Agama Hindu dan Budha berasal dari India. Kedua agama tersebut
masuk dan dianut oleh penduduk di berbgai wilayah nusantara pada waktu
yang hampir bersamaan, sekitar abad ke empat, bersamaan dengan mulai
berkembangnya hubungan dagang antara Indonesia dengan India dan Cina.
Sebelum pengaruh Hindu dan Budha masuk ke Indonesia, diperkirakan
penduduk Indonesia menganut kepercayaan dinamisme/ dinamisme.
1. Kerajaan Kutai
2. Kerajaan Tarumanegara
Berdasarkan berita dari I Tsing ini dapat kita ketahui bahwa selama tahun 690
sampai 692, Kerajaan Melayu sudah dikuasai oleh Sriwijaya. Sekitar tahun
690 Sriwijaya telah meluaskan wilayahnya dengan menaklukkan kerajaan-
kerajaan di sekitarnya. Hal ini juga diperkuat oleh 5 buah prasasti dari
Kerajaan Sriwijaya yang kesemuanya ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa
Melayu Kuno. Prasasti-prasasti tersebut adalah sebagai beikut :
1. Prasasti Kedukan Bukit
2. Prasasti Talang Tuwo
3. Prasasti Kota Kapur
4. Prasasti Telaga Batu
5. Prasasti Karang Birahi
6. Prasasti Ligor
Kerajaan Mataram diketahui dari Prasasti Canggal yang berangka tahun 732
Masehi yang ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Dalam
prasasti itu disebutkan bahwa pada mulanya Jawa (Yawadwipa) diperintah
oleh Raja Sanna. Setelah ia wafat Sanjaya naik tahta sebagai penggantinya.
Sanjaya adalah putra Sannaha (saudara perempuan Sanna).
5. Kerajaan Kediri/Kadiri
Sampai setengah abad lebih sejak Airlangga mengundurkan diri tidak ada
yang dapat diketahui dari kedua kerajaan itu. Kemudian hanya Kadiri yang
menunjukkan aktifitas politiknya. Raja pertama yang muncul dalam pentas
sejarah adalah Sri Jayawarsa dengan prasastinya yang berangka tahun 1104
M. Selanjutnya berturut-turut raja-raja yang berkuasa di Kadiri adalah sebagai
berikut : Kameswara (±1115 – 1130), Jayabaya (±1130 – 1160), 1135),
Sarweswara (±1160 – 1170), Aryyeswara (±1170 – 1180), Gandra (1181),
Srengga (1190-1200) dan Kertajaya (1200 – 1222).
Pada tahun 1222 terjadilah Perang Ganter antara Ken arok dengan Kertajaya.
Ken Arok dengan bantuan para Brahmana (pendeta) berhasil mengalahkan
Kertajaya di Ganter (Pujon, Malang).
6. Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok. Dalam kitab Pararaton Ken Arok
digambarkan sebagai seorang pencuri dan perampok yang sakti, sehingga
menjadi buronan tentara Tumapel. Setelah mendapatkan bantuan dari seorang
Brahmana, Ken Arok dapat mengabdi kepada Akuwu (bupati) di Tumapel
bernama Tunggul Ametung. Setelah berhasil membunuh Tunggul Ametung,
Ken Arok menggantikannya sebagai penguasa Tumapel. Ia juga menjadikan
Ken Dedes, istri Tunggul Ametung, sebagai permaisurinya. Pada waktu itu
Tumapel masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kadiri.
Setelah merasa memiliki kekuatan yang cukup, Ken Arok berusaha untuk
melepaskan diri dari Kadiri. Pada tahun 1222 Ken Arok berhasil membunuh
Kertajaya, raja Kadiri terakhir. Ia kemudian naik tahta sebagai raja Singasari
dan mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Girinda.
Anusapati. Hal ini dilakukan sebagai balas dendam atas kematian ayahnya,
Tunggul Ametung. Anusapati mengantikan berkuasa di Singasari. Ia
memerintah selama 21 tahun. Sampai akhirnya ia dibunuh oleh Tohjaya, juga
sebagai balas dendam atas kematian ayahnya.
Pada tahun 1268 Kertanegara naik tahta. la merupakan raja terbesar kerajaan
Singasari. Kertanegara merupakan raja pertama yang bercitacita menyatukan
Nusantara. Pada tahun 1275, Kertanegara mengirimkan Ekspedisi Pamalayu
ke Sumatera (Jambi) dipimpin oleh Kebo Anabrang. Ekspedisi ini bertujuan
menuntut pengakuan Sriwijaya dan Malayu atas kekuasaan Singasari.
Ekspedisi ini juga untuk mengurangi pengaruh Kubilai Khan dari Cina di
Nusantara.
Ekspedisi ini menimbulkan rasa khawatir raja Mongol tersebut. Oleh karena
itu pada tahun 1289 Kubilai Khan mengirimkan utusan bernama Meng-chi
menuntut Singasari mengakui kekuasaan Kekaisaran Mongol atas Singasari.
Kertanegara menolak tegas, bahkan utusan Cina itu dilukai mukanya.
Perlakukan tersebut dianggap sebagai penghinaan dan tantangan perang.
Untuk menghadapi kemungkinan serangan dari tentara Mongol pasukan
Singasari disiagakan dan dikirim ke berbagai daerah di Laut Jawa dan di Laut
Cina Selatan. Sehingga pertahanan di ibukota lemah. Hal ini dimanfaatkan
oleh pihak-pihak yang tidak senang terhadap Kertanegara, diantaranya
Jayakatwang penguasa Kadiri dan Arya Wiraraja (bupati Madura). Pasukan
Kadiri berhasil menduduki istana dan membunuh Kertanegara.
7. Kerajaan Majapahit
Kemudian datanglah pasukan Tartar yang dikirim Kaisar Kubilai Khan untuk
menghukum raja Jawa. Walaupun sudah mengetahui Kertanegara sudah
meninggal, tentara Tartar bersikeras mau menghukum raja Jawa. Hal ini
dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk membalas dendam kepada
Jayakatwang. Jayakatwang berhasil dihancurkan. Pada waktu tentara Tartar
hendak kembali kepelabuhan, Raden Wijaya menghancurkan tentaraTartar,
Setelah berhasil mengusir tentara Tartar, Raden Wijaya dinobatkan sebagai
Raja Majapahit dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana pada tahun 1293.
1. Teori Makkah
Islam yang masuk dan berkembang di Indonesia berasal dari Jazirah
Arab atau bahkan dari Makkah pada abad ke7 M. Teori ini dikemukakan oleh
Hamka (Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah), ia adalah seorang
ulama’ sekaligus seorang sastrawan Indonesia. Selain itu yang tidak boleh
diabaikan adalah fakta menarik lainnya adalah bahwa orang-orang Arab sudah
berlayar mencapai Cina pada abad ke-7 M dalam rangka berdagang. Hamka
percaya dalam perjalanan inilah mereka singgah di kepulauan Nusantara saat
itu.
2. Teori Gujarat
Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke
Indonesia ini berasal dari Gujarat pada abad ke-13, Islam dibawa dan
disebarkan oleh pedagang-pedagang Gujarat yang singgah di kepulauan
Nusantara. Mereka menempuh jalur perdagangan yang sudah terbentuk antara
India dan Nusantara. Pendapat ini dkemukakan oleh Snouck Hurgronje.
3. Teori Cina
Teori ini mengungkapkan tentang agama Islam yang disebarkan di
Indonesia oleh orang-orang Cina. Mereka bermadhab Hanafi, pendapat ini
disimpulkan oleh salah seorang pegawai Belanda pada masa pemerintahan
kolonial Belanda dulu. Teori ini beranggapan bahwa proses kedatangan Islam
ke Indonesia berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan
dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia.
4. Teori Persia
Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia
beasal dari daerah Persia atau Parsi (Iran). Pencetus dari teori inni adalah
Hosein Djajadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam memberikan
argumentasinya, Hosein lebih menitik beratkan analisisnya pada kesamaan
budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia.
1. Perdagangan
Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam
dari Gujarat/India, Persia, dan Bangsa Arab. Mereka telah ambil bagian
dalam kegiatan perdagangan di Indonesia. Hal ini konsekuensi logisnya
menimbulkan jalinan hubungan dagang antara masyarakat Indonesia dan para
pedagang Islam. Di samping berdagang, sebagai seorang muslim juga
mempunyai kewajiban berdakwah maka para pedagang Islam juga
menyampaikan dan mengajarkan agama dan kebudayaan Islam kepada orang
lain.
2. Perkawinan
Di antara para pedagang Islam ada yang menetap di Indonesia. Hingga
sekarang di beberapa kota di Indonesia terdapat kampung Pekojan. Kampung
tersebut dahulu merupakan tempat tinggal para pedagang Gujarat. Koja
artinya pedagang Gujarat. Sebagian dari para pedagang ini menikah dengan
wanita Indonesia.
3. Pendidikan
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama
atau mubalig yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan
mendirikan pondok-pondok pesantren. Dan di dalam pesantren itulah tempat
pemuda pemudi menuntut ilmu yang berhubungan dengan agama Islam.
4. Politik
Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan
memegang peranan penting dalam proses Islamisasi. Jika raja sebuah
kerajaan memeluk agama Islam, otomatis rakyatnya akan berbondong
bondong memeluk agama Islam. Karena, masyarakat Indonesia memiliki
kepatuhan yang tinggi dan raja selalu menjadi panutan rakyatnya.
6. Seni Budaya
Perkembangan Islam dapat melalui seni budaya, seperti bangunan
(masjid), seni pahat, seni tari, seni musik, dan seni sastra. Cara seperti ini
banyak dijumpai di Jogjakarta, Solo, Cirebon, dls. Seni budaya Islam dibuat
dengan cara mengakrabkan budaya daerah setempat dengan ajaran Islam
yang disusupkan ajaran tauhid yang dibuat sederhana, sehalus dan sedapat
mungkin memanfaatkan tradisi lokal, misalnya : Membumikan ajaran Islam
melalui syair – syair. Contohnya : Gending Dharma, Suluk Sunan Bonang,
Hikayat Sunan Kudus, dan lain – lain.
Mengkultulrasikan wayang yang sarat dokrin
7. Tasawuf
Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam keserhanaan, mereka
selalu menghayati kehidupan masyarakatnya yang hidup bersama di tengah –
tengah masyarakatnya. Para Sufi biasanya memiliki keahlian yang membantu
masyarakat dan menyebarkan agama Islam. Para Sufi pada masa itu
diantaranya Hamzah Fansuri di Aceh dan Sunan Panggung Jawa.
Kehidupan Politik
Raja – raja yang memerintah Kerajaan Malaka antara lain :
1. Iskandar Syah (1396-1414 M)
Pada abad ke-15 M, di Majapahit terjadi perang paregreg yang mengakibatkan
Paramisora (Parameswara) melarikan diri bersama pengikutnya dari daerah
Blambangan ke Tumasik (Singapura), kemudian melanjutkan perjalanannya
sampai ke Semenanjung Malaya dan mendirikan Kp. Malaka.
Untuk meningkatkan aktivitas perdagangan di Malaka, maka Paramisora
menganut agama Islam dan merubah namanya menjadi Iskandar Syah,
kemudian menjadikan Kp. Malaka menjadi Kerajaan Islam. Untuk menjaga
keamanan Kerajaan Malaka, Iskandar Syah meminta bantuan kepada Kaisar
China dengan menyatakan takluk kepadanya (1405 M).
2. Salahudin
Salahudin merupakan raja pengganti Sultan Ali Mughayat Syah. Pada suatu
waktu, Salahudin gagal menyerang, maka pada tahun 1537 Salahudin
dijatuhkan oleh Alaudin Riayat Syah Al-Kahar.
1. Raden Fatah
Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah termasuk keturunan raja
terakhir dari kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Setelah dewasa,
Raden Fatah di angkat menjadi bupati di Bintaro Demak dengan Gelar Sultan
Alam Akbar al-Fatah.
Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di bawah
pemerintahannya, kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena
memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan,
terutama beras. Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi kerajaan agraris-
maritim.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, dibangun masjid Demak yang proses
pembangunan masjid itu di bantu oleh para wali atau sunan.
2. Adipati Unus
Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh Adipati
Unus. Ia memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa pemerintahan
Adipati Unus tidak begitu lama, karena ia meninggal dalam usia yang masih
muda dan tidak meninggalkan seorang putera mahkota. Walaupun usia
pemerintahannya tidak begitu pasukan Demak menyerang Portugis di
Malaka, keberanian Adipati Unus menyerang Malaka membuat Adipai Unus
dijiluki Pangeran Sabrang Lor. Setelah Adipati Unus meninggal, tahta
kerajaan Demak dipegang oleh saudaranya yang bergelar Sultan Trenggana.
3. Sultan Trenggana
Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Dibawah
pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan
Trenggana berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa
Barat. Pada tahun 1522 M kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa
Barat di bawah pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah yang berhasil di
kuasainya antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan
terhadap daerah ini bertujuan untuk menggagalkan hubungan antara Portugis
dan kerajaan Padjajaran. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh armada
Demak pimpinan Fatahillah. Dengan kemenangan itu, fathillah mengganti
nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (berarti kemenangan penuh). Peristiwa
yang terjadi pada tanggal 22 juni 1527 M itu kemudian di peringati sebagai
hari jadi kota Jakarta.
Di masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung
Jati. Dari Sunan gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad
Abdul Arifin. Gelar Islam seperti itu sebelumnya telah diberikan kepada raden
patah, yaitu setelah ia berhasil mengalahkan Majapahit.
1. Sultan Hasanudin
Sultan Hasanudin adalah raja pertama di Kerajaan Banten. Perjuangannya
sangat gigih. Pada tahun 1568 Sultan Hasanudin mampu melepaskan diri dari
kekuasaan Kerajaan Demak. Pada saat itu di Demak terjadi perebutan
kekuasaan setelah Sultan Trenggono wafat. Wilayah kekuasaan Kerajaan
Banten hingga ke Lampung. Banten menjadi pusat penjualan dan perdagangan
lada. Pada tahun 1570 Sultan Hasanudin wafat.
3. Maulana Muhammad
Maulana Muhammad merupakan pengganti Panembahan Yusuf. Ia menjadi
raja dengan gelar Kanjeng Ratu Banten. Maulana Muhammad memperluas
kerajaan Banten dengan menyerang Palembang. Dalam sejarah diceritakan
penyerangan ke Palembang dipimpin oleh Ki Gede Ing Suro. Ki Gede Ing
Suro adalah seorang penyiar agama Islam yang berasal dari keturunan orang
Surabaya yang telah berhasil meletakkan dasar-dasar keislaman di Palembang.
Dalam pertempuran tersebut Sultan Banten gugur.
4. Abdulmufakhir
Abdulmufakhir merupakan pengganti Maulana Muhammad yang telah
gugur. Namun, karena usianya masih muda belia maka ia didampingi oleh
Pangeran Ranamenggala sebagai mangkubumi. Pangeran Ranamenggala
mengendalikan pemerintahan dari tahun 1608 sampai 1624.
Selama pemerintahan raja tersebut Kerajaan Banten menjadi pusat
perdagangan lada dan cengkih.
5. Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa adalah raja Banten yang memerintah dari tahun
1651 sampai 1692. Pada masa ini Banten semakin maju. Hasil pertanian
melimpah. Penyiaran agama Islam semakin pesat dengan ditunjang oleh
ulama besar seperti Syekh Yusuf dari Sulawesi.
Kerajaan Banten menjalin hubungan baik dengan negara luar negeri,
seperti Turki dan Moghul. Meskipun demikian, Sultan Ageng Tirtayasa tidak
bersedia bekerja sama dengan belanda.
2. Arya Pangiri
Arya Pangiri adalah putra Sunan Prawoto raja keempat Demak, yang
tewas dibunuh Arya Penangsang tahun 1549. Ia kemudian diasuh bibinya,
yaitu Ratu Kalinyamat di Jepara.
Sepeninggal Sultan Hadiwijaya akhir tahun 1582 terjadi permasalahan
takhta di Pajang. Putra mahkota yang bernama Pangeran Benawa disingkirkan
Arya Pangiri dengan dukungan Sunan Kudus. Alasan Sunan Kudus adalah
usia Pangeran Benawa lebih muda daripada istri Pangiri, sehingga tidak pantas
menjadi raja.
Pangeran Benawa yang berhati lembut merelakan takhta Pajang dikuasai
Arya Pangiri sedangkan ia sendiri kemudian menjadi bupati Jipang Panolan
(bekas negeri Arya Penangsang).
Arya Pangiri juga berlaku tidak adil terhadap penduduk asli Pajang. Ia
mendatangkan orang-orang Demak untuk menggeser kedudukan para pejabat
Pajang. Bahkan, rakyat Pajang juga tersisih oleh kedatangan penduduk
Demak. Akibatnya, banyak warga Pajang yang berubah menjadi perampok
karena kehilangan mata pencaharian. Sebagian lagi pindah ke Jipang
mengabdi pada Pangeran Benawa.
3. Pangeran Benawa
Pangeran Benawa adalah raja ketiga Kesultanan Pajang yang memerintah
tahun 1586-1587, bergelar Sultan Prabuwijaya. Pangeran Benawa adalah putra
Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir, raja pertama Pajang. Sejak kecil ia
dipersaudarakan dengan Sutawijaya, anak angkat ayahnya, yang mendirikan
Kesultanan Mataram.
Pangeran Benawa memiliki putri bernama Dyah Banowati yang menikah
dengan Mas Jolang putra Sutawijaya. Dyah Banowati bergelar Ratu Mas Adi,
yang kemudian melahirkan Sultan Agung, raja terbesar Mataram.
Kehidupan Politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Makasar 1)
Sultan Alauddin (1591-1629 M).
Sultan Alauddin sebelumnya bernama asli Karaeng Matowaya Tumamenaga
Ri Agamanna dan merupakan raja Makassar pertama yang memeluk agama
Islam.Pada pemerintahan Sultan Alauddin, Kerajaan Makassar mulai terjun
dalam dunia pelayaran dan perdagangan.
2. Kerajaan Tidore
Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah rajaraja
Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqalyang naik
tahta pada tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di
kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan.
Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh
Mansur dari Arab.
C. Kemunduran Kerajaan Tidore
Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan
Kerajaan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis )
yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempahrempah tersebut.
Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu
domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil
mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun
kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda
untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil
menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan
terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.