Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

MAKALAH
MINERAL EKONOMI NIKEL

OLEH

YESSEICHA OCTHARIANI SEUBELAN

NIM. 1906100029

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah Mineral Ekonomi Nikel ini dapat diselesaikan dengan baik.
Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah Mineral Ekonomi Nikel ini. Dan saya juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan
dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi
bahan makalah.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan
serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-
baiknya. Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah Mineral Ekonomi
Nikel ini sehingga diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.
Akhir kata saya mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa. Semoga makalah Mineral
Ekonomi Nikel ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Kupang, 29 Nopember 2020,

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ..............ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 KETERDAPATAN BAHAN GALIAN NIKEL.......................................................3
2.2 DESKRIPSI NIKEL ………………………………………………………………………………….3
2.3 KEADAAN GEOLOGI .....................................................................................4
2.4 KONDISI MINERALOGY ................................................................................4
2.5 KONDISI TOPOGRAFI DAN MORFOLOG ......................................................5
2.6 IKLIM.............................................................................................................5
2.7 SIFAT FISIKA DAN KIMIA NIKEL ....................................................................5
BAB III GANESA/MULA JADI, PELEBURAN DAN PEMURNIAN NIKEL
3.1 PROSES KIMIA PEMBENTUKAN NIKEL ........................................................6
3.2 EKSPLORASI NIKEL ......................................................................................6
3.3 EKSPLOITASI NIKEL .....................................................................................7
3.4 PENGOLAHAN BAHAN GALIAN NIKEL ........................................................7
3.5 PENGOLAHAN NIKEL FENI DARI BIJIH LATERIT ..........................................7
3.6 PROSES PEMURNIAN NIKEL ......................................................................10
BAB IV KEGUNAAAN DAN MANFAAT NIKEL ……………………………….........................11
BAB V PENUTUP.........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG

Nikel ditemukan oleh Cronstedt pada tahun 1751 dalam mineral yang disebutnya
kupfernickel (nikolit). Nikel merupakan bahan galian yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi
karena pada masa sekarang dan masa yang akan datang kebutuhan Nikel semakin meningkat
disamping dari kebutuhan lainnya yang persediaannya semakin terbatas, sehingga mendorong
minat pengusaha untuk membuka pertambangan Nikel.

Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ni dan nomor
atom 28. Bentuk struktur kristalnya FCC. dan juga bersifat magnetis. Nikel mempunyai sifat tahan
karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan
logam lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Perpaduan nikel, krom dan besi
menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak diaplikasikan pada peralatan dapur
(sendok, dan peralatan memasak), ornamen-ornamen rumah dan gedung, serta komponen
industri.

Nikel adalah bahan galian golongan A, yang dimana bahan galian yang tergolong
strategis. Minyak bumi dan batubara juga sama dalam bahan galian golongan A, yang kita tahu
dewasa ini bahan galian golongan A sangat dicari oleh investor – investor yang bergerak dibidang
pertambangan dan usaha lainnya.

Bahan galian Nikel banyak fungsinya, salah satunya dalam pembuatan baja yang tahan
karat, bisa juga dipakai sebagai alat – alat laboratorium Fisika dan Kimia, serta banyak lagi fungsi
lainnya, sehingga menarik sekali untuk dikelola.
2. RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah mengenai bahan galian Nikel ini, permasalahan yang dihadapi dibatasi pada:

· Deskripsi Nikel
· Sifat dan kegunaan nikel
· Ganesa/mula jadi, peleburan dan pemurnian nikel
· Manfaat dan Kegunaan Nikel
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keterdapatan Bahan Galian Nikel

Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan menjadi ciri komponen yang
membedakan meteorit dari mineral lainnya. Nikel diperoleh secara komersial dari pentlandit dan pirotit di
kawasan Sudbury Ontario, sebuah daerah yang menghasilkan 30% kebutuhan dunia akan nikel.

Meteorit besi atau siderit, dapat mengandung alloy besi dan nikel berkadar 5-25%. Potensi nikel
terdapat di Pulau Sulawesi, Kalimantan bagian tenggara, Maluku, dan Papua.Selain itu terdapat juga di
daerah Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), Maluku Utara (Malut) Ternate. Logam ini
ditambang di Rusia, Australia, Indonesia, Kaledonia Baru, Kuba, Kanada, dan Afrika Selatan.

2.2 Deskripsi Nikel

Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ni dan nomor atom
28. Nikel adalah logam berwarna putih keperak–perakan sedikit semburat keemasan. Nikel termasuk
logam transisi, dan memiliki sifat keras serta ulet. Nikel juga tergolong dalam grup logam besi-kobalt, yang
dapat menghasilkan paduan yang sangat berharga. Nikel murni berbentuk bubuk untuk memaksimalkan
luas permukaan reaktif, memiliki aktivitas kimia yang signifikan, tetapi potongan yang besar lambat
bereaksi dengan udara dalam kondisi normal karena lapisan teroksidasi terbentuk di permukaan dan
mencegah korosi lebih lanjut (pasivasi). Meski begitu, nikel murni hanya ditemukan di kerak bumi dalam
jumlah kecil, biasanya di batuan ultrabasa, dan di dalam meteorit besi atau siderit yang tidak terpapar
oksigen saat berada di luar atmosfer Bumi.

