Anda di halaman 1dari 38

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Metode yang digunakan

Jenis penelitian empiric ini adalah penelitian survey yang dilakukan

melalui suatu proses pengkajian dan pengujian serta terhadap faktor

situasional yang dianggap menjadi masalah untuk memperoleh temuan dan

hasil. Desain penelitian merupakan rencana dan struktur penelitian yang

disusun memperoleh jawaban untuk sedemikian rupa sehingga penelitian

akan berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini adalah deskriptif dan

kuantitatif. Metode deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran data

responden dan verifikatif menjelaskan serta menggali keterkaitan antar

variabel. Metode kuantitatif bertujuan menunjukkan hubungan antar variabel,

memberikan deskriptif statistic menaksir dan meramalkan hasilnya. Menurut

Sugiyono (2015:23) data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau

data kuantitatif yang diangkakan (scoring). Jadi data kuantitatif merupakan

data yang memiliki kecenderungan dapat dianalisis dengan cara atau teknik

statistik. Data tersebut dapat berupa angka atau skor dan biasanya diperoleh

dengan menggunakan alat pengumpul data yang jawabannya berupa rentang

skor atau pertanyaan yang diberi bobot.

Agar diperoleh pengertian metode deskriptif yang lebih jelas berikut

dikemukakan pengertian menurut beberapa para ahli antara lain sebagai

berikut : Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk

101
102

menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak

digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas (Sugiyono, 2011, 21).

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok

manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistempemikiran, ataupun suatu

kelas peristiwa pada masa sekarang (Moh. Nazir, 2012, 54).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa penelitian deskriptif yaitu penelitian yang memusatkan perhatian

kepada masalah-masalah sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan,

dikatakan deskriptif karena bertujuan memperoleh pemaparan yang objektif.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah yaitu para ASN Joint

Inspection pada kunjungan kapal kargo di Lima Pelabuhan Utama di

Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian penjelasan (explanatory

research) yang akan membuktikan hubungan kausal antara variabel bebas

(independent variabel) yaitu variabel budaya organisasi, komunikasi

organisasi dan koordinasi tim, variabel antara (intervening variabel) yaitu

variabel efektivitas kerja dan variabel terikat (dependent variabel) yaitu

kinerja, serta korelasional yaitu penelitian yang berusaha untuk melihat

apakah antara dua variabel atau lebih memiliki hubungan atau tidak.

4.2. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Operasionalisasi variabel diperlukan diperlukan untuk menjabarkan

variabel penelitian menjadi konsep, dimensi, indikator dan ukuran yang

diarahkan untuk memperoleh nilai variabel lainnya. Disamping itu, tujuannya

adalah untuk memudahkan pengertian dan menghindari perbedaan persepsi


103

dalam penelitian ini. Berikut adalah operasionalisasi variabel dari penelitian

ini:

Tabel 4.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian

Definisi Skala No.


Variabel Dimensi Indikator
Konseptual Pengukuran Kuesioner
Kinerja Kinerja (job 1. Kuantitas 1. Beban kerja Ordinal 1-2
(Z) performance) adalah kerja 2. Tanggung
hasil akhir dari suatu jawab kerja
aktivitas, dan seberapa
baiknya (kualitas) 2. Kualitas 3. Teliti dan Ordinal 3-4
pekerjaan itu pekerjaan cermat dalam
terselesaikan, baik pekerjaan
keberhasilan atau 4. Keakuratan
kegagalan kerja data
seseorang, yang 3. Pengetahuan 5. Pengetahuan Ordinal 5-6
dicapai dalam kerja yang dimiliki
melaksanakan tugas 6. Pemahaman
yang diembannya, bidang kerja
guna mencapai tujuan 4. Kreativitas 7. Penguasaan Ordinal 7-8
organisasi kerja teknik kerja
8. Variatif kerja
5. Kerja sama 9. Dilakukan Ordinal 9-10
melalui kerja
tim
10. Siap bekerja
sama
6. Tanggung 11. Pekerjaan Ordinal 11-12
jawab tepat waktu
12. Kehadiran di
tLima kerja
7. Inisiatif 13. Kesiapan dan Ordinal 13-14
kerja tanggap
14. Inisiatif tanpa
tunggu
perintah
8. Kehandalan 15. Sabar dan Ordinal 15-16
kerja telaten
16. Tuntas
menangani
masalah
Efektivitas Efektivitas kerja 1. Keterlibatan 1. Pemberdayaan Ordinal 1-3
Kerja merupakan suatu 2. Kerja tim
104

Definisi Skala No.


Variabel Dimensi Indikator
Konseptual Pengukuran Kuesioner
(Y) ukuran dalam 3. Kemampuan
mengukur keefektivan berkembang
perusahaan melalui 2. Konsistensi 4. Nilai inti Ordinal 4-6
beberapa pendekatan 5. Kesepatakan
yang hasilnya dapat 6. Koordinasi
dilihat dari tingkat dan integritas
pencapaian tujuan 3. Adaptasi 7. Perubahan Ordinal 7-9
perusahaan 8. Berfokus pada
pelanggan
9. Keadaan
organisasi
4. Misi 10. Strategi yang Ordinal 10-11
terarah dan
tetap
11. Tujuan dan
objektivitas
Budaya Budaya organisasi 1. Sikap 1. Sikap tanggap Ordinal 1-4
Organisasi adalah sebuah system terhadap
(X1) makna bersama yang perubahan
dianut oleh para 2. Sikap
anggota yang bertanggung
membedakan suatu jawab
organisasi dari 3. Sikap saling
organisasi-organisasi menghargai
lainnya 4. Sikap
keterbukaan
2. Keyakinan 5. Dedikasi atau Ordinal 5-6
pengabdian
terhadap
organisasi
6. Loyalitas
terhadap
pekerjaan
105

Definisi Skala No.


Variabel Dimensi Indikator
Konseptual Pengukuran Kuesioner
3. Nilai 7. Nilai sebagai Ordinal 7-10
dasar
penyelesaian
konflik
8. Nilai sebagai
motivasi
9. Nilai sebagai
penyesuaian
diri
10. Nilai sebagai
perwujudan
diri
Komunikasi Komunikasi 1. Komunikasi 1. Atasan Ordinal 1-2
Organisasi Organisasi ke bawah mengkomunik
(X2) didefinisikan sebagai asikan
pertunjukan dan informasi
penafsiran pesan di mengenai
antara unit-unit tugas,
komunikasi yang kebijakan
merupakan bagian terkait
dari suatu organisasi organisasi
tersebut. Suatu 2. Atasan
organisasi terdiri dari mengkomunik
unit-unit komunikasi asikan hasil
dalam hubungan- kinerja ke
hubungan hierarkis bawahannya
antara satu dengan 2. Komunikasi 3. Karyawan Ordinal 3-4
lainnya dan berfungsi ke atas dengan
dalam suatu mudah dapat
lingkungan melakukan
hubungan
komunikasi
dengan atasan
4. Setiap
kendala
pekerjaan
yang terjadi
karyawan
mengkomunik
asikan kepada
atasan
3. Komunikasi 5. Karyawan Ordinal 5-6
horizontal percaya
terhadap rekan
106

Definisi Skala No.


Variabel Dimensi Indikator
Konseptual Pengukuran Kuesioner
kerjanya
dalam
mengerjakan
pekerjaan
6. Dengan rekan
kerja,
koordinasi dan
kerjasama
terhadap
pekerjaan
dapat dengan
mudah
terbentuk
4. Komunikasi 7. Perbedaan Ordinal 7
lintas saluran divisi dan
jabatan tidak
menjadi
penghalang
dalam
memperoleh
informasi
Koordinasi Koordinasi tim adalah 1. Rantai 1. Koordinasi di Ordinal 1-2
Tim usaha mengarahkan perintah dalam
(X3) kegiatan seluruh unit- organisasi
unit organisasi agar 2. Penerapan
tertuju untuk instruksi dari
mernberikan atasan
sumbangan 2. Informasi 3. Tindakan Ordinal 3-4
semaksimal mungkin kerja pegawai
untuk mencapai tujuan 4. Pelaksanaan
organisasi secara kerja pegawai
keseluruhan dengan terhadap
adanya koordinasi keputusan
akan terdapat yang ada
keselarasan aktivitas 3. Wewenang 5. Kemampuan Ordinal 5
diantara unit-unit melaksanakan
organisasi dalam perintah
mencapai tujuan atasan
organisasi 4. Tanggung 6. Kemampuan Ordinal 6-7
jawab menyelesaika
n pekerjaan
7. Ketepatan
penyelesaian
107

Definisi Skala No.


Variabel Dimensi Indikator
Konseptual Pengukuran Kuesioner
5. Tujuan 8. Komitmen Ordinal 8
menjalan
tujuan
organisasi
Sumber: Berbagai literatur (dikembangkan untuk Penelitian)

Operasional variabel menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh

peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan

bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara

yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik

lagi.

4.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini (Arikunto,

2014:193) untuk data primer yaitu melalui metode survei dengan cara :

1) Interview (wawancara).

Wawancara dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan data awal

(studi pendahuluan atau pre-survey) yang bertujuan mendapatkan

informasi yang lebih mendetail dalam hubungannnya dengan ruang

lingkup objek penelitian terkait faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

kinerja.

2) Kesioner
108

Dengan mengirimkan dan menyebarkan kuesioner secara langsung

kepada para ASN Joint Inspection pada kunjungan kapal kargo di Lima

Pelabuhan Utama di Indonesia.

Sedangkan pengumpulan data sekunder melalui teknik sebagai berikut :

1) Observasi

Dilakukan terhadap sumber data yang sesuai dengan unit observasi yang

berhubungan dengan obyek penelitian untuk mendapatkan informasi

yang lebih akurat terhadap variabel yang diteliti.

2) Studi dokumentasi

Dengan melakukan penelitian kepustakaan (library research) dan

pencarian terkait penelitian yaitu teknik pengumpulan bahan-bahan,

tinjauan pustaka, penelitian terdahulu, teori-teori dengan mempelajari,

mengkaji serta menelaah literatur-literatur yang berhubungan dengan

masalah yang akan diteliti.

4.4. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada ASN Joint Inspection pada kunjungan

kapal kargo di Lima Pelabuhan Utama di Indonesia. Sedangkan waktu

penelitian akan dilakukan pada bulan Oktober 2020 sampai dengan bulan

September 2021.
109

4.5 Populasi dan Sampel Penelitian

4.5.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2018:136). Populasi adalah seluruh unit-

unit yang darinya sampel di pilih (Silalahi, 2013:253).

Populasi dalam penelitian ini adalah para ASN Joint

Inspection pada kunjungan kapal kargo di Lima Pelabuhan Utama di

Indonesia sebagai berikut :

Tabel 4.2
Populasi Penelitian

No. Pelabuhan Populasi


1. Belawan 110
2. Tanjung Priok 120
3. Tanjung Emas 100
4. Tanjung Perak 115
5. Makassar 115
Total 560
Sumber: Simpadu-inaportnet.dephub.go.id

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui yang dijadikan

populasi penelitian yaitu sebanyak 560 para ASN Joint Inspection

pada kunjungan kapal kargo di Lima Pelabuhan Utama di Indonesia

yaitu pelabuhan belawan, tanjung priok, tanjung emas, tanjung perak

dan pelabuhan makassar.


110

4.5.2. Sampel Penelitian

Selanjutnya berkaitan dengan sampel penelitian Siregar

(2018:30) mengemukakan bahwa sampel adalah suatu prosedur

pengambilan data di mana hanya sebagian populasi saja yang diambil

dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki

dari suatu populasi.

Sugiyono (2015:116) sampel dapat didefinisikan sebagai

berikut :

“Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak

mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,

misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, waktu, maka

peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari

populasi”.

Oleh karena itu, untuk sampel yang diambil dari populasi harus betul-

betul representative (mewakili) dan dapat menggambarkan populasi

sebenarnya.

Ukuran sampel yang digunakan memperhatikan teknik analisis

yang digunakan dalam uji hipotesis yaitu model persamaan struktural

(Structural Equation Model). Dalam menentukan jumlah sampel,

Sekaran (2011: 296) memberikan pedoman penentuan jumlah sampel

sebagai berikut:
111

1. Ukuran sampel di antara 30 s/d 500 elemen, untuk sebagian besar

penelitian.

2. Jika sampel dipecah lagi kedalam subsampel (lakilaki/perempuan,

junior/senior, dsb.), jumlah minimum subsampel harus 30 untuk

tiap kategori.

3. Penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate)

ukuran sampel harus beberapa kali lebih besar (10 kali atau lebih)

dari jumlah variabel yang akan dianalisis.

4. Penelitian eksperimental yang sederhana, dengan eksperimen yang

ketat (matched pair), ukuran sampel biasa antara 10 s.d. 20 elemen.

Joreskog dan Sorbom (2001:32) dalam Bachrudin Tobing

(2003:68) menyatakan bahwa ukuran sampel yang diperlukan untuk

analisis Strucural Equation Model (SEM) adalah paling sedikit 200

sampel. Joreskog dan Sorbom (2001: 32) menyatakan bahwa

hubungan antara banyaknya variabel dan ukuran sampel dalam

model persamaan dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3
Banyaknya Variabel dan Ukuran Sampel Minimal
Analisis Structural Equation Model (SEM)

Ukuran
No Banyak Variabel
Sampel
1 3 200
2 5 200
3 10 200
4 15 360
5 20 630
6 25 975
7 30 1395
Sumber : Joreskog dan Sorbom (2011:32)
112

Teknik Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2014: 68), bahwa: “teknik

sampling jenuh merupakan teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel”. Maka sampel yang

diteliti sebanyak 200 untuk sampel penelitian dan 30 untuk sampel uji

coba.

Tabel 4.4
Populasi, Sampel dan Uji Responden Penelitian

Populas Uji
No Perguruan Tinggi Sampel
i responden
1 Belawan 110 17 3
2 Tanjung Priok 120 34 6
3 Tanjung Emas 100 33 6
4 Tanjung Perak 115 16 3
5 Makassar 115 24 5
Total 560 200 30
Sumber : Diolah peneliti (2021)

4.6. Uji Coba Instrumen Penelitian

Mengingat pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

kuesioner, maka jawaban responden dan keabsahan alat ukur yang

dipergunakan dalam penelitian harus valid dan terpercaya. Apabila alat yang

digunakan tidak valid maka hasil penelitian yang dilakukan tidak

menggambarkan hasil yang sebenarnya. Untuk mengatasi hal tersebut dan

menguji kesungguhan jawaban dari para responden maka dilakukan uji

validitas (kesahihan) dan uji reliabilitas (keandalan).

4.6.1. Validitas Instrumen Penelitian


113

Pengujian validitas adalah suatu derajat ketepatan antara data

yang sesungguhnya terjadi dengan data yang dikumpulkan oleh

peneliti (Sugiyono, 2012:121). Validitas dalam penelitian dijelaskan

dalam salah satu derajat ketepatan pengukuran tentang isi dari

pernyataan/kuisioner yang peneliti buat.

Sekaran dan Bougie (2010) Validitas adalah tingkat

ketepatan alat ukur penelitian tentang arti atau isi yang sebenarnya

diukur. Uji validitas untuk mengukur ketepatan dalam penggunaan

pernyataan maupun pertanyaan di dalam kuesioner untuk memperoleh

data primer. Kuesioner disebut valid apabila pertanyaan-pertanyaan

dalam kuesioner mampu mengungkapkan hal-hal yang akan diukur

dengan kuesioner tersebut

Selanjutnya, Peneliti melakukan uji validitas instrumen

penelitian menggunakan analisis faktor. Suhartanto (2014:340)

menguraikan bahwa analisis faktor merupakan metode yang umum

digunakan untuk simplifikasi data. Tujuan dari metode ini adalah

untuk merangkum informasi yang terkandung dalam sejumlah besar

data metrik (skala interval dan rasio) ke dalam beberapa variabel baru

yang dikenal sebagai faktor. Dalam metode ini semua variabel adalah

independen tidak ada variabel dependen. Analisis faktor terdiri atas 2

jenis: eksploratori (exploratory) dan konfirmatori (confirmatory).

Dalam penelitian ini Peneliti menggunakan analisis faktor

konfirmatori. Suhartanto (2014:341) mengemukakan bahwa pada


114

konfirmatori, periset menentukan terlebih dahulu jumlah faktor yang

akan diujikan dengan data yang ada. Dengan demikian, pada

konfirmatori periset dimungkinkan menentukan hipotesis terlebih

dahulu tentang faktor yang dia duga kemudian diukur loading item-

item-nya ke setiap faktor. Metode konfirmatori ini merupakan metode

yang tepat untuk menguji validitas diskriminan antar variabel yang

digunakan dalam riset.

Salah satu uji statistik untuk analisis faktor adalah uji

Bartlett’s test of sphericity atau Kaiser – Meyer – Olkin (KMO).

Suhartanto (2014:346) menguraikan untuk memverifikasi apakah

data yang ada mencukupi untuk analisis faktor maka perlu dilakukan

uji Kaiser Meyer Olkin dan Bartlett’s. Suatu data dinyatakan sesuai

jika nilai KMO lebih besar atau sama dengan 0,6, dan Bartlett’s test

mempunyai tingkat signifikansi lebih rendah dari 0,05. Berikut ini

adalah formulasi pengujian nilai KMO:

Di mana:

i = 1,2,3 .... dan j = 1, 2, ....,p

r❑
ij = koefisien korelasi antara variabel i dan j

a❑ij = koefisien korelasi parsial antara variabel i dan j.


115

Apabila nilai KMO lebih besar dari 0,5 maka terima Ho

sehingga dapat disimpulkan jumlah data telah cukup difaktorkan.

Dengan menggunakan aplikasi SPSS, ada petunjuk yang bisa

digunakan untuk melihat homogenitas indikator seperti yang

disarankan oleh Kaiser, yaitu :

Tabel 4.5
Rekomendasi Ukuran KMO

Ukuran KMO Rekomendasi


≥ 0,90 Sangat baik
0,80 – 0,89 Berguna
0,70 – 0,79 Biasa
0,60 – 0,69 Cukup
0,50 – 0,59 Buruk
≤ 0,50 Tidak diterima
Sumber : Arikunto (2006)

Dengan demikian, apabila KMO lebih besar dari 0,5 maka

teima Ho, sehingga penelitian telah memenuhi syarat minimal

kecukuan data. Analisis faktor konfirmatori merupakan salah satu

metode analisis multivariat yang dapat digunakan untuk

mengkonfirmasukan apakakah model pengukuran yang dibangun

sesuai dengan yang dihipotesiskan. Dalam analisis faktor

konfirmatori, peubah laten dianggap sebagai peubah penyebab

(peubah bebas) yang mendasari peubah-peubah indikator

(Ghozali:2011).

Peubah-peubah terdiri dari peubah-peubah yang dapat diamati

atau diukur langsung disebut peubah manifest dan peubah-peubah

yang tidak dapat diukur secara langsung disebut peubah laten (latent
116

variable). Peubah laten tidak dapat diukur secara langsung tetapi dapat

dibentuk dan dibangun oleh peubah-peubah lain yang dapat diukur.

Peubah-peubah yang digunakan untuk membangun peubah laten

disebut peubah indikator.

Analisis validitas merupakan analisis terhadap suatu ukuran

yang menunjukkan tingkat kevalidan dari suatu kuesioner. Tinggi

rendahnya validitas instrument menunjukkana sejuah mana data yang

terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang

dimaksud. Validitas dengan analisis data reduction factor dengan

melihat hasil dari Keiser- Meyer Olkin Measure of Sampling

Adequacy (KMO-MSA).

4.6.2. Reliabilitas Instrumen Penelitian

Uji reliabilitas adalah suatu alat pengukur, yang menunjukkan

akurasi, konsistensi dan ketepatan dari pengukuran.

Uji reliabilitas adalah proses yang dilakukan untuk menguji

keandalan data (Sekaran dan Bougie 2010). Hal yang dijadikan acuan

pada uji reliabilitas ini adalah Cronbach’s alpha dari analisis data.

Cronbach’s alpha merupakan gambaran seberapa besar faktor

keterhubungan antara suatu variabel dengan variabel lainnya.

Menurut Sekaran dan Bougie (2010), uji reliabilitas merupakan uji

untuk mengetahui kebaikan dari suatu alat pengukur, dapat dilihat

dari konsistensi dan stabilitas suatu alat ukur. Konsistensi sebuah alat

ukur dalam mengukur fenomena yang ada. Reliabilitas mengukur


117

tingkat stabilitas suatu alat ukur untuk mengukur suatu konsep tetap

sama, kapan pun dan dimanapun suatu penelitian dilakukan.

Penelitian ini pengujian reliabilitasnya menggunakan Cronbach’s

alpha. Alasannya karena uji Cronbach’s alpha merupakan teknik

pengujian keandalan kuesioner yang paling sering digunakan

(Sekaran dan Bougie, 2010). Nilai Cronbach’s alpha yang menjadi

acuan adalah di atas 0,70. Nilai tersebut sesuai dengan pernyataan

Hair et al. (2007), bahwa batas bawah untuk Cronbach’s alpha adalah

0,70.

Siregar (2018:58) menjelaskan untuk menentukan nilai

reliabilitas instrumen menggunakan teknik Alpha Cronbach, yaitu

sebagai berikut:

r11

Di mana:

r11 = Koefisien reliabilitas instrumen

k = Jumlah butir pertanyaan

σt² = Varians total

∑σi² = Jumlah varians butir

Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan

menggunakan teknik ini, bila koefisien reliabilitas (r11) > 0,6.


118

Ghozali (2013), Cronbach’s Alpha dikatakan baik apabila

dinyatakan lebih dari 0,7. Pengukuran level reliabilitas berdasarkan

nilai perhitungan Cronbach, adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6
Level Reliabilitas

No Nilai Cronbach Alpha Level Reliabilitas

1 > 0,90 Sempurna


2 0,70 – 0,90 Tinggi
3 0,50 – 0,70 Moderat
4 < 0,50 Rendah

Instrumen penelitian dalam hal ini kuesioner, sebelum

disebarkan pada responden sesuai sampel penelitian terlebih dahulu

dilakukan uji coba yaitu dengan cara menyebarkan kuesioner kepada

30 orang responden untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.

Adapun dalam melakukan pengolahan data terkait dengan

perhitungan uji validitas, uji reliabilitas dan teknik analisis data

lainnya, Peneliti menggunakan bantuan software program SPSS dan

Lisrel.

4.7. Rancangan Analisis Data dan Uji Hipotesis

4.7.1. Rancangan Analisis Data


119

Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan dua pendekatan

dalam menganalisis data yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis

statistik inferensial. Uraiannya adalah sebagai berikut:

1) Analisis statistik deskriptif

Ghozali (2011:19), statistic deskriptif memberikan

gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-

rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,

range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). Analisis

ini merupakan teknik deskriptif yang memberikan informasi

tentang data yang dimiliki dan tidak bermaksud menguji

hipotesis.

2) Analisis statistik inferensial

Sujarweni (2015:123) mengemukakan bahwa statistik

inferensial berusaha membuat berbagai inferensi terhadap

sekumpulan data yang berasal dari suatu sampel. Tindakan

inferensi tersebut seperti melakukan prakiraan, peramalan,

pengambilan keputusan dari dua variabel atau lebih. Dalam

analisis inferensi yang diolah adalah dua variabel atau lebih

yang diadukan misalnya analisis hubungan, pengaruh, perbedaan

antar variabel atau lebih.

Metode statistik inferensial yang digunakan dalam analisis

data penelitian ini adalah uji pengaruh dengan menggunakan

Structural Equation Modeling (SEM). Noor (2012:226)


120

menjelaskan analisis SEM menggabungkan dua buah model

yaitu (1) model struktur (structural model), yang terdiri dari

variabel laten eksogen (exogenous) dan variabel laten endogen

(endogenous); (2) model pengukuran (measurement model),

yang merupakan indikator dari variabel laten eksogen dan

endogen. Dengan kata lain, permodelan SEM merupakan hybrid

model. Analisis SEM adalah gabungan antara regresi ganda dan

variabel laten yang dibangun dengan analisis faktor dari

indikator atas variabel laten tersebut.

Structural Equation Modeling disingkat SEM merupakan

metode analisis multivariat yang dapat digunakan untuk

menggambarkan keterkaitan hubungan linier secara simultan

antara variabel pengamatan (indikator) dan variabel yang tidak

dapat diukur secara langsung (variabel laten) (Prihandini &

Sunaryo: 2011).

Bollen (2011) sebagaimana dikutip oleh Latan (2013: 5),

“Sem are sets of equations that encapsulate the relationships

among the latent variables,observed variables,and error

variables”. SEM dapat digunakan untuk menjawab berbagai

masalah riset (research question) dalam suatu set analisis secara

sistematis dan komprehensif

Sudaryono (2018:400) menguraikan bahwa Lisrel

merupakan salah satu program SEM yang paling banyak


121

digunakan saat ini. Program ini dikembangkan oleh Karl

Joreskog dan Dag Sorbom pada tahun 1974. Lisrel merupakan

satu-satunya program SEM yang tercanggih dan dapat

mengestimasi persoalan SEM yang hampir tidak mungkin

dilakukan oleh program SEM lainnya. Lisrel terdiri dari dua

bagian penting, yaitu: 1) model persamaan struktural (the

structural equation model) dan 2) model pengukuran (the

measurement model). Model persamaan struktural merujuk pada

relasi antara variabel eksogen dan endogen, yaitu variabel yang

merupakan konstruk yang tidak teramati, atau variabel yang

sebenarnya atau laten. Sedangkan persamaan model pengukur

secara khusus digunakan untuk melihat relasi antara variabel

yang tak teramati atau laten dengan variabel manifestasi atau

teramati.

Selanjutnya, Sudaryono (2018:408) menguraikan tentang

tentang definisi varians dan kovarians dalam SEM. Varians

adalah penyimpangan data dari nilai mean (rata-rata) data

sampel. Secara matematis, varians adalah perbedaan kuadrat

antara tiap data amatan dan meannya sehingga nilai varians

tidak mungkin nol (atau negatif). Sedangkan kovarians

menunjukkan hubungan linier yang terjadi antardua variabel.

Kovarians akan bernilai positif jika kedua variabel mempunyai

hubungan positif, sebaliknya kovariansnya akan bernilai negatif


122

jika kedua variabel mempunyai hubungan negatif. Namun jika

kedua variabel tersebut tidak mempunyai hubungan, maka

kovariansnya akan bernilai nol. Apabila variabel yang

didefinisikan dalam penelitian semakin banyak maka nilai

varians dan kovarians biasanya dibentuk dalam format matriks

yang disebut matrik varians kovarians (atau kita sebut matriks

kovarians saja). Dalam matrik ini, diagonal utama (dari kiri atas

ke kanan bawah)-nya menunjukkan nilai varians. Bagian selain

diagonal utama menunjukkan nilai kovarians. Matriks kovarians

inilah yang menjadi dasar dalam analisis SEM (structural

equation modeling). Konsep utama SEM adalah meminimalkan

perbedaan antara sample covariance matrix dan implied

covariance matrix. Sample covariance matrix adalah matriks

kovarians yang diperoleh dari perhitungan data asli yang ada,

sedangkan implied covariance matrix adalah matriks kovarians

yang dihitung berdasarkan estimasi model yang dibuat.

Tahapan analisis SEM sendiri setidaknya harus melalui

lima tahapan (Latan,2013:42-69) yaitu:

1. Spesifikasi model

Kegiatan pada langkah ini adalah mengembangkan

suatu model berdasarkan kajian-kajian teoritik untuk

mendukung penelitian terhadap masalah yang dikaji.


123

Selanjutnya mendefinisikan model tersebut secara

konseptual konstruk yang akan diteliti serta menentukan

dimensionalitasnya. Arah hubungan yang dihipotesiskan

pun haruslah jelas dan memiliki landasan teori.

2. Identifikasi Model

Tahap ini merupakan tahap yang penting dalam

SEM, karena model yang tidak dapat diidentifikasi, akan

menjadi tidak dapat diestimasi atau dihitung. Penting bagi

peneliti melakukan tahap ini guna mengetahui apakah

model tersebut memiliki nilai unik atau tidak.Identifikasi

ini dengan menghitung derajat kebebasan, dan nilai derajat

kebebasan harus positif.Idealnya, setelah spesifikasi dan

identifikasi model, tahap selanjutnya adalah penetuan

jumlah sampel.

3. Estimasi Model

Setelah data terkumpul, model diestimasi, setelah

sebelumnya ditentukan metode estimasinya. Umumnya

metode estimasi yang dipakai adalah maximum likelihood

(ML).

4. Evaluasi Model

Kegiatan pada langkah ini adalah mengevaluasi dan

interpretasi hasil analisis. Tahap ini bertujuan untuk

mengevaluasi model secara keseluruhan. Proses ini diawali


124

dengan uji normalitas data selanjutnya dilanjutkan dengan

menguji model pengukuran (measurement model) dengan

menganalisis faktor konfirmasi untuk menguji validitas

serta reliabilitas variabel laten, dilanjutkan dengan menguji

structural model serta terakhir menilai overall fit model

dengan mengacu pada goodness of fit (GoF).

5. Modifikasi Model

Kegiatan ini berkenaan dengan hasil evaluasi dan

interpretasi model. Jika dari nilai GoF model tersebut tidak

atau belum fit, maka perlu dilakukan modifikasi atau

respesifikasi model.

Diagram jalur disusun dengan mengacu pada lima

variabel yaitu tiga variabel laten eksogen dalam hal ini budaya

organisasi (ξ1), komunikasi organisasi (ξ2), dan koordinasi tim

(ξ3) dan dua variabel laten endogen efektivitas kerja (η1) dan

kinerja (η2).

4.7.2. Uji Hipotesis

Hipotesis merupakan asumsi atau dugaan mengenai suatu hal

yang dibuat untuk menjelaskan hal tersebut dan dituntut untuk

melakukan pengecekannya.Jika asumsi atau dugaan tersebut

dikhususkan mengenai populasi, umumnya mengenai nilai-nilai

parameter populasi, maka hipotesis itu disebut dengan hipotesis

statistik.
125

Sugiyono (2014:93) bahwa hipotesis adalah sebagai berikut:

“Jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh

karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk

kalimat pertanyaan.Dikatakan sementara karena jawaban teoritis

terhadap rumusan masalah penelitian, belum dijawab yang empirik.”

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini pada dasarnya dibagi

menjadi dua yaitu berkaitan dengan nilai probabilitas (α)/signifikansi

dan tingkat kepercayaan (confidence interval). Dan mengacu pada

variabel penelitian yang telah diuraikan bahwa ada 5 (lima) variabel

dalam penelitian ini maka diajukan 9 (sembilan) hipotesis yang perlu

diuji dan dikonfirmasi dengan hasil pengolahan data melalui

Structural Equation Modelling (SEM). Berikut ini adalah penjabaran

uji hipotesis dan kriteria uji hipotesis berdasarkan pada kelima

variabel yang telah diuraikan:

Adapun dalam penelitian ini, Peneliti mengajukan 9

(sembilan) hipotesis yang perlu diuji lebih lanjut. Pada penelitian

kuantitatif, hipotesis diajukan dalam bentuk pernyataan yaitu sebagai

suatu statement terhadap hasil penelitian.

1. Tabel Pengujian Model

Pengukuran

Tabel 4.7
Pengujian Model Pengukuran
126

Model Pengukuran Std. Variance


Std.Error Construct
Variabel Variabel Loading Nilai thitung Extracted
(SE) Reliability (CR)
Laten Manifes Factor (VE)
Sikap
(X1)
(x)1 1 (x)1/1 

  
StdLoading

 loading
2 2

 
2 loading   se 2
Budaya
Organisasi
Keyakinan
(x)2 2 (x)2/2


  
StdLoading 

se

(X2)
(1)
Nilai
(x)3 3 (x)3/3
(X3)
Komunikasi ke
bawah (x)4 4 (x)4/4
(X4)
Komunikasi
ke bawah (x)5 5 (x)5/5
Komunikasi
(X5)
Organisasi
Komunikasi
(2)
Horizontal (x)6 6 (x)6/6
(X6)
Komunikasi
Lintas saluran (x)7 7 (x)7/7
(X7)
Rantai perintah
(x)8 8 (x)8/8
(X8)
Informasi
(X9) (x)9 9 (x)9/9

Koordinasi Wewenang
Tim (X10) (x)10 10 (x)10/10
(3) Tanggung
jawab (x)11 11 (x)11/11
(X11)
Tujuan
(X11) (x)12 12 (x)12/12

Keterlibatan (y)
1 1 (y)
1/1
(Y1)
Konsistensi
Efektivitas
(y)
2 2 (y)
2/2
(Y2)
Kerja (1)
Adaptasi (Y3)(y)3 3 (y)
3/3

Misi (Y4) (y)


4 4 (y)
4/4
Kinerja (2) Kuantitas kerja(y)5 5 (y)
5/5
(Y5)
127

Model Pengukuran Std. Variance


Std.Error Construct
Variabel Variabel Loading Nilai thitung Extracted
(SE) Reliability (CR)
Laten Manifes Factor (VE)
Kualitas (y)
6 (y)
/6
pekerjaan (Y6) 6 6

Pengetahuan (y)
7 7 (y)
7/7
kerja (Y7)
Kreativitas (y) s
8 8 (y)
8/8
kerja (Y8)
Kerja sama (y)
9 9 (y)
9/9
(Y9)
Tanggung (y)
10 /10
jawab (Y10) 10 10

Inisiatif kerja (y)


11 11 11 /11
(Y11)
Kehandalan (y)
kerja (Y12) 12 12 12 /12
Sumber : Hair et, al (2010:636)

2. Tabel Pengujian Hipotesis

Statistik Model Struktural

Tabel 4.8
Pengujian Hipotesis Statistik Model Struktural

Persamaan Pengukuran Koefisien


Standar
Jalur Nilai Hasil uji
Variabel laten Variabel Laten d Error
(Standarized thitung (= 0,05)
Endogen Eksogen/Endogen (SE)
)
Efektivitas Keterlibatan (1) 11 11 11/11 Signifikan/Tidak
Kerja (1)
Konsistensi (2) 12 12 12/12 Signifikan/Tidak
Adaptasi (3) 13 13 13/13 Signifikan/Tidak

Misi (4) 14 14 14/14 Signifikan/Tidak

Kinerja (2) Kuantitas kerja (1) 21 21 21/21 Signifikan/Tidak


Kualitas pekerjaan 22 22 22/22 Signifikan/Tidak
(2)
Pengetahuan kerja 23 23 23/23 Signifikan/Tidak
(3)
Kreativitas kerja 24 24 24/24 Signifikan/Tidak
(4)
128

Persamaan Pengukuran Koefisien Standar


Jalur Nilai Hasil uji
Variabel laten Variabel Laten d Error
(Standarized thitung (= 0,05)
Endogen Eksogen/Endogen (SE)
)
Kerja sama (5) 25 25 25/25 Signifikan/Tidak
Tanggung jawab 26 26 26/26 Signifikan/Tidak
(6)
Inisiatif kerja (7) 27 27 27/27 Signifikan/Tidak
Kehandalan kerja 28 28 28/28 Signifikan/Tidak
(8)
Efektivitas kerja 21 21 21/21 Signifikan/Tidak
(1)
Sumber : Hair et, al (2010:636)

Berdasarkan tabel 4.13 di atas, pengujian hipotesis statistik model

struktural dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Uji Hipotesis 1 : Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap

Efektivitas Kerja

Diagram jalur yang menyatakan ada hubungan korelasi antara

variabel manifes budaya organisasi terhadap efektivitas kerja, dapat

disajikan pada gambar berikut ini :

Gambar 4.1
Diagram Jalur Variabel Budaya Organisasi
Terhadap Efektivitas Kerja
129

Untuk menguji hipotesis, dilakukan melalui hipotesis statistik sebagai

berikut :

H0 : 11 = 0 Budaya organisasi (1) tidak berpengaruh terhadap

efektivitas kerja (1)

H1 : 11 ≠ 0 Budaya organisasi (1) berpengaruh terhadap efektivitas

kerja (1)

b. Uji Hipotesis 2 : Pengaruh Komunikasi Organisasi Terhadap

Efektivitas Kerja

Diagram jalur yang menyatakan ada hubungan korelasi antara

variabel manifes komunikasi organisasi terhadap efektivitas kerja,

dapat disajikan pada gambar berikut ini :

Gambar 4.2
Diagram Jalur Variabel Komunikasi Organisasi
Terhadap Efektivitas Kerja

Untuk menguji hipotesis, dilakukan melalui hipotesis statistik

sebagai berikut :
130

H0 : 12 = 0 Komunikasi organisasi (2) tidak berpengaruh

terhadap efektivitas kerja (1)

H1 : 12 ≠ 0 Komunikasi organisasi (2) berpengaruh terhadap

efektivitas kerja (1)

c. Uji Hipotesis 3 : Pengaruh Koordinasi Tim Terhadap Efektivitas

Kerja

Diagram jalur yang menyatakan ada hubungan korelasi antara

variabel manifes koordinasi tim terhadap efektivitas kerja, dapat

disajikan pada gambar berikut ini :

Gambar 4.3
Diagram Jalur Variabel Koordinasi Tim
Terhadap Efektivitas Kerja

Untuk menguji hipotesis, dilakukan melalui hipotesis statistik

sebagai berikut :

H0 : 13 = 0 Koordinassi tim (3) tidak berpengaruh terhadap

efektivitas kerja (1)


131

H1 : 13 ≠ 0 Koordinasi tim (3) berpengaruh terhadap efektivitas

kerja (1)

d. Uji Hipotesis 4 : Pengaruh Budaya Organisasi, Komunikasi

Organisasi dan Koordinasi Tim Terhadap Efektivitas Kerja

Diagram jalur yang menyatakan ada hubungan korelasi antara

variabel manifes terhadap budaya organisasi, komunikasi organisasi

dan koordinasi tim terhadap efektivitas kerja, dapat disajikan pada

gambar berikut ini :

η1 = γ11ξ1 + γ12ξ2 + γ13ξ3 + ζ1


132

Gambar 4.4
Diagram Jalur Variabel Budaya Organisasi, Komunikasi Organisasi
dan Koordinasi Tim Terhadap Efektivitas Kerja

Untuk menguji hipotesis, dilakukan melalui hipotesis statistik sebagai

berikut :

H0 : 11, 12, 3 = 0 Budaya organisasi (1), Komunikasi Organisasi (2)

dan koordinasi tim secara bersama-sama (3) tidak

berpengaruh terhadap efektivitas kerja (1)

H1 : 11, 12, 3 ≠ 0 Budaya organisasi (1), komunikasi organisasi (2)

dan koordinasi tim secara bersama-sama (3)

berpengaruh terhadap efektivitas kerja (1)

e. Uji Hipotesis 5 : Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja

Diagram jalur yang menyatakan ada hubungan korelasi antara

variabel manifes budaya organisasi terhadap kinerja, dapat disajikan

pada gambar berikut ini :

Gambar 4.5
133

Diagram Jalur Variabel Budaya Organisasi


Terhadap Kinerja

Untuk menguji hipotesis, dilakukan melalui hipotesis statistik sebagai

berikut :

H0 : 21 = 0 Budaya organisasi (1) tidak berpengaruh terhadap kinerja

(2)

H1 : 21 ≠ 0 Budaya organisasi (1) berpengaruh terhadap kinerja (2)

f. Uji Hipotesis 6 : Pengaruh Komunikasi Organisasi Terhadap

Kinerja

Diagram jalur yang menyatakan ada hubungan korelasi antara

variabel manifes komunikasi organisasi terhadap kinerja, dapat

disajikan pada gambar berikut ini :

Gambar 4.6
Diagram Jalur Variabel Komunikasi Organisasi
Terhadap Kinerja

Untuk menguji hipotesis, dilakukan melalui hipotesis statistik sebagai

berikut :
134

H0 : 22 = 0 Komunikasi organisasi (2) tidak berpengaruh terhadap

kinerja (2)

H0 : 22 ≠ 0 Komunikasi organisasi (2) tidak berpengaruh terhadap

kinerja (2)

g. Uji Hipotesis 7 : Pengaruh Koordinasi Tim Terhadap Kinerja

Diagram jalur yang menyatakan ada hubungan korelasi antara

variabel manifes koordinasi tim terhadap kinerja, dapat disajikan pada

gambar berikut ini :

Gambar 4.7
Diagram Jalur Variabel Koordinasi Tim
Terhadap Kinerja

Untuk menguji hipotesis, dilakukan melalui hipotesis statistik sebagai

berikut :

H0 : 23 = 0 Koordinasi tim (3) tidak berpengaruh terhadap kinerja (2)

H0 : 23 ≠ 0 Koordinasi tim (3) tidak berpengaruh terhadap kinerja (2)

h. Uji Hipotesis 8 : Pengaruh Efektivitas Kerja Terhadap Kinerja


135

Diagram jalur yang menyatakan ada hubungan korelasi antara

variabel manifes efektivitas kerja terhadap kinerja, dapat disajikan pada

gambar berikut ini :

Gambar 4.8
Diagram Jalur Variabel Efektivitas Kerja
Terhadap Komitmen Organisasi

Untuk menguji hipotesis, dilakukan melalui hipotesis statistik sebagai

berikut :

H0 : 24 = 0 Efektivitas kerja (4) tidak berpengaruh terhadap kinerja (2)

H0 : 24 ≠ 0 Efektivitas kerja (4) tidak berpengaruh terhadap kinerja (2)

i. Uji Hipotesis 9 : Pengaruh Budaya Organisasi, Komunikasi

Organisasi Dan Koordinasi Tim Serta Efektivitas Kerja Serta

Secara Bersama-Sama Terhadap Kinerja

Diagram jalur yang menyatakan ada hubungan korelasi antara

variabel manifes terhadap budaya organisasi, koordinasi organisasi dan


136

koordinasi tim serta efektivitas kerja secara bersama-sama terhadap

kinerja dapat disajikan pada gambar berikut ini:

η2 = β21η1 + γ21ξ2 + γ22ξ3 + γ23ξ3 + ζ2

Gambar 4.9
Diagram Jalur Variabel Budaya Organisasi, Komunikasi
Organisasi dan Koordinasi Tim Serta Efektivitas Kerja
Terhadap Kinerja

Untuk menguji hipotesis, dilakukan melalui hipotesis statistik sebagai

berikut :

H0 : 11, 12, 13, 21, 22, 23, 24 = 0 Budaya organisasi (1), komunikasi

organisasi (2) dan koordinasi tim (3) serta efektivitas


137

kerja (1) secara bersama-sama tidak berpengaruh

terhadap kinerja (2)

H1 : 11, 12, 13, 21, 22, 23, 24 ≠ 0 Budaya organisasi (1), komunikasi

organisasi (2) dan koordinasi tim (3) serta efektivitas

kerja (1) secara bersama-sama berpengaruh terhadap

kinerja (2)

Tabel 4.9
Pengujian Hipotesis Model Struktural

Kriteria
Hipotesis Deskripsi Hipotesis pengujian Hasil Uji
(α=0,05)
Budaya organisasi tidak berpengaruh
Ho
terhadap efektivitas kerja Ho Ditolak
H1 thitung > 1,96
Budaya organisasi berpengaruh Ha diterima
Ha
terhadap efektivitas kerja
Komunikasi organisasi tidak
Ho
berpengaruh terhadap efektivitas kerja Ho Ditolak
H2 thitung > 1,96
Komunikasi organisasi berpengaruh Ha diterima
Ha
terhadap efektivitas kerja
Koordinasi tim tidak berpengaruh
Ho
terhadap efektivitas kerja Ho Ditolak
H3 thitung > 1,96
Koordinasi tim berpengaruh terhadap Ha diterima
Ha
efektivitas kerja
Budaya organisasi, komunikasi
Ho organisasi dan koordinasi tim tidak
berpengaruh terhadap efektivitas kerja Ho Ditolak
H4 Fhitung> Ftabel
Budaya organisasi, komunikasi Ha diterima
Ha organisasi dan koordinasi tim
berpengaruh terhadap efektivitas kerja
H5 Ho Budaya organisasi tidak berpengaruh thitung > 1,96 Ho Ditolak
terhadap kinerja Ha diterima
138

Kriteria
Hipotesis Deskripsi Hipotesis pengujian Hasil Uji
(α=0,05)
Budaya organisasi berpengaruh
Ha
terhadap kinerja
Komunikasi organisasi tidak
Ho
berpengaruh terhadap kinerja Ho Ditolak
H6 thitung > 1,96
Komunikasi organisasi berpengaruh Ha diterima
Ha
terhadap kinerja
Koordinasi tim tidak berpengaruh
Ho
terhadap kinerja Ho Ditolak
H7 thitung > 1,96
Koordinasi tim berpengaruh terhadap Ha diterima
Ha
kinerja
Efektivitas kerja tidak berpengaruh
Ho
terhadap kinerja Ho Ditolak
H8 thitung > 1,96
Efektivitas kerja berpengaruh terhadap Ha diterima
Ha
kinerja
Budaya organisasi, komunikasi
organisasi, koordinasi tim dan
Ho
efektivitas kerja tidak berpengaruh
terhadap kinerja Ho Ditolak
H9 Fhitung> Ftabel
Budaya organisasi, komunikasi Ha diterima
organisasi, koordinasi tim dan
Ha
efektivitas kerja berpengaruh terhadap
kinerja
Sumber : Hair, et.al (2010:390)

Anda mungkin juga menyukai