Anda di halaman 1dari 50

BAB 1

PENDAHULUAN

.1. Latar belakang


Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering diderita
oleh bayi dan anak (Depkes RI, 2008). Penyakit infeksi ini menyerang salah satu bagian
dan atau lebih dari saluran nafas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
(saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura (Depkes RI, 2006).
ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia.
Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%- nya disebabkan
oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi,
anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara- negara dengan pendapatan per
kapita rendah dan menengah.
Keluarga memiliki peranan penting dalam melakukan upaya pencegahan dan
perawatan balita yang menderita ISPA. Ibu memiliki peranan yang cukup besar dalam
mengasuh dan merawat anak yang sakit, mengingat ibu adalah pengasuh utama anak
dalam keluarga. Adapun aktivitas perawatan yang dapat dilakukan oleh ibu pada saat
anak menderita ISPA adalah memberikan nutrisi yang tepat selama balita sakit maupun
setelah sakit, memberikan cairan yang cukup selama demam dan tidak membiarkan
anak kehausan, memberikan ramuan yang aman untuk melegakan tenggorokan dan
meredakan batuk, melakukan perawatan selama demam, dan observasi tanda-tanda
pneumonia (Nurhidayah, 2008). Selain itu, upaya pencegahan penyakit juga penting
dilakukan oleh ibu baik dengan memberikan imunisasi maupun penghindaran pajanan
asap, perbaikan lingkungan hidup dan sikap hidup sehat (Misnadiarly, 2008).
Hasil pendataan yang dilakukan oleh penulis di desa percut kecamatan deli serdang
tahun 2015 terdapat jumlah bayi dan anak-anak yang menderita penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) diwilayah kerja puskesmas tanjung rejo desa percur
sejumlah 45 pasien.
Berdasarkan identifikasi penyakit yang sering diderita oleh bayi dan anak-anak,
maka anak dari keluarga Tn. C yang menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) penulis mengangkat keluarga tersebut sebagai keluarga binaan. Alasan penulis
untuk mengangkat keluarga Tn. C menjadi keluarga binaan adalah penyakit yang
diderita yakni Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) berakibat terhadap fungsi paru-
paru terhadap anak tersebut. Dalam hal ini keluarga memerlukan perawatan preventif,
kuratif dan rehabilitatif sehingga keluarga tetap mampu memperhatikan kesehatan
terhadap lingkungan tempat tinggal. Hal inilah yang menjadi latar belakang
dilakukannya penelitian tentang “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn. C Dengan
Anggota Keluarga An. Y Menderita ISPA Di Dusun X Desa Percut Kecamatan Percut
Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang”.

.2. Tujuan penulisan


1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kperawatan pada lansia secara profesional
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan khusus
Setelah melakukan kunjungan rumah keluarga lansia mahasiswa dapat :
1. Melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada An. Y anggota keluarga Tn.
C dengan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
2. Menganalisa masalah kesehatan keluarga pada An. Y anggota keluarga Tn. C
dengan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
3. Merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan kebutuhan keluarga keluarga
pada An. Y anggota keluarga Tn. C dengan penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA).
4. Melakukan tindakan keperawatan dalam pencegahan, penyembuhan dan
pemulihan berdasarkan masalah yang dialami keluarga keluarga pada An. Y
anggota keluarga Tn. C dengan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA).
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan pada keluarga
keluarga pada An. Y anggota keluarga Tn. C dengan penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA).

.3. Ruang lingkup


Adapun ruang lingkup dari laporan ini adalah 15 keluarga yang didata, dan penulis
hanya mengambil 3 keluarga binaan dan 1 keluarga menjadi kasus binaan yaitu An. Y
anggota keluarga Tn. Z dengan masalah : Ketidakefektifan bersihan jalan napas An. Y
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah ISPA.

.4. Metode penulisan


Dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus yang menggunakan tehnik :
1. Wawancara
Diperoleh langsung dari pasien dengan metode tanya jawab pada keluarga Tn. C
tentang penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

2. Observasi
Pengamatan dan keterlibatan langsung terhadap kondisi pasien dalam penerapan
asuhan keperawatan keluarga dengan melakukan pemeriksaan fisik head to toe dan
pemeriksaan tanda-tanda vital.

3. Studi kepustakaan
Mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan kerawatan gerontik yaitu buku ajar
keperawatan keluarga, aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan
NANDA NIC-NOC.
.5. Sistematika penulisan
Adapun sistematika penulisan laporan adalah :
BAB I : Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup,
metode penulisan, sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis
.1. Konsep medis meliputi : defenisi, etiologi, tanda dan gejala,
pencegahan.
.2. Konsep asuhan keperawatan keluarga meliputi : pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan.
BAB III : Tinjauan kasus meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
BAB IV : Pembahasan meliputi pengkajian sampai evaluasi keperawatan.
Bab V : Penutup meliputi kesimpulan dan saran.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

.1. Konsep dasar keluarga


.1.1. Definisi keluarga
Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan
utama bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara
orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Sudiharto, 2007). Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga
merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan
yang lain.

.1.2. Tipe keluarga (Sudiharto, 2007)


a. Keluarga inti (nuclear family)
b. Keluarga asal (family of origin)
c. Keluarga besar (extended family)
d. Keluarga berantai (social family)
e. Keluarga duda atau janda
f. Keluarga komposit (composite family)
g. Keluarga kohabitasi (cohabitation)
h. Keluarga inses (incest family)
i. Keluarga tradisional dan non-tradisional
.1.3. Fungsi keluarga
Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi keluarga (Mubarak, dkk 2009) yang
dapat dijalankan yaitu sebagai berikut :
a. Fungsi biologis adalah fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara, dan
membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
b. Fungsi psikologis adalah memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi
keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan kedewasaan
kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas pada keluarga.
c. Fungsi sosialisasi adalah membina sosialisasi pada anak, membentuk
normanorma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing
dan meneruskan nilai-nilai budaya.
d. Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembagkan proses interaksi dalam
keluarga yang dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu
untuk belajar bersosialisasi.
e. Fungsi ekonomi adalah mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga
dimana yang akan datang.
f. Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga termasuk sandang, pangan dan papan.
g. Fungsi pendidikan adalah menyekolahkan anak untuk memberikaan
pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan
minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang
akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa serta mendidik
anak sesuai dengan tingkat perkembanganya.

.1.4. Tugas kesehatan keluarga


Menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga dapat melaksanakan perawatan atau
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga, yaitu sebagai
berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

.1.5. Tahap dan tugas perkembangan keluarga (Duvall, 1997)


Terdapat perbedaan tugas perkembangan keluarga pada setiap tahap
perkembangan keluarga :
1. Tahap “married couples (without children)” (pasangan nikah dan belum
memiliki anak). Tugas perkembangan pada tahap ini adalah:
- Membina hubungan intim dan memuaskan.
- Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
- Mendiskusikan rencana memiliki anak. Keluarga baru ini merupakan
anggota dari tiga keluarga, yakni: keluarga suami, keluarga istri, dan
keluarga sendiri.

2. Tahap keluarga “child bearing” (kelahiran anak pertama)


Tugas perkembangan keluarga yang penting pada tahap ini adalah:
- Persiapan menjadi orang tua.
- Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
seksual, dan kegiatan.
- Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

3. Tahap keluarga dengan anak pra sekolah


Tugas perkembangan pada tahap ini ialah:
- Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman.
- Membantu anak untuk bersosialisasi.
- Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak lain
juga harus terpenuhi.
- Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam keluarga maupun
dengan masyarakat.
- Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak.
- Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
- Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.

4. Keluarga dengan anak sekolah


Tugas perkembangan pada tahap ini yakni:
- Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
- Mempertahankan keintiman pasangan.
- Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga. Pada
tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada
anak untuk bersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar
sekolah.

5. Keluarga dengan anak remaja


Tugas perkembangan pada tahap ini yaitu:
- Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab.
- Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
- Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
- Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Tahap ini merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas
otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali
muncul konflik orang tua dan anaknya yang berusia remaja.

6. Tahap Keluarga dengan anak dewasa


Tugas perkembangan pada tahap ini adalah:
- Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
- Mempertahankan keintiman pasangan.
- Membantu orang tua memasuki masa tua.
- Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
- Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

7. Keluarga usia pertengahan


Tugas perkembangan pada usia perkawinan ini adalah:
- Mempertahankan kesehatan.
- Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak.
- Meningkatkan keakraban pasangan. Fokus utama dalam usia keluarga ini
antara lain: mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet
seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.

8. Keluarga usia lanjut


Tugas perkembangan pada tahap usia perkawinan ini ialah:
- Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
- Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan.
- Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
- Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
- Melakukan life review.
- Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama
keluarga pada tahap ini. Dengan mempertimbangkan adanya keumuman
usia perkawinan yang berbeda pada setiap tahapan tahapan perkembangan
keluarga, maka dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada subyek
yang berada pada tiga tahapan perkembangan keluarga, yaitu keluarga tanpa
anak, keluarga dengan anak usia prasekolah dan keluarga dengan usia
remaja.
.1.6. Tingkat kemandirian keluarga (Padila, 2012)
Keluarga mandiri adlah keluarga yang mengetahui masalah kesehatan dengan
kriteria :
a. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala dari masalah
kesehatan yang ada.
b. Keluarga dapat menyebutkan faktor penyebab masalah kesehatan.
c. Keluarga dapat menyebutkan faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan.
d. Keluarga memiliki persepsi yang positif terhadap masalah keluarga, mau
mengambil keputusan untuk mengatasi masalah.
e. Masalah kesehatan dirasakan keluarga.
f. Keluarga dapat menngungkapkan.menyebutkan akibat dari masalah
kesehatan tersebut.
g. Keluarga dapat membuat keputusan yang tepat tentang penanganan masalah
kesehatan tersebut.
h. Keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya dan fasilitas
yang diperlukan untuk perawatan.
i. Keluarga dapat terampil melaksanakan perawatan pada anggota keluarga.
j. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan.

.1.7. Langkah-langkah asuhan keperawatan keluarga


A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
Hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian keluarga (Padila, 2012)
adalah :
a. Data umum
- Nama kepala keluarga
- Alamat dan telepon
- Pendidikan kepala keluarga
- Komposisi keluarga dan genogram
- Tipe keluarga
- Suku bangsa
- Agama
- Status sosial ekonomi keluarga
- Aktivitas rekreasi keluarga

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga ini
4) Riwayat keluarga sebelumnya

c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Mobilitas geografis keluarga
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

d. Struktur keluarga
1) Sistem pendukung keluarga
2) Pola komunikasi keluarga
3) Struktur kekuatan keluarga
4) Struktur peran
5) Nilai atau norma keluarga

e. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
2) Fungsi sosialisasi
3) Fungsi perawatan kesehatan
4) Fungsi reproduksi
5) Fungsi ekonomi

f. Stres dan koping keluarga


1) Stressor jangka pendek dan panjang
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor yang dikaji sejauhmana keluarga
berespon terhadap stressor
3) Strategi koping yang digunakan
4) Strategi adaptasi disfungsional

g. Pemeriksaan fisik
h. Harapan keluarga

B. Diagnosa keperawatan
Jenis diagnosa ada 3 (Padila, 2012) :
- Aktual
- Resiko
- Potensial

Diagnosa keperawatan keluarga menurut Intansari (2010) :


1. Perubahan proses keluarga
2. Perubahan biaya kesehatan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
5. Perubahan peran orang tua
6. Perubahan pola eliminasi
7. Antisipasi kehilangan
8. Konflik pengambilan keputusan
9. Perilaku pencarian pelayanan kesehatan
10. Tidak efektif koping keluarga
11. Resiko trauma
12. Isolasi sosial

Kriteria prioritas masalah (Padila, 2012) :

Kriteria Skala Bobot


Sifat masalah :
- Aktual 3
1
- Resiko 2
- Potensial 1
Kemungkinan untuk diubah :
- Mudah 2
2
- Sebagian 1
- Tidak dapat 0
Potensial dicegah
- Tinggi 3
1
- Cukup 2
- Rendah 1
Menonjolnya masalah :
- Segera ditangani 2
- Ada masalah tapi tidak perlu 1 1
ditangani
- Masalah tidak dirasakan 0

C. Rencana keperawatan berdasarkan domain kognitif, psikomotor, dan afektif


(Padila, 2012)
Untuk mengubah domain kognitif:
1) Memberi pujian pada kekuatan individual dan keluarga
2) Menawarkan informasi atau pendapat
3) Menawarkan pendidikan kesehatan
4) Mengeksternalisasi masalah
Untuk mengubah domain psikomotor
1) Mendorong anggota keluarga untuk menjadi pemberi perawatan
2) Mendorong penggantian pemberi perawatan dalam keluarga
3) Memasukkan ritual kesehatan dalam kebiasaan keluarga

Untuk mengubah domain afektif


1) Memvalidasi/menormalkan respons emosional
2) Menceritakan pengalaman saat anggota keluarga sakit
3) Menggambarkan kekuatan dukungan keluarga

.2. Konsep medis ISPA


.2.1. Definisi
Pengertian ISPA ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan
akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections
(ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut
(Yudarmawan, 2012), dengan pengertian sebagai berikut :
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikro organisme ke dalam tubuh manusia
dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14
hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit
yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14
hari (A. Suryana 2005).

.1.2. Etiologi
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek
dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari 300
lebih jenis virus, bakteri, riketsia dan jamur. Virus penyebab ISPA antara lain golongan
mikrovirus (termasuk di dalamnya virus influenza, virus pra-influensa dan virus
campak), dan adenovirus. Bakteri penyebab ISPA misalnya: streptokokus hemolitikus,
stafilokokus, pneumokokus, hemofils influenza, bordetella pertusis dan karinebakterium
diffteria (Arifin, 2009). Jumlah penderita infeksi pernapasan akut sebagian besar terjadi
pada anak. Infeksi pernapasan akut mempengaruhi umur anak, musim, kondisi tempat
tinggal, dan masalah kesehatan yang ada ( R.Haryono-Dwi Rahmawati H, 2012).

.1.3. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa batuk,
kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala. Sebagian besar
dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, kesulitan bernapas,
sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala tidak memerlukan pengobatan dengan
antibiotik. Namun sebagian anak yang menderita radang paru (pneumonia), bila infeksi
paru ini tidak diobati dengan anti biotik akan menyebabkan kematian (Fuad, 2008).

.1.4. Pencegahan (Rahmawati, Dwi & Hartono, 2012)


1. Berhati-hati dalam mencuci tangan dengan melakukannya ketika merawat anak
yang terinfeksi pernapasan.
2. Anak dan keluarga diajarkan untuk menggunakan tisu atau tangannya untuk
menutup hidung dan mulutnya ketika batuk/bersin.
3. Anak yang sudah terinfeksi pernafasan sebaiknya tidak berbagi cangkir
minuman, baju cuci atau handuk.
4. Peringatan perawat : untuk mencegah kontaminasi oleh virus pernapasan,
mencuci tangan dan jangan menyentuh mata atau hidungmu.
5. Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau anggota
keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi isolasi mungkin dapat
dilakukan seperti anak yang sehat tidur terpisah dengan dengan anggota keluarga
lainyang sedang sakit ISPA.
6. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.
7. Hindari anak dari paparan asap rokok
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga ini dilaksanakan didusun X pada


tanggal 9-10 Desember 2015, yang mana penulis mengadakan kunjungan rumah
sebanyak 15 kepala keluarga dioservasi dengan usia anak remaja 17-25 tahun sebanyak
40 orang. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga penulis melakukan
pelayanan kesehatan hanya pada An. Y anggota keluarga Tn. C, adapun langkah-
langkah pembuatan asuhan keperawatan keluarga dapat dijelaskan sebagai berikut :

.1. Pengkajian
.1.1. Pengumpulan data
a. Identitas keluarga
Nama : Tn. C Pendidikan : SMP
Umur : 45 tahun Pekerjaan : Nelayan
Agama : Islam Alamat : RT 1 RW 10 Percut
Suku : Jawa

b. Data anggota keluarga yang hidup


Hubungan
No. Nama L P Umur Pendidikan Imunisasi KB
keluarga
1. Ny. M P Istri 44 tahun SD - -
2. An. K L Anak 23 tahun SMP Imunisasi -
3. An. Y L Anak 19 tahun SMA Imunisasi -
4. An. A L Anak 14 tahun SD Imunisasi -
5. An. A L Anak 10 tahun Tidak Imunisasi -
sekolah
c. Genogram

44 45

23 19 14 10

Keterangan :
: perempuan : tinggal serumah

: laki-laki : pasien

atau : meninggal

d. Tipe keluarga
1. Jenis tipe keluarga
Keluarga Tn. C merupakan tipe keluarga nukleus family karena terdiri dari
ayah, ibu dan anak.

2. Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut


Masalah yang terjadi pada keluarga Tn. C adalah An. Y anggota keluarga
Tn. C sedang sakit. Sudah ± 3 minggu anak mengalami batuk dan pilek,
keluarga sudah membeli obat ke warung atau apotik terdekat dengan
rumahnua namun sampai saat ini anak belum sembuh juga.
e. Suku bangsa (etnis)
1. Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga
Keluarga Tn. C termasuk dalam suku jawa dan beranggapan bahwa berbagi
kepada sesama dalam hal apapun itu baik.

2. Tempat tinggal keluarga


Tn. C mengatakan sebagian besar masyarakat yang didaerahnya adalah etnis
jawa dan area tempat tinggal Tn. C bersifat homogen.

3. Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi, pendidikan


Tn. C mengatakan kegiatan lingkungan yang masih diikuti oleh keluarga dan
masih berkaitan erat dengan nilai etnis diantaranya arisan, wiritan, sunatan
bagi anak laki-laki, dll.

4. Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana


Keluarga Tn. C menggunkan pola busana modern yaitu menggunakan
kemeja, celana panjand maupun celana pendek. Pola diit keluarga masih
menganut nilai tradisional maupun nilai modern.

5. Struktur kekuasaan keluarga tradisional atau modern


Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah kepala keluarga tetapi
sebelumnya melalui keputusan bersama istrinya.

6. Bahasa yang digunaka dirumah


Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh keluarga Tn. C adalah bahasa
indonesia. Keluarga mengatakan tidak ada hambatan komunikasi khususnya
penggunaan bahasa.
7. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi
Keluarga mengatakan tidak mau membawa anak berobat ke puskesmas
karena jauh dari tempat tinggalnya.

8. Agama dan kepercayaan yang memengaruhi kesehatan


Seluruh anggota keluarga anggota Tn. C menganut agama Islam. Anggota
keluarga aktif dalam kegiatan keagamaan dilingkungannya seperti mengikuti
pengajian dimesjid. Keluarga mengatakan penyakit merupakan takdir yang
digariskan ileh yang maha kuasa dan akan selalu mengupayakan
kesembuhan. Tidak ada nilai-nilai keyakinan yang bertentangan dengan
keyakinan.

9. Status sosial ekonomi keluarga


Ny. M mengatakan pendapatan keluarganya cukup untuk membiayai
kebutuhan sehari-hari. Suaminya yang bekerja sebagai nelayan
menghasilkan pendapatan Rp 850.000/bulan. Kebutuhan yang dikeluarkan
meliputi pengeluaran untuk kebutuhan hidup sehari-hari, biaya sekolah anak,
dan listrik. Keluarga hanya memiliki kulkas dan TV saja.

10. Aktivitas rekreasi keluarga


Keluarga mengatakan jika ada waktu liburan, keluarga biasanya menonton
TV dirumah dan mendengarkan lagu-lagu daerah, kadang-kadang pergi
bersama ke rumah sanak saudara.

f. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


Ny. M mengatakan anak pertama berusia 23 tahun, saat ini belum mendapatkan
pekerjaan dan anak hanya bisa membantu kedua orang tuanya untuk menjual
ikan hasil tangkapan ayahnya, sehingga dalam keluarga ini orangtua sudah
memikirkan anaknya untuk ke tahap dengan melepas anak ke masyarakat.
g. Pola kebiasaan sehari-hari
1. Pola makan keluarga
Keluarga Tn. C memiliki frekuensi makan yang baik yaitu makan 3x sehari
dengan menu nasi + lauk + sayur. Pemilihan bahan makanan baik, memilih
sayur, daging/ikan segar. Cara pengolahan makanan beras kurang baik,
keluarga Tn. C mencuci beras >3x lalu dimasak, cara pengolahan sayur
kurang baik karena dirajang dulu baru dicuci kemudian dimasak.
Penyimpanan makanan juga kurang baik, diletakkan diatas meja tidak
ditutup. Pola Istirahat dan Tidur

2. Pola istirahat dan tidur


Setiap anggota keluarga Tn. C mempunyai waktu istirahat yang baik, pada
siang hari tidur hanya 1 jam dan pada malam hari tidur 8 jam.

3. Pola aktivitas keluarga


Anggota keluarga Tn. C tidak pernah melakukan aktivitas fisik. Anggota
keluarga Tn.M juga jarang melakukan rekreasi bersama karena sibuk dengan
pekerjaannya.

h. Aspek kesehatan lingkungan


Tn. C mengatakan status rumah yang sedang ditinggali adalah rumah milik
sendiri. Rumah terdiri dari teras rumah, ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur kamar
mandi. Lantai rumah keramik, tembok permanen, kuat dan melindungi suhu
dingin maupun gangguan keamanan yang lain. Penataan perabotan dalam rumah
terkesan kurang rapi. Rumah tampak gelap, ventilasi dan pencahayaan tiap
ruangan dirumah kurang baik, terdapat banyak lawa-lawa diventilasi jendela dan
banyak baju yang bergantung dirumah. Keluarga mengatakan tidak mengerti
syarat rumah sehat. Dapur terkesan kurang bersih dan cukup sempit, sumber air
bersih dari sumur gali selongsong. Jarak sumur dan jamban sekitar 7 m. Alat
masak lengkap dan bersih karena tiap selesai dipakai. Keluarga mengatakan
mereka memiliki kandang ternak bebek. Saat pengkajian, kandang ternak
tampak kotor, jarak rumah dengan kandang ternak kurang baik >10 m karena
terletak disamping rumah. Keluarga mengatakan pembuangan air limbah
keluarga ke tanah dibelakang rumah. Banyak sampah dipembuangan air limbah
keluarga.

i. Struktur keluarga
Komunikasi keluarga dilakukan secara terbuka, bahasa yang dipakai setiap hari
adalah bahasa indonesia, keluarga tidak memiliki kesulitan bahasa dalam
penerimaan pesan. Pengendalian keluarga adalah Tn. C sebagai kepala keluarga,
keputusan diambil oleh kepala keluarga melalui musyawarah dan seluruh
anggota keluarga dan tidak ada permasalahan dalam anggota keluarga. Norma
keluarga berkaitan dengan kesehatan adalah keluarga mengatakan biasanya jika
anggota keluarga sakit, hanya membeli obat ke warung atau apotik dan dirawat
dirumah.

j. Pengkajian kesehatan keluarga


Keluarga mengatakan saat ini anak yang kedua An. Y sedang mengalami
penyakit ISPA. Ny. M mengatakan bahwa An. Y saat ini sedang batuk dan pilek
sudah 3 minggu. Ny. M sudah membeli obat diapotik dan diminum tetapi belum
juga sembuh. Ny. M mengatakan kalau anak batuk biasanya diberi jeruk nipis
campur kecap, kadang dibiarkan juga sampai batuk tidak datang lagi. An. Y
tampak sesak dan sulit mengeluarkan dahaknya, tampak lemas dan
mengeluarkan ingus dari hidung. Ny. M mengatakan jika anak tidak dapat
menahan batuk dimalam hari dan pagi hari. Saat dilakukan pengkajian, keluarga
mengatakan tidak pernah mendengar tentang penyakit yang mengganggu
pernapasan atau penyakit ISPA dan tidak mengetahui penyakit yang terjadi pada
anak. Keluarga tampak bingung saat ditanya tentang penyakit ISPA. Keluarga
tampak banyak bertanya tentang penyakit anaknya.
Pemeriksaan Fisik KK (Tn. C) Ny. M An. K An. Y An. A An. A

Pemeriksaan tanda-tanda vital


140/90 110/80 120/70 110/70 120/70m 110/80
- Tekanan Darah
mmHg mmHg mmHg mmHg mHg mmHg
- HR 80 x/i 78 x/i 80 x/i 84 x/i 80 x/i 78 x/i
- Respirasi 22 x/i 20 x/i 20 x/i 24 x/i 20 x/i 20 x/i
- Suhu Badan 36,5 ºC 36 ºC 36,2 ºC 36,5 ºC 36 ºC 36,2 ºC
- BB 64 kg 55 kg 54 kg 49 kg 55 kg 45 kg
- TB 160 cm 155 cm 168 cm 160 cm 165 cm 150 cm
Pemeriksaan fisik head to toe
a. Kepala
- Bentuk Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris
Lurus, Lurus, Lurus, Lurus,
- Rambut Ikal, hitam Ikal, hitam
hitam hitam hitam hitam
b. Mata
- Bentuk Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris
- Konjung Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
tiva anemis anemis anemis anemis anemis anemis
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
- Sklera
ikterus ikterus ikterus ikterus ikterus ikterus
- Pupil Isokor Isokor Isokor Isokor Isokor Isokor
c. Hidung
- Bentuk Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris
Tidak
mengalami
- Perdarah Tak ada
perdarahan
an /secret Tidak Tidak Tak ada mengala Tidak ada
tampak
mengalami mengalami mengalami mi mengalami
mengeluarkan
perdarahan perdarahan perdarahan perdaraha perdarahan
ingus dari
n
hidung

d. Telinga
- Bentuk Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris
Telinga
e. Mulut
- Keadaan
lembab Lembab Lembab Lembab Lembab Lembab
Bibir
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tdk ada Tdk ada Tidak ada
- Keadaan perdarahan perdarahan perdarahan perdarahan perdaraha perdarahan
Gusi gusi dan gusi dan gusi dan gusi dan n gusi gusi dan
gigi gigi gigi gigi dan gigi gigi
Tidak ada
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
- Keadaan tanda
tanda tanda tanda tanda tanda
Lidah perdaraha
perdarahan perdarahan perdarahan perdarahan perdarahan
n
f. Leher
Tidak ada
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesar
pembesara pembesara pembesara pembesara pembesara
- Tiroid an
n kelenjar n kelenjar n kelenjar n kelenjar n kelenjar
kelenjar
tiroid tiroid tiroid tiroid tiroid
tiroid
g. Integumen
Klien Klien Klien Klien Klien Klien
- Kebersih
tampak tampak tampak tampak tampak tampak
an klien
bersih bersih bersih bersih bersih bersih
Turgor Turgor Turgor Turgor Turgor Turgor
- Turgor
kulit baik kulit baik kulit baik kulit baik kulit baik kulit baik
- Kelemba
Baik Baik Baik Baik Baik Baik
pan
h. Pemeriksaan thorax
Inspeksi
- Bentuk
Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris
thorax
Irama
teratur,
Irama Irama Irama Irama Irama
terdengar
teratur dan teratur dan teratur dan teratur teratur dan
- Pernafas suara
tidak ada tidak ada tidak ada dan tak tidak ada
an tambahan
suara suara suara ada suara suara
dan ada
tambahan tambahan tambahan tambahan tambahan
ronchi
basah
i. Pemeriksaan Paru
Getaran
Getaran Getaran Getaran Getaran Getaran
suara
suara suara suara suara suara
- Palpasi terdengar
terdengar terdengar terdengar terdengar terdengar
dengan
dg teratur dg teratur teratur teratur dan teratur
teratur
Bunyi Bunyi Bunyi Bunyi Bunyi Bunyi
- Perkusi
resonan resonan resonan resonan resonan resonan
Suara nafas Suara
- Auskulta Suara nafas Suara nafas Suara nafas Suara nafas
tidak nafas
si teratur teratur teratur teratur
teratur teratur
j. Abdomen
Inspeksi
- Bentuk
Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris
Abdomen
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
- Benjolan
benjolan benjolan benjolan benjolan benjolan benjolan
Palpasi
- Tanda Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
nyeri
nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
tekan
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
- Benjolan
benjolan benjolan benjolan benjolan benjolan benjolan
k. Muskuloskeletal /Ekstremitas
- Kesimetr
Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris
isan
- Kekuata
Baik Baik Baik Baik Baik Baik
n Otot
Analisa data

No
Sign sympton Etiologi Problem
.
1. Ds : Ketidakmampuan Ketidakefektifan
- Ny. M mengatakan keluarga mengenal bersihan jalan
bahwa An. Y saat ini masalah ISPA napas An. Y
sedang batuk dan pilek
sudah 3 minggu. Ny.
M sudah membeli
obat diapotik dan
diminum tetapi belum
juga sembuh.
- Ny. M mengatakan
kalau anak batuk
biasanya diberi jeruk
nipis campur kecap,
kadang dibiarkan juga
sampai batuk tidak
datang lagi.
- Ny. M mengatakan
jika anak tidak dapat
menahan batuk
dimalam hari dan pagi
hari.

Do :
- An. Y tampak sesak
dan sulit
mengeluarkan
dahaknya.
- An. Y tampak lemas.
- Tampak mengeluarkan
ingus dari hidung.
- Pada pemeriksaan
auskulasi terdengar
ada suara tambahan
dan ronchi basah.
- RR : 24 x/i
2. Ds : Kurang informasi Kurang
- Keluarga mengatakan pengetahuan
biasanya jika anggota keluarga tentang
keluarga sakit, hanya pencegahan
membeli obat ke penyakit ISPA
warung atau apotik
dan dirawat dirumah.
- Keluarga mengatakan
tidak pernah
mendengar tentang
penyakit yang
mengganggu
pernapasan atau
penyakit ISPA.
- Keluarga mengatakan
tidak mengetahui
penyakit yang terjadi
pada anak.

Do :
- Keluarga tampak
bingung saat ditanya
tentang penyakit
ISPA.
- Keluarga tampak
banyak bertanya
tentang penyakit
anaknya.
- Keluarga tidak mau
membawa anak
berobat ke puskesmas
karena jauh dari
tempat tinggalnya.
3. Ds : Keluarga tidak Ketidakmampuan
- Keluarga mengatakan memanfaatkan keluarga
tidak mengerti syarat pemeliharaan memodifikasi
rumah sehat. lingkungan rumah lingkungan
- Keluarga mengatakan
pembuangan air
limbah keluarha ke
tanah dibelakang
rumah.
Do :
- Jarak sumur dan
jamban sekitar 7 m.
- Perabotan dan alat
masuk dapur tampak
berantakan.
- Rumah tampak gelap
dan pencahayaan tiap
ruangan dirumah
kurang baik.
- Baju banyak yang
bergantung.
- Banyak sampah
dipembuangan air
limbah keluarga.
- Jarak rumah ke
kandang ternak kurang
baik >10 m.
- Kandang ternak
tampak kotor.

Prioritas masalah

No
Kriteria Perhitungan Skor
.
3
1. Sifat masalah : aktual /3 x 1 1
2
Kemungkinan masalah dapat diubah : mudah /2 x 2 2
Potensial untuk dicegah : tinggi
3
Menonjolnya masalah : ada masalah dan /3 x 1 1
2
harus segera ditangani /2 x 1 1
Total 5
3
2. Sifat masalah : aktual /3 x 1 1
2
Kemungkinan masalah dapat diubah : mudah /2 x 2 2
Potensial untuk dicegah : cukup
2 2
Menonjolnya masalah : masalah ada tapi tidak /3 x 1 /3
1 1
perlu ditangani /2 x 1 /2
Total 3 7/6
3
3. Sifat masalah : aktual /3 x 1 1
1 1
Kemungkinan masalah dapat diubah : /2 x 2 /2
sebagian 2
2
/3
Potensial untuk dicegah : cukup /3 x 1 1
/2
Menonjolnya masalah : masalah ada tapi tak
1
perlu ditangani /2 x 1
Total 2 2/3

.2. Diagnosa keperawatan

No Tanggal
Diagnosa keperawatan Paraf
. Ditemukan Teratasi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan 9 Desember 2015
napas An. Y berhubungan data
ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah ISPA yang D
ditandai dengan Ny. M E
mengatakan bahwa An. Y saat S
ini sedang batuk dan pilek sudah I
3 minggu. Ny. M sudah membeli
obat diapotik dan diminum Y
tetapi belum juga sembuh. Ny. A
M mengatakan kalau anak batuk N
biasanya diberi jeruk nipis T
campur kecap, kadang dibiarkan I
juga sampai batuk tidak datang
lagi. Ny. M mengatakan jika
anak tidak dapat menahan batuk
dimalam hari dan pagi hari. An.
Y tampak sesak dan sulit
mengeluarkan dahaknya. An. Y
tampak lemas, tampak
mengeluarkan ingus dari hidung,
pada pemeriksaan auskulasi
terdengar ada suara tambahan
dan ronchi basah, RR : 24 x/i.
2. Kurang pengetahuan keluarga 9 Desember 2015
tentang pencegahan penyakit
ISPA berhubungan dengan
kurang informasi yang ditandai
dengan keluarga mengatakan
biasanya jika anggota keluarga
sakit, hanya membeli obat ke
warung atau apotik dan dirawat
dirumah. Keluarga mengatakan
tidak pernah mendengar tentang
penyakit yang mengganggu
pernapasan atau penyakit ISPA.
Keluarga mengatakan tidak
mengetahui penyakit yang
terjadi pada anak. Keluarga
tampak bingung saat ditanya
tentang penyakit ISPA. Keluarga
tampak banyak bertanya tentang
penyakitnya. Keluarga tidak
mau membawa anak berobat ke
puskesmas karena jauh dari
tempat tinggalnya.
3. Ketidakmampuan keluarga 9 Desember 2015
memodifikasi lingkungan
berhubungan dengan keluarga
tidak memanfaatkan
pemeliharaan lingkungan rumah
yang ditandai dengan keluarga
mengatakan tidak mengerti
syarat rumah sehat. Keluarga
mengatakan pembuangan air
limbah keluarha ke tanah
dibelakang rumah. Jarak sumur
dan jamban sekitar 7 m.
Perabotan dan alat masuk dapur
tampak berantakan. Rumah
tampak gelap dan pencahayaan
tiap ruangan dirumah kurang.
Baju banyak yang bergantung.
Banyak sampah dipembuangan
air limbah keluarga. Jarak rumah
ke kandang ternak kurang baik
<10 m, kandang ternak tampak
kotor.
.3. Intervensi keperawatan

No Masalah Evaluasi
Diagnosa keperawatan Sasaran Tujuan Intervensi keperawatan Paraf
. keperawatan Kriteria Standar
1. Gangguan Ketidakefektifan An.Y anggota Setelah dilakukan 1. Kaji pengetahuan tentang Respon Keluarga
jalan napas bersihan jalan napas keluarga Tn.C tindakan ISPA verbal mampu
An. Y berhubungan keperawatan 2. Beri motivasi keluarga tentang mengatasi
data ketidakmampuan keluarga Tn. C untuk mengemukakan penyakit penyakit
keluarga mengenal dapat mengenal pendapatnya tentang ISPA. ISPA. ISPA.
masalah ISPA. penyakit ISPA. 3. Diskusikan bersama D
keluarga mengenai E
pengertian penyebab dan S
gejala ISPA. I
4. Bimbing keluarga untuk
menjelaskan ulang
pengertian penyebab tanda
dan gejala ISPA.
5. Beri reinforcement positif
atas jawaban yang
diberikan.
2. Kurang Kurang pengetahuan Keluarga Tn. Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat pengetahuan Respon Keluarga
pengetahuan keluarga tentang C tindakan keluarga tentang penyakit verbal mampu
tentang pencegahan penyakit keperawatan ISPA. tentang mencegah
penyakit. ISPA berhubungan keluarga di 2. Beri penjelasan tentang  pemanfaatan penyakit
dengan kurang harapkan : penyakit ISPA. fasilitas ISPA.
informasi. keluarga mampu 3. Motivasi keluarga dalam pelayanan
memanfaatkan mengambil keputusan kesehatan.
fasilitas untuk membawa An. Y ke
kesehatan. posyandu atau ke
Y
puskesmas.
A
4. Beri kesempatan kepada
N
keluarga untuk bertanya
T
tentang hal yang belum
I
dimengerti.
5. Berikan pujian atas
kemampuan keluarga.
3. Lingkungan Ketidakmampuan Keluarga Tn. Setelah 1. Kaji  pengetahuan klien Respon Keluarga
yang kotor keluarga memodifikasi C melakukan tentang pengertian sanitasi verbal mampu
dan tidak lingkungan tindakan lingkungan. tentang melakukan
sehat. berhubungan dengan keperawatan 2. Beri penyuluhan tentang syarat-syarat kebersihan
keluarga tidak keluarga Tn. C kesehatan lingkungan dan rumah sehat rumah dan
memanfaatkan mampu menjaga syarat-syarat rumah sehat. dan lingkungan
pemeliharaan kebersihan 3. Diskusikan dengan lingkungan dengan baik.
lingkungan rumah. lingkungan keluarga penyakit yang yang sehat.
rumah. ditimbulkan karena
lingkungan yang kotor.
4. Motivasi keluarga untuk
memelihara dan
menciptakan lingkungan
rumah yang sehat.
5. Motivasi keluarga untuk
menata perabotan rumah
tangga dengan baik.
6. Berikan kesempatan
kepada keluarga
menanyakan hal yang
belum dimengerti
7. Berikan reinforcement pada
hasil diskusi dengan
keluarga.

.4. Implementasi keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tanggal/jam Implementasi Evaluasi Paraf


.
1. Ketidakefektifan 9 Desember 2015 1. Mengucapkan salam dan S : Keluarga mengatakan belum bisa
bersihan jalan napas An. menjelaskan tujuan kunjungan mengingat penjelasan tentang
Y berhubungan data kerumah. penyakit ISPA yang diberikan oleh
ketidakmampuan 2. Mengkaji pengetahuan keluarga petugas kesehatan.
keluarga mengenal tentang ISPA. D
masalah ISPA. 3. Memberikan motivasi keluarga O : E
untuk mengemukakan pendapatnya - Keluarga sama sekali tidak S
tentang ISPA. Keluarga sama tahu tentang ISPA. I
sekali tidak tahu tentang ISPA. - Keluarga tampak bingung
4. Mendiskusikan bersama keluarga dengan penjelasan yang Y
mengenai pengertian penyebab dan diberikan oleh petugas A
gejala ISPA. Keluarga tampak kesehatan. N
bingung dengan penjelasan yang T
diberikan oleh petugas kesehatan. A : Masalah pengetahuan tentang I
5. Membimbing keluarga untuk penyakit ISPA pada keluarga belum
menjelaskan pengertian, penyebab teratasi.
tanda dan gejala ISPA. Keluarga
mengatakan belum bisa mengingat P : Lanjutkan rencana keperawatan
penjelasan tentang penyakit ISPA - Bimbing keluarga tentang
yang diberikan oleh petugas pengetahuan penyakit ISPA.
kesehatan. - Beri motivasi pada keluarga
6. Memberikan reinforcement positif untuk mengatasi penyakit
atas jawaban yang diberikan. ISPA.
- Anjurkan keluarga membuat
lingkungan nyaman dan sehat
untuk kesehatan keluarga.
2. 1. Menjelaskan kembali kepada S :
keluarga tentang ISPA. Keluarga - Keluarga mengatakan sudah
tampak antusias mendengarkan mulai mengerti tentang D
informasi yang diberikan oleh penyakit ISPA. E
petugas kesehatan dan keluarga - Keluarga mengatakan sudah S
mengatakan sudah mulai mengerti mengerti akibat dari I
tentang penyakit ISPA. lingkungan yang kotor.
2. Membimbing kembali keluarga
untuk mengulangi menjelaskan
pengertian, penyebab, tanda dan O :
gejala ISPA. Keluarga belum bisa - Keluarga tampak antusias
mengingat penjelasan yang mendengarkan informasi yang
diberikan oleh petugas kesehatan. diberikan oleh petugas
3. Menganjurkan keluarga untuk kesehatan.
memodifikasi lingkungan sehat dan - Keluarga belum bisa
nyaman. Keluarga mengatakan mengingat penjelasan yang
sudah mengerti akibat dari diberikan oleh petugas Y
lingkungan yang kotor. kesehatan. A
4. Memotivasi keluarga dalam - Keluarga masih berpikir N
mengambil keputusan untuk membawa anak untuk berobat T
membawa An. Y ke posyandu atau ke puskesmas karena jauh dari I
ke puskesmas. Keluarga masih rumah.
berpikir membawa anak untuk - Keluarga aktif mengulang dan
berobat ke puskesmas karena jauh bertanya tentang kesehatan
dari rumah. anaknya.
5. Memberikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya tentang hal A : Masalah pengetahuan keluarga
yang belum dimengerti. Keluarga untuk mengatasi penyakit ISPA belum
aktif mengulang dan bertanya teratasi.
tentang kesehatan anaknya.
6. Memberikan pujian atas P : Lanjutkan rencana keperawatan
kemampuan keluarga dalam - Bimbing keluarga dalam hal
menjelaskan penyakit ISPA. merawat anggota keluarga
yang sakit.
- Motivasi keluarga untuk
membawa anak yang sakit ke
puskesmas.
3. 11 Desember 2015 1. Membimbing kembali keluarga S :
untuk mengulangi menjelaskan - Keluarga mengatakan telah
pengertian, penyebab, tanda dan mengetahui tanda dan gejala
gejala ISPA. Keluarga mengatakan dari ISPA.
telah mengetahui tanda dan gejala - Keluarga mengatakan mau
dari ISPA dan keluarga dapat membawa anak berobat ke D
mengerti untuk merawat anak yang puskesmas. E
sakit. - Keluarga mengatakan S
2. Memotivasi keluarga dalam informasi yang diberikan oleh I
mengambil keputusan untuk petugas kesehatan sudah jelas.
membawa An. Y ke posyandu atau
ke puskesmas. Keluarga O :
mengatakan mau membawa anak - Keluarga dapat mengerti untuk
berobat ke puskesmas. merawat anak yang sakit.
3. Memberikan kesempatan kepada - Keluarga bisa menerima
keluarga untuk bertanya tentang hal informasi dan saran yang telah
yang belum dimengerti. Keluarga diberikan oleh petugas
mengatakan informasi yang kesehatan. Y
diberikan oleh petugas kesehatan A : Masalah pengetahuan tentang A
sudah jelas. penyakit ISPA pada keluarga teratasi. N
4. Memberikan pujian atas T
kemampuan keluarga dalam P : I
menjelaskan penyakit ISPA. - Pertahankan tujuan yang sudah
Keluarga bisa menerima informasi tercapai.
dan saran yang telah diberikan oleh - Beri motivasi untuk merawat
petugas kesehatan. anak.
BAB 4
PEMBAHASAN

.1. Pengkajian
Pengkajian dari kasus ini terdiri dari 3 tahap yaitu pengumpulan data, pengolahan
data dan analisa data. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung terhadap
keluarga. Tahap ini dapat terjadi berkat adanya kerjasama antara keluarga dan juga
penulis. Namun ada hal yang mungkin belum dijumpai karena keterbatasan waktu dan
keterbatasan pengolahan data. Tahap pengkajian terdiri atas struktur dan sifat keluarga,
faktor sosial budaya ekonomi, faktor lingkungan, riwayat kesehatan/riwayat medis.
Pada kasus penulis hanya mendapatkan pengkajian struktur dan sifat keluarga, faktor
sosial budaya ekonomi dan faktor lingkungan, faktor riwayat kesehatan/medis tidak
ditemukan oleh penulis didalam kasus.

.2. Diagnosa Keperawatan


Menurut Friedmen ditemukan 3 kelompok masalah yakni kondisi tidak/kurang
sehat, kondisi yang mengancam, dan situasi krisis. Sedangkan pada kasus penulis
menemukan 3 diagnosa pada keluarga Tn. C dan ketiga masalah tersebut tergolong
kondisi yang mengancam. Untuk kondisi tidak/kurang sehat dan situasi krisis penulis
tidak menemukannya didalam kasus. Adapun diagnosa yang diperoleh penulis dalam
kasus yakni :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas An. Y berhubungan data
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah ISPA.
2. Kurang pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit ISPA
berhubungan dengan kurang informasi.
3. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan berhubungan dengan
keluarga tidak memanfaatkan pemeliharaan lingkungan rumah.
.3. Intervensi Keperawatan
Tahap perencanaan ini, penulis menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus,
dimana ada perencanaan dalam teori tetapi tidak ditemukan dalam kasus. Seperti
masalah keluarga Tn. C. Adapun kesenjangan antara kasus dan teori yakni:
Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan napas An. Y berhubungan data
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah ISPA.
Pada teori dilakukan pembuatan jendela yang baik yang sesuai dengan syarat
kesehatan akan tetapi dalam kasus penulis tidak melakukan pembuatan jendela
dikarenakan waktu yang terbatas dan dana.
Diagnosa 2 : Kurang pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit ISPA
berhubungan dengan kurang informasi.
Pada teori rencana ini diharapkan keluarga sudah dapat mengetahui pencegahan
penyakit ISPA sehingga tidak terjadi penularan pada anggota keluarga yang lain.
Diagnosa 3 : Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan berhubungan
dengan keluarga tidak memanfaatkan pemeliharaan lingkungan rumah.
Pada teori rencana ini diharapkan keluarga sudah dapat mengetahui dan mengerti
syarat-syarat rumah sehat dan lingkungan yang sehat.

.4. Implementasi Keperawatan


Semua rencana dapat terlaksana denga baik tetapi tidak semua rencana dapat
terlaksana dalam satu hari, namun rencana yang belum terlaksana pada hari pertama
akan direncanakan pada hari berikutnya.
Adapun alasan rencana tidak dapat direalisasikan pada hari yang sama dikarenakan
keterbatasan waktu dan keterbatasan penulis dalam melaksanakan tindakan
keperawatan. Namun dari seluruh rencana tindakan dapat terealisasikan selama 3 hari
karena kerja sama yang baik antara penulis dengan keluarga pada hari berikutnya.

.5. Evaluasi
Tahap evaluasi yang digunakan penulis adalah evaluasi formatif yaitu evaluasi yang
dilakukan selama proses asuhan keperawatan, dan evaluasi sumatif yaitu evaluasi akhir
dari 3 kali kunjungan yang dilakukan penulis. Setelah melakukan asuhan keperawatan
selama 3 kali kunjungan dalam 3 hari penulis menemukan perubahan perilaku dan
kemauan yang positif dari keluarga untuk meningkatkan kesehatan.
BAB 5
PENUTUP

.1. Kesimpulan
a. Pengkajian
Pada tahap pengkajian, penulis banyak mendapat kesenjangan antara teoritis
dengan kasus langsung dilapangan dimana pada teoritis terdapat fungsi keluarga dalam
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan tetapi pada masyarakat secara langsung
penulis mengamati serta mendata keluarga menjalankan tugas dan fungsinya tidak
sesuai dengan kesehatan keperawatan yaitu masalah pengolahan sampah, pembuangan
air limbah, lingkungan kotor yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan perilaku
merokok dimana penyebab masalah itu adalah kurang pengetahuan keluarga dalam
bidang kesehatan keluarga dan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.

b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan masalah yang ada dan dilengkapi
dengan data yang terkumpul dari keluarga. Penulis menemukan 3 diagnosa dari data
yang ada pada teori yakni:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas An. Y berhubungan data
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah ISPA.
2. Kurang pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit ISPA
berhubungan dengan kurang informasi.
3. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan berhubungan dengan
keluarga tidak memanfaatkan pemeliharaan lingkungan rumah.

c. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, penulis terlebih dahulu membuat prioritas masalah
dengan mempertimbangkan berat ringannya masalah, sumber daya keluarga dan
ketidakmampuan keluarga dalam mengatasi/mengenal masalah dan memodifikasi
lingkungan rumah. Pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori
pada kenyataannya penulis membuat rencana tindakan dan disesuaikan dengan masalah
yang berdampak pada setiap keluarga, dimana rencana asuhan ini penulis membuat
kesepakatan dengan keluarga dalam mengarahkan pelaksanaan.

d. Implementasi keperawatan
Pelakasanaan tindakan keperawatan dapat dilakukan secara berkesinambungan
karena adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan keluarga.

e. Evaluasi
Tindakan yang dilakukan secara berkesinambungan ini masalah teratasi semua. Dari
3 diagnosa yang ditemukan penulis dapat teratasi, semua hal ini terjadi karena adanya
kerja sama yang baik antara penulis dan keluarga.

.2. Saran
1. Bagi puskesmas dan petugas kesehatan
Diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan pada keluarga yang tidak
memiliki rumah yang sehat. Dan dapat memberikan penyuluhan tentang rumah
sehat.

2. Bagi mahasiswa
Agar mempunyai persiapan untuk ke lapangan dan menguasai teori tentang
Asuhan keperawatan keluarga. Sehingga dapat mempermudah mahasiswa dalam
praktek lapangan.

3. Bagi keluarga Tn. C


Menjaga kebersihan rumah dan tetap berperilaku hidup bersih dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes R.I., 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Profil Kesehatan 2005. Jakarta.
Duvall, E.M., 1997, Marriage and Family Development, Philadelphia; J.B. Lippincott
Company.
Endah, Rika, Nurhidayah. (2008). Ilmu Prilaku Dan Pendidikan Kesehatan Untuk
Keperawatan. Jakarta : USU Press.
Intansari (2010). Proses Keperawatan: NANDA, NOC & NIC. Penerbit: PT. BukuKita,
Jakarta.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Balita, Orang
Dewasa, Usia Lanjut. Pustaka Obor Populer, Jakarta.
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas; Konsep dan
Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jogjakarta : Nuha Medika.
Rahmawati, dwi & hartono. (2012). Gangguan Pernafasan pada Anak: ISPA.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Slameto. (2006). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Sudiharto. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan
Transkultural. Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai