Anda di halaman 1dari 4

PENGURUS CABANG NAHDLATUL ULAMA

LEMBAGA DAKWAH NAHDLATUL ULAMA (LDNU)


KABUAPTEN BANYUMAS
Sekretariat : Jl. Sultan Agung Karangklesem RT 01 RW. 01 No. 42 Kec. Purwokerto Selatan
Kabupaten Banyumas 53144 Telp/Fax (0281) 622687
e_mail : pcnu_kab.banyumas@yahoo.co.id, staffpcnubanyumas@gmail.com

PENTINGNYA MENJAGA AMANAH ILMU

Khutbah I

Ma‟asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi,
untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah
subhanahu wa ta‟ala dengan cara m elaksanakan semua kewajiban dan menjauhkan diri
dari seluruh yang diharamkan.

Kaum Muslimin rahimakumullah,

Dalam kesempatan khutbah pada siang hari ini, khatib akan menyampaikan khutbah dengan
tema: “Pentingnya Menjaga Amanah Ilmu”.

Ma‟asyiral Muslimin rahimakumullah,

Ilmu adalah sesuatu yang Allah titipkan kepada kita. Karenanya kita wajib menjaganya
dengan penuh amanah. Amanah pada ilmu artinya kita cari ilmu itu dengan cara yang
benar, kita pahami dengan pemahaman yang benar, dan kita sampaikan dengan benar.

Mencari ilmu dengan cara yang benar artinya mempelajari ilmu itu dari guru yang
terpercaya dan memiliki sanad keilmuan yang bersambung kepada Rasulullah shallallahu
„alaihi wa sallam. Memahami ilmu dengan pemahaman yang benar artinya memahami ilmu
itu sesuai dengan pemahaman para ulama Ahlussunnah wal Jama‟ah. Dan menyampaikan
ilmu dengan benar artinya ilmu yang telah dipelajari disampaikan sesuai dengan apa yang
disampaikan oleh para ulama, tidak ditambahi, dikurangi atau diselewengkan.

Menjaga amanah harta adalah penting. Tapi menjaga amanah ilmu jauh lebih penting.
Sebaliknya, memperlakukan ilmu dengan tidak amanah (khianat pada ilmu) dampaknya jauh
lebih besar dan berbahaya daripada khianat dalam masalah harta.

Minggu ini, kita disuguhi berita tentang kasus penipuan yang dilakukan oleh sebuah toko
online. Dengan diiming-imingi diskon sampai dengan 90 %, korbannya mencapai ratusan
orang. Kerugian ditaksir tidak kurang dari 17 miliar. Inilah contoh khianat pada harta: tidak
memperlakukan harta dengan amanah. Dampak yang ditimbulkan sangat besar.

Khianat dalam masalah ilmu dampaknya bisa jauh lebih berbahaya. Khianat dalam masalah
harta memang dapat menimbulkan banyak kerugian. Tapi kerugian yang diakibatkan hanya
bendawi dan duniawi yang sifatnya hanya sementara. Sedangkan kerugian yang diakibatkan
khianat pada ilmu kaitannya dengan ukhrawi dan bisa menyebabkan kesengsaraan yang
sifatnya abadi di akhirat.

Hadirin jama‟ah shalat Jum‟at yang berbahagia,

Seseorang yang tidak amanah dalam masalah ilmu bisa menjadi sumber bencana bagi orang
banyak. Menyampaikan ilmu secara serampangan dan hanya berdasar hawa nafsu adalah
salah satu bentuk khianat dalam masalah ilmu. Hal itu dapat menyebabkan banyak orang
terjerumus dalam kesesatan. Ribuan bahkan jutaan orang mungkin akan terjatuh ke dalam
dosa besar. Dan mungkin saja ribuan orang akan keluar dari Islam dan mati dalam keadaan
tidak membawa iman.

Hadirin rahimakumullah,

Oleh karena itulah, kita diingatkan dan diwanti-wanti oleh Allah subhanahu wa ta‟ala agar
tidak menyampaikan sesuatu yang tidak kita ketahui. Allah melarang kita untuk mengatakan
sesuatu tanpa dasar ilmu dalam firman-Nya:

Maknanya: “Dan janganlah engkau mengucapkan perkataan tanpa dasar ilmu” (QS al-Isra‟:
36)

Di antara sikap amanah dalam menjaga ilmu adalah tidak malu dan gengsi mengatakan
“saya tidak tahu” pada saat tidak mengetahui satu persoalan, terutama yang terkait dengan
agama.

Apa yang dilakukan Imam Malik bin Anas bisa menjadi teladan bagi kita semua. Suatu ketika
beliau didatangi seseorang yang membawa daftar 48 pertanyaan. Imam Malik hanya
menjawab 6, dan selebihnya beliau mengatakan: Saya tidak tahu. Dalam riwayat yang lain,
beliau menjawab 16 dan 32 pertanyaan sisanya, beliau tanpa malu dan gengsi mengatakan:
Saya tidak mengetahui jawabannya.

Imam Malik adalah pendiri mazhab Maliki. Guru dari Imam Syafi‟i. Beliau berjuluk Imamu
Daril Hijrah (pucuk pimpinan para ulama Kota Madinah). Beliau tidak hanya berhasil
mencetak para ulama besar sekaliber Imam Syafi‟i. Di samping itu dari madrasahnya lahir
pula para wali besar sekaliber Imam Dzun Nun al-Mishri, Tsauban bin Ibrahim yang salah
satu kata mutiaranya dalam akidah selalu didengungkan dan digaungkan oleh para ulama
Ahlussunnah wal Jama‟ah dari masa ke masa:

“Apa pun yang terbayang dalam benakmu, maka Allah tidak menyerupai itu.”

Jika ulama setingkat Imam Malik saja sama sekali tidak merasa malu dan gengsi
mengatakan “saya tidak tahu”, kenapa kita harus merasa kehilangan harga diri untuk
mengatakan tidak tahu dalam hal-hal yang memang kita tidak tahu.

Sok tahu, terutama dalam masalah agama, hanya memberikan keuntungan sesaat yang
sebenarnya tidak ada manfaatnya sama sekali, baik di dunia maupun di akhirat. Sok tahu
atau mengaku tahu padahal tidak tahu dalam masalah agama, hanya akan menimbulkan
kerugian, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

Seseorang yang menjawab pertanyaan seputar agama tanpa dasar ilmu akan dijauhkan dari
rahmat Allah, dilaknat oleh para malaikat langit dan bumi, dan terjatuh ke dalam salah satu
dosa besar. Baginda Nabi menegaskan:

Maknanya: “Barangsiapa berfatwa (bicara agama) tanpa dasar ilmu, maka ia dilaknat oleh
para malaikat di langit dan di bumi” (HR Ibnu „Asakir).

Ma‟asyiral Muslimin rahimakumullah,

Janganlah karena malu dan gengsi kepada sesama makhluk, lalu kita tidak malu kepada
Allah. Semestinya kita lebih malu kepada Allah daripada malu kepada sesama makhluk. Rasa
gengsi dan malu kepada sesama makhluk tidaklah bermanfaat sama sekali di akhirat.
Anggapan dari sesama makhluk bahwa kita alim dan banyak ilmu tidak akan melapangkan
rezeki dan menunda ajal kita. Sebaliknya jatuhnya harga diri kita dalam pandangan makhluk
yang disebabkan kita berterus terang mengatakan tidak tahu dalam masalah agama, tidak
akan mengurangi rezeki dan mempercepat ajal kita.

Allah-lah yang memberikan rezeki kepada kita. Rezeki kita sudah dijatah oleh Allah, Sang
Maha Pemberi rezeki. Rezeki kita tidak akan bertambah atau berkurang dengan sebab apa
pun. Ajal kita juga telah tertulis di Lauh Mahfuz. Tidak akan bisa dipercepat atau ditunda
barang sesaat pun dengan sebab apa pun dan oleh siapa pun.
Ma‟asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat
dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

Khutbah I

Anda mungkin juga menyukai