Anda di halaman 1dari 26

Sejarah Kerajaan Hindu dan Budha di Indonesia

Agama Hindu dan Budha berasal dari India. Kedua agama tersebut
masuk dan dianut oleh penduduk di berbgai wilayah nusantara pada waktu
yang hampir bersamaan, sekitar abad ke empat, bersamaan dengan mulai
berkembangnya hubungan dagang antara Indonesia dengan India dan Cina.
Sebelum pengaruh Hindu dan Budha masuk ke Indonesia, diperkirakan
penduduk Indonesia menganut kepercayaan dinamisme/ dinamisme.

Agama Budha disebarluaskan ke Indonesia oleh para bhiksu,


sedangkan mengenai pembawa agama Hindu ke Indonesia terdapat 4 teori
sebagai berikut :

1. Teori ksatria (masuknya agama Hindu disebarkan oleh para ksatria)


2. Teori waisya (masuknya agama Hindu disebarkan oleh para pedagang
yang berkasta waisya)
3. Teori brahmana (masuknya agama Hindu disebarkan oleh para brahmana)
4. Teori campuran (masuknya agama Hindu disebarkan oleh ksatria,
brahmana, maupun waisya)

Bukti tertua adanya pengaruh India di Indonesia adalah ditemukannya Arca


Budha dari perunggu di Sempaga, Sulawesi Selatan. Antara abad ke 4 hingga
abad ke 16 di berbagai wilayah nusantara berdiri berbagai kerajaan yang
bercorak agama Hindu dan Budha. Kerajaan-kerajaan tersebut antara lain:

1. Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai atau Kerajaan Kutai Martadipura (Martapura) merupakan


kerajaan Hindu yang berdiri sekitar abad ke-4 Masehi di Muara Kaman,
Kalimantan Timur. Diperkirakan kerajaan kutai merupakan kerajaan Hindu
tertua di Indonesia. Kerajaan ini dibangun oleh Kudungga. Diduga ia belum
menganut agama Hindu.

Peninggalan terpenting kerajaan Kutai adalah 7 Prasasti Yupa, dengan huruf


Pallawa dan bahasa Sansekerta, dari abad ke-4 Masehi. Salah satu Yupa
mengatakan bahwa “Maharaja Kundunga mempunyai seorang putra bernama
Aswawarman yang disamakan dengan Ansuman (Dewa Matahari).
Aswawarman mempunyai tiga orang putra. yang paling terkemuka adalah
Mulawarman.” Salah satu prasastinya juga menyebut kata Waprakeswara
yaitu tempat pemujaan terhadap Dewa Syiwa.

2. Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegera di Jawa Barat hampir bersamaan waktunya dengan


Kerajaan Kutai. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru
Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya,
Dharmayawarman (382 – 395). Maharaja Purnawarman adalah raja
Tarumanegara yang ketiga (395 – 434 M). Menurut Prasasti Tugu pada tahun
417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga sepanjang
6112 tombak (sekitar 11 km).

Dari kerajaan Tarumanegara ditemukan sebanyak 7 buah prasasti. Lima


diantaranya ditemukan di daerah Bogor. Satu ditemukan di desa Tugu, Bekasi
dan satu lagi ditemukan di desa Lebak, Banten Selatan. Prasastiprasasti yang
merupakan sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara tersebut adalah sebagai
berikut :

1. Prasasti Kebon Kopi


2. Prasasti Tugu,
3. Prasasti Munjul atau Prasasti Cidanghiang,
4. Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
5. Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
6. Prasasti Jambu, Bogor
7. Prasasti Pasir Awi, Bogor.
3. Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya merupakan kerajaan yang bercorak agama Budha. Raja yang


pertamanya bernama Sri Jaya Naga, sedangkan raja yang paling terkenal
adalah Raja Bala Putra Dewa.

Letaknya yang strategis di Selat Malaka (Palembang) yang merupakan jalur


pelayaran dan perdagangan internasional.Keadaan alam Pulau Sumatera dan
sekitarnya pada abad ke-7 berbeda dengan keadaan sekarang. Sebagian besar
pantai timur baru terbentuk kemudian. Oleh karena itu Pulau Sumatera lebih
sempit bila dibandingkan dengan sekarang, sebaliknya Selat Malaka lebih
lebar dan panjang. Beberapa faktor yang mendorong perkembangan kerajaan
Sriwijaya menjadi kerajaan besar antara lain sebagai berikut :

1. Kemajuan kegiatan perdagangan antara India dan Cina melintasi selat


Malaka, sehingga membawa keuntungan yang besar bagi Sriwijaya.
2. Keruntuhan Kerajaan Funan di Vietnam Selatan akibat serangan kerajaan
Kamboja memberikan kesempatan bagi perkembangan Sriwijaya sebagai
negara maritim (sarwajala) yang selama abad ke-6 dipegang oleh kerajaan
Funan.

Berdasarkan berita dari I Tsing ini dapat kita ketahui bahwa selama tahun 690
sampai 692, Kerajaan Melayu sudah dikuasai oleh Sriwijaya. Sekitar tahun
690 Sriwijaya telah meluaskan wilayahnya dengan menaklukkan kerajaan-
kerajaan di sekitarnya. Hal ini juga diperkuat oleh 5 buah prasasti dari
Kerajaan Sriwijaya yang kesemuanya ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa
Melayu Kuno. Prasasti-prasasti tersebut adalah sebagai beikut :
1. Prasasti Kedukan Bukit
2. Prasasti Talang Tuwo
3. Prasasti Kota Kapur
4. Prasasti Telaga Batu
5. Prasasti Karang Birahi
6. Prasasti Ligor

Selain peninggalan berupa prasasti, terdapat peninggalan berupa candi. Candi-


candi budha yang berasal dari masa Sriwijaya di Sumatera antara lain Candi
Muaro Jambi, Candi Muara Takus, dan Biaro Bahal, akan tetapi tidak seperti
candi periode Jawa Tengah yang terbuat dari batu andesit, candi di Sumatera
terbuat dari bata merah.
Beberapa arca-arca bersifat budhisme, seperti berbagai arca budha dan
bodhisatwa Awalokiteswara ditemukan di Bukit Seguntang, Palembang,
Jambi, Bidor, Perak dan Chaiya.

Pada masa pemerintahan Bala Putra Dewa Sriwijaya menjadi pusat


perdagangan sekaligus pusat pengajaran agama Budha. Sebagai pusat
pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan sarjana
dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang
melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas
Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695. I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya
menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran
agama Buddha. Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa
koin emas telah digunakan di pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran
Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana juga turut berkembang di Sriwijaya.

Letak Sriwijaya strategis membawa keberuntungan dan kemakmuran.


Walaupun demikian, letaknya yang strategis juga dapat mengundang bangsa
lain menyerang Sriwijaya. Beberapa faktor penyebab kemunduran dan
keruntuhan :

1. Adanya serangan dari Raja Dharmawangsa 990 M.


2. Adanya serangan dari kerajaan Cola Mandala yang diperintah oleh Raja
Rajendracoladewa.
3. Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja Kertanegara, 1275
– 1292.
4. Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai.
5. Adanya serangan kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintah
Mahapatih Gajah Mada, 1477. Sehingga Sriwijaya menjadi taklukkan
Majapahit.
4. Kerajaan Mataram ( Hindu-Budha )

Kerajaan Mataram diketahui dari Prasasti Canggal yang berangka tahun 732
Masehi yang ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Dalam
prasasti itu disebutkan bahwa pada mulanya Jawa (Yawadwipa) diperintah
oleh Raja Sanna. Setelah ia wafat Sanjaya naik tahta sebagai penggantinya.
Sanjaya adalah putra Sannaha (saudara perempuan Sanna).

Prasasti Mantyasih (Prasasti Kedu) yang di dikeluarkan oleh Raja Balitung


pada tahun 907 memuat daftar raja-raja keturunan Sanjaya, sebagai berikut :
1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan
4. Sri Maharaja Rakai Warak
5. Sri Maharaja Rakai Garung
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
9. Sri Maharaja Watukura Dyah Balitung

Prasasti Kelurak, 782 M di desa Kelurak disebutkan bahwa Raja Dharanindra


membangun arca Majusri ( candi sewu). Pengganti raja Dharanindra, adalah
Samaratungga. Samaratungga digantikan oleh putrinya bernama
Pramodawardhani. Dalam Prasasti Sri Kahulunan ( gelar Pramodawardhani)
berangka tahun 842 M di daerah Kedu, dinyatakan bahwa Sri Kahulunan
meresmikan pemberian tanah untuk pemeliharaan candi Borobudur yang
sudah dibangun sejak masa pemerintahan Samaratungga.

Pramodhawardhani menikah dengan Rakai Pikatan yang beragama Hindu.


Adik Pramodhawardhani, Balaputradewa menentang pernikahan itu. Pada
tahun 856 Balaputradewa berusaha merebut kekuasaan dari Rakai Pikatan,
namun usahanya itu gagal. Setelah pemerintahan Rakai
Pikatan, Mataram menunjukkan kemunduran. Sejak pemerintahan Raja
Balitung banyak mengalihkan perhatian ke wilayah Jawa Timur. Rajaraja
setelah Balitung adalah :

1. Daksa (910 – 919). Ia telah menjadi rakryan mahamantri I hino (jabatan


terttinggi sesudah raja) pada masa pemerintahan Balitung.
2. Rakai Layang Dyah Tulodong (919 – 924)
3. Wawa yang bergelar Sri Wijayalokanamottungga (924 – 929)

Wawa merupakan raja terakhir kerajaan Mataram. Pusat kerajaan kemudian


dipindahkan oleh seorang mahapatihnya (Mahamantri I hino) bernama Pu
Sindok ke Jawa Timur.
Kepindahan Kerajaan Mataram ke Jawa Timur

Pu Sindok yang menjabat sebagai mahamantri i hino pada masa pemerintahan


Raja Wawa memindahkan pusat pemerintahan ke Jawa Timur tersebut. Pada
tahun 929 M, Pu Sindok naik tahta dengan gelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri
Isana Wikramadharmattunggadewa. la mendirikan dinasti baru, yaitu Dinasti
Isana. Pu Sindok memerintah sampai dengan tahun 947. Pengganti-
penggantinya dapat diketahui dari prasasti yang dikeluarkan oleh Airlangga,
yaitu Prasasti Calcuta.

Berdasarkan berita Cina diperoleh keterangan bahwa Raja Dharmawangsa


pada tahun 990 – 992 M melakukan serangan terhadap Kerajaan Sriwijaya.
Pada tahun 1016, Airlangga datang ke Pulau Jawa untuk meminang putri
Dharmawangsa. Namun pada saat upacara pernikahan berlangsung kerajaan
mendapat serangan dari Wurawuri dari Lwaram yang bekerjasama dengan
Kerajaan Sriwijaya. Peristiwa ini disebut peristiwa Pralaya. Selama dalam
pengassingan ia menyusun kekuatan. Setelah berhasil menaklukkan raja
Wurawari pada tahun 1032 dan mengalahkan Raja Wijaya dari Wengker Pada
tahun 1035 ia berhasil mengembalikan kekuasaan. Airlangga wafat pada tahun
1049 dan disemayamkan di Parthirtan Belahan, di lereng gunung
Penanggungan.

5. Kerajaan Kediri/Kadiri

Pada akhir pemerintahannya Airlangga kesulitan dalam menunjuk


penggantinya, sebab Putri Mahkotanya bernama Sanggramawijaya menolak
menggantikan menjadi raja. la memilih menjadi seorang pertapa. Maka tahta
diserahkan kepada kedua orang anak laki-lakinya, yaitu Jayengrana dan
Jayawarsa. Untuk menghindari perselisihan di antara keduanya maka kerajaan
di bagi dua atas bantuan Pu Barada yaitu Jenggala dengan ibukotanya
Kahuripan dan Panjalu dengan ibukotanya Daha (Kadiri)

Sampai setengah abad lebih sejak Airlangga mengundurkan diri tidak ada
yang dapat diketahui dari kedua kerajaan itu. Kemudian hanya Kadiri yang
menunjukkan aktifitas politiknya. Raja pertama yang muncul dalam pentas
sejarah adalah Sri Jayawarsa dengan prasastinya yang berangka tahun 1104
M. Selanjutnya berturut-turut raja-raja yang berkuasa di Kadiri adalah sebagai
berikut : Kameswara (±1115 – 1130), Jayabaya (±1130 – 1160), 1135),
Sarweswara (±1160 – 1170), Aryyeswara (±1170 – 1180), Gandra (1181),
Srengga (1190-1200) dan Kertajaya (1200 – 1222).

Pada tahun 1222 terjadilah Perang Ganter antara Ken arok dengan Kertajaya.
Ken Arok dengan bantuan para Brahmana (pendeta) berhasil mengalahkan
Kertajaya di Ganter (Pujon, Malang).
6. Kerajaan Singasari

Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok. Dalam kitab Pararaton Ken Arok
digambarkan sebagai seorang pencuri dan perampok yang sakti, sehingga
menjadi buronan tentara Tumapel. Setelah mendapatkan bantuan dari seorang
Brahmana, Ken Arok dapat mengabdi kepada Akuwu (bupati) di Tumapel
bernama Tunggul Ametung. Setelah berhasil membunuh Tunggul Ametung,
Ken Arok menggantikannya sebagai penguasa Tumapel. Ia juga menjadikan
Ken Dedes, istri Tunggul Ametung, sebagai permaisurinya. Pada waktu itu
Tumapel masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kadiri.

Setelah merasa memiliki kekuatan yang cukup, Ken Arok berusaha untuk
melepaskan diri dari Kadiri. Pada tahun 1222 Ken Arok berhasil membunuh
Kertajaya, raja Kadiri terakhir. Ia kemudian naik tahta sebagai raja Singasari
dan mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Girinda.

Tidak lama kemudian, Ken Dedes melahirkan seorang putra bernama


Anusapati hasil pernikahannya dengan Tunggul Ametung. Sedangkan dari
istri yang lain, yaitu Ken Umang, Ken Arok mempunyai seorang putra
bernama Tohjaya. Pada tahun 1227, Ken Arok dibunuh oleh

Anusapati. Hal ini dilakukan sebagai balas dendam atas kematian ayahnya,
Tunggul Ametung. Anusapati mengantikan berkuasa di Singasari. Ia
memerintah selama 21 tahun. Sampai akhirnya ia dibunuh oleh Tohjaya, juga
sebagai balas dendam atas kematian ayahnya.

Tohjaya naik tahta. Ia memerintah dalam waktu sangat singkat. Ia kemudian


terbunuh oleh Ranggawuni (putra Anusapati). Pada tahun 1248 Ranggawuni
naik tahta dengan gelar Srijaya Wisnuwardhana. Pada tahun 1254
Wisnuwardhana mengangkat putranya Kertanegara sebagai Yuwaraja atau
Raja Muda. Wisnuwardana wafat pada tahun 1268 di Mandragiri.

Pada tahun 1268 Kertanegara naik tahta. la merupakan raja terbesar kerajaan
Singasari. Kertanegara merupakan raja pertama yang bercitacita menyatukan
Nusantara. Pada tahun 1275, Kertanegara mengirimkan Ekspedisi Pamalayu
ke Sumatera (Jambi) dipimpin oleh Kebo Anabrang. Ekspedisi ini bertujuan
menuntut pengakuan Sriwijaya dan Malayu atas kekuasaan Singasari.
Ekspedisi ini juga untuk mengurangi pengaruh Kubilai Khan dari Cina di
Nusantara.

Ekspedisi ini menimbulkan rasa khawatir raja Mongol tersebut. Oleh karena
itu pada tahun 1289 Kubilai Khan mengirimkan utusan bernama Meng-chi
menuntut Singasari mengakui kekuasaan Kekaisaran Mongol atas Singasari.
Kertanegara menolak tegas, bahkan utusan Cina itu dilukai mukanya.
Perlakukan tersebut dianggap sebagai penghinaan dan tantangan perang.
Untuk menghadapi kemungkinan serangan dari tentara Mongol pasukan
Singasari disiagakan dan dikirim ke berbagai daerah di Laut Jawa dan di Laut
Cina Selatan. Sehingga pertahanan di ibukota lemah. Hal ini dimanfaatkan
oleh pihak-pihak yang tidak senang terhadap Kertanegara, diantaranya
Jayakatwang penguasa Kadiri dan Arya Wiraraja (bupati Madura). Pasukan
Kadiri berhasil menduduki istana dan membunuh Kertanegara.

7. Kerajaan Majapahit

Setelah Kertanegara terbunuh oleh Jayakatwang, 1292. Raden Wijaya


menantu Kertanegara berhasil melarikan diri ke Madura untuk minta bantuan
Arya Wiraraja, bupati Sumenep. Atas nasihat Arya Wiraraja, Raden Wijaya
menyerahkan diri kepada Jayakatwang. Atas jaminan dari Arya Wiraraja,
Raden Wijaya diterima dan diperbolehkan membuka hutan Tarik yang terletak
di dekat Sungai Brantas. Dengan bantuan orang-orang Madura, pembukaan
hutan Tarik dibuka dan diberi nama Majapahit.

Kemudian datanglah pasukan Tartar yang dikirim Kaisar Kubilai Khan untuk
menghukum raja Jawa. Walaupun sudah mengetahui Kertanegara sudah
meninggal, tentara Tartar bersikeras mau menghukum raja Jawa. Hal ini
dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk membalas dendam kepada
Jayakatwang. Jayakatwang berhasil dihancurkan. Pada waktu tentara Tartar
hendak kembali kepelabuhan, Raden Wijaya menghancurkan tentaraTartar,
Setelah berhasil mengusir tentara Tartar, Raden Wijaya dinobatkan sebagai
Raja Majapahit dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana pada tahun 1293.

Kertarajasa meninggal pada tahun 1309. Satu-satunya putra yang dapat


menggantikannya adalah Kalagamet. la dinobatkan sebagai raja Majapahit
dengan gelar Sri Jayanagara. Ia bukanlah raja yang cakap. Selain itu ia juga
mendapatkan banyak pengaruh dari Mahapati. Akibatnya masa
pemerintahannya diwarnai dengan adanya beberapa kali pemberontakan.

Pemberontakan yang paling berbahaya adalah pemberontakan Kuti, pada


tahun 1319. Kuti berhasil menduduki ibukota Majapahit, sehingga Jayanagara
harus melarikan diri ke desa Bedander yang dikawal oleh pasukan
Bhayangkari dipimpin oleh Gajah Mada. Pemberontakan Kuti ini berhasil
ditumpas oleh Gajah Mada. Karena jasanya Gajah Mada diangkat sebagai
Patih Kahuripan. Pada tahun 1328 Jayanagara mangkat dibunuh oleh tabib
istana, Tanca. Tanca kemudian dibunuh oleh Gajah Mada. Jayanagara tidak
meninggalkan keturunan.

Karena Jayanagara tidak mempunyai keturunan, maka yang berhak


memerintah semestinya adalah Gayatri atau Rajapatni. Akan tetapi Gayatri
telah menjadi bhiksuni. Maka pemerintahan Majapahit kemudian dipegang
oleh putrinya Bhre Kahuripan dengan gelar Tribhuwana Tunggadewi
Jayawisnuwardhani. la menikah dengan Kertawardhana. Dari perkawinan ini
lahirlah Hayam Wuruk. Pada tahun 1331 terjadi pemberontakan Sadeng dan
Keta. Pemberontakan yang berbahaya ini dapat ditumpas oleh Gajah Mada.
Karena jasanya Gajah Mada diangkat sebagai Patih Mangkubumi Majapahit.
Pada saat pelantikan, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa.

Pada tahun 1350 M, lbu Tribhuwanatunggadewi, Gayatri meninggal. Sehingga


Tribhuwana turun tahta. Penggantinya adalah putranya yang bernama Hayam
Wuruk yang bergelar Rajasanagara. Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk
dengan Gajah Mada sebagai Mahapatihnya, Majapahit mencapai puncak
kejayaannya. Dengan Sumpah Palapa-nya Gajah Mada berhasil menguasai
seluruh kepulauan Nusantara ditambah dengan Siam, Martaban (Birma),
Ligor, Annom, Campa dan Kamboja.

Pada tahun 1364, Patih Gajah Mada wafat ditempat peristirahatannya,


Madakaripura, di lereng Gunung Tengger. Setelah Gajah Mada meninggal,
Hayam Wuruk menemui kesulitan untuk menunjuk penggantinya. Akhirnya
diputuskan bahwa pengganti Gajah Mada adalah empat orang menteri.

Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389. Ia disemayamkan di Tayung daerah


Berbek, Kediri. Seharusnya yang menggantikan adalah puterinya yang
bernama Kusumawardhani. Namun ia menyerahkan kekuasaannya kepada
suaminya, Wikramawardhana. Sementara itu Hayam Wuruk juga mempunyai
anak laki-laki dari selir yang bernama Bhre Wirabhumi yang telah
mendapatkan wilayah keuasaan di Kedaton Wetan (Ujung Jawa Timur). Pada
tahun 1401 hubungan Wikramawardhana dengan Wirabhumi berubah mejadi
perang saudara yang dikenal sebagai Perang Paregreg. Pada tahun 1406
Wirabhumi dapat dikalahkan di dibunuh. Tentu saja perang saudara ini
melemahkan kekuasaan Majapahit.
Sehingga banyak wilayah-wilayah kekuasaannya melepaskan diri.
F. Kerajaan Islam di Indonesia

Berbagai teori tentang masuknyaIslam di Indonesia ini terus muncul


sampai saat ini. Ada beberapa pendapat tentang masuknya Islam di Indonesia
ini.

1. Teori Makkah
Islam yang masuk dan berkembang di Indonesia berasal dari Jazirah
Arab atau bahkan dari Makkah pada abad ke7 M. Teori ini dikemukakan oleh
Hamka (Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah), ia adalah seorang
ulama’ sekaligus seorang sastrawan Indonesia. Selain itu yang tidak boleh
diabaikan adalah fakta menarik lainnya adalah bahwa orang-orang Arab sudah
berlayar mencapai Cina pada abad ke-7 M dalam rangka berdagang. Hamka
percaya dalam perjalanan inilah mereka singgah di kepulauan Nusantara saat
itu.
2. Teori Gujarat
Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke
Indonesia ini berasal dari Gujarat pada abad ke-13, Islam dibawa dan
disebarkan oleh pedagang-pedagang Gujarat yang singgah di kepulauan
Nusantara. Mereka menempuh jalur perdagangan yang sudah terbentuk antara
India dan Nusantara. Pendapat ini dkemukakan oleh Snouck Hurgronje.

3. Teori Cina
Teori ini mengungkapkan tentang agama Islam yang disebarkan di
Indonesia oleh orang-orang Cina. Mereka bermadhab Hanafi, pendapat ini
disimpulkan oleh salah seorang pegawai Belanda pada masa pemerintahan
kolonial Belanda dulu. Teori ini beranggapan bahwa proses kedatangan Islam
ke Indonesia berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan
dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia.

4. Teori Persia
Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia
beasal dari daerah Persia atau Parsi (Iran). Pencetus dari teori inni adalah
Hosein Djajadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam memberikan
argumentasinya, Hosein lebih menitik beratkan analisisnya pada kesamaan
budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia.

Cara-cara penyebaran islam di Indonesia

1. Perdagangan
Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam
dari Gujarat/India, Persia, dan Bangsa Arab. Mereka telah ambil bagian
dalam kegiatan perdagangan di Indonesia. Hal ini konsekuensi logisnya
menimbulkan jalinan hubungan dagang antara masyarakat Indonesia dan para
pedagang Islam. Di samping berdagang, sebagai seorang muslim juga
mempunyai kewajiban berdakwah maka para pedagang Islam juga
menyampaikan dan mengajarkan agama dan kebudayaan Islam kepada orang
lain.

2. Perkawinan
Di antara para pedagang Islam ada yang menetap di Indonesia. Hingga
sekarang di beberapa kota di Indonesia terdapat kampung Pekojan. Kampung
tersebut dahulu merupakan tempat tinggal para pedagang Gujarat. Koja
artinya pedagang Gujarat. Sebagian dari para pedagang ini menikah dengan
wanita Indonesia.

3. Pendidikan
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama
atau mubalig yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan
mendirikan pondok-pondok pesantren. Dan di dalam pesantren itulah tempat
pemuda pemudi menuntut ilmu yang berhubungan dengan agama Islam.

4. Politik
Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan
memegang peranan penting dalam proses Islamisasi. Jika raja sebuah
kerajaan memeluk agama Islam, otomatis rakyatnya akan berbondong
bondong memeluk agama Islam. Karena, masyarakat Indonesia memiliki
kepatuhan yang tinggi dan raja selalu menjadi panutan rakyatnya.

5. Melalui Dakwah di Kalangan Masyarakat


Di kalangan masyarakat Indonesia sendiri terdapat juru-juru dakwah
yang menyebarkan Islam di lingkungannya, antara lain : Dato'ri Bandang
menyebarkan agama Islam di daerah Gowa (Sulawesi Selatan), Tua
Tanggang Parang menyebarkan Islam di daerah Kutai (Kalimantan Timur),
Seorang penghulu dari Demak menyebarkan agama Islam di kalangan para
bangsawan Banjar (Kalimantan Selatan), Para Wali menyebarkan agama
Islam di Jawa.

6. Seni Budaya
Perkembangan Islam dapat melalui seni budaya, seperti bangunan
(masjid), seni pahat, seni tari, seni musik, dan seni sastra. Cara seperti ini
banyak dijumpai di Jogjakarta, Solo, Cirebon, dls. Seni budaya Islam dibuat
dengan cara mengakrabkan budaya daerah setempat dengan ajaran Islam
yang disusupkan ajaran tauhid yang dibuat sederhana, sehalus dan sedapat
mungkin memanfaatkan tradisi lokal, misalnya : Membumikan ajaran Islam
melalui syair – syair. Contohnya : Gending Dharma, Suluk Sunan Bonang,
Hikayat Sunan Kudus, dan lain – lain.
Mengkultulrasikan wayang yang sarat dokrin

7. Tasawuf
Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam keserhanaan, mereka
selalu menghayati kehidupan masyarakatnya yang hidup bersama di tengah –
tengah masyarakatnya. Para Sufi biasanya memiliki keahlian yang membantu
masyarakat dan menyebarkan agama Islam. Para Sufi pada masa itu
diantaranya Hamzah Fansuri di Aceh dan Sunan Panggung Jawa.

Kerajaan-kerajaan islam di Indonesia

1. Kerajaan islam di Sumatra

A. Kerajaan Samudara Pasai


Letak Geografis
Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan islam pertama di Indonesia. Letak
Samudra Pasai di pantai timur Pulau Sumatrabagian utara berdekatan
dengan jalur pelayaran perdagangan internasional waktu itu, yaitu Selat
Malaka. Pusat pemerintahanya di kota pasai. Dengan posisi yang strategis
tersebut Kerajaan Samudra Pasai berkembang dengan cukup pesat baik
dalam kehidupan politik, ekonomi, dan social budaya.

Awal masuk islam di Kerajaan Samudra Pasai


Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Sekitar
abad ke-7 dan 8, Selat Malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang
Muslim dalam pelayarannya ke negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia
Timur. Di Sumatera, daerah yang pertama kali disinggahi oleh orang-orang
Islam adalah pesisir Samudera
Kehadiran agama Islam di Pasai mendapat tanggapan yang cukup berarti di
kalangan masyarakat. Di Pasai agama Islam tidak hanya diterima oleh
lapisan masyarakat pedesaan atau pedalaman malainkan juga merambah
lapisan masyarakat perkotaan. Dalam perkembangan selanjutnya, berdirilah
kerajaan Samudera Pasai.

Kehidupan politik Raja-raja yang pernah memerintah


kerajaan samudra pasai 1. Nazimuddin Al-Kamil
Adalah seorang Laksamana dari Dinasti Fatimah di Mesir yang pada
tahun1238 ditugaskan merebut pelabuhan Kambayat, Gujarat, India. Selain
itu, ia juga membangun sebuah kerajaan di ujung utara pulau Sumatera
yang dinamakan kerajaan Samudra Pasai. Tujuannya tentu adalah untuk
menguasai perdagangan Lada di Jalur Selat Malaka.

2. Sultan Malik Al-Saleh (1285-1297)


Setelah Dinasti Mamluk yang beraliran Islam Syafei menaklukan
Dinasti Fatimah di Mesir, Ia juga ingin merebut Kerajaan Samudra Pasai.
Maka, dikirimlah Syekh Ismail yang nantinya akan bersekutu dengan
Marah Silu (putra seorang bangsawan Persia, Marah Gajah). Kerajaan ini
berhasil direbut dan Marah Silu menerima gelar Sultan Malik Al-Saleh.
Pada masanya, ia memperkuat Samudra Pasai sebagai pusat perdagangan di
Selat Malaka. Ia meninggal tahun 1297.

3. Sultan Malik Al-Thahir / Sultan Muhammad (1297-1326)


Putra Sultan Malikul Al-Saleh. Pada masa pemerintahannya, terjadi
perpecahan antara kedua putranya yaitu Sultan Mahmud dan Sultan
Mansyur. Sultan Mansyur memilih untuk memisahkan diri ke Aru dan
kembali menganut Islam Syiah.

4. Sultan Ahmad Perumadat Perumal


Pada masanya, kerajaan Samudra Pasai mendapt kunjungan dari utusan
Sultan Delhi, Muhammad Tuqhluq, yaitu Ibnu Batutah pada tahun 1345
dan 1346. Ibnu Batutah singgah dua kali saat pergi ke dan dari China. Ia
mengatakan bahwa Islam yang dianut adalah Islam Syafei dan ada
golongan bangsawan Persia yang disebut Amir.

5. Zainal Abidin (1383-1405)


Kerajaan Samudra Pasai mengalami kemunduran pada masa
pemerintahannya karena Kerajaan Islam lainnya telah muncul yaitu
Kerajaan Malaka di bawah Iskandar Syah.

6. Sultan Shalahudin (1405 - 1412).


Pada perkembangan selanjutnya, Kerajaan Samudra Pasai sempat
ditaklukkan oleh bangsa Portugis tahun 1521 dan oleh Kerajaan Aceh di
bawah pimpinan Ali Mughayat Syah tahun 1524.

Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai


Factor-faktor yang menyebabkan keemunduran kerajaan samudra pasai yaitu:
• Kekalahan Aceh dalam melawan portugis di malaka pada tahun 1629M.
• Tokoh penggganti Sultan Iskandar Muda tidak secakap pendahulunya.
• Permusuhan yang hebat di antara kaum ulama yang menganut ajaran
Syamsudin as-Sumatrani dan penganut ajaran Naruddin ar Raniri.
• Daerah-daerah yang jauh dari pemerintahan pusat seperti Johor, Perlak,
Pahang, Minangkabau, dan Siak melepaskan diri dari Aceh.

B. Kerajaan Malaka Sejarah Kerajaan Malaka


Hubungan perdagangan antara Samodra Pasai dengan Malaka yang semakin
ramai telah membawa pengaruh islam di Malaka. Muncullah kemudian
masyarakat islam di Malaka. Pada abad ke-14 M, Malaka menjadi bandar
paling penting di Asia Tenggara. Karena pada saat itu Kerajaan Malaka
merupakan pusat perdagangan dan penyebaran islam. Dalam
perkembangannya masyarakat muslim Malaka semakin banyak sehingga
kemudian muncul sebagai kerajaan besar.

Letak Kerajaan Malaka


Letak Kerajaan Malaka diperkirakan berada di Pulau Sumatera dan
Semenanjung Malaka.

Kehidupan Politik
Raja – raja yang memerintah Kerajaan Malaka antara lain :
1. Iskandar Syah (1396-1414 M)
Pada abad ke-15 M, di Majapahit terjadi perang paregreg yang mengakibatkan
Paramisora (Parameswara) melarikan diri bersama pengikutnya dari daerah
Blambangan ke Tumasik (Singapura), kemudian melanjutkan perjalanannya
sampai ke Semenanjung Malaya dan mendirikan Kp. Malaka.
Untuk meningkatkan aktivitas perdagangan di Malaka, maka Paramisora
menganut agama Islam dan merubah namanya menjadi Iskandar Syah,
kemudian menjadikan Kp. Malaka menjadi Kerajaan Islam. Untuk menjaga
keamanan Kerajaan Malaka, Iskandar Syah meminta bantuan kepada Kaisar
China dengan menyatakan takluk kepadanya (1405 M).

2. Muhammad Iskandar Syah (1414-1424 M)


Merupakan putra dari Iskandar Syah, pada masa pemerintahannya wilayah
kekuasaan Kerajaan Malaka diperluas lagi hingga mencapai seluruh
Semenanjung Malaya.
Untuk menjadi Kerajaan Malaka sebagai penguasa tunggal jalur pelayaran dan
perdagangan di Selat Malaka, maka harus berhadapan dengan Kerajaan
Samudera Pasai yang kekuatannya lebih besar dan tidak mungkin untuk bisa
dikalahkan, maka dipilih melalui jalur politik perkawinan dengan cara
menikahi putri Kerajaan Samudera Pasai, sehingga cita-citanya dapat tercapai.

3. Mudzafat Syah (1424-1458 M)


Setelah berhasil menyingkirkan Muhammad Iskandar Syah, ia kemudian naik
tahta dengan gelar sultan (Mudzafat Syah merupakan raja Kerajaan Malaka
yang pertama bergelar Sultan). Pada masa pemerintahannya, terjadi serangan
dari Kerajaan Siam (serangan dari darat dan laut), namun dapat digagalkan.

4. Sultan Mansyur Syah (1458-1477 M)


Merupakan putra dari Sultan Mudzafat Syah. Pada masa pemerintahannya,
Kerajaan Malaka mencapai puncak kejayaan sebagai pusat perdagangan dan
pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara. Puncak kejayaan dicapai berkat
Sultan Mansyur Syah meneruskan politik ayahnya dengan memperluas
wilayah kekuasaanya, baik di Semananjung Malaya maupun di wilayah
Sumatera Tengah (Kerajaan Siam berhasil ditaklukan). Raja Siam tewas
dalam pertempuran , tetapi putra mahkotanya ditawan dan dikawinkan dengan
putri sultan sendiri kemudian diangkat menjadi raja dengan gelar Ibrahim.
Indragiri mengakui kekuasaan Malaka.

5.Sultan Alaudin Syah (1477-188 M)


Merupakan putra dari Sultan Mansyur Syah. Pada masa pemerintahannya,
Kerajaan Malaka mulai mengalami kemunduran, satu persatu wilayah
kekuasaan Kerajaan Malaka mulai melepaskan diri. Hal ini disebabkan oleh
karena Sultan Alaudin Syah bukan merupakan raja yang cakap.

6.Sultan Mahmud Syah (1488-1511 M)


Merupakan putra dari Sultan Alaudin Syah. Pada masa pemerintahannya,
Kerajaan Malaka merupakan kerajaan yang sangat lemah, wilayah
kekuasaannya meliputi sebagian kecil Semenanjung Malaya, hal ini
menambah suram kondisi Kerajaan Malaka.
Pada tahun 1511 M, terjadi serangan dari bangsa Portugis di bawah pimpinan
Alfonso d’Alberquerque dan berhasil Merebut Kerajaan Malaka. Akhirnya
Malaka pun jatuh ke tangan Portugis.

C. Kerajaan Aceh Sejarah Kerajaan Aceh


Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang
didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528),
menjadi penting karena mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan
berkembangnya Kerajaan Malaka.
Para pedagang kemudian lebih sering datang ke Aceh.
Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang).
Corak pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di
bawah kaum bangsawan, disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar
agama di bawah kaum ulama, disebut golongan tengku atau teungku.

Kehidupan politik Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Aceh


1. Sultan Ali Mughayat Syah
Sultan Ali Mughayat Syah merupakan pendiri Kerajaan Aceh yang
memerintah dari tahun 1514 sampai 1528. Pada awalnya Aceh merupakan
bagian dari kerajaan Pidie. Namun, berkat kegigihannya Aceh mampu
melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pidie.

2. Salahudin
Salahudin merupakan raja pengganti Sultan Ali Mughayat Syah. Pada suatu
waktu, Salahudin gagal menyerang, maka pada tahun 1537 Salahudin
dijatuhkan oleh Alaudin Riayat Syah Al-Kahar.

3. Alaudin Riayat Syah Al-Kahar


Ia merupakan pengganti Salahudin yang pada suatu waktu menyerang wilayah
Batak, Aru, Johor, dan Malaka.

4. Sultan Iskandar Muda


Ia memerintah dari tahun 1607 sampai 1638.

5. Sultan Iskandar Thani


Ia merupakan pengganti Sultan Iskandar Muda, yang memerintah dari tahun
1638 sampai 1641. Semasa pemerintahan Sultan Iskandar Thani, Kerajaan
Aceh tidak mengalami kemajuan. Setelah beliau wafat, Aceh semakin
Mundur. Kemunduran Aceh disebabkan oleh pertikaian dalam kerajaan itu
sendiri. Pada saat itu Belanda berhasil menguasai Malaka dan Nusantara.
Tokoh sejarah yang terkenal pada masa Kerajaan Aceh adalah Sultan Iskandar
Muda. Semasa pemerintahannya Aceh mampu memperluas wilayah hingga ke
Semenanjung Malaya (Johor, Pahang, dan Kedah). Kekuatan utamanya
terletak pada angkatan perang Kerajaan Aceh.
Armada angkatan lautnya merupakan yang terkuat di masa itu.

Pada masa ini, Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya, perdagangan


berkembang pesat, sehingga menjadikan Aceh sebagai pelabuhan
internasional. Aceh menjalin hubungan yang baik dengan Kerajaan Turki,
Persia, Cina, dan India.

Penyebab kemunduran Kerajaan Aceh


• Setelah Sultan Iskandar Muda wafat tahun 1636, tidak ada raja-raja besar
yang mampu mengendalikan daerah Aceh yang demikian luas.
• Timbulnya pertikaian yang terus-menerus di Aceh antara golongan
bangsawan (teuku) dengan golongan ulama (teungku) yang mengakibatkan
melemahnya Kerajaan Aceh.
• Daerah-daerah kekuasaannya banyak yang melepaskan diri seperti Johor,
Pahang, Perak, Minangkabau dan Siak.
• Kekelahan Aceh dalam perang melawan Portugis di Malaka pada tahun
1629M.
• Pertahanan Aceh lemah sehingga bangsa-bangsa Eropa berhasil mendesak
dan menggeser daerah perdagangan Aceh.

2. Kerajaan islam di Jawa A.


Kerajaan Demak Sejarah Kerajaan
Demak
Demak adalah kesultanan atau kerajaan islam pertama di pulau jawa. Kerajaan
ini didirikan oleh Raden Patah (1478-1518) pada tahun 1478, Raden patah
adalah bangsawan kerajaan Majapahit yang menjabat sebagai adipati
kadipaten Bintara, Demak. Pamor kesultanan ini didapatkan dari Walisanga,
yang terdiri atas sembila orang ulama besar, pendakwah islam paling awal di
pulau jawa.

Kehidupan Politik Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Demak

1. Raden Fatah
Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah termasuk keturunan raja
terakhir dari kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Setelah dewasa,
Raden Fatah di angkat menjadi bupati di Bintaro Demak dengan Gelar Sultan
Alam Akbar al-Fatah.
Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di bawah
pemerintahannya, kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena
memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan,
terutama beras. Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi kerajaan agraris-
maritim.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, dibangun masjid Demak yang proses
pembangunan masjid itu di bantu oleh para wali atau sunan.

2. Adipati Unus
Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh Adipati
Unus. Ia memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa pemerintahan
Adipati Unus tidak begitu lama, karena ia meninggal dalam usia yang masih
muda dan tidak meninggalkan seorang putera mahkota. Walaupun usia
pemerintahannya tidak begitu pasukan Demak menyerang Portugis di
Malaka, keberanian Adipati Unus menyerang Malaka membuat Adipai Unus
dijiluki Pangeran Sabrang Lor. Setelah Adipati Unus meninggal, tahta
kerajaan Demak dipegang oleh saudaranya yang bergelar Sultan Trenggana.

3. Sultan Trenggana
Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Dibawah
pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan
Trenggana berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa
Barat. Pada tahun 1522 M kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa
Barat di bawah pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah yang berhasil di
kuasainya antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan
terhadap daerah ini bertujuan untuk menggagalkan hubungan antara Portugis
dan kerajaan Padjajaran. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh armada
Demak pimpinan Fatahillah. Dengan kemenangan itu, fathillah mengganti
nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (berarti kemenangan penuh). Peristiwa
yang terjadi pada tanggal 22 juni 1527 M itu kemudian di peringati sebagai
hari jadi kota Jakarta.
Di masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung
Jati. Dari Sunan gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad
Abdul Arifin. Gelar Islam seperti itu sebelumnya telah diberikan kepada raden
patah, yaitu setelah ia berhasil mengalahkan Majapahit.

Kehidupan sosial budaya


Salah satu peninggalan budaya Kerajaan Demak adalah Masjid Agung
Demak yang terkenal dengan salah satu tiangnya yang terbuat dari pecahan
kayu (tatal). Pembangunan masjid dipimpin oleh Sunan Kalijaga. Di pendopo
masjid inilah Sunan Kalijaga meletakkan dasardasar perayaan sekaten yang
tujuannya untuk menyebarkan tradisi Islam. Tradisi tersebut sampai sekarang
masih berlangsung di Yogyakarta dan Surakarta.

Keruntuhan Kerajaan Demak


Setelah wafatnya Sultan Trenggana menimbulkan kekacauan politik yang
hebat di keraton Demak. Negeri-negeri bagian (kadipaten) berusaha
melepaskan diri dan tidak mengakui lagi kekuasaan Demak. Di Demak sendiri
timbul pertentangan di antara para waris yang saling berebut tahta. Hal itu
menyebabkan runtuhnya Kerajaan Demak.

B. Kerajaan Banten Sejarah Kerajaan Banten


Kerajaan yang terletak di barat Pulau Jawa ini pada awalnya merupakan
bagian dari Kerajaan Demak. Banten direbut oleh pasukan Demak di bawah
pimpinan Fatahillah. Fatahillah adalah menantu dari Syarif Hidayatullah.
Syarif Hidayatullah adalah salah seorang wali yang diberi kekuasaan oleh
Kerajaan Demak untuk memerintah di Cirebon.

Kehidupan politik Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Banten

1. Sultan Hasanudin
Sultan Hasanudin adalah raja pertama di Kerajaan Banten. Perjuangannya
sangat gigih. Pada tahun 1568 Sultan Hasanudin mampu melepaskan diri dari
kekuasaan Kerajaan Demak. Pada saat itu di Demak terjadi perebutan
kekuasaan setelah Sultan Trenggono wafat. Wilayah kekuasaan Kerajaan
Banten hingga ke Lampung. Banten menjadi pusat penjualan dan perdagangan
lada. Pada tahun 1570 Sultan Hasanudin wafat.

2. Syeh Maulana Yusuf


Ia merupakan putra Sultan Hasanudin. Ketika menjadi raja dikenal dengan
sebutan Panembahan Yusuf.

3. Maulana Muhammad
Maulana Muhammad merupakan pengganti Panembahan Yusuf. Ia menjadi
raja dengan gelar Kanjeng Ratu Banten. Maulana Muhammad memperluas
kerajaan Banten dengan menyerang Palembang. Dalam sejarah diceritakan
penyerangan ke Palembang dipimpin oleh Ki Gede Ing Suro. Ki Gede Ing
Suro adalah seorang penyiar agama Islam yang berasal dari keturunan orang
Surabaya yang telah berhasil meletakkan dasar-dasar keislaman di Palembang.
Dalam pertempuran tersebut Sultan Banten gugur.

4. Abdulmufakhir
Abdulmufakhir merupakan pengganti Maulana Muhammad yang telah
gugur. Namun, karena usianya masih muda belia maka ia didampingi oleh
Pangeran Ranamenggala sebagai mangkubumi. Pangeran Ranamenggala
mengendalikan pemerintahan dari tahun 1608 sampai 1624.
Selama pemerintahan raja tersebut Kerajaan Banten menjadi pusat
perdagangan lada dan cengkih.
5. Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa adalah raja Banten yang memerintah dari tahun
1651 sampai 1692. Pada masa ini Banten semakin maju. Hasil pertanian
melimpah. Penyiaran agama Islam semakin pesat dengan ditunjang oleh
ulama besar seperti Syekh Yusuf dari Sulawesi.
Kerajaan Banten menjalin hubungan baik dengan negara luar negeri,
seperti Turki dan Moghul. Meskipun demikian, Sultan Ageng Tirtayasa tidak
bersedia bekerja sama dengan belanda.

6. Sultan Abdulnasar Abdul-Kahar


Sultan Abdulnasar Abdul-Kahar merupakan raja pengganti Sultan Ageng
Tirtayasa. Sikap kerajaan ini masih tetap tidak mau bekerja sama dengan
Belanda. Namun, kekuasaan Belanda semakin kuat di Banten. Akibatnya,
kerajaan Banten menjadi runtuh. Peninggalan Kerajaan Banten antara lain
adalah Masjid Agung Banten dan sebuah meriam "Ki Amuk".

C. Kerajaan Mataram Letak geografis


Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Kerajaan Mataram pada awal
perkembangannya adalah daerah kadipaten yang berada di bawah kekuasaan
Kerajaan Pajang. Kerajaan mataram berada di daerah jawa tengah bagian
selatan dengan pusat Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota
Yogyakarta, yakni di Kotagede.

Kehidupan politik Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan


Mataram
1. Ki Ageng Pamanahan ( Ki Gede Pamanahan )
• Pendiri desa mataram tahun 1556
• bergelar Panembahan Senapati dibawah pimpinan anaknya
• Ki Pamanahan adalah putra Ki Ageng Henis, putra Ki Ageng Sela

2. Sutawijaya ( Danang sutawijaya )


• pendiri Kesultanan Mataram yang memerintah sebagai raja pertama pada
tahun 1587-1601
• bergelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama
Khalifatullah Tanah Jawa
• dianggap sebagai peletak dasar-dasar Kesultanan Mataram.
• putra sulung pasangan Ki Ageng Pamanahan dan Nyai Sabinah
• Menurut naskah-naskah babad, ayahnya adalah keturunan Brawijaya raja
terakhir Majapahit, sedangkan ibunya adalah keturunan Sunan Giri
anggota Walisanga
• meninggal dunia pada tahun 1601 saat berada di desa Kajenar. Ia
kemudian dimakamkan di Kotagede.

3. Raden Mas Jolang ( Panembahan Hanyakrawati / Sri Susuhunan Adi


Prabu Hanyakrawati Senapati-ing-Ngalaga Mataram )
• raja kedua Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 16011613
• putra Panembahan Senapati raja pertama Kesultanan Mataram. Ibunya
bernama Ratu Mas Waskitajawi, putri Ki Ageng Panjawi, penguasa Pati
• meninggal dunia pada tahun 1613 karena kecelakaan sewaktu berburu
kijang di Hutan Krapyak. Oleh karena itu, ia pun terkenal dengan gelar
anumerta Panembahan Seda ing Krapyak, atau cukup Panembahan Seda
Krapyak, yang bermakna "Baginda yang wafat di Krapyak"

4. Raden Mas Rangsang (Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma )( nama


asli : Raden Mas Jatmika )
• lahir: Kutagede, Kesultanan Mataram, 1593 - wafat: Karta (Plered,
Bantul), Kesultanan Mataram, 1645
• raja ketiga Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645
• Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan
terbesar di Jawa dan Nusantara pada saat itu.( puncak kejayaan )
• Pada tahun 1620 pasukan Mataram mulai mengepung kota
Surabaya secara periodik.
• kemunduran kerajaan mataram Islam akibat kalah dalam perang merebut
Batavia dengan VOC
• menyerang Batavia sebanyak 2x.
.

5. Amangkurat I (Sri Susuhunan Amangkurat Agung)


• Memerintah pada tahun 1646-1677
• Memiliki gelar anumertaSunan Tegalwangi atau Sunan Tegalarum
• Nama aslinya adalah Raden Mas Sayidin putra Sultan Agung. Ibunya
bergelar Ratu Wetan, yaitu putri Tumenggung Upasanta bupatiBatang
(keturunan Ki Juru Martani).
• Ketika menjabat Adipati Anom ia bergelar Pangeran Arya Prabu Adi
Mataram.
• menerapkan sentralisasi atau sistem pemerintahan terpusat.
• Amangkurat I menjalin hubungan dengan VOC yang pernah diperangi
ayahnya. Pada tahun 1646 ia mengadakan perjanjian, antara lain pihak
VOC diizinkan membuka pos-pos dagang di wilayah Mataram,
sedangkan pihak Mataram diizinkan berdagang ke pulau-pulau lain yang
dikuasai VOC. Kedua pihak juga saling melakukan pembebasan
tawanan. Perjanjian tersebut oleh Amangkurat I dianggap sebagai bukti
takluk VOC terhadap kekuasaan Mataram. Namun ia kemudian
tergoncang saat VOC merebut Palembang tahun 1659.

6. Amangkurat II (Nama asli Amangkurat II ialah Raden Mas Rahmat )


• putra Amangkurat I raja Mataram yang lahir dari Ratu Kulon putri
Pangeran Pekikdari Surabaya.
• Pada bulan September 1680 Amangkurat II membangun istana baru di
hutan Wanakerta karena istana Plered diduduki adiknya, yaituPangeran
Puger. Istana baru tersebut bernama Kartasura.
• Amangkurat II akhirnya meninggal dunia tahun 1703. Sepeninggalnya,
terjadi perebutan takhta Kartasura antara putranya, yaituAmangkurat III
melawan adiknya, yaitu Pangeran Puger.
• Pada bulan September 1677 diadakanlah perjanjian di Jepara. Pihak VOC
diwakili Cornelis Speelman. Daerah-daerah pesisir utaraJawa mulai
Kerawang sampai ujung timur digadaikan pada VOC sebagai jaminan
pembayaran biaya perang Trunajaya.
• Mas Rahmat pun diangkat sebagai Amangkurat II, seorang raja tanpa
istana. Dengan bantuan VOC, ia berhasil mengakhiri pemberontakan
Trunajaya tanggal 26 Desember 1679. Amangkurat II bahkan
menghukum mati Trunajaya dengan tangannya sendiri pada 2 Januari
1680.

7. Amangkurat III (Nama aslinya adalah Raden Mas Sutikna ) 


memerintah antara tahun 1703– 1705.
• dijuluki Pangeran Kencet, karena menderita cacat di bagian tumit.
• Ketika menjabat sebagai Adipati Anom, ia menikah dengan sepupunya, bernama
Raden Ayu Lembah putri Pangeran Puger. Namun istrinya itu kemudian dicerai
karena berselingkuh dengan Raden Sukra putra Patih Sindureja.

Kemunduran Mataram Islam


Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung merebut
Batavia dan menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu,
kehidupan ekonomi rakyat tidak terurus karena sebagian rakyat dikerahkan
untuk berperang.

D. Kerajaan Pajang Sejarah berdirinya Kerajaan Pajang


pada akhir abad ke 17 dan awal abad ke-18 para penulis kronik di
Kartasura menulis seluk beluk asal usul raja-raja Mataram dimana Pajang dilihat
sebagai pendahulunya. Pajang sendiri sebagai kelanjutan dari Pengging pada
tahun 1618 yang pernah dihancurkan ibukota dan sawah ladangnya
oleh pasukan-pasukan dari Mataram karena memberontak. Di
bekas kompleks keraton Raja Pajang yang dikubur di Butuh banyak ditemukan
sisa-sisa keramik asal negeri Cina.

Kehidupan politik Raja-raja yang pernah memerintah kerajaan pajang


1. Jaka Tingkir
Nama aslinya adalah Mas Karèbèt, putra Ki Ageng Pengging atau Ki Kebo
Kenanga. Ketika ia dilahirkan, ayahnya sedang menggelar pertunjukan
wayang beber dengan dalang Ki Ageng Tingkir. Kedua ki ageng ini adalah
murid Syekh Siti Jenar. Sepulang dari mendalang, Ki Ageng Tingkir jatuh
sakit dan meninggal dunia.
Meski dalam Babad Jawa, Adiwijaya lebih dilukiskan sebagai Raja
yang serba lemah, tetapi kenyataannya sebagai ahli waris Kerajaan Demak ia
mampu menguasai pedalaman Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan baik.
Perpindahan pusat Kerajaan ke pedalaman yang dilanjutkan lagi oleh Raja
Mataram berpengaruh besar atas perkembangan peradaban Jawa pada abad
ke-18 dan 19. Daerah kekuasaan Pajang mencakup di sebelah Barat Bagelen
(lembah Bogowonto) dan Kedu (lembah Progo atas).

2. Arya Pangiri
Arya Pangiri adalah putra Sunan Prawoto raja keempat Demak, yang
tewas dibunuh Arya Penangsang tahun 1549. Ia kemudian diasuh bibinya,
yaitu Ratu Kalinyamat di Jepara.
Sepeninggal Sultan Hadiwijaya akhir tahun 1582 terjadi permasalahan
takhta di Pajang. Putra mahkota yang bernama Pangeran Benawa disingkirkan
Arya Pangiri dengan dukungan Sunan Kudus. Alasan Sunan Kudus adalah
usia Pangeran Benawa lebih muda daripada istri Pangiri, sehingga tidak pantas
menjadi raja.
Pangeran Benawa yang berhati lembut merelakan takhta Pajang dikuasai
Arya Pangiri sedangkan ia sendiri kemudian menjadi bupati Jipang Panolan
(bekas negeri Arya Penangsang).
Arya Pangiri juga berlaku tidak adil terhadap penduduk asli Pajang. Ia
mendatangkan orang-orang Demak untuk menggeser kedudukan para pejabat
Pajang. Bahkan, rakyat Pajang juga tersisih oleh kedatangan penduduk
Demak. Akibatnya, banyak warga Pajang yang berubah menjadi perampok
karena kehilangan mata pencaharian. Sebagian lagi pindah ke Jipang
mengabdi pada Pangeran Benawa.

3. Pangeran Benawa
Pangeran Benawa adalah raja ketiga Kesultanan Pajang yang memerintah
tahun 1586-1587, bergelar Sultan Prabuwijaya. Pangeran Benawa adalah putra
Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir, raja pertama Pajang. Sejak kecil ia
dipersaudarakan dengan Sutawijaya, anak angkat ayahnya, yang mendirikan
Kesultanan Mataram.
Pangeran Benawa memiliki putri bernama Dyah Banowati yang menikah
dengan Mas Jolang putra Sutawijaya. Dyah Banowati bergelar Ratu Mas Adi,
yang kemudian melahirkan Sultan Agung, raja terbesar Mataram.

Kemunduran Kerajaan Pajang


Sepulang dari perang, Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal
dunia. Terjadi persaingan antara putra dan menantunya, yaitu Pangeran
Benawa dan Arya Pangiri sebagai raja selanjutnya. Arya Pangiri didukung
Panembahan Kudus berhasil naik takhta tahun 1583.
Pemerintahan Arya Pangiri hanya disibukkan dengan usaha balas
dendam terhadap Mataram. Kehidupan rakyat Pajang terabaikan. Hal itu
membuat Pangeran Benawa yang sudah tersingkir ke Jipang, merasa prihatin.
Pada tahun 1586 Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya menyerbu
Pajang.
Perang antara Pajang melawan Mataram dan Jipang berakhir dengan
kekalahan Arya Pangiri. Ia dikembalikan ke negeri asalnya yaitu Demak.
Pangeran Benawa kemudian menjadi raja Pajang yang ketiga. Pemerintahan
Pangeran Benawa berakhir tahun 1587. Tidak ada putra mahkota yang
menggantikannya sehingga Pajang pun dijadikan sebagai negeri bawahan
Mataram. Yang menjadi bupati di sana ialah Pangeran Gagak Baning, adik
Sutawijaya. Sutawijaya sendiri mendirikan Kesultanan Mataram di mana ia
sebagai raja pertama bergelar
Panembahan Senopati

3. Kerajaan Islam di Kalimantan


Di Kalimantan juga terdapat beberapa kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam.
Kerajaan tersebut antara lain Kesultanan Pasir (1516), Kesultanan Banjar
(1526-1905), Kesultanan Kotawaringin, Kerajaan Pagatan (1750), Kesultanan
Sambas (1671), Kesultanan Kutai Kartanegara, Kesultanan Berau (1400),
Kesultanan Sambaliung (1810), Kesultanan Gunung Tabur (1820),Kesultanan
Pontianak (1771),Kesultanan Tidung,dan Kesultanan Bulungan (1731).
Kerajaan-kerajaan yang terletak di daerah Kalimantan Barat antara lain
Tanjungpura dan Lawe. Kedua kerajaan tersebut pernah diberitakan Tome
Pires (1512-1551). Tanjungpura dan Lawe menurut berita musafir Portugis
sudah mempunyai kegiatan dalam perdagangan baik dengan Malaka dan Jawa,
bahkan kedua daerah yang diperintah oleh Pate atau mungkin adipati
kesemuanya tunduk kepada kerajaan di Jawa yang diperintah Pati Unus.
Tanjungpura dan Lawe (daerah Sukadana) menghasilkan komoditi seperti
emas,berlian,padi,dan banyak bahan makanan. Pada abad ke-17 kedua
kerajaan itu telah berada di bawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Mataram
terutama dalam upaya perluasan politik dalam menghadapi ekspansi politik
VOC.

4. kerajaan Islam di Sulawesi 1. Kerajaan Makasar Letak geografis


Kesultanan Makassar merupakan kesultanan Islam di Sulawesi bagian selatan
pada abad ke-16 Masehi yang pada mulanya masih terdiri atas sejumlah
kerajaan kecil yang saling bertikai. Daerah ini kemudian dipersatukan oleh
kerajaan kembar yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo menjadi Kesultanan
Makassar. Cikal bakal Kesultanan Makassar adalah dua kerajaan kecil
bernama Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini terletak di semenanjung barat-
daya Sulawesi dengan kedudukan strategis dalam perdagangan rempah-
rempah.Seperti yang terjadi di bandar rempah-rempah lainnya, para pedagang
muslim juga berupaya menyebarkan ajaran Islam di Makassar.

Kehidupan Politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Makasar 1)
Sultan Alauddin (1591-1629 M).
Sultan Alauddin sebelumnya bernama asli Karaeng Matowaya Tumamenaga
Ri Agamanna dan merupakan raja Makassar pertama yang memeluk agama
Islam.Pada pemerintahan Sultan Alauddin, Kerajaan Makassar mulai terjun
dalam dunia pelayaran dan perdagangan.

2) Sultan Muhammad Said (1639-1653 M).


Pada Pemerintahan Sultan Muhammad Said, perkembangan Makassar maju
pesat sebab Bandar transit, bahkan Sultah Muhammad Said juga pernah
mengirimkan pasukan ke Maluku untuk membantu rakyat Maluku berperang
melawan Belanda.

3) Sultan Hasanuddin (1653-1669 M).


Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Makassar mencapai masa
kejayaan. Makassar berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Sulawesi
Selatan dan memperluas wilayah kekuasaannya ke Nusa Tenggara (Sumbawa
dan sebagian Flores). Berkat penguasaan wilayah tersebut seluruh aktifitas
pelayaran dan perdagangan yang melalui Laut Flores harus singgah di pusat
Kerajaan Makasar.

Hal tersebut di tentang oleh Belanda yang memiliki wilayah kekuasaan di


Maluku teehalang oleh kekuasaan Makasar. Pertentangan antara Makasar dan
Belanda sering menimbulkan peperangan. Bahkan, pertentangan itu sering
terjadi di Maluku. Keberanian Sultan Hasannudin memporak-porandakan
pasukan Belanda di Maluku mengakibatkan Belanda semakin terdesak.
Kerena keberanian Sultan Hasanuddin tersebut, kemudian Belanda
memberikan julukan kepada Sultan
Hasanuddin “ Ayam Jantan dari Timur”.

Untuk menguasai Makasar, Belandsa melakukan politik Devide Et Impera,


yang kemudian menjalin hubungan dengan Kerajaan Bone yang diperintah
oleh Raja Aru Palaka yang pada waktu itu sedang melakukan pemberontakan
terhadap Makasar. Pasukan Belanda yang dibantu Aru Palaka berhasil
mendesak Makasardan dapat menguasai ibu kota kerajaan. Akhirnya Sultan
Hasanuddin terpalsa harus menandatangani perjanjian Bongaya pada
tahun1667M yang isinya antara lain:
• VOC yaitu kompeni dagang Belanda memperoleh hak monopoli dagang di
Makasar.
• Belanda dapat mendirikan benteng di pusat Kerajaan Makasar yang diberi
nama Benteng Rotterdam.
• Makasar harus melepaskan daerah kekuasaanya seperti Bone dan pulau-
pulau di luar wilayah Makasar.
• Aru Palaka diakui sebagai raja Bone
Meskipun telah menandatangani perjanjian Bongaya, orang-orang Makasar
tetap melakukan perlawanan yang berlangsung selama 2 tahun dengan pusat
pertahanan di Sombaopu. Namun Belanda tetap berupaya merebut pertahanan
itu dengan menghancurkan dinding benteng dan akhirnya Sultan Hasannudin
menyarah.
4) Raja Mapasomba
Raja Maposamba dikenal sebagai Sultan Amir Hamzah adalah putra
Sultan Hasanuddin yang turun tahta setelah menyerah kepada Belanda.

5. Kerajaan Islam di Maluku 1. Kerajaan Ternate


Pada abad ke-13 di Maluku sudah berdiri Kerajaan Ternate. Ibu kota Kerajaan
Ternate terletak di Sampalu (Pulau Ternate). Selain Kerajaan
Ternate, di Maluku juga telah berdiri kerajaan
lain, seperti Jaelolo, Tidore,Bacan, dan Obi. Di antara kerajaan di
Maluku, Kerajaan Ternate yang paling maju. Kerajaan Ternate banyak
dikunjungi oleh pedagang, baik dari Nusantara maupun pedagang asing.

A. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan


Raja Ternate pertama adalah Sultan Marhum (1465-1495 M). Raja berikutnya
adalah putranya, Zainal Abidin. Pada masa pemerintahannya, Zainal Abidin
giat menyebarkan agama Islam ke pulau-pulau di sekitarnya, bahkan sampai
ke Filiphina Selatan. Zainal Abidin memerintah hingga tahun 1500 M. Setelah
mangkat, pemerintahan di Ternate berturut-turut dipegang oleh Sultan
Sirullah, Sultan Hairun, dan Sultan Baabullah. Pada masa pemerintahan
Sultan Baabullah,
Kerajaan Ternate mengalami puncak kejayaannya. Wilayah kerajaan Ternate
meliputi Mindanao, seluruh kepulauan di Maluku, Papua dan Timor.
Bersamaan dengan itu, agama Islam juga tersebar sangat luas.

C. Kemunduran Kerajaan Ternate.


Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan
Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol )
yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempahrempah tersebut.
Setelah Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu
domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil
mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun
kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda
untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil
menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan
terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.

2. Kerajaan Tidore
Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah rajaraja
Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqalyang naik
tahta pada tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di
kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan.
Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh
Mansur dari Arab.
C. Kemunduran Kerajaan Tidore
Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan
Kerajaan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis )
yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempahrempah tersebut.
Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu
domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil
mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun
kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda
untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil
menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan
terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.

6. Kerajaan Islam di Papua


Sumber-sumber sejarah menunjukkan bahwa penyebaran Islam di
Papua sudah berlangsung sejak lama. Bahkan, berdasarkan bukti sejarah
terdapat sejumlah kerajaan-kerajaan Islam di Papua, yakni: Kerajaan Waigeo,
Kerajaan Misool, Kerajaan Salawati, Kerajaan Sailolof Kerajaan Fatagar,
Kerajaan Rumbati (terdiri dari Kerajaan Atiati, Sekar, Patipi, Arguni, dan
Wertuar) Kerajaan Kowiai (Namatota), Kerajaan Aiduma, Kerajaan Kaimana.

Berikut beberapa pendapat mengenai kedatangan islam di papua:


• Islam datang di Papua tahun 1360 yang disebarkan oleh mubaligh asal
Aceh, Abdul Ghafar. Pendapat ini juga berasal dari sumber lisan yang
disampaikan oleh putra bungsu Raja Rumbati ke-16 (Muhamad Sidik
Bauw) dan Raja Rumbati ke-17 (H. Ismail Samali Bauw).
• Pendapat yang menjelaskan bahwa agama Islam pertama kali mulai
diperkenalkan di tanah Papua di jazirah Onin (PatimuninFakfak) oleh
seorang sufi bernama Syarif Muaz al-Qathan dengan gelar Syekh
Jubah Biru dari negeri Arab.
• Pendapat yang mengatakan bahwa Islamisasi di Papua, khususnya di
Fakfak dikembangkan oleh pedagang-pedagang Bugis melalui Banda
dan Seram Timur oleh seorang pedagang dari Arab bernama Haweten
Attamimi yang telah lama menetap di Ambon. Proses pengislamannya
dilakukan dengan cara khitanan.
• Pendapat yang mengatakan Islam di Papua berasal dari Bacan. Pada
masa pemerintahan Sultan Mohammad al-Bakir, Kesultanan Bacan
mencanangkan syiar Islam ke seluruh penjuru negeri, seperti Sulawesi,
Fiilipina, Kalimantan, Nusa Tenggara, Jawa dan Papua. Menurut
Thomas Arnold, Raja Bacan yang pertama kali masuk Islam adalah
Zainal Abidin yang memerintah tahun 1521.
• Pendapat yang mengatakan bahwa Islam di Papua berasal dari Maluku
Utara (Ternate-Tidore). Sumber sejarah Kesultanan Tidore
menyebutkan bahwa pada tahun 1443 Sultan Ibnu Mansur (Sultan
Tidore X atau Sultan Papua I) memimpin ekspedisi ke daratan tanah
besar (Papua). Setelah tiba di wilayah Pulau Misool dan Raja Ampat,
kemudian Sultan Ibnu Mansur mengangkat Kaicil Patrawar putera
Sultan Bacan dengan gelar Komalo Gurabesi (Kapita Gurabesi ).

7. Kerajaan Islam di Nusa Tenggara


Islam masuk ke wilayah Nusa Tenggara bisa dibilang sejak awal abad ke-
16. di perkenalkan oleh Sultan Prapen(1605),Putra Sunan Giri.Namun Islam
mungkin masuk ke Sumbawa melalui Sulawesi lewat Dakwah para mubalig
dari Makassar antara tahun 1540-1550. kemudian berkembang kerajaan islam
di Lombok, salah satunya adalah Kerajaan Selaparang.
Selaparang merupakan pusat Kerajaan Islam di Lombok. Selaparang
dibawah pemerintahan Prabu Rangkesari.pada masa itulah Selaperang
mengalami zaman keemasan dan memegang hegemoni di seluruh
lombok.Selaperang menjalin hubungan dengan beberapa negri,terutama
Demak,
Pada abad ke-17 seluruh kerajaan Islam Lombok ada dibawah pengaruh
kekuasaan Kesultanan Goa.hubungan antara keSultanan Goa dan Lombok
diperepat dengan cara perkawinan, seperti Pemban
Selaperang, Pemban Pejanggik, dan Pemban Parwa.
Setelah terjadi Perjanjian Bongaya antara kesultanan Goa dan VOC pada abad
18 November 1667 yang sangat merugikan kesultanan
Goa,kerajaan-kerajaan di Nusa Tenggara mulai ditekan oleh VOC. Pusat
kerajaan Lombok pun dipindahkan ke Sumbawa pada tahun 1673 dengan
tujuan untuk dapat mempertahankan kedaulatan kerajaan-kerajaan Islam di
pulau tersebutdengan dukungan kekuasaan Goa.Sumbawa dipandang lebih
strategis dari pada Selaparang.Ancaman dan serangan VOC ( Verenigde Oost
Indische Compagnie ) yang terjadi secara terus-menerus.

Anda mungkin juga menyukai