kegelisahan.
Untuk gejala sendiri menjadi gejala dan ciri dari cemas juga bisa dibedakan menjadi ciri fisik,
ciri behavioral, dan ciri kognitif, dan disertai gejala2 somatik.
1. ciri fisik :
o kegelisahan, kegugupan
o tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar
2. Ciri-ciri behavioral
o perilaku menghindar
o perilaku melekat dan dependen
o perilaku terguncang
3. Ciri-ciri kognitif
o khawatir tentang sesuatu
o perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di
masa depan
cemas itu dia bisa ada 2 jenis
o Facilitating anxiety : cemas bisa bikin kinerja seseorang lebih meningkat, kaya
mahasiswa takut ujian, dia malah bisa belajar lebih giat lagi
o Debilitating anxiety : contoh kalo mahasiswa mau ujian, ada takut yang berlebihan,
sehingga malah ada hambatan buat jawab petanyaan ujiannya
STEP 4