Anda di halaman 1dari 26

LK 1 : Lembar Kerja Belajar Mandiri

Nama : Novitasari
NIM : 2020084562
Prodi : PGSD
Judul Modul MODUL 5
PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Hak Azazi Manusia
2. Persatuan dan Kesatuan Dalam
Keberagaman Masyarakat Multikultural
3. Konsep Nilai, Moral dan Norma
4. Pancasila dan Kewarganegaraan Global
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta KB 1. Hak Azazi Manusia
konsep (istilah 1.1 Pengertian Hak Asasi Manusia
dan definisi) di Darmodihardjo dalam Muladi (2007: 109) menyatakan
modul ini bahwa HAM adalah hak-hak dasar yang dibawa manusia
(Terlampir) sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, yang sifatnya
tidak boleh dilanggar oleh siapapun, dan yang seolah-olah
merupakan suatu holy area.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 39 tahun 1999


tentang HAM, khususnya dalam Pasal 1 Ayat (1)
menyatakan HAM adalah seperangkat hak yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.

Berdasarkan beberapa pemikiran tersebut, dapat


disimpulkan bahwa hak asasi manusia merupakan hak
dasar yang dimiliki oleh setiap manusia yang merupakan
anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak dasar tersebut
meliputi hak hidup, hak kemerdekaan dan hak untuk
mendapatkan kebahagian.

Dibandingkan dengan hak-hak yang lain, HAM memiliki


ciri-ciri khusus, yaitu:
1.1.1 Kodrati, artinya hak asasi manusia merupakan
pemberian dari Tuhan kepada manusia agar hidup
terhormat.
1.1.2 Hakiki, artinya hak asasi manusia adalah adalah
hak asasi semua semua umat manusia yang sudah
ada sejak lahir
1.1.3 Universal, hak asasi manusia berlaku untuk semua
orang tanpa memandang status, suku bangsa,
gender atau perbedaan lainnya
1.1.4 Tidak dpat dicabut, hak asasi manusia tidak dapat
dicabut atau diserahkan kepada pihak lain.
1.1.5 Tidak dapat dibagi. semua orang berhak
mendapatkan semua hak, apakah hak sipil dan
politik, atau hak ekonomi, sosial dan budaya.

1.2 Gagasan Hak Asasi Manusia dalam UUD NRI 1945


UUD 1945 di Indonesia, seperti UUD lain di dunia juga
mencantumkan masalah HAM. Walaupun UUD 1945
disusun sebelum adanya Declaration of Human Right,
ternyata telah banyak mencantumkan HAM dalam
beberapa pasal (Joeniarto, 2001: 19).

Mohammad Hatta sebagai salah satu sosok yang gigih


memperjuangkan HAM dalam penyusunan UUD 1945.
Masalah HAM memang menjadi perdebatan dalam
sidang-sidang pembahasan UUD. Soepomo yang
menawarkan bentuk negara integralistik menganggap
bahwa HAM tersebut dianggap berlebihan, dibayangkan
berdampak negatif dan sebagai hak-hak perorangan yang
selalu di bawah kepentingan bersama (Soekarno, 1966:
78).

Pendapat Soepomo didukung oleh Soekarno yang


menganggap bahwa individualistik inilah yang akan
menimbulkan konflik di negara kita bila masalah tersebut
dimasukkan dalam UUD (Swasono, 1992: 261).

Meskipun Hatta banyak mendapat kritikan kawan-kawan


politiknya, tetapi Hatta tetap konsisten dan tegar membela
prinsip-prinsip HAM yang berdasarkan termonologinya
dianggap sangat penting bagi pembangunan bangsa
seutuhnya. Usul Mohammad Hatta mendapat dukungan
dari Mohammad Yamin.

Dengan dijiwai semangat kebersamaan, menghormati


orang lain, dan kebenaran, disepakati adanya ketentuan
mengenai hak asasi manusia yang jumlah tidak terlalu
banyak di dalam UUD 1945. UUD 1945 memuat
ketentuan mengenai HAM yang terdapat dalam pasal
27 sampai 34.
Jaminan HAM dalam UUD 1945 mengalami
perkembangan setelah Perubahan Kedua UUD 1945 pada
tahun 2000.
Materi yang semula hanya berisi tujuh butir ketentuan
yang juga tidak seluruhnya dapat disebut sebagai jaminan
konstitusional hak asasi manusia, sekarang telah
bertambah secara sangat signifikan. Ketentuan baru yang
diadopsikan ke dalam UUD 1945 setelah Perubahan
Kedua pada tahun 2000 termuat dalam Pasal 28A sampai
dengan Pasal 28J, ditambah beberapa ketentuan lainnya
yang tersebar di beberapa pasal.
Pasal-pasal tentang hak asasi manusia itu sendiri, terutama
yang termuat dalam Pasal 28A sampai dengan Pasal 28J,
pada pokoknya berasal dari rumusan TAP MPR Nomor
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia yang
kemudian isinya menjadi materi UU Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia. Oleh karena itu, untuk
memahami konsepsi tentang hak-hak asasi manusia itu
secara lengkap dan historis, ketiga instrumen hukum
UUD 1945, TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998 dan UU
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
tersebut dapat dilihat dalam satu kontinum dan penjabaran
lebih rinci.

Empat kelompok hak asasi manusia terdiri atas;


1. kelompok ketentuan yang menyangkut hak-hak sipil.
2. kelompok hak-hak politik, ekonomi, sosial, dan
budaya.
3. kelompok hak-hak khusus dan hak atas pembangunan.
4. kelompok yang mengatur mengenai tanggung jawab
negara dan kewajiban asasi manusia.
Diantara keempat kelompok hak asasi manusia tersebut,
terdapat hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun atau non-derogable rights, yaitu:
1. Hak untuk hidup (Hak Sipil)
2. Hak untuk tidak disiksa (Hak Sipil)
3. Hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani (Hak
Sipil)
4. Hak beragama (Hak Sipil)
5. Hak untuk tidak diperbudak (Hak Sipil)
6. Hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan
hukum (Hak Sipil)
7. Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut (Hak Sipil)
1.3 Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Bentuk pelanggaran HAM yang sering muncul biasanya
terjadi dalam dua bentuk, yaitu;
a. Diskriminasi, yaitu suatu pembatasan, pelecehan
atau pengucilan yang langsung maupun tidak
langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas
dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan,
jenis kelamin, bahasa, keyakinan dan politik yang
berakibat pengurangan, penyimpangan atau
penghapusan hak asasi manusia dan kebebasan dasar
dalam kehidupan baik secara individual maupun
kolektif dalam semua aspek kehidupan.
b. Penyiksaan, adalah suatu perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja sehingga menimbulkan
rasa sakit atau penderitaan yang hebat baik jasmani
maupun rohani pada seseorang untuk memperoleh
pengakuan atau keterangan dari seseorang atau orang
ketiga.

Berdasarkan sifatnya pelanggaran dapat dibedakan


menjadi dua, yaitu:
a. Pelanggaran HAM berat, yaitu pelanggaran HAM
yang berbahaya dan mengancam nyawa manusia.
Jenis-jenis pelanggaran HAM berat meliputi
kejahatan genosida dan kejahatan kemanusian.
Penanganan kasus pelanggaran HAM berat di
Indonesia di atur dalam Undang-Undang RI Nomor
26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
b. Pelanggaran HAM ringan, yaitu pelanggaran HAM
yang tidak mengancam keselamatan jiwa manusia,
akan tetapi dapat berbahaya jika tidak segera
ditanggulangi. Misalnya, kelalaian dalam pemberian
pelayanan kesehatan, pencemaran lingkungan yang
disengaja dan sebagainya.

