TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tumbuhan Buah Jeruk Bali
2.1.1. Deskripsi Tumbuhan Buah Jeruk Bali
Jeruk Besar dalam bahas Inggris disebut pummelos, bahas Indonesi jeruk besar dan
bahasa Jawa jeruk gulung. Jenis jeruk ini dapat tumbuh dengan baik didataran rendah
hingga ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Jenis jeruk ini lebih menyukai
daerah yang bertopografi datar (tidak bervariasi), permukaan air tanahnya dalam dan
tidak tergenang air. Jenis jeruk berasal daerah kepulauan Polynesia sampai
semenanjung Malaka. Berarti jenis jeruk ini berasal dari Indonesia. Setiap pohon
yang besar dapat menghasilkan buah sebanyak 200 buah dalam satu musim. Waktu
berbunga sama seperti jenis jeruk lain. Waktu pembentukan bunga sampai buah
masak membutuhkan waktu sekitar 7-8 bulan. Jeruk besar terdiri dari berbagai
macam jenis, Jeruk Pandan, Jeruk Sinyonya, Jeruk Cikoneng, Jeruk Nambangan,
Jeruk Delima, Jeruk Silempang, Jeruk Oyod Gondong, Jeruk Delima Kepyar, Jeruk
Nambangan-Madiun, Jeruk Bali, Jeruk Gulung, Jeruk Pandanwangi (Soelarso,
1996).
Secara umum, buah jeruk terdiri dari bagian daging buah dan kulit. Bagian
daging buah yang dapat dimakan disebut dengan endokarp. Endokarp terdiri atas
segmen-segmen yang disebut carpel atau locule. Di dalam segmen-segmen tersebut
terdapat kantung-kantung sari buah yang berdinding tipis. Endokarp dikelilingi oleh
bagian jeruk yang dinamakan kulit. Kulit buah jeruk terdiri dari flavedo dan albedo.
Flavedo merupakan bagian kulit luar yang terletak di bagian bawah lapisan epidermis
dan mengandung kromoplas dan kantung minyak, sedangkan kulit bagian dalam yang
disebut albedo merupakan lapisan jaringan busa. Bagian tengah buah jeruk disebut
dengan core atau central plasenta yang berbatasan dengan biji yang terdapat di dalam
segmen (Ting dan Attaway, 1971).
Pomelo adalah sebutan untuk jeruk besar. Di indonesia lebih dikenal sebagai
jeruk bali atau jeruk gulung. Meskipun popular dengan sebutan jeruk bali, sentra
jeruk ini bukan dipulau Bali, melainkan di Nambangan, Magetan (Jawa Timur).
Tanaman jeruk bali tidak hanya terdapat di Nambangan. Tanaman asli Indonesia
sudah menyebar di Iran, Pakistan, India, Malaysia, RRC dan Australia. Salah satu
varietasnya, yaitu pomelo sudah dikembangkan di Negara-Negara subtropis dan
popular dengan sebutan grapefruit. Ukuran grapefruit sedikit lebih kecil dari jeruk
bali dan kegunaannya hanya untuk konsentrat. Konsentrat grapefruit yang
didinginkan biasa diminum pada pagi hari sebelum masyarakat menyantap roti,
kentang, daging, dan sarapan lainnya.
Jeruk Bali merupakan terna pohon dengan pertumbuhan cabang mulai dari
pangkal batang. Ketinggian tajuk hanya sekedar 10 m. Batang jeruk bali berkayu
keras dan liat. Daun jeruk bali berbentuk jorong dengan ujung meruncing dan
bersayap pada bagian tangkainya. Warna daun hijau muda, tebal dan mengilap.
Bunga berwarna putih dan beraroma sangat harum, tumbuh pada ujung ranting.
Bentuk buah bervariasi mulai dari bundar agak pipih hingga bundar sempurna. Warna
kulit buah bervariasi dari hijau gelap sampai hijau kekuningan setelah masak.