Nikel di dalam meteorit ditemukan bersama dengan besi, yang berasal dari supernova.
Campuran besi–nikel diperkirakan menyusun inti luar dan inti dalam bumi.[7]

Penggunaan nikel (sebagai paduan nikel-besi) dimulai sejak 3500 SM. Nikel pertama kali
diklasifikasikan sebagai unsur kimia pada tahun 1751 oleh Axel Fredrik Cronstedt, yang awalnya mengira
bijih tersebut sebagai mineral tembaga, di tambang kobalt di Los, Hälsingland, Swedia. Nama elemen ini
berasal dari peri nakal dari mitologi penambang Jerman, Nickel (mirip dengan Nick Lama), yang
mempersonifikasikan fakta bahwa bijih tembaga–nikel tidak bisa dimurnikan menjadi tembaga. Sumber
nikel yang penting secara ekonomi adalah bijih besi limonit, yang mengandung 1–2% nikel. Mineral bijih
nikel penting lainnya termasuk pentlandit dan campuran silikat alami yang kaya nikel yang dikenal sebagai
garnierit. Lokasi produksi utama terletak di wilayah Sudbury di Kanada (yang diperkirakan berasal dari
meteorit), Kaledonia Baru, dan Norilsk di Rusia.

Nikel secara perlahan teroksidasi oleh udara pada suhu normal dan dianggap tahan korosi.
Dalam sejarah, nikel digunakan untuk pelapisan besi dan kuningan, melapisi peralatan kimia, dan
membuat paduan tertentu yang mempertahankan polesan perak tinggi, seperti perak Jerman. Sekitar 9%
digunakan untuk lapisan nikel tahan korosi. Benda yang dilapisi nikel terkadang memicu alergi nikel. Nikel
banyak digunakan dalam uang logam, walaupun kenaikan harga telah menyebabkan penggantian nikel
dengan logam yang lebih murah dalam beberapa tahun terakhir.
Nikel adalah salah satu dari empat elemen (yang lainnya adalah besi, kobalt, dan gadolinium) [8]
yang bersifat feromagnetik pada suhu normal. Magnet permanen Alnico yang mengandung nikel memiliki
kekuatan sedang antara magnet permanen besi dan magnet tanah jarang. Perpaduan nikel, krom dan besi
menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak diaplikasikan pada peralatan dapur (sendok,
dan peralatan memasak), ornamen-ornamen rumah dan gedung, serta komponen Industri. Nikel penting
di zaman modern, terutama untuk paduan; sekitar 68% digunakan untuk baja tahan karat. 10% digunakan
untuk paduan nikel–tembaga, 7% untuk baja paduan, 3% untuk pengecoran, 9% untuk pelapisan dan 4%
dalam penggunaan lain, yang termasuk sektor baterai yang cepat berkembang.[9] Sebagai suatu senyawa,
nikel memiliki kegunaan pembuatan bahan kimia khusus, seperti katalis untuk hidrogenasi (untuk ini
digunakan nikel Raney), katoda untuk baterai, pigmen, dan perawatan permukaan logam. [10] Nikel
merupakan nutrisi yang penting untuk sebagian mikroorganisme dan tumbuhan yang memiliki enzim
dengan nikel sebagai situs aktifnya.

2.3. Keadaan Geologi

Nikel biasanya terbentuk bersama-sama dengan kromit dan platina dalam batuan ultrabasa seperti
peridotit, baik termetamorfkan ataupun tidak. Terdapat dua jenis endapan nikel yang bersifat komersil,
yaitu: sebagai hasil konsentrasi residual silika dan pada proses pelapukan batuan beku ultrabasa serta
sebagai endapan nikel-tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan pirit, pirotit, dan kalkopirit.

· PROTOLITH
Merupakan dasar (bagian terbawah) dari penampang vertikal. Merupakan batuan asal
yang berupa batuan ultramafik (harzburgite, peridotit atau dunit). Nikel terdapat (muncul)
bersama-sama dengan struktur mineral silikat dari magnesium-rich olivin atau sebagai hasil
(alterasi serpentinisasi). Olivin tidak stabil pada pelapukan kimiawi “amorphous ferric
hydroxides”, minor amorphous silikat dan beberapa unsur tidak mobile lainnya.
· SAPROLITE
Fragmen-fragmen batuan asal masih ada, tetapi mineral-mineralnya pada umumnya
sudah terubah. Batas antara zona saprolite dan protolith pada umumnya irregular dan bergradasi.
Pada beberapa endapan nikel laterit, zona ini dicirikan dengan keberadaan pelapukan mengulit
bawang (spheroidal weathering). Dengan berkembangnya proses pelapukan, unsur Mg di dalam
protholith umumnya terlindikan (leached), dan silika sebagian terbawa oleh air tanah.
· LIMONIT
Bagian yang kaya dengan oksida besi akibat dari proses pembentukan zona saprolite
(oksida besi dominan pada bagian atas dari zona saprolite) horizon limonit. TUDUNG BESI
(erriginous duricrust, cuirasse, canga, ferricrete). Suatu lapisan dengan konsentrasi besi yang
cukup tinggi, melindungi lapisan endapan laterit di bawahnya terhadap erosi.