1.4 Upaya Pemajuan dan Penegakkan Hak Asasi Manusia


di Indonesia
Proses penegakan HAM di Indonesia mengacu kepada
ketentuan-ketentuan hukum internasional yang pada
dasarnya memberikan wewenang luar biasa kepada setiap
negara. Berkaitan dengan hal tersebut, bangsa Indonesia
dalam proses penegakan HAM sangat
mempertimbangkan dua hal di bawah ini:
1) Kedudukan negara Indonesia sebagai negara yang
berdaulat baik secara hukum, sosial, politik harus
dipertahankan dalam keadaan apapun sesuai dengan
prinsip-prinsip yang dianut dalam piagam PBB.
2) Dalam pelaksanaannya, pemerintah harus tetap
mengacu kepada ketentuan-ketentuan hukum
internasional mengenai HAM. Kemudian
menyesuaikannya dan memasukkannya ke dalam
sistem hukum nasional serta menempatkannya
sedemikian rupa, sehingga merupkan bagian yang
tidak terpisahkan dari sistem hukum nasional.

Adapun yang termasuk pelanggaran HAM berat yang


diatur dalam Pasal 7 sampai 9 Undang-Undang RI Nomor
26 tahun 2000 meliputi:
1) Kejahatan genosida, yaitu setiap perbuatan yang
dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau
memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok
bangsa, ras, kelompok etnis, atau kelompok agama
dengan cara membunuh anggota kelompok,
mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang
berat terhadap anggota kelompok, menciptakan
kondisi kehidupan kelompok yang akan
mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh
atau sebagiannya, dan memaksakan tindakan yang
bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok
atau memindahkan secara paksa anak-anak dari
kelompok tertentu kepada kelompok yang lain.
2) Kejahatan kemanusiaan, yaitu satu perbuatan yang
dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas
atau sistemik, yang diketahuinya bahwa serangan
tersebut ditujukan secara langsung kepada penduduk
sipil. Kejahatan kemanusian berbentuk pembunuhan,
pemusnahan, penyiksaan, perbudakan, pengusiran,
perampasan kemerdekaan yang melanggara hukum
internasional dan sebagainya

Pemerintah Indonesia dalam proses penegakan HAM ini


telah melakukan langkah-langkah strategis, yakni
membentuk produk hukum, pembentukan lembaga
independen yang keberadaannya dilandasi UU atau
peraturan serta lembga-lembaga swadaya masyarakat
yang ikut mengawasi penegakkan HAM itu sendiri.

Adapun produk hukum yang dibentuk untuk


mengatur masalah HAM adalah:
1) Pada amandemen kedua Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah
ditetapkan satu bab tambahan dalam batang tubuh
yaitu bab X A yang berisi mengenai hak asasi
manusia, melengkapi pasal-pasal yang lebih dahulu
mengatur mengenai masalah HAM.
2) Dalam sidang istimewa MPR 1998 ditetap sebuah
Ketetapan MPR mengenai hak asasi manusia yaitu
TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998.
3) ditetapkannya Piagam HAM Indonesia pada tahun
1998.
4) Diundangkannya Undang-Undang RI Nomor 39
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang diikuti
dengan dikeluarkannya PERPU Nomor 1 tahun
1999 tentang pengadilan HAM yang kemudian
ditetapakan menjadi sebuah undang-undang, yaitu
Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM.
5) Meratifikasi instrumen HAM internasional selama
tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Lembaga - lembaga independen yang menangani
masalah HAM yang pembentukannya diatur UU
1) Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia)
Komnas HAM dibentuk pada tanggal 7 Juni 1993
melalui Kepres Nomor 50 tahun 1993. keberadaan
Komnas HAM selanjutnya diatur dalam Undang-
Undang RI Nomor 39 tahun1999 tentang Hak Asas
Manusia pasal 75 sampai dengan pasal 99.
2) Pembentukan Pengadilan HAM
Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan Undang-
Undang RI Nomor 26 tahun 2000. Pengadilan HAM
adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM
berat yang diharapkan dapat melindungi hak asasi
manusia baik perseorangan maupun masyarakat dan
menjadi dasar dalam penegakan, kepastian hukum,
keadilan dan perasaan aman, baik perseorangan
maupun masyarakat.
3) Komisi Perlindungan Anak Indonesia, disingkat
KPAI,
adalah lembaga independen Indonesia yang dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak dalam rangka
meningkatkan efektifitas penyelenggaraan
perlindungan anak. Keputusan Presiden Nomor
95/M/2004 merupakan dasar hukum pembentukan
lembaga ini; Demikian juga, Komisi Nasional Anti
Kekerasan terhadap Perempuan, Komisi
Kebenaran dan Rekonsiliasi dan lain lain.
4) Lembaga Swadaya Masyarakat yang menangani
HAM
Lembaga tersebut antara lain: Kontras (Komisi untuk
Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan), YLBHI
(Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia), PBHI
(Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi
Indonesia), dan Elsam (Lembaga Studi dan Advokasi
Masyarakat), BKBH (Biro Konsultasi Bantuan
Hukum) Perguruan Tinggi, dan lain-lain.

Penanganan kasus pelanggaran HAM


Setelah berlakunya undang-undang RI Nomor 26 tahun
2000 kasus pelanggaran HAM di Indonesia ditangani dan
diselesaikan melalui proses peradilan di Pengadilan
HAM.

Penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat dilakukan


berdasarkan ketentuan Hukum Acara Pidana. Proses
penyidikan dan penangkapan dilakukan oleh Jaksa Agung
dengan disertai surat perintah dan alasan penangkapan,
kecuali tertatangkap tangan. Adapun penyelidikan di
terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat
dilakukan oleh Komnas HAM.

1.5 Aplikasi materi tentang Hak Asasi Manusia dalam


pembelajaran SD

a. Prinsip Pembelajaran HAM di SD


Sesuai dengan hakikat anak SD dan pendekatan
pembelajaran, maka prinsip yang digunakan dalam
pembelajaran HAM dikembangkan sesuai dengan
karakteristik belajar anak.
Pertama, anak SD belajar secara konkrit sehingga
pembelajaran HAM diupayakan secara konrkit pula

Kedua, pembelajaran HAM menggunakan prinsip


bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain.
Pola bermain dapat dibedakan menjadi tiga:
(a) bermain bebas, (b) bermain dengan bimbingan, dan
(c) bermain dengan diarahkan (Sumiarti
Padmonodewo, 1995).

Ketiga, pembelajaran HAM di SD menggunakan


prinsip active learning. Pembelajaran aktif
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak
untuk aktif mencari dan memaknai nilai-nilai HAM.
Problem solving akan memberikan tantangan pada
anak untuk aktif menyelesaikan masalah tersebut

Keempat, pembelajaran HAM di SD dilaksanakan


dalam suasana yang menyenangkan. Joyfull learning
akan sangat menyenangkan dan membuat belajar anak
menjadi ceria, tanpa tekanan, dan menarik.

Kelima, pembelajaram HAM di SD berpusat pada


anak. Artinya anak menjadi subjek pelaku yang aktif di
dalam belajar.

Keenam, pembelajaran HAM di SD memberikan


kesempatan kepada anak untuk mengalami, bukan saja
melihat atau mendengar melainkan seluruh panca
inderanya dan mental psikologis anak aktif mengalami
sendiri dalam kegiatan yang memuat nilai-nilai HAM.
b. Pendekatan Pembelajaran HAM di SD
Berbagai pendekatan dapat digunakan dalam
pembelajaran HAM di SD. Pendekatan tersebut antara
lain adalah sebagai berikut.
1) Pendekatan induktif yaitu suatu pendekatan yang
digunakan dalam pembelajaran dengan dimulai dari
contoh-contoh, peristiwa-peristiwa, kasus-kasus dan
fenomena sejenis untuk ditarik kesimpulan umum.
2) Pendekatan deduktif dimulai dari konsep umum
menuju penarikan kesimpulan khusus
3) Pendekatan kontekstual yaitu suatu pendekatan
pembelajaran yang digunakan guru sesuai dengan
konteks kehidupan sehari-hari anak.
4) Pendekatan kooperatif (cooperative learning)
yaitu pendekatan pembelajaran dengan memberikan
kesempatan pada anak untuk bekerja sama dalam
belajar.
5) Pendekatan inquiry yaitu pembelajaran
dilaksanakan dengan memberikan kesempatan pada
anak untuk mencari penyelesaian sendiri terhadap
masalah yang dihadapinya.
6) Pendekatan discovery yaitu pendekatan
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
siswa menjelajah untuk menemukan sesuatu yang
sudah ada.
7) Pendekatan konstruktivistik yaitu suatu
pendekatan yang memberikan kesempatan kepada
anak untuk menyusun sendiri konsep-konsep HAM
berdasarkan kehidupan sehari-hari anak..
8) Pendekatan behavioristik dengan menciptakan
lingkungan yang kondusif anak belajar HAM.

c. Materi Pembelajaran HAM di SD


Materi HAM di SD dikembangkan sesuai dengan
tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Materi
tersebut disajikan secara menarik dalam bentuk yang
mudah dipahami oleh anak. Kalimat yang digunakan
sederhana, lugas, dan jelas. Kalau perlu materi disertai
gambar dan ilustrasi menarik dan menyenangkan.

Materi HAM diberikan di SD dibelajarkan secara


terintegrasi dengan mata pelajaran lain yang sudah ada
melalui pendekatan tematik.
d. Perencanaan Pembelajaran HAM di SD
Langkah-langkah penyusunan perencanaan
pembelajaran adalah sebagai berikut ;
1) Menganalisis substansi kajian kurikulum
2) Hasil analisis kajian itu kemudian dimuat di dalam
silabus yang dikembangkan.
3) Pengembangan silabus disesuaikan dengan potensi
anak, sarana dan prasarana sekolah, serta
kemampuan guru.
4) Berdasarkan silabus dapat dikembangkan rencana
pembelajaran (RP)
Perencanaan pembelajaran HAM di SD
dikembangkan berdasarkan:
1) pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan
komptensi dasar yang akan dicapai,
2) berpusat pada anak,
3) pembelajaran memperhatikan pertumbuhan dan
kebutuhan anak SD,
4) pembelajaran menghargai dan memberdayakan hak
anak,
5) mampu mengembangkan seluruh potensi anak,
6) mengembangkan active learning,
7) mendorong berpikir kritis dan kreatif anak,
8) sesuai dengan potensi sekolah dan guru, dan
9) memungkinkan anak dapat mengakses sumber
belajar yang ada
KB 2. Persatuan Dan Kesatuan Dalam Keberagaman
Masyarakat Multikultur
➢ Pentingnya Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia

Persatuan dan kesatuan suatu negara merupakan faktor


utama yang menentukan keberhasilan pembangunan yang
dijalankannya. Begitu juga dengan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang tengah melaksanakan
pembangunan di segala bidang sangat memerlukan
Persatuan dan kesatuan negara yang di dalamnya terdapat
semangat persatuan dan kesatuan di antara rakyat
Indonesia

Selain dalam aspek pembangunan, Persatuan dan


kesatuan negara juga memegang peranan penting dalam
meningkatkan harga diri bangsa di hadapan bengsa dan
negara asing.

Persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik


Indonesia adalah hal yang mutlak dipertahankan dan terus
diperkuat dalam seluruh aspek kehidupan.

Ada tiga faktor yang dapat memperkuat Persatuan dan


kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu
Sumpah Pemuda, Pancasila dan semboyan Bhineka
Tunggal Ika
1) Sumpah Pemuda merupakan sumpah yang
menunjukkan kebulatan tekad dari seluruh pemuda
Indonesia yang merupakan unsur utama perjuangan
bangsa dalam melawan penjajah untuk
mempersatukan seluruh rakyat Indonesia dalam
perjuangan meraih kemerdekaan
2) Pancasila dapat memperkokoh Persatuan dan
kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal
itu dikarenakan nilai-nilai Pancasila bersifat universal
atau menyeluruh. Nilai-nilai Pancasila berlaku dan
menjadi pedoman hidup Rakyat Indonesia tanpa
memandang perbedaan suku bangsa, agama, budaya,
bahasa dan sebagainya.
3) Bhineka Tunggal Ika artinya walaupun berbeda-
beda tetapi tetap satu jua. Inti dari semboyan Bhineka
Tunggal Ika adalah adanya persatuan dalam berbagai
perbedaan. Semboyan tersebut menjadi penyemangat
seluruh rakyat Indonesia untuk memersatukan bangsa
Indonesia di tengah-tengah perbedaan
➢ Problema keberagaman masyarakat multikultural
Kebhinekaan/keberagaman pada masyarakat Indonesia.
Kondisi ini bisa menjadi penghambat persatuan dan
kesatuan bangsa apabila tidak diiringi oleh sikap saling
menghargai, menghormati dan toleransi yang telah
menjadi karakter khas masyarakat Indonesia. Hal tersebut
dapat mengakibatkan munculnya perbedaan pendapat
yang lepas kendali, tumbuhnya perasaan kedaerah yang
berlebihan bisa memicu terjadinya konflik antar daerah
atau antar suku bangsa.

Munculnya penyakit kultural atau penyakit budaya


pada masyarakat Indonesia merupakan sikap atau perilaku
seseorang atau kelompok orang yang dapat menyebabkan
kerenggangan sosial atau perpecahan. Penyakit tersebut
diantaranya berupa gejala etnosentrisme, prasangka,
stereotif, rasisme, dan diskriminasi.
1) Prasangka adalah sikap yang bisa positif maupun
negatif berdasarkan keyakinan stereotipe atau
pemberian label kita tentang anggota dari kelompok
tertentu. Prasangka meliputi keyakinan untuk
menggambarkan jenis pembedaan terhadap orang lain
sesuai dengan peringkat nilai yang kita berikan.
Prasangka yang berbasis ras kita sebut rasisme,
sedangkan yang berbasis etnis disebut etnisisme.
Sementara itu John (1981) menyatakan bahwa
prasangka adalah sikap antipasti yang berlandaskan
pada cara menggeneralisasi yang salah dan tidak
fleksibel.
2) Stereotipe yaitu pemberian sifat tertentu terhadap
seseorang berdasarkan kategori yang bersifat
subyektif, hanya karena dia berasal dari kelompok
yang lain.
Allan G. Johnson (1986) menegaskan bahwa
stereotipe adalah keyakinan seseorang untuk
menggeneralisasikan sifat-sifat tertentu yang
cenderung negatif tentang orang lain karena
dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman
tertentu
3) Etnosentrisme yaitu paham yang berpandangan
bahwa manusia pada dasarnya individualistis yang
cenderung mementingkan diri sendiri, namun karena
harus berhubungan dengan manusia lain, maka
terbentuklah sifat hubungan yang antagonistik
(pertentangan).
Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk
menetapkan semua norma dan nilai budaya orang lain
dengan standar budayanya sendiri (Sutarno, 2008:4-
10)
4) Rasisme yaitu suatu sistem kepercayaan atau doktrin
yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang
melekat pada ras manusia menentukan pencapaian
budaya atau individu – bahwa suatu ras tertentu lebih
superior dan memiliki hak untuk mengatur ras yang
lainnya (Sutarno, 2008: 4-10)
5) Diskriminasi merupakan tindakan yang membeda-
bedakan dan kurang bersahabat dari kelompok
dominan terhadap kelompok subordinasinya.
➢ Pentingnya Nasionalisme
Secara sederhana nasionalisme dapat diartikan sebagai
faham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara
sendiri. Hans Kohn (1961:11) dalam bukunya yang
berjudul Nasionalisme; Arti dan Sejarahnya
(Nationalism: Its Meaning and History), mendefinisikan
nasionalisme sebagai berikut:
1) Suatu faham yang berpendapat bahwa kesetiaan
tertinggi individu harus diserahkan kepada negara
kebangsaan.
2) Perasaan semangat yang sangat mendalam akan suatu
ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya,
dengan tradisi setempat dan penguasa resmi
daerahnya.
Ada dua hal yang harus kita lakukan untuk membina
nasionalisme Indonesia, yaitu:
1) Mengembangkan kesamaan di antara suku-suku
bangsa penghuni Nusantara
2) Mengembangkan sikap toleransi

Patriotisme merupakan salah satu unsur nasionalisme.


Patriotisme merupakan sikap sudi mengorbankan segala-
galanya untuk kejayaan tanah air, bangsa dan negara

Ciri-ciri patriotisme diantaranya:


1) Cinta tanah air
2) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
3) Menempatkan persatuan, kesatuan serta keselamatan
bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan
golongan.
4) berjiwa pembaharu
5) Tidak kenal menyerah
➢ Model Pembelajaran Yang Sesuai Dengan Tema
Persatuan Dan Kesatuan Dalam Keberagaman
Masyarakat Multikultural Di Sekolah Dasar
Dalam tinjauan pedagogik, Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) dapat dikatakan merupakan
bidang kajian keilmuan, program kurikuler, dan aktivitas
sosial-kultural yang bersifat multidimensional.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di tingkat


persekolahan bertujuan untuk mempersiapkan para
peserta didik menjadi warga negara yang cerdas dan baik
(to be smart dan good citizen) berdasarkan nilai-nilai
Pancasila

Langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru tentu


saja menganalisis dokumen kurikulum PPKn sekolah
dasar yang termaktub dalam Permendikbud Nomor 37
Tahun 2018 tentang Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi
Dasar (KD).

Langkah berikutnya tentu saja menentukan model


pembelajaran yang akan digunakan. Salah satu model
pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif untuk materi
persatuan dan kesatuan dalam keberagaman adalah
bermain peran.

Saripudin (1997:91) menyatakan bahwa bermain peran


berarti memainkan satu peran tertentu sehingga yang
bermain tersebut harus mampu berbuat seperti peran yang
dimainkannya. Dengan demikian, dalam bermain peran
terdapat situasi tiruan seperti simulasi.

Menurut Shaftel yang dikutip oleh Sundawa (2010:4.35)


metode bermain peran terdiri dari sembilan tahapan, yaitu:
a. Merangsang semangat kelompok, b. Memilih peran, c.
Mempersiapkan pengamat, d. Mempersiapkan tahap-
tahap peran, e. Pemeranan, f. Mendiskusikan dan
mengevaluasi peran dan sisinya, g. Pemeranan ulang, h.
Mendiskusikan dan mengevaluasi pemeranan ulang, i.
Mengkaji kemanfataannya dalam kehidupan nyata
melalui saling tukar pengalaman dan penarikan
generalisasi.

KB 3. Konsep Nilai, Moral Dan Norma


➢ Makna Nilai, Moral, Norma, Hukum, dan
Peraturan lainnya.
➢ Nilai atau “value” (bahasa Inggris) yang kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi
nilai, termasuk pada salah satu kajian filsafat, yakni
filsafat 4 nilai (axiology, theory of Value) (Kaelan,
2000:174).
Dictionary of Sociology and Related Sciencies (dalam
Hamid Darmadi, 2007:67) dikemukakan bahwa nilai
adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada
suatu benda untuk memuaskan manusia.
Jadi nilai itu hakikatnya adalah sifat atau kualitas
yang melekat pada suatu objek, namun bukan objek
itu sendiri. Arti lain dari nilai adalah sesuatu yang
penting, berguna, atau bermanfaat.

Nilai dapat dibagi atas dua bidang, yaknik nilai


estetika dan nilai etika.
Estetika terkait dengan masalah keindahan atau apa
yang dipandang indah (beautiful) atau apa yang dapat
dinikmati oleh seseorang. Sedangkan etika terkait
dengan kaitan perilaku baik dan buruk. Etika terkait
dengan masalah moral, yakni pertimbangan reflektif
tentang mana yang bias dilakukan atau tidak
dilakukan.
Macam-macam nilai dan definisinya :
1) Nilai Sosial, yaitu nilai yang telah melekat di dalam
masyarakat serta berhubngan dengan sikap dan
tindakan manusia di dalamnya, nilai ini berhubungan
dengan sikap manusia yang tidak dapat hidup secara
mandiri dan membutuhkan pertolongan orang lain.
2) Nilai Kebenaran, yakni nilai yang bersumber dari
akal manusia (rasio, cipta, dan budi), yang mutlak
dibawa sejak lahir
3) Nilai Moral, yaitu suatu penilaian yang bersumber
dari kehendak maupun kemauan (karsa, etik).
4) Nilai Keindahan, yakni nilai yang bersumber melalui
unsur rasa yang terdapat pada setiap diri manusia,
dengan istilah lain biasa disebut dengan nilai
“estetika”.
5) Nilai Agama, yakni nilai yang bersumber dari nilai
ketuhanan disimpan dalam sebuah agama.
➢ Makna Moral
Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan dan perasaan
seseorang dalam berinteraksi dengan manusia lainnya.

Pengertian moral menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa


Indonesia) bisa diartikan sebagai (ajaran tentang) baik
buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban, dan sebagainya; akhlak; budin pekerti; susila;

Merian-Webster, Moral adalah mengenai atau


berhubungan dengan apa yang benar dan salah dalam
perilaku manusia, dianggap benar dan baik oleh
kebanyakan orang sesuai dengan standard perilaku yang
tepat pada kelompok atau masyarakat tersebut.

Hurlock, moral adalah perilaku yang sesuai dengan kode


moral kelompok sosial.

➢ Makna Norma
Secara etimologi, kata norma berasal dari bahasa Belanda,
yaitu “Norm” yang artinya patokan, pokok kaidah, atau
pedoman, baik tertulis maupun tidak tertulis.

Karakteristik Norma diantanya :


1) Pada umumnya norma tidak tertulis, kecuali Norma
Hukum.
2) Norma bersifat mengikatdan terdapat sanksi di
dalamnya.
3) Norma merupakan kesepakatan bersama anggota
masyarakat.
4) Anggota masyarakat wajib menaati norma yang
berlaku.
5) Anggota masayarakat yang melanggar norma
dikenakan sanksi.
6) Norma dapat mengalami perubahan sesuai
perkembangan masyarakat

Norma Formal, yaitu ketentuan dan ketentuan dalam


kehidupan bermasyarakat sengaja dibuat oleh lembaga
atau institusi yang bersifat formal atau resmi.

