Makalah Endokrin 1
Makalah Endokrin 1
PENDAHULUAN
Secara umum sistem endokrin adalah sistem yang berfungsi untuk memproduksi hormon
yang mengatur aktivitas tubuh. Terdiri atas kelenjar tiroid, kelenjar hipofisa/putuitari,
kelenjar pankreas, kelenjar kelamin, kelenjar suprarenal, kelenjar paratiroid dan kelenjar
buntu. Beberapa dari organ endokrin ada yang menghasilkan satu macam hormon
(hormon tunggal) disamping itu juga ada yang menghasilkan lebih dari satu macam
hormon atau hormon ganda misalnya kelenjar hipofise sebagai pengatur kelenjar yang
lain.
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan
fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan
homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat
dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise
posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau
diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.
Bila sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja
melalui neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf. kelenjar endokrin
melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah . Kelenjar endokrin ini termasuk hepar,
pancreas (kelenjar eksokrin dan endokrin), payudara, dan kelenjar lakrimalis untuk air
mata. Sebaliknya, Kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya kedalam duktus pada
permukaan tubuh, sepertikulit, atau organ internal, seperti lapisan traktusintestinal.
Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam darah
bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh.
Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam
batas-batas yang tepat. Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan
lebih banyak atau lebih sedikit hormon.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario
SISTEM ENDOKRIN
Seorang wanita berusia 28tahun tinggal di daerah edemis datang ke poliklinik penyakit
dalam dengan keluhan benjolan di leher sejak lima tahun yang lalu. Dua tahun yang lalu,
penderita berobat ke puskesmas karena benjolan leher depan makin membesar , badan
panas dan nyeri, oleh dokter dikatakan kemungkinan menderita thyroiditis. Satu bulan
ini, penderita merasakan banyak keringat, suka hawa dingin, sering berdebar-debar , dan
kedua tangan gemeteran bila memegang sesuatu. Tetangganya juga memiliki anak laki-
laki usia 10 tahun menderita cretinism dan keliatan kecil . pendidikannya masih di
sekolah dasar kelas dua karena sering tidak naik kelas.
Hasil pemeriksaan didapatkan nadi 110 kali/menit dan matanya terlihat exopthalamus .
hasil pemeriksaan fisik: benjolan dileher konsistensi lunak, tidak nyeri, dan mudah
digerakkan. Hasil pemeriksaan laboratorium : TSHs < 0,005 IU/ml , FT4 = 20 pg/dl
dokter perhitungan indeks wayne dan indeks New Castel di atas normal . penderita
disarankan untuk melakukan pemeriksaan iodium radioaktif dan fine needle
aspirationbiopsy , tapi menolak disarankan untuk control rutin tiap bulan.
Setelah berobat selama satu tahun, karena benjolan tersebut dirasa mengurangi
kecantikannya penderita ingin penyakitya dioperasi. Namun setelah diberitahu bahwa
operasi dapat berefek samping berupa hypotiroid , hypoparatiroid, hyperparatiroid, dan
krisistiroid , penderita memutuskan membatalkan operasinya.
2.2 Step 1
2.2.1 Mencari Istilah yang Kurang Dimengerti
1. Tiroitis adalah radang kelenjar tiroid
2. Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang dihubungkan dengan
iritasi atau inflamasi jarring
3. Kreatinism adalah pertahanannya pertumbuhan fisik dan mental dengan
distrofi tulang dan jaringan lunak akibat tidak adanya sekresi tiroid secara
kongenital
4. Endemis adalah terdapat atau biasanya prevalen di dalam kopulasi setiap saat
5. Ekshoptalmus adalah kondisi yang mana salah satu atau kedua bola mata
menonjol keluar , hal ini disebabkan oleh pembengkakan dari jaringan halus
dalam kantung mata
6. Propranolol adalah bahan pemblok betanergik yang digunakan untuk
hipertensi , aritmia , agina pectoris, hipertensi porta
7. TSHs adalah pemeriksaan menggunakan sempel darah dilengan untuk
megukur konsentrasi thyroid stimulating hormone ( TSH dalam darah )
8. FT4 adalah pemeriksaan menggunakan sampel darah vena dilengan untuk
mengukur kosentrasi thyroine (T4) dalam bentuk bebas dalam darah
9. FT3 adalah pemeriksaan menggunakan sampel darah vena dilengan untuk
mengukur kosentrasi trilodothyronine (T3) dalam bentuk bebas dalam darah
10. Iodium radioaktif adalah suatu senyawa iodium yang banyak terkandung
didalam makanan
11. Fine needle aspirationbiopsy (FNAB) adalah suatu metode atau tindakan
pengambilan sebagian jaringan tubuh manusia dengan suatu alat aspirator
berupa jarum suntik yang bertujuan untuk membantu diagnosis berbagai
penyakit tumor
12. Antithyroid adalah obat untuk melawan fungsi tiroid khususnya pada sintesis
hormone thyroid
13. Propoitiourasil adalah obat antithyroid untuk hipertiroidisme
14. Hypotiroid adalah kondisi berkurangnya produksi hormone tiroid
15. Hypoparatiroid adalah kelainan langka berupa rendahnya jumlah hormone
paratiroid (parathyroid hormone atau PTH) yang dihasilkan didalam tubuh
16. Hyperparatiroid adalah aktivitas kelenjar paratiroid yang berlebihan kondisi
ketika kelejar paratiroid yang terletak dalam memproduksi terlalu banyak
hormone paratiroid
17. Krisistiroid adalah suatu keadaan klinis hipertiroidisme yang paling berat dan
mengancam jiwa
18. Ideks wayne da indeks new castel untuk penapisan kasus hipertiroid
2.3 Step 2
2.3.1 Identifikasi Masalah
1. Apa yang menyebabkan pasien mengalami thyroiditis ?
2. Apa yang meyebabkan pasien mengalami dalam 1 bulan ini merasakan
banyak keringat , suka hawa dingin, sering berdebar-debar dan tangan gemetar
bila memegang sesuatu ?
3. Apa yang menyebabkan anak tetangga pasien menderita cretinism dan
kelihata kecil ?
4. Apa yang menyebabkan nadi pasien meningkat (110 x/menit) ?
5. Apa yang menyebabkan mata pasien mengalami cexopthalamus?
6. Mengapa dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil : benjolan dileher ,
konsistensi lunak ?
7. Apakah dari pemeriksaan laboratorium normal ?
8. Mengapa dokter memberikan obat antithyroid , propoiltiourasi 3x200 mg dan
propanol 3x10 mg
Bagaimana cara menghitung indeks wayne dan indeks new castel ?