2.4. Kondisi Mineralogy


Endapan nikel laterite terbentuk baik pada mineral jenis silicate atau oxide. Kemiripan radius ion
Ni2+ dan Mg2+ memungkinkan substitusi ion diantara keduanya. Umumnya, mineral bijih dari jenis
hidrous silicate seperti talc, smectite, sepiolite, dan chlorite terbentuk selama proses metamorphisme
temperature rendah dan selama proses pelapukan dari batuan induk. Umumnya, mineral – mineral
tersebut mempunyai variasi ratio Mg dan Ni. Mineral garnierite dari jenis silicate mempunyai ciri poor
kristalin, texture afanitik, dan berstuktur seperti serpentinite (Brindley,1978).

2.5. Kondisi Topografi dan Morfologi


Dua faktor tersebut sangat penting dalam endapan nikel laterit karena kaitannya dengan posisi water
table, stuktur dan drainage. Zona enrichment nikel laterite berada di topografi bagian atas (upper hill
slope,crest, plateau, atau terrace). Kondisi water table pada zona ini dangkal,apalagi ditambah dengan
adanya zona patahan n shear or joint. In consequence, akan mempercepat proses palarutan kimia
(leaching processes) yang pada akhirnya akan terbentuk endapan saprolite mengandung nikel yang cukup
tebal. Kondisi seperti ini dapat dijumpai di beberapa tempat sepeti Indonesia,New Caledonia, Ural
(Russia) dan Columbia. Sebaliknya, pada topografi yang rendah, water table yang dalam akan
menghambat proses pelarutan unsur – unsur dari batuan induk.

2.6. Iklim
Tempat – tempat yang beriklim tropis seperti Indonesia, Columbia memungkinkan untuk terjadinya
endapan Nikel laterite. Kondisi curah hujan yang tinggi,temperatur yang hangat ditambah dengan
aktivitas biogenic akan mempercepat proses pelapukan kimia, dimana Nikel laterite bisa mudah
terbentuk.

2.7. Sifat Fisika dan Kimia Nikel


· Nikel merupakan logam keras, ulet, bisa ditempa, dan berwarna putih keperakan.
· Nikel merupakan konduktor panas dan listrik yang cukup baik. Senyawa nikel umumnya bersifat
bivalen, meskipun terdapat pula tingkat valensi lainnya.
· Unsur ini membentuk sejumlah senyawa kompleks. Sebagian besar senyawa nikel berwarna biru
atau hijau.
· Nikel larut perlahan dalam asam encer namun, seperti besi, menjadi pasif ketika dipaparkan
dengan asam nitrat.
· Kebanyakan nikel di bumi tidak dapat diakses karena berada dalam inti bumi cair. Nikel diketahui
menyumbang 10% komposisi inti bumi.
· Jumlah total nikel yang terlarut dalam laut berada pada kisaran 8 miliar ton.
· Bahan organik memiliki kemampuan menyerap logam ini sehingga menjelaskan mengapa
batubara dan minyak bumi memiliki kandungan nikel cukup besar.
· Kandungan nikel dalam tanah bisa serendah 0,2 ppm atau setinggi 450 ppm di beberapa jenis
tanah liat, dengan rata-rata kandungan sekitar 20 ppm.
· Nikel terdapat pada sebagian kacang-kacangan yeng menjadi komponen penting beberapa enzim.
· Makanan lain yang kaya nikel adalah teh yang memiliki 7,6 mg nikel/kg daun teh kering.
· Nikel bersenyawa dengan sulfur dalam mineral millerite dan dengan arsenik dalam mineral
niccolite.
· Kebanyakan bijih nikel diekstrak dari besi-nikel sulfida, seperti dari pentlandit.
Sifat fisik
· logam putih keperak-perakan yang berkilat, keras
· dapat ditempa dan ditarik
· feromagnetik
· TL : 1420ºC, TD : 2900ºC
Sifat kimia
· pada suhu kamar, reaksi dengan udara lambat
· jika dibakar, reaksi berlangsung cepat membentuk oksida NiO
· dengan Cl2 membentuk Klorida (NiCl2)
· dengan steam H2O membentuk Oksida NiO
· dengan HCl encer dan asam sulfat encer, reaksi berlangsung lambat
· dengan asam nitrat dan aquaregia, Ni segera larut
Ni(NO3)2 + NO + H2O → Ni + HNO3
· tidak bereaksi dengan basa alkali
· bereaksi dengan H2S menghasilkan endapan hitam

2.8. Karakteristik

Unsur Nama, Lambang, Nomor atom: Nikel, Ni, 28


Deret kimia : logam transisi
Golongan, Periode, Blok : 10, 4, d
Penampilan : kemilau, metalik
Konfigurasi elektron : [Ar] 3d8 4s2
Kelimpahan : 99 ppm
Densitas : 8,908 g cm-3
Titik leleh : 14550C
Titid didih : 29200C
Jari-jari atomik : 124 pm
Elektronegativitas : 1,8
BAB III
GANESA/MULA JADI, PELEBURAN DAN PEMURNIAN NIKEL
3.1 Proses Kimia Pembentukan Nikel

Nikel terbentuk bersama mineral silikat kaya akan unsur Mg. Olivin adalah jenis mineral yang
tidak stabil selama pelapukan berlangsung. Saprolite adalah produk pelapukan pertama, meninggalkan
sedikitnya 20% fabric dari batuan aslinya (parent rock). Batas antara batuan dasar, saprolite dan
wathering front tidak jelas dan bahkan perubahannya gradasional. Endapan nikel laterite dicirikan dengan
adanya speroidal weathering sepanjang joints dan fractures ( boulder saprolite). Selama pelapukan
berlangsung, Mg larut dan Silika larut bersama groundwater. Ini menyebabkan fabric dari batuan
induknya sepenuhnya berubah. Sebagai hasilnya, Fe-Oxide mendominasi dengan membentuk lapisan
horizontal diatas saprolite yang sekarang kita kenal sebagai Limonite.