Norma Non Formal, yaitu ketentuan dan tata aturan


dalam kehidupan bermasyarakat yang tidak diketahui
tentang siapa dan bagaimana yang membuat dan
menerangkan tentang norma tersebut

Norma Mode (Fashion), norma ini lahir karena


kehadiran gaya dan cara anggota masyarakat yang
cenderung untuk berubah, bersifat baru, serta diikuti
masyarakat pada umumnya

Norma agama, adalah kaidah-kaidah atau pengaturan


hidup yang dasar sumbernya dari wahyu Ilahi

Norma Kesusilaan, norma yang lahir dari hati nurani


manusia
Norma Kesopanan, norma ini biasa disebut sebagai
norma adat dalam suatu masyarakat tertentu

Norma Hukum, merupakan aturan yang sumbernya dari


negara atau pemerintah

➢ Kedudukan nilai, moral, serta norma sebagai berikut :


1) Nilai merupakan suatu kenyataan yang tersembunyi
dibalik kenyataankenyataan lainnya. Menilai berarti
menimbang, suatu kegiatan manusia untuk
menghubungkan sesuatu yang lain kemudian untuk
selanjutnya diambil keputusan.
2) Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk,
yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan
manusia
3) Norma merupakan kebiasaan umum yang menjadi
menjadi acuan atau ketentuan perilaku dalam suatu
kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu.

➢ Nilai, Moral, Norma, Hukum dan peraturan lainnya


dalam Kehidupan Bernegara
a. Nilai, Moral dan Norma dalam Hubungan Warga
Negara dengan Negara

Nilai, moral dan norma dalam hubungann antara


warga Negara dan Negara terlaksana melalui program
pendidikan sebagai salah satu upaya mewariskan
nilai, moral, dan norma yang terdapat dalam Pancasila
sebagai sumber nilai, moral, dan norma, merupakan
pedoman dalam berbagai aspek kehidupan warga
Negara.

b. Nilai, Moral dan Norma dalam Hubungan Sesama


Warga Negara

Pancasila sebagai sumber nilai, moral dan norma,


serta kaidah-kaidah masyarakat lainnya menyadari
bahwa manusia sebagai bagian masyarakat, perlu
memiliki pedoman untuk mencapai keselarasan,
keserasian, dan keseimbangan dalam kehidupan
masyarakat tersebut.

Perlunya nilai, moral, dan norma agar kehidupan


bersama berlangsung secara serasi dan baik penuh
rasa kekeluargaan dan tanggung jawab.

Peranan Pancasila sebagai sumber nilai, moral, dan


norma bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
memberi arah sehingga hubungan masyarakat dijiwai
oleh nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Maka disusunlah berbagai aturan nilai, moral dan
norma bagi kehidupan masyarakat sebagai warga
Negara, misalnya disusunnya norma hukum seperti
KUHP, Undang-Undang yang mengatur tentang
pertanahan, perdagangan, perkawinan, dan lainnya.

c. Nilai, Moral dan Norma dalam Pengembangan


Komitmen Bela Negara
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 (UUD-NRI 1945) merupakan pasal yang
berkaitan dengan kewajiban setiap warga Negara
dalam usaha bela Negara.

Bela negara adalah sikap dan perilaku seluruh warga


negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 dalam menjalin
kelangsungan hidup bangsa dan negara yang
seutuhnya.

Beberapa unsur nilai moral yang dapat kita telaah


terkandung dalam pelaksanaan bela Negara antara
lain sebagai berikut :
1. Cinta Tanah Air
Penjelasan nilai, moral dan norma terkait dengan
cinta tanah air dalam hubungannya dengan
komitmen pengembangan bela negara,
mengandung makna bahwa setiap orang harus
mengenal dan mencintai tanah air agar selalu
waspada dan siap membela tanah air Indonesia
terhadap segala bentuk ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan yang dapat
membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan
negara
2. Kesadaran Berbangsa & bernegara
Kesadaran berbangsa dan bernegara diartikan
sebagai kesadaran sadar sebagai warga bangsa
negara Indonesia dalam bentuk tingkah laku,
sikap, dan kehidupan pribadi agar dapat
bermasyarakat sesuai dengan kepribadian
bangsa.
3. Yakin terhadap Pancasila sebagai Negara dan
kesediaan mempertahankannya.
Keyakinan terhadap Pancasila sebagai pedoman
dan pandangan hidup bangsa Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara guna mencapai tujuan nasional.
4. Rela berkorban untuk bangsa & negara
Rela berkorban untuk bangsa dan Negara, yakni
bersedia mengorbankan waktu, tenaga, pikiran
dan harta benda untuk kepentingan umum
sehingga pada saatnya nanti siap mengorbankan
jiwa raga bagi kepentingan bangsa dan negara.

KB 4. Pancasila Dan Kewarganegaraan Global


➢ Sejarah perumusan Pancasila dan, nilai-nilai yang
terkandung dalam sila Pancasila, dan aplikasinya
dalam pembelajaran di SD.

➢ Sejarah Perumusan Pancasila


Pancasila merupakan ideologi yang nilai-nilai digali dari
adat istiadat, agama dan pandangan hidup yang telah
melakat pada diri bangsa Indonesia sejak lahirya bangsa
Indonesia. Dengan kata lain nilai-nilai Pancasila sudah
ada sebelum negara Republik Indonesia merdeka. Nilai-
nilai tersebut kemudian secara formal diangkat dan
dirumuskan oleh para pendiri negara untuk dijadikan
sebagai dasar filsafat negara Indonesia dalam sidang
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) pertama, sidang panitia sembilan,
sidang BPUPKI kedua serta akhirnya disahkan secara
yuridis sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia.
Ditinjau dari asal mulanya atau sebab terjadinya, maka
Pancasila telah memenuhi empat syarat sebab (kausalitas)
sebagaimana dikemukakan oleh Notonagoro (Kaelan,
2012:47-48), yaitu:
1. Causa Materialis (asal mula bahan)
Pada hakikatnya, nilai-nilai Pancasila merupakan
nilai-nilai yang digali dari bangsa Indonesia itu
sendiri berupa nilai-nilai adat istiadat, nilai-nilai
kebudayaan dan nilai-nilai religius.
Dengan demikian, asal nahan Pancasila itu terdapat
kehidupan bangsa Indonesia sendiri.
2. Causa Formalis (asal mula bentuk)
Asal mula bentuk Pancasila ialah ketika Soekarno
bersama Mohammad Hatta serta anggota BPUPKI
lainnya merumuskan dan membahas Pancasila,
terutama dalam hal bentuk, rumusan, serta nama
Pancasia.
3. Causa Efisien (asal mula karya)
Asal mula karya, yaitu asal mula yang menjadikan
Pancasila dari calon dasar negara menjadi dasar
negara yang sah. Asal mula karya Pancasila ialah
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
sebagai pembentuk negara dan atas kuasa pembentuk
negara yang mengesahkan Pancasila menjadi dasar
negara yang sah, setelah melalui pembahasan baik
dalam sidang-sidang BPUPKI maupun Panitia
Sembilan.
4. Causa Finalis (asal mula tujuan)
Pancasila dirumuskan dan dibahas dalam sidang-
sidang BPUPKI dengan tujuan menjadikan Pancasila
sebagai dasar negara.

➢ Proses Perumusan Pancasila


Proses perumusan Pancasila sangat berkaitan erat dengan
kekalahan penjajah Jepang dalam Perang Pasifik. Jepang
berusaha memikat hati bangsa Indonesia dengan
memberikan janji akan memberikan kemerdekaan kepada
bangsa Indonesia di kemudian hari.

Untuk melaksanakan janjinya tersebut, Jepang


membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dalam bahasa
Jepang disebut Dokuritsu Junbi Cosakai. Badan ini
beranggotakan 62 orang yang diketuai oleh dr. Radjiman
Wedyodiningrat.

Anggota BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945.


Keesokan harinya, tanggal 29 Mei 1945 seluruh anggota
BPUPKI mulai bersidang.

❖ Sidang Gelombang Pertama berlangsung dari tanggal


29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945, untuk membahas
rumusan dasar negara Indonesia merdeka.

Pada tanggal 29 Mei 1945 Muhammad Yamin


mendapat kesempatan yang pertama untuk
mengemukakan pikirannya tentang dasar negara:
Kelima asas tersebut adalah. (1) Peri Kebangsaan. (2)
Peri Kemanusiaan. (3) Peri Ketuhanan. (4) Peri
Kerakyatan. (5) Kesejahteraan Rakyat

Panggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo


menyampaikan gagasannya mengenai lima dasar
negara Indonesia merdeka yang terdiri dari: (1)
Persatuan (2) Kekeluargaan (3) Keseimbangan lahir
batin (4) Musyawarah (5) Keadilan rakyat
Pada tanggal 1 Juni 1945, Rumusan dasar negara yang
diusulkan Ir. Soekarno tersebut adalah sebagai
berikut: (1) Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia
(2) Internasionalisme atau Perikemanusiaan (3)
Mufakat atau Demokrasi (4) Kesejahteraan sosial (5)
Ketuhanan yang berkebudayaan
Lima asas di atas oleh Ir. Soekarno diusulkan agar
diberi nama “Pancasila”.

Pada tanggal 22 Juni 1945 para anggota BPUPKI yang


tergabung dalam Panitia Sembilan mengadakan sidang
khusus. Sidang khusus ini berhasil menyusun suatu
dokumen yang terkenal dengan nama Piagam Jakarta
atau Jakarta Charter.

Naskah Piagam Jakarta ditandatangani oleh seluruh


anggota Panitia Sembilan. Di dalam Piagam Jakarta
terdapat rumusan dasar negara Indonesia Merdeka,
yaitu sebagai berikut: (1) Ke-Tuhanan, dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemelukpemeluknya menurut dasar (2) Kemanusiaan
yang adil dan beradab (3) Persatuan Indonesia (4)
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/ perwakilan (5) Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Isi Piagam Jakarta tersebut sekarang kita kenal dengan


istilah Pancasila. Silasila yang terdapat dalam
Pancasila merupakan hasil musyawarah para tokoh
pendiri bangsa (founding fathers).

❖ Sidang Gelombang Kedua


Persidangan BPUPKI yang kedua ini berlangsung
antara 10 sampai 17 Juli 1945 untuk membahas
penyusunan rancangan Undang-Undang Dasar

Setelah berhasil menyusun rancangan Undang-Undang


Dasar, maka selesailah tugas dari BPUPKI. Oleh
karena itu, pada tanggal 7 Agustus 1945 badan tersebut
dibubarkan.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia


memproklamirkan kemerdekaanya. Kemudian, pada
tanggal 18 Agustus 1945, PPKI bersidang dengan
agenda utama mengesahkan rancangan Hukum Dasar
dengan pembukaannya serta memilih Presiden dan
Wakil Presiden. Sejak saat itulah Pancasila telah resmi
menjadi dasar negara Indonesia merdeka

➢ Nilai-Nilai Pancasila

Ideologi Pancasila merupakan ideologi yang terbuka.


Keterbukaan Pancasila mengandung pengertian bahwa
Pancasila senantiasa mampu berinteraksi secara dinamis.
Nilai-nilai Pancasila tidak berubah, namun pelaksanaannya
disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan nyata yang
kita hadapi dalam setiap waktu. Hal ini dimaksudkan untuk
menegaskan bahwa ideologi Pancasila bersifat aktual,
dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan
diri dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan
teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi
masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, ideologi Pancasila menurut


Komalasari (2007:90) mengandung nilai-nilai sebagai
berikut:
a) Nilai Dasar
yaitu hakikat kelima sila Pancasila: Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, Keadilan. Nilai-
nilai dasar tersebut bersifat universal. Nilai dasar ini
bersifat tetap dan terlekat pada kelangsungan hidup
negara. Nilai dasar tersebut selanjutnya dijabarkan
dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945.
b) Nilai instrumental
yaitu penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar
ideologi Pancasila. Misalnya program-program
pembangunan yang dapat disesuaikan dengan
perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat, undang-
undang, dan departemen-departemen sebagai lembaga
pelaksana juga dapat berkembang. Pada aspek ini
senantiasa dapat dilakukan perubahan.
c) Nilai praksis
yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam
suatu pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari
dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pancasila sebagai ideologi terbuka secara struktural


memiliki tiga dimensi, yaitu :
a) Dimensi Idealisme
Dimensi Idealisme Dimensi ini menekankan bahwa
nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila yang
bersifat sistematis, rasional dan menyeluruh itu, pada
hakikatnya bersumber pada filsafat Pancasila.
b) Dimensi normatif
Dimensi ini mengandung pengertian bahwa nilai-nilai
yang terkandung dalam pancasila perlu dijabarkan dalam
suatu sistem norma, sebagaimana terkandung dalam
norma-norma keagamaan.
c) Dimensi Realitas
Dimensi ini mengandung makna bahwa suatu ideologi
harus mampu mencerminkan realitas kehidupan yang
berkembang dalam masyarakat.

➢ Makna Nilai-nilai Pancasila


Diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
nasional membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai
Pancasila dijadikan landasan pokok, landasan
fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia.
a) Nilai Ketuhanan
Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti
adanya pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap
adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta.
b) Nilai Kemanusiaan
ilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung
arti kesadaran sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-
nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan
hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal
sebagaimana mestinya.
c) Nilai Persatuan
Nilai persatuan Indonesia mengandung makna usaha ke
arah bersatu dalam kebulatan rakyat untuk membina
rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
d) Nilai Kerakyatan
Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat,
olehrakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah
mufakat melalui lembagalembaga perwakilan.
e) Nilai Keadilan
Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan,
yaitu tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur secara lahiriah ataupun batiniah
➢ Pembelajaran Materi Pancasila di SD
a. Materi Pembelajaran Pancasila di SD
Berdasarkan ketentuan dalam Permendikbud Nomor 37
Tahun 2018 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar, terdapat beberapa Kompetensi Dasar yang terkait
dengan materi Pancasila dalam mata pelajaran PPKN di
Sekolah Dasar. Materi Pancasila diberikan di SD
dibelajarkan secara terintegrasi dengan mata pelajaran
lain yang sudah ada melalui pendekatan tematik.

b. Perencanaan Pembelajaran Pancasila di SD


Langkah-langkah penyusunan perencanaan
pembelajaran adalah sebagai berikut :
a) Menganalisis substansi kajian kurikulum.
b) Hasil analisis kajian itu kemudian dimuat di dalam
silabus yang dikembangkan
c) Pengembangan silabus disesuaikan dengan potensi
anak, sarana dan prasarana sekolah, serta kemampuan
guru.
d) Berdasarkan silabus dapat dikembangkan rencana
pembelajaran (RP). Rencana pembelajaran adalah
seperangkat langkah-langkah pembelajaran yang
harus diikuti guru dalam membelajarkan anak.

➢ Hakikat kewarganegaraan global, tantangan di era


globalisasi, dampak positif dan negatif globalisasi, dan
aplikasinya dalam pembelajaran di SD

➢ Kewarganegaraan Global
a. Pengertian Warga Negara Indonesia
Salah satu syarat berdirinya negara adalah adanya
rakyat. Rakyat sebuah negara dibedakan atas dua,
yakni:
1) Penduduk dan bukan penduduk. Penduduk
adalah orang yang bertempat tinggal atau menetap
dalam suatu Negara, sedang yang bukan penduduk
adalah orang yang berada di suatu wilayah suatu
Negara dan tidak bertujuan tinggal atau menetap di
wilayah negara tersebut.
2) Warga Negara dan bukan warga Negara. Warga
Negara ialah orang yang secara hukum merupakan
anggota dari suatu Negara, sedangkan bukan warga
Negara disebut orang asing atau warga negara
asing.

Secara konstitusional tercantum dalam pasal 26


Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, yaitu:
1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan orangorang bangsa lain
yang disahkan dengan undang-undang sebagai
warga negara.
2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang
asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk
diatur dengan undang-undang.

Status warga negara Indonesia telah diatur dalam


undang-undang mengenai kewarganegaraan yang
pernah berlaku di Indonesia. Menurut Undang-
Undang RI Nomor 12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia

➢ Makna dan Karakteristik Warga Negara Global


Warga negara global adalah warga negara yang
bertanggungjawab untuk memenuhi persyaratan
institusional dan kultural demi kebaikan yang lebih besar
bagi masyarakat (Korten, 1993).
Sementara itu, Mansbach (1997) menggunakan istilah
global actors yang membedakannya menjadi dua macam,
yaitu intergovernmental organization (IGO) dan
international nongovernmental organization (INGO).
Menurutnya, kedua aktor ini memiliki peran yang sangat
penting dan telah banyak terlibat dalam kehidupan
kewarganegaraan.
Lebih lanjut Mansbach (1997) menyatakan terdapat tiga
alasan yang berpengaruh terhadap terbentuknya
masyarakat global, yakni:
1) Secara historis, kelompok-kelompok organisasi itu
telah ada sejak lama
2) Aktor-aktor global tersebut dituntut berbuat lebih
banyak pada pasca era Perang Dingin.
3) Ada beberapa organisasi regional, ada yang bersifat
global dengan tujuan ganda.
Untuk menjadi seorang warga negara global, terlebih
dahulu seseorang harus menjadi warga negara yang baik
dan bertanggung jawab di negaranya.

Sifat yang menjadi ciri khas dari seorang warga negara


yang bertanggung jawab adalah adanya komitmen
terhadap nilai integratif dan penerapan aktif kesadaran
kitisnya, yaitu kemampuan untuk berpikir mandiri, kritis,
dan konstruktif, kemampuan melihat masalah dalam
konteks jangka panjang, dan untuk membuat penilaian
berdasarkan suatu komitmen kepada kepentingan
masyarakat jangka panjang.

Kanter, dalam Komalasari & Syaifullah (2009)


menyatakan terdapat tiga ciri manusia kelas dunia (world
class), yaitu:
1) Konsep, berkaitan dengan kemampuan
mengembangkan pengetahuan dan gagasan- gagasan
mutakhir
2) Kompetensi, berkenaan dengan pengembangan
kemampuan untuk bekerja secara multidisiplin.
3) Koneksi, berhubungan dengan pengembangan jaringan
sosial untuk melakukan kerjasama secara informal

➢ Kompetensi Kewarganegaran untuk Warga Negara


Global
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (civic
education) menghasilkan kompetensi kewarganegaraan
(civic competences) yang memberikan bekal menuju “to
be a good citizens” (terbentuknya warga negara yang
baik). Dengan demikian kompetensi kewarganegaraan
adalah pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan
siswa yang mendukungnya menjadi warga negara yang
partisipatif dan bertanggung jawab dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara

Branson (1999:8-9) menegaskan tujuan civic education


adalah partisipasi yang bermutu dan bertanggung jawab
dalam kehidupan politik dan masyarakat di era global.

Terkait dengan hal di atas, Center for Civic Education


(1994:45-56) merumuskan komponen-komponen utama
civic competences yang merupakan tujuan civic education
meliputi:
1) Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic
Knowledge)
Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic knowledge)
berkaitan dengan materi substansi yang seharusnya
diketahui oleh warga negara berkaitan dengan hak
dan kewajibannya 31 sebagai warga negara
2) Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills)
Keterampilan Kewarganegaraan (civic skills)
merupakan keterampilan yang dikembangkan dari
pengetahuan kewarganegaraan, agar pengetahuan
yang diperoleh menjadi sesuatu yang bermakna,
karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi
masalah-masalah kehidupan berbangsa dan
bernegara. Civic skills mencakup intelectual skills
(keterampilan intelektual) dan participation skills
(keterampilan partisipasi).
3) Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition)
Quigley, Buchanan, dan Bahmueller (1991: 11)
merumuskan civic disposition adalah “…those
attitudes and habit of mind of the citizen that are
conducive to the healthy functioning and common
good of the democratic system” atau sikap dan
kebiasaan berpikir warga negara yang menopang
berkembangnya fungsi sosial yang sehat dan
jaminan kepentingan umum dari sistem demokrasi.
➢ Globalisasi
Secara etimologis, menurut Komalasari (2008:104) kata
"globalisasi" diambil dari kata globe yang artinya bola
bumi tiruan, dunia tiruan. Kemudian kata globe ini
menjadi global, yang maknanya ialah universal,
keseluruhan yang saling berkaitan
Michael Haralambos dan Martin Holborn (Komalasari,
2008:105) mengatakan bahwa globalisasi adalah suatu
proses yang didalamnya batas-batas negara luluh dan tidak
penting lagi dalam kehidupan sosial.

International Monetary Fund (IMF) merumuskan


globalisasi sebagai gejala meningkatnya
kesalingtergantungan ekonomi antara negara-negara di
dunia yang ditandai dengan meningkat dan beragamnya
volume transaksi barang dan jasa lintas negara dan
penyebaran teknologi yang meluas dan cepat.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan


bahwa globalisasi itu menunjukkan adanya suatu proses
pembentukan suatu tatanan masyarakat dengan segala
perangkat peraturannya yang bersifat universal atau
menyeluruh tanpa memperhatikan batas-batas wilayah
negara.

Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin


berkembangnya fenomena globalisasi di dunia menurut
Komalasari (2008:105)
a. Perubahan dalam konsep ruang dan waktu.
b. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang
berbeda menjadi saling bergantung.
c. Peningkatan interaksi budaya melalui perkembangan
media massa (terutama televisi, film, musik, dan
transmisi berita serta olah raga internasional).
d. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada
bidang lingkungan hidup, masalah pemanasan bumi,
masalah pencemaran, memberantas terorisme.
Masalah-masalah tersebut memerlukan penanganan
bersama.
➢ Pengaruh Positif Globalisasi bagi Indonesia
a. Aspek Politik
Globalisasi telah menjadikan nilai-nilai seperti
keterbukaan, kebebasan dan demokrasi berpengaruh
kuat terhadap pikiran maupun kemauan bangsa
Indonesia.
b. Aspek Ekonomi
Pengaruh positif globalisasi bagi kehidupan ekonomi
yang dapat kita ambil diantaranya: (1) Makin
meningkatnya investasi asing atau penanaman modal
asing di negara kita. (2) Makin terbukanya pasar
internasional bagi hasil produksi dalam negeri (3)
Mendorong para pengusaha untuk meningkatkan
efisiensi dan menghilangkan biaya tinggi. (4)
Meningkatkan kesempatan kerja dan devisa negara.
(5) Meningkatkan kemakmuran masyarakat (6)
Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan
ekonomi
c. Aspek Sosial Budaya
Kecanggihan alat komunikasi yang ditandai dengan
munculnya internet secara langsung telah
mempermudah kita untuk memperoleh informasi dari
belahan bumi lainnya, sehingga kita secara tidak
langsung telah melakukan proses tranformasi ilmu
yang sangat bermanfaat bagi kita.
d. Aspek Hukum, Pertahanan dan Keamanan
Pengaruh positif globalisasi dalam bidang hukum,
pertahanan dan keamana yang dapat kita ambil
diantaranya: (1) Semakin menguatnya supremasi
hukum, demokratisasi dan tuntutan terhadap
dilaksanakannya hak asasi manusia (2) Menguatnya
regulasi hukum dan pembuatan peraturan perundang-
undangan yang memihak dan bermanfaat untuk
kepentingan rakyat banyak. (3) Semakin menguatnya
tuntutan terhadap tugas-tugas penegak hukum (polisi,
jaksa dan hakim) yang lebih profesional, tranparan
dan dapat dipertanggungjawabkan. (4) Menguatnya
supremasi sipil dengan mendudukan tentara dan polisi
sebatas penjaga keamanan, kedaulatan dan ketertiban
negara
➢ Pengaruh Negatif bagi Indonesia
a. Aspek Politik
Globalisasi untuk sementara telah mampu
meyakinkan kepada masyarakat Indonesia bahwa
liberalisme dapat membawa manusia kearah kemajuan
dan kemakmuran. Hal ini akan mempengaruhi pikiran
mereka untuk berpaling dari ideologi Pancasila dan
mencari alternatif ideologi lain seperti halnya
liberalisme.
b. Globalisasi memberikan pengaruh negatif terhadap
kehidupan ekonomi seperti berikut ini:
(1) Indonesia akan dibanjiri oleh barang-barang dari
luar seiring dengan adanya perdagangan bebas
yang tidak mengenal adanya bataa-batas negara.
(2) Cepat atau lambat perekonomian negara kita akan
dikuasai oleh pihak asing,
(3) Akan timbulnya kesenjangan sosial yang tajam
sebagai akibat dari adanya persaingan bebas
(4) Pemerintah hanya sebagai regulator pengaturan
ekonomi yang mekanismenya akan ditentukan
oleh pasar.
(5) Sektor-sektor ekonomi rakyat yang diberikan
subsidi semakin berkurang, koperasi semakin sulit
berkembang dan penyerapan tenaga kerja dengan
pola padat karya semakin ditinggalkan
(6) Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi
jangka panjang
(7) Memperburuk neraca pembayaran. Globalisasi
cenderung menaikkan barangbarang impor.
c. Aspek Sosial Budaya
Globalisasi dapat melahirkan pengaruh negatif bagi
perilaku masyarakat, seperti berikut ini:
(1) Munculnya gaya hidup konsumtif dan selalu
mengkonsumsi barang-barang dari luar negeri.
(2) Munculnya sifat hedonisme, yaitu kenikmatan
pribadi dianggap sebagai suatu nilai hidup
tertinggi.
(3) Adanya sikap individualisme, yaitu sikap selalu
mementingkan diri sendiri serta memandang
orang lain itu tidak ada dan tidak bermakna
(4) Munculnya gejala westernisasi, yaitu gaya hidup
yang selalu berorientasi kepada budaya barat
tanpa diseleksi terlebih dahulu
(5) Semakin memudarnya semangat gotong royong,
solidaritas, kepedulian dan kesetiakawanan sosial
(6) Semakin lunturnya nilai-nilai keagamaan dalam
kehidupan bermasyarakat
d. Aspek Hukum, Pertahanan dan Keamanan
Jika hal-hal positif dari globalisasi pada bidang ini
tidak terwujud, akan menimbulkan tindakan anarkis
dari masyarakat yang dapat mengganggu stabilitas
nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan
kesatuan bangsa
➢ Sikap terhadap Pengaruh Globalisasi
Bersikap selektif terhadap pengaruh globalisasi, yaitu kita
mengambil hal-hal positif dari globalisasi dan membuang
hal-hal negatifnya.
Dengan sikap seperti itu kita dapat mengambil keuntungan
dari globalisasi dan terhindar dari dampak buruknya,
karena semua pengaruh globalisasi yang kita terima telah
melalui proses penyaringan terlibah dahulu. Adapun alat
penyaringnya adalah Pancasila.

➢ Pembelajaran Materi Globalisasi di SD


Materi pembelajaran tentang kewarganegaraan global
yang didalamnya merupakan kajian terhadap fenomena
globalisasi secara tersurat tercantum dalam Kurikulum SD
versi 2006 atau yang sering dikenal dengan KTSP. Materi
tentang globalisasi dibelajar di kelas IV semester 2.

Model pembelajaran yang paling sesuai adalah model


pembelajaran koperatif dengan teknik make a match

Pembelajaran kooperatif atau pembelajaran gotong royong


adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan siswa
untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-
tugas yang terstruktur (Lie 2010: 12).

Lima unsur pembelajaran kooperatif menurut Roger dan


David Johnson (Lie 2010: 31) yaitu: (1) saling
ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan,
(3) tatap muka, (4) komunikasi antaranggota, (5) evaluasi
proses kelompok

Aplikasi pembelajaran kooperatif dapat dilakukan dengan


teknik make a match. Teknik belajar make a match atau
mencari pasangan menjadi salah satu teknik dalam
pembelajaran kooperatif yang dapat mengembangkan
kemampuan siswa. Teknik belajar make a match ini
pertama kali dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun
1994 (Lie 2010: 55).

Teknik make a match membawa beberapa manfaat bagi


siswa, yaitu: (1) teknik pembelajaran make a match
mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan
menyenangkan, (2) materi pembelajaran yang
disampaikan lebih menarik perhatian siswa, dan (3)
mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Langkah-langkah dalam menerapkan pembelajaran


kooperatif teknik make a match adalah sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi
beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi
review, satu bagian kartu soal dan bagian yang lain
kartu jawaban.
b. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu.
c. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok
dengan kartunya. Misalnya, pemegang kartu
PENGERTIAN GLOBALISASI akan berpasangan
dengan PROSES MASUKNYA SESUATU KE
RUANG LINGKUP DUNIA.
d. Siswa juga dapat bergabung dengan dua atau tiga
siswa lain yang memegang kartu yang cocok.
Misalnya, pemegang kartu HAMBURGER akan
membentuk kelompok dengan pemegang kartu
PIZZA HUT (Lie 2010: 55).

2 Daftar materi 1. Perencanaan Pembelajaran HAM di SD


yang sulit 2. Persatuan Dan Kesatuan Dalam Keberagaman Masyarakat
dipahami di Multikultur
modul ini 3. Makna dan Karakteristik kewarganegaraan global

3 Daftar materi 1. Konsep Nilai, Moral dan Norma


yang sering 2. Pada materi Persatuan Dan Kesatuan Dalam Keberagaman
mengalami Masyarakat Multikultur. Sistematika penyajian materi tidak
miskonsepsi runtut sesuai dengan Sub-Pencapaian belajar
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai