A. Berbagai Model yang Dipakai untuk Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
a. Sekolah Korespondensi
Sekolah Korespondensi kadang disebut Pendidikan melalui Korespondensi atau
Belajar melalui Korespondensi. Sekolah Korespondensi mempunyai riwayat yang panjang
dalam pendidikan anak-anak dan orang dewasa. Sampai sekarang Sekolah Korespondensi
dianggap masih ada, sebab masih banyak Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh yang dikelola
melalui hubungan surat-menyurat dengan bantuan pos. UNESCO memberi batasan Sekolah
Korespondensi sebagai berikut: “Pendidikan yang dilakukan dengan menggunakan jasa pos
tanpa adanya pertemuan tatap muka antara guru dan siswa”. Pengajaran dilakukan melalui
bahan belajar dalam bentuk cetakan atau rekaman kaset suara yang dikirimkan kepada siswa
melalui pos. Kemajuan belajar siswa dimonitor dengan menggunakan latihan atau tugas-tugas
tertulis atau latihan yang direkam dalam kaset. Siswa mengerjakan latihan itu menggunakan
tulisan atau rekaman kaset juga yang dikirimkan kepada guru yang ada di Pusat Lembaga
PT/JJ. Guru memeriksa pekerjaan siswa dengan memberi komentar dan saran-saran secara
tertulis atau melalui rekaman kaset. Hasil koreksi itu dikirimkan kembali kepada siswa.
Beberapa tahun yang lalu, Sekolah Korespondensi di Australia dikelola sebagai berikut:
1. Kurikulum dan bahan belajar disusun oleh guru-guru yang berkantor di lembaga yang
mengelola Sekolah Korespondensi itu.
2. Bahan belajar dikirimkan kepada siswa melalui pos ke rumah siswa.
3. Siswa mempelajari bahan belajar itu dengan pengawasan dan bimbingan orang tua
masing-masing.
4. Siswa mengerjakan tugas atau latihan yang disediakan dalam bahan belajar itu.
5. Pekerjaan siswa dikirimkan kepada guru di Kantor Pusat Sekolah Korespondensi.
6. Guru mengoreksi, memberi komentar, dan memberikan saran-saran secara tertulis
pada pekerjaan siswa itu.
7. Pekerjaan siswa yang telah dikoreksi dikirimkan kembali kepada siswa. Dengan
demikian siswa akan mengetahui kemajuan belajar masing-masing.
8. Pada waktu-waktu tertentu (biasanya pada musim panas) diadakan acara “camping”
yang diikuti oleh para siswa. Pada saat itu dipelajari pelajaran yang memerlukan
praktek seperti kesenian, olah raga, pekerjaan tangan.
Di Australia kerjasama antara PT/JJ dan Pos sangat baik. Surat-surat atau
pelajaran yang dikirimkan melalui pos tidak dipungut biaya. Untuk memudahkan proses
pengiriman, oleh Kantor Pos disediakan amplop mondar-mandir. Sebuah amplop yang
bertanda khusus digunakan berulang kali, mondar-mandir dari guru ke siswa dan dari
siswa ke guru. Sekolah Korespondensi sangat tergantung pada jasa pos. Karena itu bila
sistem pengiriman melalui pos belum terjamin kelancarannya, sistem ini sulit
dilaksanakan.
b. Pendidikan Terbuka
Banyak pendidikan terbuka yang diselenggarakan di berbagai negara. Mungkin
Anda pernah mendengar nama-nama pendidikan terbuka seperti SMP Terbuka, SMA
Terbuka dan Universitas Terbuka di Indonesia, Sukhothai Thammthirat Open University
(STOU) di Thailand, The British Open University di United Kingdom, The Univeristy of
Manila Open Universisty di Pilipina. Pendidikan Terbuka ini mempunyai karakteristik
umum yang sama dengan belajar terbuka/jarak jauh (BT/JJ). Namun menurut para
penyelenggara Pendidikan Terbuka ada perbedaan yang khas antara Pendidikan Terbuka
dan BT/JJ. Apakah perbedaannya? Seperti halnya dalam BT/JJ, siswa Pendidikan
Terbuka dapat belajar dari jauh, maksudnya belajar jauh atau terpisah dari guru atau
dosen dan mungkin juga jauh dari lembaga penyelenggaranya. Sebagai contoh, beribu-
ribu mahasiswa Universitas Terbuka menghabiskan sebagian waktu belajarnya untuk
belajar sendiri di tempat mereka masing-masing. Mereka menghadiri pelajaran secara
tatap muka dengan dosen atau tutor hanya dalam waktu-waktu tertentu saja. Namun
demikian belajar terbuka (open learning) atau pendidikan terbuka dapat terjadi di ruang
kuliah yang penuh dengan siswa.
Menurut Race (1989), seorang siswa yang sedang belajar sendiri dengan
mempelajari buku teks, buku acuan, atau hand out untuk menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru, dapat dikatakan bahwa dia sedang belajar secara terbuka (open
learning), sungguhpun hal itu dilakukan dalam kelas bersama dengan siswa lain. Dengan
pengertian yang sama, belajar terbuka dapat terjadi di laboratorium, pusat pelatihan,
tempat lokakarya, dan sebagainya. Pokoknya hampir di semua tempat belajar terbuka
dapat terjadi, tidak peduli apakah pada saat itu siswa itu menjadi bagian dari kelompok
atau sendirian saja.
Konsep di atas diterapkan dalam sistem SLTP Terbuka. Setiap hari siswa wajib
belajar di Tempat Kegiatan Belajar (TKB) bersama siswa lain. Namun demikian masing-
masing siswa aktif belajar sendiri secara mandiri. Di TKB itu mereka tidak belajar dengan
mendengarkan guru mengajar, melainkan belajar sendiri dengan menggunakan modul
dengan bimbingan terbatas dari tutor yang disebut guru pamong. Sungguhpun duduk di
satu ruangan bersama dengan siswa lain, mereka boleh mempelajari modul yang berbeda-
beda.
Apakah arti terbuka dalam konsep “pendidkan terbuka” atau “belajar terbuka”
itu? Terbuka berarti bahwa siswa atau peserta pendidikan lebih leluasa dalam menentukan
pilihan dari pada siswa pendidikan konvensional. Leluasa dalam memilih apa?
1. Siswa atau peserta didik mempunyai keleluasaan dalam menentukan kecepatan
belajarnya. Lama waktu untuk mempelajari sesuatu penggalan isi pelajaran (learning
chunk) ditentukan oleh siswa sendiri. Keleluasaan seperti ini tidak dimiliki oleh siswa
pendidikan konvensional, sebab dalam sistem pendidikan konvensional siswa harus
menyesuaikan kecepatan belajarnya dengan kecepatan guru dalam mengajar. Kalau
dosen atau guru memberikan penjelasan mengenai sesuatu topik terlalu lambat atau
lama siswa yang pandai harus tetap mengikutinya sungguhpun mereka telah mengert
dan menjadi bosan. Sebaliknya kalau guru mengajar terlalu cepat siswa yang lamban
harus berusaha untuk mengikutinya meskipun barangkali mereka mendapatkan
kesulitan dalam memahaminya, sehingga akibatnya dapat menjadi frustrasi.
2. Siswa atau peserta didik mempunyai keleluasaan dalam memilih tempat belajar.
Belajar terbuka dapat dilakukan di rumah, di perpustakaan, di tempat kerja, atau di
mana saja yang dianggap tepat oleh siswa itu sendiri.
3. Siswa atau peserta didik dapat menentukan sendiri waktu belajarnya, sesuai dengan
kemauan dan waktu yang dimilikinya.
4. Siswa atau peserta didik dapat menentukan sendiri cara belajar yang sesuai untuk
dirinya. Siswa dapat menyusun rencana belajar dengan memilih sebuah modul dan
dipelajarinya sampai selesai dalam batas waktu tertentu, baru kemudian pindah ke
modul lain. Siswa juga bebas menentukan apakah semua modul akan dipelajari setiap
hari. Dalam hal ini masing-masing modul diberi jatah waktu tertentu, misalnya
masing-masing 60 menit. Kalau jumlah modulnya ada 4 buah, maka setiap hari belajar
4 x 60 menit=240 menit. .Siswa juga bebas menentukan media belajar yang akan
digunakannya, apakah membaca buku, melihat program video, belajar dengan bantuan
komputer, mendengarkan kaset audio, menghadiri diskusi atau seminar, dan
sebagainya.
Pengertian terbuka seringkali juga mengacu pada kriteria penerimaan siswa. Banyak
Pendidikan Terbuka yang membebaskan calon siswa dari persyaratan masuk atau
kualifikasi dalam menerima mahasiswa baru. Di samping itu siswa juga dapat tidak aktif
untuk sementara waktu, dan kemudian aktif lagi di lain waktu.