9. Mengapa pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan iodium radioaktif
dan fine needle aspirationbiopsy ?
10. Apa yang menyebabkan operasi berefek samping hypotiroid , hypoparatiroid,
hyperparatiroid dan krisistiroid ?
2.4 Step 3
2.4.1 Analisa masalah
1. Disebabkan karena sistem kekebalan tubuh menyerang seltiroid sehingga
menyebabkan pembengkakan kelenjar tiroid yang dipilih oleh infeksi virus
2. Pada penderita tiroiditis ditandai dengan gejala sensitive terhadap panas ,
sehingga mengeluar cairan berlebihan rasa berdebar-debar diakibatkan
peningkatan kerja jantung sehingga mengakibatkan tagan tremor
3. Disebabkan karena kekurangan yodium , dan terjadi pada anak-anak yang
kekurangan hormone thyroid
4. Nadi meningkat diakibatkan karena kerja jantung meningkat , kondisi yang
memicu nadi meningkat seperti : stress panas dan efek obat tertentu
5. Disebabkan oleh pembengkakan bola mata sehingga bola mata terdorong
keluar dan disebabkan aktivitas berlebih pada kelenjar tiroid
6. Disebabkan oleh pembengkakan pada kelenjar thyroid sehingga
menimbulkan adanya massa lunak pada leher
7. Untuk hasil pemeriksaan laboratorium kemungkinan hasilnya ada beberapa
yang tidak normal
8. Karena adanya masalah pada kelenjar thyroid
9. Pemeriksaan iodium radioaktif dilakukan untuk menilai senyawa iodium
yang didalam tubuh. Pemeriksaan fine needle aspirationbiopsy dilakukan
untuk mengetahui adanya tumor untuk tidak akibat benjolan dileher pasien
10. Jika dilakukan operasi pada benjolan dileher akan mengakibatkan fungsi
kelenjar thyroid terganggu
2.5 Step 4
2.5.1 Hipotesis Masalah
Sistem endokrin
Kelenjar thyroid
1. thyroiditis
2. criatinism
5. hyperparatiroid
6. krisistiroid
2.6 Step 5
2.6.2 Tujuan pembelajaran
1. Mahasiswa mampu memahami tentang anatomi dan fisiologi kelenjar thyroid
2. Mahasiswa mampu memahami tentang gangguan pada kelenjar thyroiditis
3. Mahasiswa mampu memahami tentang pemeriksaan pada kelenjar thyroiditis
4. Mahasiswa mampu memahami dan membuat asuhan keperawatan teori pada
thyroiditis
2.7 Step 6
2.7.1 Referensi
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR TIROID
1. pengertian anatomi kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid mulai terlihat terbentuk pada janin berukuran 3,4-4 cm,
yaitu pada akhir bulan pertama kehamilan. Kelenjar tiroid berasal dari
lekukan faring antara branchial pouch pertama dan kedua. Dari bagian
tersebut timbul divertikulum, yang kemudian membesar, tumbuh ke arah
bawah mengalami decencus dan akhirnya melepaskan diri dari faring.
Sebelum lepas, berbentuk sebagai duktus tiroglosus, yang berawal dari
foramen sekum di basis lidah. Pada umumnya duktus ini akan
menghilang setelah dewasa, tetapi pada beberapa keadaan masih
menetap, atau terjadi kelenjar disepanjang jalan ini, yaitu antara letak
kelenjar yang seharusnya dengan basis lidah. Dengan demikian sebagai
kegagalan desensus atau menutupnya duktus akan ada kemungkinan
terbentuk kelenjar tiroid yang abnormal , persistensi duktus tiroglosus,
tiroid lingual, tiroid servikal, sedangkan desensus yang terlalu jauh akan
memberikan tiroid substernal. Branchial pouch keempat pun ikut
membentuk bagian kelenjar tiroid dan merupakan asal sel-sel
parafolikuler atau sel C yang memproduksi kalsitonin
Kelenjar tiroid terletak di bagian bawah leher, terdiri atas dua lobus, yang
dihubungkan oleh ismus sehingga bentukya menyerupai kupu-kupu atau
huruf H, dan menutupi cincin trakea 2 dan 3. Pada usia dewasa berat
kelenjar ini kira-kira 20 gram. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar
ini pada fasia pretrakea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu
diikuti dengan gerakan terangkatnya kelenjar kearah kranial. Sifat inilah
yang digunakan di klinik untuk menentukan apakah suatu bentukan di
leher berhubungan dengan kelenjar tiroid atau tidak. Pengaliran darah ke
kelenjar berasal dari a. Tiroidea superior dan a. Tiroidea inferior.
Ternyata setiap folikel tiroid diselubungi oleh jala-jala kapiler, dan jala-
jala limfatik, sedangkan sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular.
Pembuluh getah bening kelenjar tiroid berhubungan secara bebas dengan
pleksus trakealis. Selanjutnya dari pleksus ini kearah nodus prefaring
yang tepat berada diatas ismus serta ke kelenjar getah bening pretrakealis,
sebagian lagi bermuara di kelenjar getah bening brakiosefalikus.
Hubungan getah bening ini penting untuk menduga penyebaran
keganasan yang berasal dari tiroid.
Kelenjar tiroid dapat terbagi menjadi dua lobus, yaitu lobus kiri dan lobus
kanan. Struktur yang menghubungkan kedua lobus ini disebut isthmus.
Masing masing lobus panjangnya sekitar 5 cm, lebar sekitar 3 cm dan
memiliki ketebalan sekitar 2 cm, sedangkan isthmusnya memiliki
panjang dan lebar sekitar 1,25 cm
b. Sel Folikular
Inti dari folikel tiroid diselimuti oleh lapisan sel yang disebut
follicular sel. Ketika distimulasi oleh Thyroid Stimulating Hormon
(TSH), maka mereka akan mesekresikan hormon tiroid T3 dan T4.
Bentuk dari follicular sel bermacam macam tergantung dari
keaktifannya, ada yang berbentuk datar, kuboid, atau kolumnar.
c. Sel Parafolikular
Sel parafolikular atau juga yang sering disebut dengan “sel C”,
merupakan sel minoritas yang memproduksi kalsitonin. Kalsitonin
ini berperan dalam homeostasis kalsium.
Ada dua bentuk hormon tiroid yang dapat ditemukan dalam tubuh, yaitu :
a. Tiroksin (T4)
b. Tri-iodothyronin (T3)
Jika sel-sel bekerja lebih keras, maka organ tubuh akan bekerja lebih
cepat. Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan
iodium yaitu elemen yang terdapat di dalam makanan dan air. Iodium
diserap oleh usus halus bagian atas dan lambung, dan kira-kira sepertiga
hingga setengahnya ditangkap oleh kelenjar tiroid, sedangkan sisanya
dikeluarkan lewat air kemih. Hormon tiroid dibentuk melalui penyatuan
satu atau dua molekul iodium ke sebuah glikoprotein besar yang disebut
tiroglobulin yang dibuat di kelenjar tiroid dan mengandung asam amino
tirosin. Kompleks yang mengandung iodium ini disebut iodotirosin.
1. Trapping
Proses ini terjadi melalui aktivitas pompa iodida yang terdapat pada
bagian basal sel folikel. Dimana dalam keadaan basal, sel tetap
berhubungan dengan pompa Na/K tetapi belum dalam keadaan aktif.
Pompa iodida ini bersifat energy dependent dan membutuhkan ATP.
Daya pemekatan konsentrasi iodida oleh pompa ini dapat mencapai
20-100 kali kadar dalam serum darah. Pompa Na/K yang menjadi
perantara dalam transport aktif iodida ini dirangsang oleh TSH.
2. Oksidasi
Sebelum iodida dapat digunakan dalam sintesis hormon, iodida
tersebut harus dioksidasi terlebih dahulu menjadi bentuk aktif oleh
suatu enzim peroksidase. Bentuk aktif ini adalah iodium. Iodium ini
kemudian akan bergabung dengan residu tirosin membentuk
monoiodotirosin yang telah ada dan terikat pada molekul
tiroglobulin (proses iodinasi). Iodinasi tiroglobulin ini dipengaruhi
oleh kadar iodium dalam plasma. Sehingga makin tinggi kadar
iodium intrasel maka akan makin banyak pula iodium yang terikat
sebaliknya makin sedikit iodium di intra sel, iodium yang terikat
akan berkurang sehingga pembentukan T3 akan lebih banyak
daripada T4.
3. Coupling
Dalam molekul tiroglobulin, monoiodotirosin (MIT) dan
diiodotirosin (DIT) yang terbentuk dari proses iodinasi akan saling
bergandengan (coupling) sehingga akan membentuk triiodotironin
(T3) dan tiroksin (T4). Komponen tiroglobulin beserta tirosin dan
iodium ini disintesis dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi
molekul tirosin yang terikat pada ikatan di dalam tiroglobulin.
Tiroglobulin dibentuk oleh sel-sel tiroid dan dikeluarkan ke dalam
koloid melalui proses eksositosis granula
4. Penimbunan (storage)
Produk yang telah terbentuk melalui proses coupling tersebut
kemudian akan disimpan di dalam koloid. Tiroglobulin (dimana di
dalamnya mengandung T3 dan T4), baru akan dikeluarkan apabila
ada stimulasi TSH.
5. Deiodinasi
Proses coupling yang terjadi juga menyisakan ikatan iodotirosin.
Residu ini kemudian akan mengalami deiodinasi menjadi
tiroglobulin dan residu tirosin serta iodida. Deiodinasi ini
dimaksudkan untuk lebih menghemat pemakaian iodium.
6. Proteolisis
TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior akan merangsang
pembentukan vesikel yang di dalamnya mengandung tiroglobulin.
Atas pengaruh TSH, lisosom akan mendekati tetes koloid dan
mengaktifkan enzim protease yang menyebabkan pelepasan T3 dan
T4 serta deiodinasi MIT dan DIT.
2. Klasifikasi
a. Tiroiditis Akut
Merupakan kelainan langka yang disebabkan oleh infeksi
bakteri, jamur, mikrobakteri atau parasit pada kelenjar tiroid.
Stapilokokus aureus atau jenis stafilokokus lain merupakan
penyebab yang paling sering dijumpai. Secara khas, penyakit
ini menyebabkan nyeri serta pembengkakan leher pada bagian
anterior, panas, disfagia, dan dispocia. Faringitis atau gejala
sakit leher sering ditemukan. Pemeriksaan dapat menunjukkan
rasa hangat, eritema (kemerahan) dan nyeri tekan pada kelenjar
tiroid. Tetapi tiroiditis akut mencakup pemberian preperat
antibiotik dan penggantian cairan. Tindakan insisi dan drainase
diperlukan jika terdapat abses.
3. Etiologi
Etiologi dari tiroiditis dibagi berdasarkan klasifikasi:
a. Tiroiditis subakut
Yang jelas sampai sekarang tidak diketahui, pada umumnya
diduga oleh virus. Pada beberapa kasus dijumpai antibody
autoimun.
c. Tiroiditis hashimoto
Untuk alasan yang tidak diketahui, tubuh melawan dirinya
sendiri dalam suatu reaksi autoimun,
membentuk antibodi yang menyerang kelenjar tiroid.
Penyakit ini 8 kali lebih sering terjadi pada wanita dan bisa
terjadi pada orang-orang yang memiliki
kelainan kromosom tertentu, seperti sindroma Turner,
sindroma Down dan sindroma Kleinefelter.
5. Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah mengembalikan inflamasi. Secara umum,
preparat anti-inflamasi konsteroid (NSAID) digunakan untuk
menguirangi rasa sakit pada leher, panggunaan asam asetil
salisilat (aspirin) perlu dihindari bila gejala hipertiroidisme
timbul, karena aspirin akan mengusir hormon tiroid dari tempat
penyikatannya hingga meningkatkan jumlah hormon tersebut
dalam darah. Preparat penyekat beta dapat digunakan untuk
mengendalikan gejala hipertiroidisme. Preparat antitiroid yg akan
menyekat sintetis T3 dan T4 efektif untuk mengobati tiroiditis
karena tirotoksikosis, yang menyertai keadaan ini, terjadi akibat
pelepasan hormon tiroid yang tersimpan dan bukan akibat
peningkatan siufesisunya, pada kasus-kasus yang lebih berat,
preparat kortikostroid oral kadang-kadang dapat diresepkan untuk
meredakan rasa nyeri dan mengurangi pembengkakan.
6. Pemeriksaan penunjang
a. T4 dan T3 serum
b. Tiroksin bebas
c. Kadar TSH serum
d. Ambilan isodium radioskopi
Pemeriksaan fungsi tiroid dapat dilakukan pada tingkat
hipotalamus, hipofise, tiroid, serum atau jaringan
perifer.Pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah
pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum dan T3 resin uptake.
Pemeriksaan T3 resin uptake dilakukan untuk menilai perubahan
konsentrasi protein serum yang dapat merubah ikatan T3 dan T4,
T4 merupakan hormon yang lebih poten. Perubahan tiroxine-
binding globulin (TBG) dan prealbumin dapat merubah
konsentrasi T4 bebas, dan sedikit merubah T3.
7. Komplikasi
a. Hipotiroidisme & Hipertiroidisme
b. Kerusakan pita suara (bisu)
c. DM tipe 1
d. Penyakit Addison
e. Leukemia
f. Sklerosis multiple
g. Kanker gastrik
B). Hipotiroid
1. Definisi
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh
produksi hormon tiroid yang rendah. Ada banyak kekacauan-
kekacauan yang berakibat pada hipotiroid. Kekacauan-
kekacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung
melibatkan kelenjar tiroid. Karena hormon tiroid
mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak
proses-proses sel, hormon tiroid yang tidak memadai
mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang meluas untuk
tubuh.
2. Etiologi
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang sangat umum.
Diperkirakan bahwa 3% sampai 5% dari populasi mempunyai
beberapa bentuk hipotiroid. Kondisi yang lebih umum terjadi
pada wanita dari pada pria dan kejadian-kejadiannya
meningkat sesuai dengan umur.
4. Gejala-Gejala Hipotiroid
Gejala-gejala hipotiroid adalah seringkali tidak kelihatan. Mereka
tidak spesifik (yang berarti mereka dapat meniru gejala-gejala dari
banyak kondisi-kondisi lain) dan adalah seringkali dihubungkan
pada penuaan. Pasien-pasien dengan hipotiroid ringan mungkin
tidak mempunyai tanda-tanda atau gejala-gejala. Gejala-gejala
umumnya menjadi lebih nyata ketika kondisinya memburuk dan
mayoritas dari keluhan-keluhan ini berhubungan dengan suatu
perlambatan metabolisme tubuh.
Gejala-gejala umum sebagai berikut:
a) Kelelahan
b) Depresi
c) Kenaikkan berat badan
d) Ketidaktoleranan dingin
e) Ngantuk yang berlebihan
f) Rambut yang kering dan kasar
g) Sembelit
h) Kulit kering
i) Kejang-kejang otot
j) Tingkat-tingkat kolesterol yag meningkat
k) Konsentrasi menurun
l) Sakit-sakit dan nyeri-nyeri yang samar-samar
m) Kaki-kaki yang bengkak
n) Ketika penyakit menjadi lebih berat, mungkin ada bengkak-
bengkak disekeliling mata, suatu denyut jantung yang
melambat, suatu penurunan temperatur tubuh, dan gagal
jantung. Dalam bentuknya yang amat besar, hipotiroid yang
berat mungkin menjurus pada suatu koma yang mengancam
nyawa (miksedema koma). Pada seorang yang mempunyai
hipotiroid yang berat, suatu miksedema koma cenderung
dipicu oleh penyakit-penyakit berat, operasi, stres, atau luka
trauma.
o) Kondisi ini memerlukan opname (masuk rumah sakit) dan
perawatan segera dengan hormon-hormon tiroid yang
diberikan melalui suntikan di diagnosis secara benar,
hipotiroid dapat dengan mudah dan sepenuhnya dirawat
dengan penggantian hormon tiroid. Pada sisi lain, hipotiroid
yang tidak dirawat dapat menjurus pada suatu pembesaran
jantung (cardiomyopathy), gagal jantung yang memburuk,
dan suatu akumulasi cairan sekitar paru-paru (pleural
effusion).
5. Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid
atau gangguan pada respon jaringan terhadap hormon tiroid.
Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut :
a) Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH)
yang merangsang hipofisis anterior.
b) Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating
Hormone = TSH) yang merangsang kelenjar tiroid.
c) Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin =
T3 danTetraiodothyronin = T4 = Thyroxin) yang merangsang
metabolisme jaringan yang meliputi: konsumsi oksigen,
produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme protrein,
karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja daripada
hormon-hormon lain.
Hipotiroid dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,
atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar
tiroid, maka kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan
kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negatif oleh
HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus.
6. Gambaran Klinis
a) Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang
canggung lambat
b) Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung
(jantung miksedema), dan penurunan curah jantung.
c) Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata
dan di pergelangan kaki.
d) Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan
kalori, penurunan nafsu makan dan penyerapan zat gizi dari
saluran cema
e) Konstipasi
f) Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi
g) Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang
tipis dan rapuh
7. Pemeriksaan Diagnostik
a) Untuk mendiagnosis hipotiroidisme primer, kebanyakan
dokter hanya mengukur jumlah TSH (Thyroid-stimulating
hormone) yang dihasilkan oleh kel. hipofisis.
b) Level TSH yang tinggi menunjukkan kelenjar tiroid tidak
menghasilkan hormon tiroid yg adekuat (terutama tiroksin(T4)
dan sedikit triiodotironin(fT3).
c) Tetapi untuk mendiagnosis hipotiroidisme sekunder dan tertier
tidak dapat dgn hanya mengukur level TSH.
d) Oleh itu, uji darah yang perlu dilakukan (jika TSH normal dan
hipotiroidisme masih disuspek), sbb:
1. free triiodothyronine (fT3)
2. free levothyroxine (fT4)
3. total T3
4. total T4
5. 24 hour urine free T3
8. Penatalaksanaan Medis dan Komplikasi
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang
ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme
termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia,
hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma. Kematian
dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua
gejala. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem),
hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.
2. Etiologi Hipoparatiroidisme
Hipoparatiroidisme dapat bersifat akut atau kronis dan bisa
diklasifikasikan sebagai kelainan idiopatik atau didapat
(akuisitas). Keadaan yang mungkin menyebabkan
hipoparatiroidisme meliputi:
a. Pankreatitis akut atau malabsorbsi
b. Gagal ginjal
c. Osteomalasia
d. Gangguan genetik autoimun atau kondisi konginetal tidak
adanya kelenjar paratiroid (idiopatik)
e. Secara tidak sengaja terjadi pengangkatan atau cedera
kelenjar paratiroid (idiopatik) ketika dilakukan tiroidektomi
atau pembedahan leher lain atau kadang-kadang radiasi
yang masif pada kelenjar paratiroid (akuisitas)
f. Infark iskemik kelenjar paratiroid selama pembedahan,
amiloidosis, neoplasma, atau trauma (akuisitas)
g. Kerusakan sintesis dan pelepasan hormon akibat
hipomaknesemia, supresif fungsi kelenjar yang normal
akibat hiperkalsemia, dan keterlambatan maturasi fungsi
paratiroid (akuisitas).
3. Patofisiologi Hipoparatiroidisme
Gejala hipoparatiroidisme disebabkan oleh defisiensi
parathormon yang menyebabkan kenaikkan kadar fosfat
darah (hiperfosfatemia) dan penurunan konsentrasi kalsium
darah (hipokalsemia). Tanpa adanya parathormon akan
terjadi penurunan absorpsi intestinal kalsium dari makanan
dan penurunan resorpsi kalsium dari tulang dan sepanjang
tubulus renalis. Penurunan ekskresi fosfat melalui ginjal
menyebabkan hipofosfaturia, dan kadar kalsium serum
yang rendah mengakibatkan hipokalsiuria (Smeltzer, 2002).
6. Penatalaksanaan Hipoparatiroidisme
Tujuan terapi pada pasien hipoparatiroidisme adalah untuk
menaikkan kadar kalsium serum sampai 9 hingga 10 mg/dl
(2,2 hingga 2,5 mmol/L) dan menghilangkan gejala
hipoparatiroidisme dan hipokalsemia. Penatalaksanaan
pada pasien hipoparatiroidisme, antara lain:
a) Penyuntikan segera garam kalsium secara IV, seperti
larutan kalsium glukonat 10% untuk meningkatkan
kadar kalsium serum terionisasi (tetani akut yang
mengancam nyawa pasien). Jika terapi ini tidak
segera menurunkan iritabilitas neuromuskuler dan
serangan kejang, preparat sedatid seperti
pentobarbital dapat diberikan (Smeltzer, 2002)
b) Bernapas di dalam kantung kertas dan menghirup gas
CO2 yang dihembuskan pasien sendiri akan
menimbulkan asidosis respiratorik ringan yang
meningkatkan kadar kalsium serum (pasien yang
sadar dapat bekerja sama)
c) Pemberian sedatif dan antikonvulasan untuk
mengendalikan spasme sampai kadar kalsium
meningkat
d) Peningkatan asupan kalsium dari makanan
e) Terapi rumatan dengan pemberian suplemen kalsium
dan vitamin D per oral (tetani kronis)
f) Pemberian suplemen vitamin D dan kalsium, karena
absorbsi kalsium dalam usus halus memerlukan
keberadaan vitamin D (terapi penyakit yang
reversibel dan biasanya harus dilakukan seumur
hidup)
g) Pemberian kalsitriol (Calcijex, Rocaltrol) jika ada
gangguan hepar atau renal yang membuat pasien tidak
toleran terhadap vitamin D
h) Pemberian preparat parathormon parenteral dapat
dilakukan untuk mengatasi hipoparatiroidisme akut
disertai tetanus. Pasien yang mendapatkan
parathormon memerlukan pemantauan akan adanya
perubahan kadar kalsium serum dan reaksi alergi
7. Komplikasi Hipoparatiroidisme
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita
hipoparatiroidisme, meliputi:
a) Aritmia jantung, gagal jantung
b) Katarak
c) Kalsifikasi ganglia basalis
d) Pertumbuhan yang terhenti, malformasi gigi, dan
retardasi mental
e) Gejala parkinson
D). Hyperparatiroidisme
1. Definisi
Hiperparatiroidisme adalah berlebihnya produksi hormon
paratiroid oleh kelenjar paratiroid ditandai dengan dekalsifikasi
tulang dan terbentuknya batu ginjal yang mengandung kalsium.
Hiperparatiroidisme dibagi menjadi 2, yaitu
hiperparatiroidisme primer dan sekunder. Hiperparatiroidisme
primer terjadi dua atau tiga kali lebih sering pada wanita
daripada laki-laki dan pada pasien-pasien yang berusia 60-70
tahun. Sedangkan hiperparatiroidisme sekunder disertai
manifestasi yang sama dengan pasien gagal ginjal kronis.
Rakitisi ginjal akibat retensi fosfor akan meningkatkan
stimulasi pada kelenjar paratiroid dan meningkatkan sekresi
hormon paratiroid. (Brunner & Suddath, 2001).
2. Klasifikasi
a) Hiperparatiroidisme primer (Primary hyperparathyroidism)
Kebanyakan orang yang menderita hiperparatiroidisme
primer mempunyai konsentrasi serum hormon paratiroid
yang tinggi. Kira-kira 85% dari keseluruhan hiperparatiroid
primer disebabkan oleh adenoma tunggal. Sedangkan 15%
lainnya melibatkan berbagai kelenjar (contoh berbagai
adenoma atau hiperplasia). Sedikit hiperparatiroidisme
utama disebabkan oleh paratiroid karsinoma.
b) Hiperparatiroidisme sekunder (Secondary
hyperparathyroidisme)
Hiperparatiroidisme sekunder adalah produksi hormon
paratiroid yang berlebihan kerana rangsangan produksi
yang tidak normal. Secara khusus, kelainan ini berkaitan
dengan kegagalan ginjal akut. Penyebab umum lainnya
adalah disebabkan oleh kekurangan vitamin D.
4. Etiologi
Menurut Lawrence Kim, MD. 2005, etiologi hiperparatiroid yaitu:
a) Kira-kira 85% dari kasus hiperparatiroid primer disebabkan
oleh adenoma tunggal.
b) Sedangkan 15% lainnya melibatkan berbagai kelenjar
(contoh berbagai adenoma atau hyperplasia).Biasanya
herediter dan frekuensinya berhubungan dengan kelainan
endokrin lainnya.
c) Sedikit kasus hiperparatiroidisme utama disebabkan oleh
paratiroid karsinoma. Etiologi dari adenoma dan hyperplasia
pada kebanyakan kasus tidak diketahui. Kasus keluarga
dapat terjadi baik sebagai bagian dari berbagai sindrom
endrokin neoplasia, syndrome hiperparatiroid tumor atau
hiperparatiroidisme turunan. Familial hypocalcuric dan
hypercalcemia dan neonatal severe hyperparathyroidism
juga termasuk kedalam kategori ini.
d) Beberapa ahli bedah dan ahli patologis melaporkan bahwa
pembesaran dari kelenjar yang multiple umumnya jenis
adenoma yang ganda. Pada ± 15 % pasien semua kelenjar
hiperfungsi; chief cell parathyroid hyperplasia
5. Patofisiologi
Hiperparatiroidisme dapat bersifat primer (yaitu yang disebabkan
oleh hiperplasia atau neoplasma paratiroid) atau sekunder, dimana
kasus biasanya berhubungan dengan gagal ginjal kronis.
6. Manifestasi Klinis
Pasien mungkin tidak atau mengalami tanda-tanda dan gejala
akibat terganggunya beberapa sistem organ. Gejala apatis,
keluhan mudah lelah, kelemahan otot, mual, muntah, konstipasi,
hipertensi dan aritmia jantung dapat terjadi; semua ini berkaitan
dengan peningkatan kadar kalsium dalam darah. Manifestasi
psikologis dapat bervariasi mulai dari emosi yang mudah
tersinggung dan neurosis hingga keadaan psikosis yang
disebabkan oleh efek langsung kalsium pada otak serta sistem
saraf. Peningkatan kadar kalsium akan menurunkan potensial
eksitasi jaringan saraf dan otot.
Gejala muskuloskeletal yang menyertai hiperparatiroidisme dapat
terjadi akibat demineralisasi tulang atau tumor tulang, yang
muncul berupa sel-sel raksasa benigna akibat pertumbuhan
osteoklast yang berlebihan. Pasien dapat mengalami nyeri skeletal
dan nyeri tekan, khususnya di daerah punggung dan persendian;
nyeri ketika menyangga tubuh; fraktur patologik; deformitas; dan
pemendekkan badan. Kehilangan tulang yang berkaitan dengan
hiperparatiroidisme merupakan faktor risiko terjadinya fraktur.
7. Komplikasi
a) Peningkatan ekskresi kalsium dan fosfor
b) Dehidrasi
c) Batu ginja
d) Hiperkalsemia
e) Osteoklastik
f) Osteitis fibrosa cystica
8. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4),
TSH, dan TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan
lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau
kelenjar tiroid.
b) Bebas T4 (tiroksin)
c) Bebas T3 (triiodotironin)
d) Kalsium serum meninggi
e) Fosfat serum rendah
f) Fosfatase alkali meninggi
g) Kalsium dan fosfat dalam urin bertambah
h) Rontgen
9. Penatalaksanaan
a) Kausal: Tindakan bedah, ekstirpasi tumor.
b) Simptomatis: Hiperkalsemia ringan (12 mgr % atau 3
mmol / L) dan Hidrasi dengan infuse
c) Sodium chloride per os
d) Dosis-dosis kecil diuretika (furosemide) Hiperkalsemia
berat (> 15 mgr % atau 3,75 mmol / L):
e) Koreksi (rehidrasi) cepat per infuse
f) Forced diuresis dengan furosemide
g) Plicamycin (mitramcin) 25 ug / kg BB sebagai bolus atau
infus perlahn-lahan (1-2 kali seminggu)
h) Fosfat secara intravena (kalau ada indikasi)
i) Dialysis peritoneal, kalau ada insufisiensi ginjal
2. Etiologi
Etiologi krisis tiroid sampai saat ini belum banyak diketahui.
Namun ada tiga mekanisme fisiologis yang diketahui dapat
mengakibatkan krisis tiroid, yaitu :
a. Pelepasan seketika hormone tiroid dalam jumlah yang besar.
Pelepasan tiba-tiba hormon tiroid diduga dapat menyebabkan
manifestasi hipermetabolik yang terjadi selama krisis tiroid,
namun analisis laboratorium T3 & T4 mungkin tidak nyata
dalam fenomena ini.
b. Hiperaktivitas adrenegik.
Telah banyak diketahui bahwa hormon tiroid dan
katekolamin saling mempengaruhi satu sama lain. Walaupun
masih belum pasti apakah efek hipersekresi hormon tiroid
atau peningkatan kadar katekolamin menyebabkan
peningkatan sensitivitas dan fungsi organ efektor. Namun
interaksi tiroid katekolamin dapat mengakibatkan
peningkatan kecepatan reaksi kimia, meningkatkan konsumsi
nutrien dan oksigen, meningkatkan produksi panas,
perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit, dan status
katabolik.
5. Komplikasi
Komplikasi dapat ditimbulkan dari tindakan bedah, yaitu antara
lain hipoparatiroidisme, kerusakan nervus laringeus rekurens,
hipotiroidisme pada tiroidektomi subtotal atau terapi RAI,
gangguan visual atau diplopia akibat oftalmopati berat,
miksedema pretibial yang terlokalisir, gagal jantung dengan curah
jantung yang tinggi, pengurangan massa otot dan kelemahan otot
proksimal. Hipoglikemia dan asidosis laktat adalah komplikasi
krisis tiroid yang jarang terjadi. Sebuah kasus seorang wanita
Jepang berusia 50 tahun yang mengalami henti jantung satu jam
setelah masuk rumah sakit dilakukan pemeriksaan sampel darah
sebelumnya.
1. Definisi
Penyakit tiroid adalah berbagai gangguan atau masalah yang terjadi
pada kelenjar tiroid. Kelenjar yang terletak di bawah jakun ini
bertugas mengatur berbagai sistem metabolisme dalam tubuh
sehingga perannya sangat penting bagi manusia. Kinerja kelenjar
tiroid dikendalikan oleh otak, tepatnya oleh kelenjar hipofisis
(pituitary) dan hipotalamus. Ketika tubuh mengalami kekurangan
atau kelebihan hormon tiroid, otak akan merangsang kelenjar tiroid
untuk menyesuaikan kinerjanya agar kadar hormon tersebut
kembali seimbang
2. Penyebab Penyakit Tiroid
Kadar hormon tiroid yang terlalu tinggi atau terlalu rendah yang
terjadi dalam sebagian besar kasus penyakit tiroid, dapat dipicu oleh
berbagai faktor seperti:
1. Masal pada kelenjar hipofisis atau hipotalamus di otak.
2. Kelenjar tiroid yang rusak, misalnya karena pajanan radiasi.
3. Pengaruh obat yang mengandung litium (Li).
4. Operasi pengangkatan kelenjar tiroid.
5. Kadar iodin yang berlebihan dalam tubuh
a) Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah kondisi ketika jumlah hormon tiroksin
yang diproduksi oleh kelenjar tiroid terlalu sedikit, sehingga
tubuh mengalami defisiensi. Kondisi ini lebih sering dialami
oleh wanita (terutama lansia di atas 60 tahun) dan memiliki
gejala-gejala umum seperti: konstipasi, kulit kering, lebih
sensitif terhadap hawa dingin, kelelahan, lemas, serta kenaikan
berat badan tanpa sebab yang jelas.
b) Hipertiroidisme
Keadaan di mana kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid
yang berlebihan dalam tubuh disebut hipertiroidisme.Penyakit
ini umumnya ditandai dengan detak jantung yang cepat atau
tidak beraturan (dada terasa berdebar), penurunan berat badan
yang cepat, banyak berkeringat, gelisah, serta suasana hati
yang cepat berubah
c) Penyakit gondok
Penyakit gondok adalah pembengkakan kelenjar tiroid yang
terlihat sebagai benjolan di leher.Apabila benjolan tersebut
sudah menekan tenggorokan atau kerongkongan, bisa terjadi
perubahan suara, batuk, kesulitan bernapas dan menelan.
d) Nodul tiroid
Nodul tiroid adalah benjolan padat atau berisi air yang
terbentuk dalam kelenjar tiroid.Benjolan ini dapat berupa
tumor jinak atau kista, dan jumlahnya juga bisa lebih dari
satu.Nodul tiroid jarang menyebabkan gejala, sehingga
umumnya hanya terdeteksi saat penderitanya menjalani
pemeriksaan kesehatan umum.Namun apabila nodul yang
tumbuh berukuran besar, kondisi ini bisa menyebabkan
kesulitan bernapas atau menelan.Terkadang nodul tiroid dapat
memproduksi hormon tiroksin sehingga menimbulkan gejala
hipertiroidisme.
b. Palpasi
Kelenjar tiroid dan testes, dua kelenjar yang dapat diperiksa
melalui rabaan. Pada kondisi normal, kelenjar tiroid tidak
teraba namun isthmus dapat diraba dengan menengadahkan
kepala klien. Lakukan palpasi kelenjar tiroid perlobus dan kaji
ukuran, nodul tinggal atau multipel, apakah ada rasa nyeri pada
saat di palpasi. Pada saat melakukan pemeriksaan, klien duduk
atau berdiri samasaja namun untuk menghindari kelelahan
klien sebaiknya posisi duduk. Untuk hasil yang lebih baik,
dalam melakukan palpasi pemeriksa berada dibelakang klien
dengan posisi kedua ibu jari perawat dibagian belakang leher
dan keempat jari-jari lain ada diatas kelenjar tiroid.
Selain itu, cara palpasi pada kelenjar tiroid ini dilakukan
dengan pendekatan anterior dan posterior yaitu:
a) Pendekatan posterior
1. Perawat meminta klien untuk duduk dengan leher pada
tinggi yang nyaman.
2. Kedua tangan perawat ditempatkan disekeliling leher,
dengan dua jari dari setiap tangan pada kedua sisi
trakea tepat dibawah kartilago krikoid.
3. Pada saat klien menelan, perawat merasakan gerakan
istmus tiroid. Tiroid akan bergerak dibawah jari pada
saat menelan
4. Untuk memeriksa setiap lobus, perawat meminta klien
untuk menelan sementara perawat menggeser trakea
kekiri atau kekanan.
b) Pendekatan anterior
Pada pendekatan ini mengharuskan klien duduk dan
perawat berdiri disampingnya. Dengan menggunakan buku-
buku jari telunjuk dan jari tengah, perawat memalpasi lobus
kiri dengan tangan kanan dan lobus kanan dengan tangan
kiri pada saat klien menelan. jika kelenjar tampak
membesar, perawat menempatkan diafragma stetoskop
diatas tiroid. Jika kelenjar tsb membesar, darah yang
mengalir melewati arteri tiroid bertambah dan akan
terdengar bunyi bruit.
c. Auskultasi
Mendengarkan bunyi tertentu dengan bantuan stetoskop dapat
menggambarkan berbagai perubahan dalam tubuh. Auskultasi
pada daerah leher, diatas kelenjar tiroid dapat
mengidentifikasi“ bruit“. Bruit adalah bunyi yang dihasilkan
oleh karena turbulensi pada pembuluh darah tiroidea. Dalam
keadaan normal, bunyi ini tidak terdengar. Dapat diidentifikasi
bila terjadi peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar tiroid
sebagai dampak peningkatan aktivitas kelenjar tiroid.
Auskultasi dapat pula dilakukan untuk mengidentifikasi
perubahan pada pembuluh darah dan jantung seperti tekanan
darah, ritme dan rate jantung yang dapat menggambarkan
gangguan keseimbangan cairan, perangsangan katekolamin dan
perubahan metabilisme tubuh.
7. Pemeriksaan Tiroid
Triidothyronine (T3) adalah hormon tiroid yang ada dalam darah
dengan kadar yang sedikit yang mempunyai kerja yang singkat dan
bersifat lebih kuat daripada tiroksin (T4). T3 disekresikan atas
pengaruh thyroid stimulating hormone (TSH) yang dihasilkan oleh
kelenjar hipofise dan thyroid–releasing hormone(TRH) yang
dihasilkan oleh hipotalamus. T3 didalam aliran darah terikat
dengan thyroxine binding globulin(TBG) sebanyak 38 – 80%,
prealbumin 9 – 27% dan albumin 11 – 35%. Sisanya sebanyak 0.2
– 0.8% ada dalam bentuk bebas yang disebut free T3. Free T3
meningkat lebih tinggi daripada free T4 pada penyakit graves dan
adenoma toxic. Free T3 dipakai untuk monitoring pasien yang
menggunakan obat anti-tiroid, karena pada pengobatan tersebut,
produksi T3 berkurang dan T4 dikonversi menjadi T3.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Untuk mengutarakan masalah dan keluhan secara lengkap
dianjurkan menggunakan analisa simptoma PQRST.
b. Sirkulasi
Gejala: palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda: disritma (vibrilasi atrium), irama gallop, mur-mur,
peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang
berat.Takikardi saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis
tiroksikosisi).
c. Eliminasi
Gejala : urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam
feces, diare.
d. Integritas ego
Gejala: mengalami stres yang berat (emosional, fisik).
Tanda: emosi labil (euforia sedang sampai delirium),
depresi.
f. Neurosensory
Tanda: bicara cepat dan parau, gangguan status mental,
perilaku (bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang),
tremor halus pada tangan, tanpa tujuan beberapa bagian
tersentak-sentak, hiperaktif refleks tendon dalam (RTP).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri orbital, fotofobia.
h. Pernapasan
Tanda: frekuensi pernapasan meningkat, takipnea, dispea,
edema paru (pada krisis tirotoksikosis).
i. Keamanan
Gejala: tidak toleransi terhadap panas, keringat yang
berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin digunakan
saat pemeriksaan)
Tanda: suhu meningkat di atas 37,4ºC, diaforesis kulit
halus, hangat dan kemerahan
Eksotalus: retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair,
pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yag
menjadi sagat parah.
j. Seksualitas
Tanda: penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan
impoten
4. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan fungsi tiroid dapat dilakukan pada tingkat
hipotalamus, hipofise, tiroid, serum atau jaringan
perifer.Pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah
pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum dan T3 resin uptake.
Pemeriksaan T3 resin uptake dilakukan untuk menilai
perubahan konsentrasi protein serum yang dapat merubah ikatan
T3 dan T4, T4 merupakan hormon yang lebih poten Perubahan
tiroxine-binding globulin (TBG) dan prealbumin dapat merubah
konsentrasi T4 bebas, dan sedikit merubah T3.
A. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan termoregulasi ( hipertermi ) berhubungan dengan
proses infeksi
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
peradangan tiroid
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan intake inadekuat
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot
5. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit berhubungan
dengan kurang terpajan informasi.
6. Gangguan konsep diri (body image) berhubungan dengan
perubahan bentuk mata (exoptalmus)
B. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan termoregulasi ( hipertermi ) berhubungan
dengan proses infeksi
Tujuan:
klien mempertahankan suhu dalam batas normal
dengan kriteria hasil: kulit tidak teraba panas, bibir
lembab, kulit elastis
Intervensi:
a. Bina hubungan therapeutik dengan klien
Rasinonal: meningkatkan kerjasama
b. Kaji penyebab peningkatan termoregulasi
Rasinonal: mengidentifikasi masalah untuk rencana
tindak lanjut
c. Observasi TTV
Rasinonal: mengidentifikasi masalah untuk rencana
tindak lanjut
d. Beri minum air hangat yang cukup / teh hangat
Rasinonal: Meningkatkan evaporasi
e. Berikan pakaian yang tipis
Rasinonal: Menyerap keringat
f. Lakukan kompres hangat
Rasinonal: meningkatkan vasodilatasi
g. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi antipiretik,
antibiotik,
Rasinonal: antipiretik untuk menurunkan panas,
antibiotik untuk membunuh mikroorganisme.
Intervensi:
a. Jelaskan pentingnya diet: lunak, hindari makanan yang
asam, lemak dan membuat jadwal makan yang tepat.
Rasinonal: meningkatkan pengetahuan klien sehingga
dapat bekerja sama
b. Sajikan makanan yang mudah dicerna, pantang lemak,
hangat, tertutup dan beri makan sedikit tapi sering.
Rasinonal: meningkatkan selera makan dan
mengurangi rasa mual.
c. Berikan Diet TKTP
Rasinonal: memenuhi kebutuhan kalori
d. Kolaborasi untuk pemberian obat antihipertiroisme
Rasinonal: mengurangi metabolisme tubuh
Intervensi
a. Ciptakan hubungan saling percaya dengan mendorong
klien untuk membicarakan perasaan tentang dirinya.
Rasinonal: meningkatkan kerjasama mengidentifikasi
masalah
b. Berikan pemahaman tentang keadaan sakit dan
penanganannya
Rasinonal: meningkatkan pengetahuan klien sehingga
dapat bekerja sama
c. Anjurkan pasien untuk menggunakan kaca mata
berwarna gelap
Rasinonal: dapat mengurangi perasaan malu
d. Meningkatkan interaksi sosial dengan cara
menganjurkan pasien untuk menerima pertolongan
dari orang lain
Rasinonal: meningkatkan relasi sosial
e. Mendorong pasien untuk melakukan aktivitas sosial
dan menerima keadaan dirinya.
Rasinonal: meningkatkan rasa percaya diri
Intervensi:
a. Kaji tingkat pendidikan dan persepsi klien dan
keluarga tentang penyakit tyroiditis
Rasinonal: meningkatkan pengetahuan klien sehingga
dan bekerja sam
b. Jelaskan tentang pengertian, penyebab, perjalanan
penyakit, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan
diagnosa, penatalaksanaan penyakit tyroiditis.
Rasinonal: meningkatkan pengetahuan sehingga
dapat bekerjasama
c. Jelaskan tindakan pencegahan .
Rasinonal: meningkatkan pengetahuan agar dapat
merubah pola hidup yang sehat dan dapat minum obat
secara teratur sesuai resep dokter.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem endokrin adalah sistem kelenjar dan struktur lain yang mengeluarkan sekret
internal ( hormon) yang dilepaskan secara langsung ke dalam sistem sirkulasi,
mempengaruhi metabolisme dan proses tubuh lainnya.
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan
fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan
homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat
dibedakan dengan karakteristik tertentu.Sistem endokrin memiliki fungsi untuk
mempertahankan hemoestatis, membantu mensekresikan hormon-hormon yang bekerja
dalam sistem persyarafan, pengaturan pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol
perkembangan seksual dan reproduksi.
Ada berbagai jenis gangguan sistem endokrin seperti Dwarfisme, Gigantisme
(acromegaly) , Penyakit Cushing (Sindrom Cushing), Goiter (gondok),
Diabetes Insipidus, Tumor tiroid, dan lain-lain.
3.2 Saran
Perawat harus mampu memahami tindakan yang tepat pada pasien dengan gangguan
sistem endokrin seperti pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Sangat diharapkan agar terhindar dari alergi dengan menghindari penyebab alergi
misalnya debu, dan makanan yang menyebabkan alergi.
Daftar Pustaka
Ganong, William. Kelenjar Thyroid, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi kedua puluh. 聽
Jakarta, McGraw-Hill & EGC. 2003
Slonane.Ethel, 2004, Anatomi Fisiologi Untuk Pemula, alih bahasa James Veldran, Jakarta: EGC
Gibson.John, 2003, Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat Edisi 2, alih bahasa dr.Bertha
Sugiarto, Jakarta: EGC
Diah KD.Sansri, 2013, Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin.pptx , Bandung: Poltekkes Bandung
Ellyzar M. Adil, 2009, SISTEM ENDOKRIN.pptx BIOLOGI FMIPA UI, Jakarta: FMIPA UI
Syaifuddin (2009)., Anatomi Tubuh Manusia, untuk mahasiswa Keperawatan, edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
Syaifuddin (2010)., Fisiologi Tubuh Manusia, untuk mahasiswa Keperawatan, edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
Syaifuddin (2010)., Anatomi Tubuh Manusia (Atlas Berwarna Tiga Bahasa)., edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika