Anda di halaman 1dari 7

Nama : Inas Zhafirah

NPM : A1E017045
Semester : 6A
ANALISIS JURNAL

A. IDENTITAS JURNAL
1. Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Metro
2. Volume : V (Lima)
3. Nomor :2
4. Halaman : 148-158
5. Tahun Penerbit : September 2017 (p-ISSN: 2337-5973, e-ISSN: 2442-4838)
6. Judul Jurnal : Effect of Scientific Inquiry Learning Model and Logical
Thinking Ability of High School Students Science Process
Skills
7. Nama Penulis : M. Akhyar Lubis, Mara Bangun Harahap, Sondang R.
Manurung
8. Studi Kasus : SMA Negeri 4 Padangsidimpuan

B. ABSTRAK JURNAL
1. Jumlah Paragraf : 1
2. Halaman : 148
3. Ukuran Spasi : 1.0
4. Uraian Abstrak : Pada abstrak memiliki poin tujuan penelitian dengan
menganalisis hasil keterampilan proses sains siswa pada
penerapan model pembelajaran, tingkat berpikir logis, dan
interaksi antar model pembelajaran yang digunakan.
Kemudian, penelitian dengan desain eksperimen semu
dengan desain dua kelompok pretest-posttest. Populasi
penelitian adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 4
Padangsidimpuan semester II tahun akademik 2016/2017.
Instrumen penelitian terdiri dari dua jenis: instrumen
keterampilan proses sains dalam bentuk soal esai dan
kemampuan instrumen untuk berpikir logis dalam bentuk
soal pilihan berganda. Lalu, diakhir paragraf diberikan
simpulan dari data hasil penelitian yang di uji coba dan
sudah di analisis dengan menggunakan dua jalur Anava.
5. Keyword Jurnal : Scientific Inquiry Learning Model, Conventional, Logical
Thinking Skills, Science Process Skills.
C. PENDAHULUAN JURNAL
Di dalam pendahuluan jurnal penulis memberikan gambaran dari hasil
pengamatan awal di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan. Ditemukan bahwa implementasi
pengajaran fisika masih belum mampu menunjukkan sifat fisika sebagai suatu proses.
Sebagian besar guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang
mengedepankan metode ceramah dan tanya jawab di kelas.
Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa mengatakan bahwa siswa jarang
melakukan pembelajaran fisika dengan kegiatan laboratorium maupun lembar kerja siswa
(LKS). Sehingga siswa tidak termotivasi secara optimal mengembangkan kemampuan
sains mereka dalam proses pembelajaran fisika. Maka, dibutuhkan peranan guru dalam
memilih model pembelajaran yang cocok agar tercapainya tujuan pembelajaran dan
siswa pun memiliki hasil keterampilan proses sains yang baik.

D. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis hasil keterampilan proses
sains siswa pada penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran
konvesional, tingkatan berpikir logis siswa, dan interaksi antara model pembelajaran
inkuiri terbimbing dengan keterampilan berpikir logis dengan keterampilan proses
sains siswa.

E. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan ialah quasi jenis penelitian yang bertujuan
untuk melihat atau menentukan apakah ada hasil / efek dari sesuatu yang dikenakan
pada subjek siswa adalah siswa. Penelitian ini melibatkan dua kelas sampel berbeda,
yaitu kelas eksperimen diperlakukan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas
kontrol diperlakukan dengan pembelajaran konvensional. Dua desain penelitian
berupa desain pretest-posttest group.
Lama waktu penelitian dimulai dari tanggal 22 April hingga 31 Mei 2017.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 4
Padangsidimpuan terdiri dari 8 level yaitu dari kelas X-1 hingga X-8 yang berjumlah
296 orang. Level cluster acak melakukan pengambilan sampel; dimana setiap kelas
memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Kelas pertama sebagai kelas
eksperimen adalah kelas X-1 dan level kedua sebagai kelas kontrol adalah kelas X-8.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel: variabel independen,
variabel moderator, dan variabel dependen. Variabel independen ialah model
pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional,variabel moderator
ialah kemampuan berpikir logis, dan variabel dependen berupa keterampilan proses
sains.

F. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


a. Keterampilan Proses Sains Siswa yang Diajarkan Oleh Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing.
Hasil uji analisis varians diperoleh nilai signifikansi model pembelajaran
0,000. Karena nilai sig. 0,000 <0,05 sehingga hasil pengujian hipotesis menolak
Ho atau menerima Ha. Pada tingkat alfa 5% berarti bahwa keterampilan proses
sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih
baik daripada pembelajaran konvensional. Diagram perbandingan keterampilan
proses sains siswa dalam pretest dan posttest pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan antara nilai keterampilan proses sains


Pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

Gambar 1 menunjukkan rata-rata keterampilan proses sains posttest siswa di kelas


eksperimen yang diajarkan oleh model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu 77,50
lebih tinggi dari rata-rata keterampilan proses sains yang diajarkan dengan
pembelajaran konvensional yaitu (61,04). Hasil ini membuktikan bahwa model
pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan hasil yang lebih baik dalam
meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa penelitian sebelumnya. (Hussain, et al.,
2011: 269) dalam penelitiannya mengatakan bahwa model pembelajaran inkuiri secara
signifikan lebih efisien untuk meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional. Demikian pula, Fakhrunnisyak dan Sinuraya (2016:25)
dalam studinya juga mengatakan bahwa perbedaan yang signifikan antara model
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan hasil belajar siswa, dibandingkan dengan
pendidikan konvensional. Selain meningkatkan pembelajaran siswa, model
pembelajaran inkuiri secara efektif dapat meningkatkan keterampilan proses sains
siswa (Ergul, et al., 2011: 62).
b. Keterampilan Proses Sains Siswa yang Memiliki Kemampuan Berpikir Logis
Tinggi.
Hasil analisis varian diperoleh nilai kemampuan signifikansi 0,000 pemikiran
logis. Karena nilai sig 0,000 <0,05 sehingga hasil tes menolak hipotesis Ho atau
menerima Ha pada standar alpha 5% berarti bahwa keterampilan proses sains
siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis dengan kelompok siswa yang
berpotensi untuk berpikir secara logis di atas rata-rata lebih baik daripada siswa
yang memiliki kemampuan berpikir rendah secara logis dengan sekelompok
siswa yang berpotensi berpikir logis di bawah rata-rata. Diagram keterampilan
proses sains berdasarkan tingkat kemampuan berpikir logis dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan keterampilan proses sains dengan model pembelajaran


didasarkan pada tingkat kemampuan berpikir logis

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ismail dan Jusoh
(2001:75) yang mengatakan bahwa kemampuan berpikir secara logis dapat
meningkatkan keterampilan proses sains dan sebaliknya keterampilan proses sains
dapat meningkatkan kemampuan berpikir secara logis. Ini berarti bahwa jika
kemampuan berpikir logis tinggi maka keterampilan proses sains juga tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Manurutng (2014: 230) juga mengatakan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara kemampuan berpikir logis dengan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah kinematika.
c. Interaksi Antara Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Kemampuan
Belajar Berpikir Logis Konvensional Siswa dalam Upaya Meningkatkan
Keterampilan Proses Sains Siswa.
Hasil uji analisis varians diperoleh nilai sig. model pembelajaran berpikir logis
berjumlah 0,039. Karena nilai sig. 0,039 <0,05 maka hasil pengujian hipotesis
menolak Ho atau menerima Ha dengan tingkat alfa 5% berarti terdapat interaksi
antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kemampuan berpikir logis untuk
meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Diagram hasil interaksi antara model
pembelajaran dan tingkat kemampuan berpikir logis untuk meningkatkan
keterampilan proses sains siswa ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan


pembelajaran konvensional dengan kemampuan berpikir logis pada keterampilan
proses sains

Berdasarkan gambar 3 dapat dilihat bahwa jika kedua garis diperpanjang maka
pada suatu titik, akan ada persimpangan. Siswa yang dapat berpikir rendah secara
logis dengan sekelompok siswa yang dapat berpikir secara logis di bawah rata-rata,
jika diajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran
konvensional akan memperoleh nilai sains keterampilan proses rendah. Berbeda
dengan siswa yang dapat berpikir logis dengan kelompok siswa yang dapat
berpikir logis di atas rata-rata, jika diajarkan dengan model pembelajaran inkuiri
terbimbing akan menunjukkan hasil keterampilan proses sains lebih tinggi
daripada kelas yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.

G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan diskusi dapat disimpulkan :
1. Keterampilan proses sains siswa yang diajarkan menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik daripada keterampilan proses sains
siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran konvensional. Keterampilan
dalam proses sains siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis tinggi lebih
baik daripada keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan berpikir
logis rendah.
2. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan
pembelajaran konvensional dengan kemampuan berpikir logis dalam
meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Berdasarkan penelitian ini
keterampilan proses sains dominan pada model pembelajaran inkuiri terbimbing di
kelompok siswa yang dapat berpikir logis di atas rata-rata. Berdasarkan hasil
analisis uji n-gain, peningkatan keterampilan proses Sains (KPS) terpadu siswa
materi pengukuran dapat meningkatkan KPS terpadu sebesar 0,34 dengan kategori
sedang, dan respon siswa terhadap model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
strategi student generated representations (SGRs).

H. KEUNGGULAN DAN KEKURANGAN


1. Keunggulan
Pada jurnal penelitian yang sudah dianalisis terdapat banyak keunggulan yang
ada, seperti jurnal yang sudah ber-ISSN (International Standard Serial Number),
bahasa yang digunakan di jurnal semuanya berbahasa Inggris yang merupakan
bahasa internasional sehingga bisa diakses oleh antar negara. Lalu, perincian data
yang sangat detail berdasarkan hasil eksperimen data dan hasil analisa yang akurat
dengan menggunakan dua jalur Anava. Juga dengan metode quasi eksperimen kita
bisa mendapatkan hasil perbandingan yang signifikan pada kedua kelas yaitu kelas
kontrol dan eksperimen yang telah di uji coba.
2. Kekurangan
Sejauh ini belum ditemukan kekurangan yang ada. Hanya saja sebagai catatan,
pembaca hendaknya meningkatkan kemampuan daya literasi pada jurnal yang
berskala internasional agar mudah memahami isi dari jurnal tersebut.

I. DAFTAR PUSTAKA
1. Druxes, H., Gernot, B. dan Fitz, S. 1986. Kompedium Didaktik Fisika. Pakar
bahasa: Soeparmo. Bandung: CV Remadja Karya Bandung.
2. Ergül, R., Ekl, Y., Çali, S., Özdlek, Z., Göçmençeleb, I., Anli M. 2011.
Pengaruh Pengajaran Sains Berbasis-Pertanyaan pada siswa Sekolah Dasar
Keterampilan Proses Sains dan Sikap Sains. Jurnal Bulgaria Sains dan Kebijakan
Pendidikan (BJSEP). 5 (1). 48-68.
3. Fakhrunnisyak dan Sinuraya, J. 2016. Pengaruh Model Ilmiah Permintaan Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Fluida Dinamis. Jurnal Ikatan Alumni
Fisika Universitas Negeri Medan. 2 (1). 22-26.
4. Hussain, A., Azeem, M. dan Shakoor, A. 2011. Metode Pengajaran Fisika:
Penyelidikan Ilmiah Vs Kuliah Tradisional. Jurnal Internasional Humaniora dan Ilmu
Sosial. 1 (19). 269-276.
5. Ismail, ZH dan Jusoh, I. 2001. Hubungan Antara Keterampilan Proses Sains dan
Kemampuan Berpikir Logis Siswa Malaysia Jurnal Sains dan Pendidikan Matematika
di Asia Tenggara. 24 (2). 67-77.
6. Joyce, B. dan Weil, M. 2003. Model Pengajaran. Edisi Kelima. New Delhi: Prentice-
Hall of India.
7. Lawson, A. 2003. Sifat dan perkembangan argumentasi hipotetisik prediktif dengan
implikasi untuk pengajaran sains. Jurnal Internasional Pendidikan Sains, 25 (11),
1387–1408.
8. Lawson, A. 2004. Jawaban untuk Allchins Pseudo history dan Pseu doscience.
JournalScience & Education, 13 (6), 599–605.
9. Manurung, SR 2014. Kontribusi Kemampuan Berpikir Formal pada Konsep
Penguasaan Kinematika. Prosiding: Seminar Internasional Pertama tentang Tren
dalam Sains dan Sains
Pendidikan. ISBN 978-602-9115-37-6.
10. Oloyede, OI 2012. Hubungan antara Akuisisi Keterampilan Proses Sains, Kemampuan
Penalaran Formal dan Prestasi Kimia. IJAAAS 8 (1). 1-4.

Anda mungkin juga menyukai