Diameter buah rata-rata sekitar 20 cm. Biji berukuran sekitar 1 cm. Daging buah
muda diurai, berwarna mulai dari putih, kekuningan merah jambu dan merah tua.
Rasanya bervariasi dari masam, manis masam, manis sampai manis bercampur getir
(agak pahit). Menteri pertanian RI melepas tujuh varietas jeruk bali. Ketujuh varietas
tersebut adalah nambangan, nambangan merah, nambangan putih, nagetan tanpa biji,
srinyonya, ades duku dan gulung (Rahardi, 2004).
Dari genus Citrus terdapat 16 spesies anggota Citrus, salah satunya
adalah Citrus maxima Merr. (Setiawan, 2003). Pada buku The Handbook of Natural
Flavonoids dikatakan bahwa jenis Citrus ini memiliki manfaat sebagai
antiperoksidatif, antioksidan, antibakteri, antivirus dan antikanker (Harborne,1996).
Gambar 2.1. Bagian Luar Jeruk Bali
2.1.2. Sistematika Buah Jeruk Bali (C. maximaMerr.)
Sistematika buah jeruk bali adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Rutales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus maxima Merr.
Nama Lokal : Jeruk Bali
2.1.3. Komposisi Kimia Albedo Kulit Jeruk Bali
Jeruk bali memiliki cita rasa manis, asam, dan segar karena banyak mengandung air.
Jeruk bali mengandung vitamin B, provitamin A, vitamin B1, B2, dan asam folat.
Setiap 100 gram jeruk bali mengandung 53 Kkal energi protein 0,6 g, lemak 0,2 g,
karbohidrat 12,2 g, retinol 125 mcg, kalsium 23 mg, dan fosfor 27 mg. Kandungan
lain seperti flavonoid, pektin, dan lycopene menjadikan buah ini semakin kaya akan
zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan. Seperti jeruk lain, jeruk bali adalah sumber
vitamin C (43 mg dalam 100 gram bagian) dan sangat baik sebagai sumber
antioksidan.
Flavedo mengandung minyak essensial, pigmen karotenoid, dan senyawa
steroid, sedangkan albedo kaya akan senyawa selulosa, hemiselulosa, lignin, pektat,
dan fenolik. Komposisi dari dinding segmen, kantung sari buah, dan pusat buah tidak
banyak berbeda dengan albedo. Sebagian besar gula dan asam sitrat terdapat pada sari
buah disamping komponen nitrogen, lipid, senyawa fenolik, vitamin, dan senyawa
anorganik (Ting dan Attaway, 1971).
Bagian dalam kulit buah jeruk bali yang berwarna putih (albedo) dapat
dijadikan makanan, seperti manisan, selain itu dapat dibuat menjadi alkohol dan gula
tetes serta dapat juga diekstrak kandungan pektin di dalamnya. Hasil penelitian dari
Purbianti (2005) menunjukkan pektin paling banyak terdapat pada kulit jeruk bali
dibandingkan dengan kulit jeruk keprok dan jeruk lemon. Jeruk bali memiliki
rendemen (11,13%), kadar air (17,17%), viskositas (16,67 cps), persentase kemurnian
pektin (69,69%), dan derajat keputihan (56,33).
A C C C B
4. Biflavonoida
Biflavonoid adalah flavonoid dimer walaupun prosianidin dimer biasanya tidak
dimasukkan kedalam golongan ini. Flavonoid yang biasanya terlibat ialah flavon dan
flavanon yang secara biosintesis mempunyai biosintesis yang sederhana 5,7,4’ dan
ikatan antar flavonoida berupa ikatan karbon – karbon atau ikatan eter. Monomer
flavonoid yang digabungkan menjadi golongan biflavonoid yang satu jenis atau
berbeda dan letak ikatannya berbeda-beda. Banyak sifat fisika dan kimia biflavonoid
menyerupai sifat monoflavonoid pembentuknya misalnya spectrum UV-tampak, uji
warna dan lain-lain. Biflavonoid jarang ditemukan sebagai glikosida dan
penyebarannya terbatas, terdapat terutama pada gimnospermae.
5. Aglikon Flavonoida
Sejumlah aglikon flavonoid mempunyai atom karbon asimetrik dan dengan demikian
menunjukkan keaktifan optik. Yang termasuk dalam golongan flavonoid ini ialah
flavanon, dihidroflavanol, katekin, pterokarpan, rotenoid dan beberapa biflavanoid
(Markham, 1988)
Menurut robinson, flavonoida dapat dikelompokkan berdasarkan keragaman
pada rantai C3 yaitu flavonol, flavon, isoflavon, flavanon, dihidroflavonol, katekin,
leukoantosianidin, antosianidin, khalkon dan auron (Robinson, 1995).
1. Flavonol
OH
O
OH
O
Gambar 2.9. Flavanonol
6. Katekin
Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan
berkayu. Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental
Uncaria gambir dan daun teh kering yang mengandung kira-kira 30 %
senyawa ini. Katekin berkhasiat sebagai antioksidan.
OH
OH
HO O
OH
OH
Gambar 2.10. Katekin
7. Leukoantosianidin
Leukoantosianidin merupakan senyawa yang terdapat pada tumbuhan
berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya
melaksidin, apiferol.
OH
HO OH
Gambar 2.11. Leukoantosianidin
8. Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas
dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah
penyebab hampir semua warna merah jambu, merah marak, ungu, dan biru
dalam daun, bunga dan buah pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua
antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal yaitu sianidin,
dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau
pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi atau glikosilasi.
OH
Gambar 2.12. Antosianin
9. Kalkon
Kalkon adalh pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan sinar
UV bila dikromatografi kertas. Aglikon kalkon dapat dibedakandari
glikosidanya, karena hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat
bergerak pada kromatografi kertas dalam pengembang air (Harborne, 1996).
O
Gambar 2.13. Kalkon
10. Auron
Auron berupa pigmen kuning emasyang terdapat dalam bunga tertentu dan
briofita. Dalam larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada
kromatogravi kertas berupa bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna
kuning kuat berubahmenjadi merah jingga bila diberi uap ammonia
(Robinson, 1995).
O
CH
O
Gambar 2.14.Auron
OH
OH
HO O R
OH
OH
OH
OH
HO O R
OH
OH
OH
OH
HO O
R
OH
OH
Ikatan-H
HO OH
O HO
OH
HO
OH O
OH
HO Ikatan-H
b. Depsida galoilglukosa
Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh lima gugus asam galat
(Harborne, 1996)
Gambar 2.18. Gallotannin
2.6. Bakteri
Nama bakteri berasal dari kata “bakterion” (bahasa Yunani) yang berarti tongkat atau
batang. Sekarang namanya dipakai untuk menyebutkan sekelompok mikroorganisme
yang bersel satu, pembiakan dengan cara pembelahan diri, serta demikian kecilnya
sehingga hanya tampak dengan mikroskop (Dwidjoseputro, 1998).
Bakteri merupakan penghasil bermacam-macam zat organik dan obat-obatan
antibiotik. Mikroorganisme memang peranan penting dalam menganalisis sistem
enzim dan dalam mengalisis komposisi suatu makanan. Bakteri merupakan
organisme yang sangat kecil (berukuran mikroskopis). Bakteri rata-rata berukuran
lebar 0,5 – 1 mikron dan panjang hingga 10 mikron (1 mikron - 103 mm). Untuk
melihat bakteri dengan jelas, tubuhnya perlu diisi dengan zat warna, pewarna ini
disebut pengecatan bakteri (Irianto, 2006).
Berdasarkan perbedaannya didalam menyerap zat warna gram bakteri dibagi
atas dua golongan yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram
positif menyerap zat warna pertama yaitu kristal violet yang menyebabkan berwarna
ungu, sedangkan bakteri gram negatif menyerap zat warna kedua yaitu safranin dan
menyebabkannya berwarna merah
Ada kalanya suatu bakteri perlu diwarnai dua kali. Setelah zat warna yang
pertama (ungu) terserap, maka bakteri dicuci dengan alkohol, kemudian ditumpangi
dengan zat warna berlainan, yaitu dengan zat warna merah. Zat warna tambahan
terhapus, sehingga yang nampak adalah zat asli (ungu). Dalam hal ini bakteri disebut
Gram Positif. Jika zat warna tambahan merah yang bertahan sehingga zat warna asli
tidak tampak, dalam hal ini bakteri disebut Gram Negatif (Dwijoseputro,1998).
b. Bentuk kokus
Kokus adalah bakteri yang bentuknya seperti bola-bola kecil, ada yang hidup sendiri
dan ada yang berpasang-pasangan. Bentuk kokus ini dapat dibedakan atas:
- Monokokus yaitu kokus yang terlepas satu sama lain.
- Diplokokus yaitu kokus yang bergandeng dua.
- Tetrakokus yaitu kokus yang mengelompok empat.
- Stafilokokus yaitu kokus yang mengelompok dan merupakan suatu untaian.
- Streptokokus yaitu kokus yang bergandeng-gandengan panjang berupa rantai.
- Sarsina yaitu kokus yang mengelompok seperti kubus.
Contoh: Monococcus gonorhoe, Diplococcus pneumoniae, Streptococcus lactis,
Staphylococcus aureus, Sarcina luten.
c. Bentuk spiral
Dapat dibedakan atas:
- Spiral yaitu bentuk yang menyerupai spiral atau lilitan.
- Vibrio yaitu bentuk batang yang melengkung berupa koma.
- Spirochaeta yaitu menyerupai bentuk spiral, bedanya dengan spiral dalam
kemampuannya melenturkan dan melengkukkan tubuhnya sambil bergerak.
Contoh: Spirillum, Vibrio cholerae, Spirochaeta palida (Volk, 1989).
6. Tekanan Osmosa.
Medium yang paling cocok untuk kehidupan bakteri ialah medium yang isotonik
terhadap isi sel bakteri (Dwijoseputro,1982).
a. Media selektif, yaitu media biakan yang mengandung paling sedikit satu
bahan yang dapat menghambat perkembangbiakan mikroorganisme yang
tidak diinginkan dan membolehkan perkembangbiakan mikroorganisme
tertentu yang ingin diisolasi.
b. Media differensial, yaitu media untuk membedakan kelompok
mikroorganisme tertentu yang tumbuh pada media biakan. Bila berbagai
kelompok mikroorganisme tumbuh pada media differensial, maka dapat
dibedakan kelompok mikroorganisme berdasarkan perubahan pada media
biakan atau penampilan koloninya.
c. Media diperkaya, yaitu dengan menambahkan bahan-bahan khusus pada
media untuk menumbuhkan mikroba yang khusus.
2.8.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak larut dengan menggunakan pelarut cair. Senyawa aktif
yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak
atsiri, alkaloida, flavonoida dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang
dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dengan cara yang tepat
(Depkes, 2000).
Pembagian metode ekstraksi menurut Depkes (2000) adalah:
A. Cara Dingin
1. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut dengan
beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).
Maserasi kinetik dilakukan dengan pengadukan yang kontinu (terus-menerus).
Remaserasi dilakukan dengan pengulangan penambahan pelarut setelah
dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru
sampai penyaringan sempurna, umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.
Proses ini terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara,
dan tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/ penampungan ekstrak) yang terus
menerus sampai ekstrak yang diinginkan habis tersari. Tahap pengembangan
bahan dan maserasi antara dilakukan dengan maserasi serbuk menggunakan
cairan penyari sekurang-kurangnya 3 jam, hal ini penting terutama untuk
serbuk yang keras dan bahan yang mudah mengembang.
B. Cara Panas
1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
2. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru, umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinue dan jumlah
pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
3. Digesti
Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinue pada temperatur yang
lebih tinggi dari temperatur ruangan yaitu pada temperatur 40-50oC.
2.8.2 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI,
1995).