Proses kimia dan fisika dari udara, air serta pergantian panas dingin yang bekerja kontinu,
menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk . Pada pelapukan kimia khususnya, air
tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-
mineral yang tidak stabil (olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut;
Si cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat halus. Didalam larutan, Fe
teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya membentuk mineral-mineral seperti
geothit, limonit, dan haematit dekat permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur
cobalt dalam jumlah kecil.

Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama larutannya bersifat
asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral akibat adanya kontak dengan tanah dan
batuan, maka ada kecenderungan untuk membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam
rantai silikat atau hydrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap pada
celah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit dan krisopras. Sedangkan
larutan residunya akan membentuk suatu senyawa yang disebut saprolit yang berwarna coklat kuning
kemerahan. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa
kebawah sampai batas pelapukan dan akan diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa mengisi
celah-celah atau rekahan-rekahan pada batuan induk. Dilapangan urat-urat ini dikenal sebagai batas
petunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut dengan akar pelapukan (root of
weathering)

3.2 Eksplorasi Nikel


Dalam Eksplorasi Nikel banyak hal yang harus dilakukan, antara lain :
· Membuat analisis statistic dari data kadar bijih nikel, ketebalan bijih, dan ketebalan overburden,
kemudian lakukan verifikasi data berdasarkan parameter statistic.
· Membuat peta kontur topografi dan kontur kadar bijih nikel kemudian membuat analisanya.
· Membuat peta kontur ketebalan OB.
· Menghitung sumberdaya bijih nikel, bisa menggunakan metode NNP.
· Membuat batas PIT potensial.
· Lalu menghitung berapa cadangannya
3.3 Eksploitasi Nikel

Lorite dan Logam nikel diambil dari endapan primer yaitu dari batuan ultra basa dan endapan
residu yaitu berupa tanah laterite nikel berupa mineral garnierite, Ni-chlorite dan Nieeolite NiAs. Terlihat
adanya perubahan Ekploitasi dari bahn Galian Nikel.

3.4 Pengolahan Bahan Galian Nikel

Hasil bijih yang ada dimasukan kedalam proses penghancuran sehingga mempunyai diameter 20
cm dan kemudian digiling sampai diameter 2 mm dengan kadar nikel 21 %. Pemurnian untuk
menghilangkan unsure belerang, silica, karbon, phaspor, chromium, dengan 2 tahap yaitu :

1. Menggunakan karbit dan bubuk soda sebagai bahan pembuang belerang.


2. Menggunakan bath (pemurnian karbon tinggi) yaitu ferro nikel cair dalam tanggul goyang
(shaking conveyor) dengan dihambusi oksigen untuk membuang berbagai unsur yaitu chromium,
karbon, silica, phaspor sehingga akan menghasilkan ferro nikel dengan kadar karbon rendah.

Hasil penambangan di Soroako mengandung nikel (saprolitie ore) tapi masih mengandung air
28%, kemudian direduksi untuk menghilangkan kadar air dan minyak yang diinjeksi dengan aliran listrik
yang terputus – putus diatas panas dalam tanur, kemudian diberi belerang, dilebur dan didapatkan nikel
kasar dengan kadar 25 % nikel dan dimurnikan dalam sebuah konvertor sehingga kadar nikelnya menjadi
75% nikel matte. Secara umum, mineral bijih di alam ini dibagi dalam 2 (dua) jenis yaitu mineral sulfida
dan mineral oksida. Begitu pula dengan bijih nikel, ada sulfida dan ada oksida. Masing-masing mempunyai
karakteristik sendiri dan cara pengolahannya pun juga tidak sama. Dalam bahasan kali ini akan dibatasi
pengolahan bijih nikel dari mineral oksida (Laterit).

Bijih nikel dari mineral oksida (Laterite) ada dua jenis yang umumnya ditemui yaitu Saprolit dan
Limonit dengan berbagai variasi kadar. Perbedaan menonjol dari 2 jenis bijih ini adalah kandungan Fe
(Besi) dan Mg (Magnesium), bijih saprolit mempunyai kandungan Fe rendah dan Mg tinggi sedangkan
limonit sebaliknya. Bijih Saprolit dua dibagi dalam 2 jenis berdasarkan kadarnya yaitu HGSO (High Grade
Saprolit Ore) dan LGSO (Low Grade Saprolit Ore), biasanya HGSO mempunyai kadar Ni ≥ 2% sedangkan
LGSO mempunyai kadar Ni.

3.5 Pengolahan Nikel FeNi dari Bijih Laterit

Berdasarkan table 1, faktor yang paling penting diperhatikan adalah basisitas (tingkat kebasaan)
MgO/SiO2 atau ada juga yang mengukur berdasarkan SiO2/MgO. Tingkat kebasaan ini menentukan brick/
refractory/bata tahan api yang harus digunakan di dalam tungku (furnace), jika basisitas tinggi maka
refractory yang digunakan juga sebaiknya mempunyai sifat basa agar slag (terak) tidak bereaksi dengan
refractory yang akan menghabiskan lapisan refractory tersebut. Basisitas juga menentukan viscositas slag,
semakin tinggi basisitas maka slag semakin encer dan mudah untuk dikeluarkan dari furnace. Namun
basisitas yang terlalu tinggi juga tidak terlalu bagus karena difusi Oksigen akan semakin besar sehingga
kehilangan Logam karena oksidasi terhadap logam juga semakin besar.

Secara umum proses pengolahan bijih nikel jalur pyrometallurgy dibagi dalam beberapa tahap
seperti dalam diagram berikut:
1.Kominusi
Kominusi adalah proses reduksi ukuran dari ore agar mineral berharga bisa terlepas dari bijihnya.
Berbeda dengan pengolahan emas, dalam tahap kominusi untuk nikel ore ini hanya dibutuhkan ukuran
maksimal 30 mm sehingga hanya dibutuhkan crusher saja dan tidak dibutuhkan grinder.

2.Drying
Drying atau pengeringan dibutuhkan untuk mengurangi kadar moisture dalam bijih. Biasanya
kadar moisture dalam bijih sekitar 30-35 % dan diturunkan dalam proses ini dengan rotary dryer menjadi
sekitar 23% (tergantung desain yang dibuat). Dalam rotary dryer ini, pengeringan dilakukan dengan cara
mengalirkan gas panas yang dihasilkan dari pembakaran pulverized coal dan marine fuel dalam Hot Air
Generator (HAG) secara Co-Current (searah) pada temperature sampai 200 C.

3.Calcining
Tujuan utama proses ini adalah menghilangkan air kristal yang ada dalam bijih,air kristal yang
biasa dijumpai adalah serpentine (3MgO.2SiO2.2H2O) dan goethite (Fe2O3.H2O). Proses dekomposisi ini
dilakukan dalam Rotary Kiln dengan tempetatur sampai 850 oC menggunakan pulverized coal secara
Counter Current. Reaksi dekomposisi air kristal yang terjadi adalah sebagai berikut:

a. Serpentine

Reaksi dekomposisi dari serpentine adalah sebagai berikut:

3MgO.2SiO2.2H2O = 3 MgO + 2 SiO2 + 2 H2O

Reaksi ini terjadi pada temperatur 460-650 C dan tergolong reaksi endotermik. Pemanasan lebih
lanjut MgO dan SiO2 akan membentuk forsterite dan enstatite yang merupakan reaksi
eksotermik.

2MgO+SiO2=2MgO.SiO2
MgO + SiO2 = MgO.SiO2

b. Goethite

Reaksi dekomposisi dari goethite adalah sebagai berikut:

Fe2O3.H2O = Fe2O3 + H2O

Reaksi ini terjadi pada 260C – 330C dan merupakan reaksi endotermik. Di samping menghilangkan air
kristal, pada proses ini juga biasanya didesain sudah terjadi reaksi reduksi dari NiO dan Fe2O3. Dalam
teknologi Krupp rent, semua reduksi dilakukan dalam rotary kiln dan dihasilkan luppen. Sedangkan dalam
technology Electric Furnace, hanya sekitar 20% NiO tereduksi secara tidak langsung dalam rotary kiln
menjadi Ni dan 80% Fe2O3 menjadi FeO sedangkan sisanya dilakukan dalam electric furnace. Produk dari
rotary kiln ini disebut dengan calcined ore dengan kandungan moisture sekitar 2% dan siap dilebur dalam
electric furnace.
4.Smelting
Proses peleburan dalam electric furnace adalah proses utama dalam rangkaian proses ini. Reaksi
reduksi 80% terjadi secara langsung dan 20% secara tidak langsung pada temperature sampai 1650 C.
Reaksi reduksi langsung yang terjadi adalah sebagai berikut:

NiO(l)+C(s)=Ni(l)+CO(g)
FeO(l) + C(s) = Fe(l) + CO(g)

Beberapa material yang mempunyai afinitas yang tinggi terhadap oksigen juga tereduksi dan
menjadi pengotor dalam logam.
SiO2(l)+2C(s)=Si(l)+2CO(g)
Cr2O3(l)+3C(s)=2Cr(l)+3CO(g)
P2O5(l)+5C(s)=2P(l)+5CO(g)
3Fe(l) + C(s) = Fe3C(l)
Karbon disupplay dari Antracite (tergantung desain), dan reaksi terjadi pada zona leleh elektroda.
CO(g) yang dihasilkan dari reaksi ini ditambah dengan CO(g) dari reaksi boudoard mereduksi NiO dan FeO
serta Fe2O3 melalui mekanisme solid-gas reaction (reaksi tidak langsung):

NiO(s)+CO(g)=Ni(s)+CO2(g)
CoO(s)+CO(g)=Co(s)+CO2(g)
FeO(s)+CO(g)=Fe(s)+CO2(g)
Fe2O3(s) + CO(g) = 2FeO(s) + CO2(g)

Reaksi ini merupakan reaksi eksotermik sehingga tidak membutuhkan pemanasan lagi pasca
smelting.Proses selanjutnya adalah converting, sebenarnya proses ini masih dalam bagian refining hanya
untuk membedakan antara menurunkan sulfida dengan menurunkan pengotor lain seperti Si, P, Cr dan C
sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan prosesnya sama hanya saja reaksi lebih dominan oksidasi dari
oksigen.
Si(l)+O2(g)=SiO2(l)↔SiO2(l)+CaO(l)=CaO.SiO2(l)
Cr (l) + 5O2 (g)= 2Cr2O3 (l)
4P (l)+ 5O2 (g)= 2P2O5 (l) ↔CaO (l)+P2O5 (l)= CaO. P¬2O5 (l)
C(l) + ½ O2 (g)= CO (g)
C(l) + O2 (g)= CO2 (g)
Oksida stabil seperti SiO2, Cr2O3 dan P2O5 tidak tereduksi melalui reaksi tidak langsung. Sampai di
sini Crude Fe-Ni sudah terbentuk dan proses sudah bisa dikatakan selesai.

5.Refining

Pada proses ini yang paling utama adalah menghilangkan/memperkecil kandungan sulfur dalam
crude Fe-Ni dan sering disebut Desulfurisasi. Dilakukannya proses ini berkaitan dengan kebutuhan proses
lanjutan yaitu digunakannya Fe-Ni sebagai umpan untuk pembuatan Baja dimana baja yang bagus harus
mengandung Sulfur maksimal 20 ppm sedangkan kandungan Sulfur pada Crude Fe-Ni masih sekitar 0,3%
sehingga jika kandungan sulfur tidak diturunkan maka pada proses pembuatan baja membutuhkan kerja
keras untuk menurunkan kandungan sulfur ini.
Sedangkan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

CaC2(S)+S=CaS(S)+2C(Sat)
Na2CO3+S+Si=Na2S+(SiO2)+CO
Na2Co3 + SiO2 = Na2O . SiO2 + CO2

Reaksi ini merupakan reaksi eksotermik sehingga tidak membutuhkan pemanasan lagi pasca
smelting.

Proses selanjutnya adalah converting, sebenarnya proses ini masih dalam bagian refining hanya
untuk membedakan antara menurunkan sulfida dengan menurunkan pengotor lain seperti Si, P, Cr dan C
sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan prosesnya sama hanya saja reaksi lebih dominan oksidasi dari
oksigen.

3.6 Proses Pemurnian Nikel (Ni)

Proses pemurnian nikel diawali dengan pembakaran bijih nikel, kemudian dicairkan untuk proses
reduksi dengan menggunakan arang dan bahan tambahan lain dalam sebuah dapur tinggi. Dari proses
tersebut nikel yang didapat kurang lebih 99%. Jika hasil yang diinginkan lebih baik (tidak berlubang),
proses pemurniannya dikerjakan dengan jalan elektrolisis di atas sebuah cawan tertutup dalam dapur
nyala api. Reduktor yang digunakan biasanya mangan dan fosfor.

Bijih-bijih nikel dapat diklassifikasikan menjadi dua golongan :

Setelah bijih mengalami proses pendahuluan yang meliputi crushing drying, sintering, kemudian
bijih diproses lanjut secara

a. Proses Pyrometallurgy
b. Proses Hydrometallurgy

Reduksi yang terjadi pada proses ini hanya sebagian dari besi saja yang dapat diikat menjadi terak,
dan sebagian besar masih dalam bentuk ferro-nikel alloy.Dalam hal ini untuk memisahkan besi dari nikel
pada reaksi peleburan tersebut ditambahkan beberapa bahan yang mengandung belerang (Gypsum atau
Pyrite). Karena perbedaan daya ikat besi dan nikel terhadap oksigen dan belerang, sehingga proses ini
didapatkan metal yaitu paduan Ni3S2 dan FeS dan sebagian besar besi dapat diterakkan.

Metal yang dihasilkan ini masih mengandung lebih dari 60 % Fe dan selanjatnya metal yang masih
dalam keadaan cair terus diprosos lagi dalam konvertor. Proses-proses konvertor diberikan bahan tambah
silikon untuk menterakkan oksida besi.Terak hasil konvertor ini masih mengandung nikel yang cukup
tinggi,sehingga terak ini biasanya di proses ulang pada peleburan(Resmelting).Proses selanjutnya metal di
panggang untuk memisahkan belerang.

Nikel oxide yang didapat dari pemanggangan selanjutnya di reduksi dengan bahan tambah arang
(charcoal), sehingga didapat logam nikel. Pada proses ini concentrat di leaching dengan larutan ammonia
didalam autoclave dengan tekanan kurang lebih 7 atm (gauge)Tembaga, nikel dan cobalt terlarut kedalam
larutan ammonia.
BAB IV
KEGUNAAN DAN MANFAAT NIKEL

4.1. Kegunaan Nikel


· Untuk melapisi barang yang terbuat dari besi, tembaga, baja karena nikel mempunyai sifat keras,
tahan korosi dan mudah mengkilap jika digosok.
· Untuk membuat baja tahan karat (stailess stell)
· Untuk membuat aliase dengan tembaga dan beberapa logam lain seperti :
a. Monel (Ni, Cu, Fe) Digunakan untuk membuat instrumen tranmisi listrik
b. Nikrom(Ni,Fe,Cr) Digunakan sebagai kawat pemanas
c. Alniko (Al, Ni, fe, Co) digunakan untuk membuat magnet.
d. Palinit dan Invar yaitu paduan nikel yang mempunyai koefisien muai yang sama dengan gelas
yang digunakan sebagai kawat listrik yang ditanam dalam kaca, misalnya pada bolam lampu pijar.
e. Serbuk nikel digunakan sebagai katalisator, misalnya pada hidrogenansi (pemadatan) minyak
kelapa, juga pada cracking minyak bumi.

Penggunaan utama nikel adalah sebagai bahan pembuat logam paduan. Logam paduan nikel memiliki
karakteristik kuat, tahan panas, serta tahan karat. Nikel mudah dibentuk dan bisa ditarik menjadi kawat.
Logam ini tahan korosi bahkan pada suhu tinggi sehingga banyak digunakan pada turbin gas dan mesin
roket. Monel adalah paduan nikel dan tembaga yang tidak hanya keras tapi bisa menahan korosi oleh air
laut, sehingga ideal digunakan sebagai baling-baling kapal dan fasilitas desalinasi. Sekitar 65 % nikel
digunakan untuk membuat stainless steel, yang umumnya memiliki komposisi sebagian besar besi, 18 %
kromium, dan 8 % nikel. 12 % dari semua nikel digunakan sebagai elemen paduan super. Sisa 23% antara
lain digunakan sebagai paduan baja, baterai isi ulang, katalis dan bahan kimia lainnya, mata uang logam,
produk pengecoran, dan plating.

Umumnya unsure transisi itu merupakan katalisator, nikel dijadikan salah salah satu katalisator pada
hidrogenansi (pemadatan minyak kelapa karena nikel dapat mengkatalis pada suhu yang tinggi tanpaikut
bereaksi

4.2. Manfaat Nikel dalam kehidupan sehari-hari

Manfaat nikel dalam kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh strukturnya yang keras, namun
mudah ditempa dan ulet. Nikel sendiri berasal dari sisa-sisa tumbuhan ataupun makhluk hidup
yang terkubur di dalam tanah selama jutaan tahun. Nikel merupakan bagian hasil pertambangan
dalam kategori logam.

Nikel yang memiliki warna keperakan ini mulanya dianggap sebagai logam pengotor pada
tembaga. Kemudian pada akhirnya menjadi satu logam tersendiri yang memiliki nilai tinggi,
setelah adanya penelitian yang menyimpulkan nikel dapat ditemukan dalam meteroit.
Manfaat nikel dalam kehidupan sehari-hari memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia.
Walaupun tidak seterkenal minyak bumi, batu bara dan bijih besi sebagai hasil tambang, nikel yang bisa
ditambang di Indonesia ini memiliki berbagai manfaat untuk kehidupan manusia.

1. Pembuatan Stainless Steel dan Koin

Manfaat nikel dalam kehidupan sehari-hari yang pertama adalah sebagai bahan campuran
pembuatan stainless steel. Perabotan stainless steel umumnya menggunakan bahan nikel karena
memiliki ketahanan terhadap karat.

Stainless steel biasanya terbuat dari bijih besi yang dicampur dengan nikel dan krom agar tidak
mudah teroksidasi oleh air dan udara. Karena itulah Stainless steel tidak mudah berkarat layaknya
besi biasa. Jadi, tidak heran perabot dapur seperti garpu dan sendok biasanya dibuat dari logam
nikel.

Pembuatan Koin

Selain sebagai bahan pembuatan stainless steel, manfaat nikel untuk kehidupan sehari-hari
berikutnya adalah untuk pembuatan koin. Uang koin di Indonesia umumnya dibuat dari nikel
karena sifatnya yang alot dan mudah dibentuk. Seperti yang kita ketahui ada dua jenis uang di
Indonesia yaitu uang koin dan kertas. Beberapa uang koin yang beredar di Indonesia
menggunakan bahan nikel.

Bahan ini terlihat lebih padat dan berat jika dibandingkan dengan aluminum. Pada 2010 Bank
Indonesia meresmikan mata uang koin dengan bahan nikel yaitu uang pecahan Rp1000.

2. Campuran pada Besi Baja

Besi baja adalah campuran berbagai macam unsur logam dengan bahan utama besi. Besi baja
dengan kualitas yang tinggi tidak terlepas dari campuran kandungan nikel. Manfaat nikel dalam
campuran besi baja adalah membuat campuran menjadi lebih keras dibandingkan campuran
dengan alumunium. Hal ini tentunya bisa dimasukkan dalam manfaat nikel dalam kehidupan
sehari-hari.

Kandungan nikel membuat baja memiliki kekuatan yang baik dibanding besi baja yang hanya
dicampur alumunium. Campuran nikel, juga menjadikan besi baja menjadi tahan dari serangan
karat. Hal demikian tidak ditemukan pada besi baja murni. Struktur ini biasa dipakai untuk bahan
bangunan dan rel kereta api.

3. Pembuatan Rangka Otomotif

Manfaat nikel dalam kehidupan sehari-hari berikutnya adalah dalam pembuatan rangka otomotif.
Kandungan nikel pada rangka otomotif menjadikan hasilnya terlihat lebih mengkilap serta tidak
mudah berkarat. Sehingga pada akhirnya membuat rangka otomotif menjadi lebih awet karena
tidak cepat rusak.
Karena itulah, biasanya kamu akan melihat velg, bumper dan knalpot pada mobil terlihat begitu
mengkilap. Hal ini karena rangka otomotif banyak menggunakan bahan nikel dalam
pembuatannya.

4. Baterai Isi Ulang

Salah satu manfaat nikel dalam kehidupan sehari-hari yang tak kalah penting adalah sebagai
bahan pembuatan baterai. Baterai berbahan nikel termasuk baterai sekunder yang bisa diisi
ulang. Berbeda dengan baterai primer yang hanya sekali pakai.

Baterai ini banyak dimanfaatkan sebagai sumber energi peralatan elektronik. Baterai nikel yang
banyak dikenal adalah jenis baterai nikel-kadmiun (Ni-Cd) dan Nikel Metal Hibrida (NiMH).

5. Pembuatan Kawat

Dengan sifat tahannya terhadap karat, nikel juga bisa dimanfaatkan untuk campuran pembuatan
kawat. Dalam hal ini contohnya seperti pembentukan turbin pesawat.

Nikel kawat juga bisa dimanfaatkan sebagai alat laboratorium khususnya pada alat penghantar
panas yang baik. Hal ini karena unsur nikel juga merupakan konduktor panas yang baik. Hal ini
tentunya menegaskan pentingnya manfaat nikel dalam kehidupan sehari-hari.

6. Sebagai Pelapis Antikarat

Manfaat nikel dalam kehidupan sehari-hari berikutnya adalah sebagai campuran atau pelapis anti
karat. Unsur nikel memang sangat baik digunakan sebagai campuran atau pelapis anti karat.
Logam yang dilapisi unsur nikel tidak cepat rusak karena sifatnya yang anti karat.

Selain itu nikel memberikan efek mengkilap yang membuat logam terlihat lebih menarik. Oleh
karena itu nikel banyak digunakan sebagai pelapis khususnya dalam industri makanan.

Bahkan nikel dengan sifatnya yang kuat dan anti karat, sering juga dimanfaatkan sebagai pelapis
terluar untuk berbagai senjata produksi pabrikan ternama. Dengan adanya lapisan nikel pada
bagian luar senjata, dapat dipastikan senjata akan bertambah baik, karena menjadi lebih kuat dan
tahan karat serta tidak mudah mengalami korosi. Itulah beberapa manfaat nikel dalam kehidupan
sehari-hari yang perlu kamu ketahui.
BAB VI
PENUTUP

KESIMPULAN

Dari hasil pembuatan makalah mengenai Bahan Galian Nikel ini, bisa kita lihat dan simpulkan
bagaimana proses awal terbentuknya , kondisi geologi, tahap eksplorasi, tahap eksploitasi, keterdapatan,
dan pengolahannya, serta informasi – informasi lainnya.
Manfaat dari bahan galian Nikel ini sangat banyak, sehingga sangat menarik minat para
pengusaha – pengusaha untuk membuka pertambangan yang bergerak dibidang bahan galian Nikel.
Didalam proses pertambangan bahan galian Nikel banyak hal yang harus kita ketahui, salah satunya
mengenai dampak lingkungannya, sehingga pada saat kita melakukan proses penambangan tidak terjadi
pencemaran lingkungan.
Walaupun nikel sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, namun dalam
proses penambangannya banyak menimbulkan dampak negatif terhadap lahan/tanah dan air. Seperti
rusaknya lahan dan tanaman masyarakat, turunnya hujan asam, lahan menjadi berlubang dan tandus,
terjadi penebangan liar, pencemaran air akibat penmbuangan limbang ke sungai, meningkatnya debit air
sungai akibat proses penambangan, dan sebagainya.

Oleh sebab itu perlu penanganan serius dalam melakukan penambangan agar tidak menimbulkan
banyak kerugian khususnya bagi warga yang bermukim di sekitar area penambangan.
DAFTAR PUSTAKA

Graha, D.S., 1987, Batuan dan Mineral, Bandung: Penerbit Nova.

Cotton, F. A. dan G. wilkinson. 1989. kimia Anorganik Dasar. Jakarta :UI-Press.


Sugiyarto, Kristian H dan Retno D. Suyanti. 2010. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Asmaradana, A., 2016, Geologi dan Geokimia Laterit Nikel Batuan Ultrabasa dan Basa Pulau
Sebuku, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan (Skripsi), Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran”, Yogyakarta.

http://id.wikipedia.org/wiki/Nikel

http://ms.wikipedia.org/wiki/Nikel

http://www.pt-inco.co.id/ind/02_Produk/penambangan.html

http://www.tekmira.esdm.go.id/data/Nikel/Ulasan.asp?xdir=Nikel&commId=24&comm=Nikel

Anda mungkin juga menyukai