Anda di halaman 1dari 6

PENGURUS CABANG NAHDLATUL ULAMA

LEMBAGA DAKWAH NAHDLATUL ULAMA


LDNU KABUPATEN KEDIRI
Sekertariat: Jl. Imam Bonjol 38 Kediri 64122
=============================================================================
Merenungkan Ciptaan Allah Ta’ala

Khutbah I
ََ َ َ َْ َ ََ َ َ َ ََ َ َ َ َ َ َ َ ْ
ُ‫ع ُلى ُآ هُل هُه‬ُ ‫ ُ ُو‬،‫ان‬
ُ ‫س هي هُد ُ ُو ُل هُد ُع ُد ُن‬ ُ ُ ُ‫حمد‬ ُ ُ‫ع ُلى ُم‬ ُ ُ ُ‫الس ُلام‬ُ ‫الص ُلاةُ ُ ُو‬
ُ ‫ ُ ُو‬،‫ان‬ َ
‫ك ُالدي ه‬
َ
ُ ‫لل ُالم هل ه‬ ُ‫الح ْمدُ ُ ه‬ َ
َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ْ ََ ََ ْ ََ ْ َ َ
ُ‫ن‬ َ
ُ‫ك ُلهُ ُالمنـزهُ ُع ه‬ ُ ‫له ُ هإلا ُاللُ ُوحدهُ ُلا ُش هري‬ ُ ‫ن ُلا ُ هإ‬ ُ ‫ ُوأشهدُ ُأ‬،‫ان‬ ُ‫الز َُم ه‬َُ ُ ‫ع ُلى ُ َم هُر‬ ُ ُ ‫ح هُب هُه ُ ُو ُت ُابه هُع ُي هُه‬
ُ ‫ص‬ ُ ‫ُو‬
َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ً َ َ َ َ َ َ َ َ ْ ََ َ َْ َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ ْ
ُ‫ان‬
ُ ‫ي ُك‬ ُ ‫عبدهُ ُو ُرسولهُ ُال هذ‬ ُ ُ ‫ن ُس هيدنا ُمحمدا‬ ُ ‫ ُوأشهدُ ُأ‬،‫ان‬ ُ‫ان ُوالمك ه‬ ُ‫ال هجس همي هُة ُوال هجه هُة ُوالزم ه‬
ْ َ
ُ ،‫خلقهُُالق ْرآن‬
َ َْ َ َ َ َْ ََْ ْ ْ ْ َ ْ َ َ َ َْ ََ
ُ‫ل ُفهي ُ هكتابه هُه‬ ُ‫ ُالقائه ه‬،‫ان‬ ‫لل ُالم ُن ه‬ ُ‫ ُ ُفإنهي ُأو هصيك ُم ُونف هسي ُ ُبه ُت ُق ُوى ُا ه‬،‫ن‬ ُ ‫اد ُالرحمُ ه‬ ُ ‫ ُ هع ُب‬،ُ‫ُأ ُما ُ ُب ُعد‬
ُ‫ن‬
ْ َ
َُ ‫ُال هذي‬،‫اب‬ َ‫ولُالْاَلْب‬ُ ‫ا‬‫ل‬ ُ ‫ت‬
ُ ‫ي‬
ُ ‫ا‬
ُ
َ ََ َ َْ
‫ل‬ ُ ُ
‫ار‬ ‫ه‬ ‫لن‬ ‫ا‬‫و‬ ُ ُ
‫ل‬ ‫ي‬‫ال‬ ُ ُ
‫اف‬
َ ْ َ َْْ َ
‫ل‬ ‫ت‬‫اخ‬ ‫و‬ ُ ُ
‫ض‬ ‫ر‬ ‫ا‬ ‫ال‬‫و‬ ُ ُ
‫ت‬ ‫و‬
ُ ‫م‬
ُ َ
‫الس‬ ُ ُ
‫ق‬
ْ َ ْ َ
‫ل‬ ‫خ‬ ُ ُ
‫ي‬ ‫ف‬ ْ ْ
‫ه‬ ‫ه ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ال ه ه ه‬
ُ ُ
‫ن‬ ‫ا‬ُ: ُ
‫آن‬ ‫ر‬ ‫ق‬
َْ ْ َ ْ َ ْ َ ََََ ْ ْ ً َ َُ ‫يَ ْذكر ْو‬
ُ‫ُ َر َبنَاُ َما‬،‫تُ َوالا ْر هض‬ ُ ‫السمُوُ ه‬ َ ُ‫ق‬ ُ ‫يُخل ه‬ ُ ‫نُفه‬ ُ ‫اماُ َوقع ْوداُ َو َعلُىُجنوبه هه ُمُويتفكرو‬ ً َ‫اللُقي‬
‫نُ ُ ه‬
َ َ َ َ ْ ً َ َ َ َْ َ
)٠٩٠ُ–ُ٠٩١ُ:‫ارُ(آلُعمران‬ ُ‫ابُالنَ ه‬
ُ َ ‫كُف هقنَاُ َعذ‬ ُ ‫ُسبحُن‬،‫اطلا‬ ‫تُهُذاُب ه‬ ُ ‫خلق‬

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib
berwasiat kepada kita semua untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah
subhanahu wata’ala, dengan senantiasa berupaya melakukan semua kewajiban
dan meninggalkan semua larangan.

Hadirin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah,


Pada kesempatan khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib
akan menyampaikan khutbah dengan tema: “Merenungkan Ciptaan Allah
Ta’ala”.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Dua ayat dalam surat Ali ‘Imran yang kami baca di atas bermakna:

1
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan
berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia;
Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS Ali ‘Imran: 190-191)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Orang yang memikirkan dan merenungkan tentang makhluk Allah, maka
dengan akalnya ia akan memahami dan mengetahui adanya Allah, keesaan
Allah dan tetapnya sifat Qudrah dan Iradah bagi-Nya.

Kita diperintahkan untuk merenung dan berfikir tentang penciptaan Allah


karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang ayat di atas:

ْ َ َ ْ َ ْ َ َََ ََْ َ َََ ْ َ


ُ )‫ح هُه‬
ُ‫ح ُي ه‬
ُ‫ص ه‬َ
ُ ُ‫انُفهُي‬
ُ ‫ح ُب‬
ُ‫ابنُُ ه‬ َ َ ْ
ُ ُُ‫ك ُرُ هفي ُهاُ( ُر ُواه‬ ُ ‫َويْلُُ هلـم‬
ُ ‫نُقرأهاُول ُمُيتف‬

Maknanya: “Sungguh celaka orang yang membacanya dan tidak berfikir tentang
nya” (HR Ibnu Hibban dalam Shahihnya).

Berfikir dan merenungkan mengenai makhluk ciptaan Allah akan


mengantarkan kita pada keyakinan tentang adanya sang Pencipta dan keesaan-
Nya. Para ulama Ahlussunnah menegaskan bahwa wajib bagi setiap mukallaf
(baligh dan berakal) untuk mengetahui dalil aqli yang global (dalil singkat)
tentang adanya Allah. Dalil aqli yang singkat itu seperti apabila dikatakan:
“Masing-masing dari kita mengetahui bahwa dirinya awalnya tidak ada
kemudian menjadi ada dan tercipta. Hal yang keadaannya seperti itu pasti
membutuhkan kepada yang mengadakannya dan menciptakannya dari tiada
menjadi ada. Karena akal yang sehat menetapkan bahwa sesuatu yang awalnya
tiada lalu menjadi ada pasti membutuhkan kepada yang mengadakannya. Dan
yang mengadakannya tiada lain adalah Allah ta’ala.”

Atau dikatakan: “Alam semesta ini berubah dari satu keadaan ke keadaan yang
lain. Angin kadang berhembus kadang tidak. Terkadang udara memanas di
suatu waktu dan berubah menjadi dingin di waktu yang lain. Ada tumbuhan
yang tumbuh dan ada yang layu. Matahari terbit dari arah timur dan terbenam
di arah barat. Matahari tampak putih di tengah hari dan menguning di petang
2
hari. Perubahan-perubahan itu menunjukkan bahwa hal-hal tersebut adalah
makhluk yang memiliki permulaan, tiada kemudian ada. Pasti ada yang
mengaturnya, mengubahnya dan menentukan perkembangannya. Dan itu
semua adalah bagian-bagian dari alam. Dengan demikian, alam beserta seluruh
bagiannya adalah makhluk yang memiliki permulaan, tiada lalu ada, dan pasti
membutuhkan kepada yang menciptakannya, yaitu Allah ta’ala.”

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Jika seorang Ateis yang tidak mempercayai adanya Allah berkata: “Kita tidak
melihat Allah, bagaimana mungkin kita meyakini akan ada-Nya?” Kita jawab:
“Meskipun kita tidak melihat-Nya, namun bukti-bukti yang menunjukkan akan
perbuatan dan penciptaan-Nya sangat banyak tidak terhitung. Adanya alam ini
dan berbagai macam makhluk di dalamnya adalah bukti adanya Allah. Karena
tulisan pasti ada yang menulisnya dan bangunan pasti ada yang
membangunnya. Demikian pula alam ini pasti ada yang menciptakan dan
mewujudkannya. Bahwa kita tidak melihat Tuhan, ini bukan bukti bahwa Ia
tidak ada. Betapa banyak hal yang kita yakini ada, padahal kita tidak
melihatnya. Di antaranya akal kita, roh kita, rasa sakit dan kegembiraan kita.
Semuanya itu kita tidak melihatnya, tapi kita yakini keberadaannya.”

Diriwayatkan bahwa sebagian dari kalangan Dahriyyah yang mengingkari


adanya Allah menemui Imam Abu Hanifah radhiyallahu ‘anhu dan ingin
membunuhnya. Hal itu dikarenakan beliau tidak henti-hentinya membantah
kesesatan mereka dan menyingkap penyimpangan mereka. Imam Abu Hanifah
berkata kepada mereka: “Jawablah satu pertanyaan dariku, lalu lakukanlah apa
yang kalian inginkan.” Mereka berkata: “Silahkan.” Lalu Imam Abu Hanifah
berkata: “Apa yang kalian katakan jika ada seseorang yang menyampaikan
kepada kalian: Aku melihat sebuah perahu yang penuh dengan barang bawaan,
penuh dengan beban, diterpa oleh gelombang yang dahsyat dan badai yang
tidak menentu arahnya di tengah lautan. Perahu itu ternyata berjalan terus
seakan tiada hambatan di tengah ombak dan badai tanpa ada nahkoda yang
menjalankan dan mengemudikannya. Apakah hal itu masuk akal?” Para ateis
dari golongan Dahriyyah tersebut menjawab: “Tidak mungkin. Tidak masuk
akal.” Imam Abu Hanifah lantas berkata: “Subhanallah. Jika akal tidak
membenarkan adanya perahu yang berjalan tanpa nahkoda yang mengatur dan
menjalankannya, maka bagaimana bisa akal membenarkan tegaknya dunia ini
dengan berbagai perbedaan dan perubahan keadaannya serta berbagai

3
kompleksitasnya tanpa ada yang menciptakan dan mengaturnya?” Mendengar
apa yang dikatakan Imam Abu Hanifah itu, para ateis tersebut tersentuh dan
menangis seraya berkata kepadanya: “Anda benar.” Mereka pun
menyarungkan kembali pedang-pedang mereka yang telah terhunus lalu
langsung masuk Islam.

Hadirin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah,


Allah ta’ala berfirman:

ْ َ ْ َ ْ َ ْ َْ َ
ُ‫ن ُاعنَابُ ُ َو َز ْرعُ ُ َون هخيْلُ ُ هصن َوانُ ُ َوغيْرُ ُ هصن َوانُ ُي ْسقُى‬ُ ‫ض ُقه َطعُ ُمتَجُ هورُتُ ُ َو َجنُتُ ُ هم‬
ُ ‫ف ُالا ْر ه‬
ُ‫و ه‬
َ ْ َْ َْ َ َ َ ْ ْ ْ َ
ُ‫ن‬
ُ ‫ك ُلاُيُتُ ُ هلقومُ ُيع هقلو‬ ُ ‫ي ُذُل ه‬ْ
ُ ‫ن ُفه‬
ُ ‫ ها‬،‫ل‬ُ‫ ُ َونف هضلُ ُ َبع َض َها ُ َعلُى ُ َبعضُ ُفهى ُالاك ه‬،ُ‫احد‬ َ
‫بهماءُ ُ َو ه‬
)٤ُ:‫(الرعد‬

Maknanya: “Dan di bumi terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun-


kebun anggur, tanaman-tanaman, pohon kurma yang bercabang, dan yang
tidak bercabang; disirami dengan air yang sama, tetapi Kami lebihkan tanaman
yang satu dari yang lainnya dalam hal rasanya. Sungguh, pada yang demikian
itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mengerti.”
(QS ar-Ra’d: 4)

Marilah kita renungkan!. Tanah yang diairi dengan air yang sama dan disinari
dengan sinar matahari yang sama. Namun tumbuhannya menghasilkan buah-
buahan yang berbeda rasa, warna, sifat, bentuk, bau, manfaat dan khasiatnya.
Karenanya, andai wujudnya segala sesuatu adalah dengan pengaruh tabi’at
seperti yang dikatakan oleh kalangan ateis, bukan dengan penciptaan Allah,
niscaya akan sama. Karena tabi’at yang sama akan memberikan pengaruh pada
benda dengan pengaruh yang serupa.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Jadi ini semua menunjukkan bahwa wujudnya segala sesuatu adalah dengan
penciptaan Dzat yang Mahakuasa, Maha Berkehendak dan Maha Mengetahui.
Oleh karena itulah, Imam asy-Syafi’i berkata:

“Daun Murbei: bau, rasa dan warnanya sama. Dimakan oleh kijang lalu
menghasilkan minyak misik, dimakan oleh ulat sutera lalu menghasilkan sutera,

4
dimakan oleh unta dan menghasilkan kotoran, dan dimakan oleh kambing lalu
mengeluarkan susu kambing.”

Seorang arab Badui pernah ditanya tentang hal serupa, ia menjawab: “Kotoran
unta menunjukkan adanya unta, dan bekas-bekas kaki menunjukkan adanya
rombongan yang lewat. Oleh karenanya, alam ini tiada lain menunjukkan
adanya Dzat yang Maha Penyayang dan Maha Mengetahui.”

Hadirin yang dirahmati Allah,


Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga
bermanfaat dan semakin mengukuhkan keimanan kita kepada Allah ta’ala,
Tuhan yang Maha Esa dan Mahakuasa. Amin.

ْ َ ْ َْ َ َ ْ َْ ْ َ ْ ََ ْ َ َْ ْ ََ َ ْ َْ ْ َ
ُ .ُ‫ُ هإنهُُه ُوُالغفورُُالر هحيم‬،‫ُفاستغ هفروه‬،‫يُولكم‬
ُ ‫اللُ هل‬
ُ ُُ‫لُهُذاُوأستغ هفر‬
ُ ‫أقولُُقو ه‬

5
‫‪Khutbah II‬‬

‫َ‬ ‫ْ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ََ‬ ‫َْ‬


‫ي ُ َوأ َس هلمُ ُ َعلى ُ َس هي هدنا ُم َح َمدُ ُالمص َطفى‪َ ُ ،‬و َعلى ُآ هل هُهُ‬ ‫لل ُ َوكفى‪َ ُ ،‬وأ َص هل ُْ‬ ‫ال َح ْمدُ ُ هُ‬
‫ً‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ َ َ َ ْ َ َ ََ ْ َ َ َ َ َ َ‬ ‫ََ ْ َ َ ْ َْ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ‬
‫ن ُس هيدنا ُمحمداُ‬ ‫ك ُله‪ُ ،‬وُأشهدُ ُأ ُ‬ ‫له ُ هإلا ُاللُ ُوحدهُ ُلا ُش هري ُ‬ ‫ن ُلا ُ هإ ُ‬ ‫ل ُالوفا‪ُ.‬أشهدُ ُأ ُ‬ ‫وأصحابه هُه ُأه هُ‬
‫َ‬
‫عبْدهُُ َو َرس ْولهُ‪ُ .‬‬
‫اعلَمواُْ‬ ‫َْ ْ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ََ َْ ََ َ َ ْ ْ ْ َ ْ ْ ْ ََْ ْ َْ‬
‫يُالع هظي هُمُو‬ ‫للُالع هل ه ُ‬ ‫يُبهتقوىُا هُ‬ ‫ُأماُبعد‪ُ،‬فياُأيهاُالمس هلمون‪ُ،‬أو هصيك ُمُونف هس ُ‬ ‫ُ‬
‫ْ َ ْ ََ َ َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ َ َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ن ُ َُ‬
‫اللُ‬ ‫ال‪ ُ :‬هإ ُ‬ ‫السلامهُ ُ َعلى ُن هب هي هُه ُالك هري هُم ُفق ُ‬ ‫الل ُأ َم َرك ُْم ُبهأمرُ ُ َع هظيْم‪ُ ،‬أ َم َرك ُْم ُبهالصلا هُة ُو ُ‬ ‫ن ُ َُ‬ ‫أُ‬
‫يما‪ُ ،‬اَللُه ُمَُ‬ ‫آمنوا ُ َصلوا ُ َعلَيْ ُه ُ َو َس ُلموا ُت َ ْسل ً‬ ‫َ َ َ َ‬ ‫ََ َ ََ َ َ َ‬
‫ه‬ ‫ه ه‬
‫ين ُ َ‬ ‫َ‬
‫ي‪ُ ،‬يا ُأيها ُال هذ ُ‬ ‫ون ُ َعلى ُالنَ هب ه ُ‬ ‫وملائهكتهُ ُيصل ُ‬
‫َ َ َ َ َ َ َ َْ َ َ َ َ َ َْ َْ َ َ َ‬ ‫َ ََ َ َ َ َ َ ََ‬
‫ت ُعلى ُس هي هدنا ُإهبرا ههي ُم ُوعلىُ‬ ‫آل ُس هي هدنا ُمحمدُ ُكما ُصلي ُ‬ ‫ل ُعلى ُس هي هدنا ُمحمدُ ُوعلى ُ هُ‬ ‫ص هُ‬
‫َ َ َ َ َ َ َ َْ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َْ َْ ََ ْ َ‬
‫ت ُ َعلىُ‬ ‫آل ُس هي هدنا ُمحمدُ ُكما ُبارك ُ‬ ‫ك ُ َعلى ُ َس هي هدنا ُم َح َمدُ ُ َو َعلى ُ هُ‬ ‫ار ُ‬
‫آل ُس هي هدنا ُ هإبرا ههي ُم ُوب ه‬ ‫هُ‬
‫َ َ َْ َْ ْ َْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫اغف ُرُْ‬
‫ك ُح هميدُ ُم هجيدُ‪ُ .‬اللُه ُم ُ ه‬ ‫ن ُهُإن ُ‬ ‫ي ُالعال همي ُ‬ ‫آل ُس هي هدنا ُ هإبرا ههيم‪ُ ،‬فه ُ‬ ‫َس هي هدنا ُ هإبْ َرا ههيْ َُم ُ َو َعلى ُ هُ‬
‫اد َف ُْع ُ َعناَُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ ْ َ َْ ْ‬ ‫َ‬ ‫َْ ْ‬ ‫ن ُ َوالْم ْؤمنَ‬ ‫َ‬ ‫ات ُوالْم ْؤمنيْ‬ ‫ن ُ َوالْم ْسل َ‬ ‫َ‬ ‫للْم ْسلميْ‬
‫ات‪ُ ،‬امهلل ُ‬ ‫ه‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫أ‬ ‫ال‬‫و‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫م‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫م‬
‫ه‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ء‬
‫ه‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ح‬ ‫أ‬ ‫ال‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ات‬‫ه ه‬ ‫ُ‬ ‫هه‬ ‫ُ‬ ‫ه ه‬‫م‬ ‫ُ‬ ‫هه‬ ‫ه‬
‫ْ‬ ‫َْ ْ ْ ََ َ‬ ‫ْ ْ‬ ‫َْ َ َ َ َْ َ َ َ َْ َ َ َ َْ ْ َ َ ْ ْ َ‬
‫فُالمختَ هلف ُةُ َوالش َدائه َُدُ َوال هم َح َن‪ُ،‬‬ ‫يُ َوالسُيو ُ‬ ‫اءُ َوالمنك َُرُ َوال َبغ َُ‬ ‫اءُوالفحش ُ‬ ‫اءُوالوب ُ‬ ‫اءُوالغل ُ‬ ‫البل ُ‬
‫ْ ْ َْ َ ًَ َ َ َ‬ ‫َ َ ََ َْ َ َ ََ َ ْ ََ َ َ َ َ َ ً َ ْ ْ‬
‫لُ‬ ‫كُ َعلىُك هُ‬ ‫نُعامة‪ ُ،‬هإن ُ‬ ‫انُالمس هل همي ُ‬ ‫نُبل َد هُ‬ ‫نُبل هدناُهذاُخاص ُةُو هم ُ‬ ‫ماُظه ُرُ همنهاُوماُبطن‪ ُ،‬هم ُ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ش ْيءُُق هديْرُ ُ‬
‫َ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َْ َْ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ‬ ‫َْ ْ َ ْ ْ‬ ‫َ َ َْ‬ ‫َ‬
‫ن ُالفحشا هُءُ‬ ‫ب ُوينهى ُع هُ‬ ‫ان ُ ُو هإيتا هُء ُ هذي ُالقر ُ‬ ‫َ‬
‫الل ُيأمرُ ُبهالعد هُل ُوالإحس هُ‬ ‫إن ُ ُ‬ ‫لل‪ُ ُ ،‬‬ ‫اد ُا ه‬‫هعبَ ُ‬
‫َ ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ ْ‬ ‫ْ َََ ْ ََ َ ْ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ ْ َ‬
‫للُ‬‫الل ُال َع هظيْ َُم ُيَذك ْرك ُْم ُ َول هذكرُ ُا هُ‬ ‫ن‪ُ.‬فاذكروا ُ ُ‬ ‫َوالمنك هُر ُ َوالبَغ هي‪ُ ،‬يَ هعظك ُم ُلعلك ُم ُتذكرو ُ‬
‫َ‬ ‫َ ْ‬
‫أكبرُ‪.‬‬

‫‪Oleh: Ustadz Nur Rohmad,‬‬


‫&ُ‪Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua BidangُPeribadatan‬‬
‫‪Hukum, DMI Kab. Mojokerto‬‬

‫‪6‬‬

Anda mungkin juga menyukai