PENDAHULUAN
1
1.3. Kriteria Perencanaan
a. Spesifikasi Bangunan
- Fungsi Bangunan : Ruko / Rumah Toko
- Luas Bangunan : 240 m2
- Jumlah Lantai : 2 lantai
- Tinggi / Lantai :4 m
- Konstruksi Atap : Plat Beton
- Pondasi : Foot Plat
b. Spesifikasi Bahan
- Beton : f’c = 25 MPa
E = 4700 (f’c)^0,5 MPa
- Rebar : fy = 400 Mpa untuk D ≥ 10 mm
fy = 240 Mpa untuk D < 8 mm
2
BAB II
DASAR TEORI
2. Komponen Gedung :
- Dinding pasangan bata merah setengah bata ......... 250 kg/m2
- Adukan Semen……………………………....….……21kg/m2
- Penutup lantai dari keramik dan beton……...............24 kg/m2
- Kaca Tebal 3 – 4 mm………………….......….....…..10 kg/m2
3
b. Beban Hidup (L)
Beban hidup adalah beban yang terjadi akibat adanya
penghunian atau penggunaan suatu gedung, termasuk beban pada
lantai yang berasal dari barang yang dapat berpindah – pindah. Beban
hidup yang berkerja padasuatu bangunan disesuaikan dengan rencana
fungsi bangunan tersebut, diantaranya yaitu :
- Beban atap.....................................................................100 kg/m2
- Beban tangga & bordes..................................................300
kg/m2
- Beban lantai...................................................................200 kg/m2
- Balkon – balkon.............................................................300 kg/m2
Berhubung peluang untuk terjadi beban hidup penuh yang
membebani semua bagian dan unsur sruktur pemikul secaraserempak
selama unsur gedung tersebut adalah sangat kecil, maka perencanaan
balok induk dan portal dari sistem pemikul beban dari suatu struktur
gedung, beban hidupnya dikalikan dengan suatu koefisien reduksi
yang nilainyatergantung pada penggunaan gedung / bangunan yang
ditinjau. Berikut adalah nilai koefisien reduksinya :
Koefisien Beban Hidup
Penggunaan Gedung / Bangunan (untuk perencanaan
balok induk dan portal)
Perumahan / Penghunian
0,75
Rumah tinggal, asrama, hotel, rumah sakit
Perdagangan
0,80
Toko, toserba, pasar
Gang dan Tangga
Perumahan / penguhinan 0,75
Pendidikan, kantor 0,75
Pertemuan umum, perdagangan, industri, 0,90
tempat kendaraan
Tabel 2.1. Koefisien Reduksi Beban Hidup SNI 03-1729-2002
4
2.2. Sistem Kerja Beban
Bekerjanya beban untuk bangunan bertingkat berlaku sitem gravitasi
yaitu elemen struktur yang berada id atas akan membebani elemen struktur
yang berada di bawahnya atau dengan kata lain elemen struktur yang
mempunyai kekuatan lebih besar akan menahan atau memikul elemen
struktur yang mempunyai kekuatan lebih kecil
Dengan demikian sistem bekerjanya beban untuk elemen struktur
gedung maupun rumah bertingkat secara umum dapat dinyatakan sebagai
berikut :
“beban pelat lantai didistribusikan terhadap balok anak dan balok portal,
beban balok portal didistribusikan ke kolom dan beban kolom kemudian
diteruskan ke tanah dasar melalui pondasi”.
2.3. Kombinasi Beban
Dalam pedoman beton SNI 03-2847-2002, suatu struktur harus
direncanakan untuk memiliki cadangan kekuatan untuk memiliki beban
yang lebih tinggi dari beban normal. Dan berikut ini kombinasi beban yang
biasa digunakan untuk menghitung suatu struktur gedung / bangunan
bertingkat :
No Kombinasi Beban Faktor Pembebanan
1 D 1,4 D
2 D, L 1,2 D + 1,6 L
3 D, L, A, R 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R)
4 D, L, W, A, R 1,2 D + 1,6 L ±1,6 W + 0,5 (A atau R)
5 D, L. W 1,2 D + 1,6 L ± 0,8 W
6 D, W 0,9 D ± 1,6 W
7 D, L, E 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E
8 D, E 0,9 D ± 1,0 E
9 D, F 1,4 (D + F)
10 D, T, L, A, R 1,2 (D + T) + 1,6 L + 0,5 (A atau R)
Tabel 2.3. Kombinasi Faktor Pembebanan SNI 03-1729-2002
Keterangan :
D : Beban mati
L : Beban hidup
W : Beban Angin
A : Beban Atap
5
R : Beban air hujan
E : Beban gempa
T : Pengaruh kombinasi suhu, rangkak, susut dan perbedaan penurunan
F : Beban akibat berat dan tekanan fluida
6
c. Beton yang berhubungan langsung dengan tanah atau cuaca ......40
mm
2.5. Perencanaan Struktur Beton
a. Perencanaan Pelat Lantai
Dalam perencanaan struktur pelat lantai bangunan ini
Ly
menggunakan metode perhitungan 2 arah. Dengan ketentuan <2
Lx
(Pelat dua arah). Beban pelat lantai jenis ini disalurkan ke empat sisi
pelat atau ke empat balok yang menopang pada pelat tersebut. Berikut
7
Dengan perencanaan :
a. Pembebanan :
- Beban mati
- Beban hidup : 200kg/m2
b. Asusmsi perletakan : terjepit elastis
c. Analisa struktur & penampang berdasarkan pada SNI 03-2847-
2002
d. Syarat pemasangan tulangan lentur :
- Jarak minimum tulangan sengkang adalah 25 mm.
- Jarak maksimum tulangan sengkarang adalah 240 mm atau
2h.
Berikut ini adalah tahapan dalam perhitungan penulangan lentur :
Mu
a. M n= ; ∅=0,80
∅
fy
b. m=
0,85 × f ' c
Mn
c. Rn=
b × d2
1 2× m× Rn
d. p=
m ( √
1− 1−
fy )
0,85 × f ' c 600
e. pb=
fy ((
× β
600+ fy ))
f. pmax =0,75 × pb pmin < p < p max →tulangan tunggal
p< pmin → dipakai pmin =0,0025
g. As= p didapat × b ×d
Keterangan :
8
Mu : nilai momen terfaktor penampang (Nmm)
Ø : faktor reduksi
h d
9
Keterangan :
Dengan perencanaan :
a. Pembebanan :
- Beban mati
- Beban hidup : 200kg/m2
b. Asusmsi perletakan : jepit – jepit
c. Analisa struktur berdasarkan pada program SAP 2000.
d. Analisa penampang berdasarkan pada SNI 03-2847-2002.
Berikut ini adalah tahapan dalam perhitungan penulangan lentur :
Mu
a. M n= ; ∅=0,80
∅
fy
b. m=
0,85 × f ' c
Mn
c. Rn=
b × d2
1 2× m× Rn
d. p=
m ( √
1− 1−
fy )
0,85 × f ' c 600
e. pb=
fy ((
× β
600+ fy ))
1,4
f. pmax =0,75 × pb pmin = p < p < p maks p< pmin → dipakai pmin
fy min
10
1 '
b. V c = × √ f c × b ×d∅ V c =0,6 ×V c
6
c. Vu<∅ Vc <3 × ∅ Vc →tidak perlutulangan geser
d. Vs perlu=Vu−Vc → pili h tulanganterpasang
Av × fy × d
e. Vs ada=
s
Keterangan :
Ø : faktor reduksi
11
Momen yang bekerja harus didistribusikan pada kolom di atas dan
di bawah lantai tersebut berdasarkan kekakuan relatif kolom
dengan memperhatikan kondisi kekangan pada ujung kolom.
a. ∅=0,65
12
b. Tentukan nilai f’c dan fy
c. Tentukan nilai b, h dan d
d. Hitung nilai Pnb
600
Pnb=0,85 × f ' c × ab ×b ab=β d
600+ fy
e. Hitung nilai Pu
Pu=∅ × Pnb
f. Hitung nilai eksentrisitas minimal
e min =0,1 ×h
g. Hitung nilai Mu
Mu=∅ × ( Pnb ×e min )
h. Hitung nilai eksentrisitas terfaktor
Mu
e=
Pu
i. Hitung nilai Pnperlu
Pu
Pn perlu=
∅
Syarat :
a. Bila Pn < Pnb terjadi keruntuhan tarik, maka :
h d
As=
Pn× e− +
2 2 ( )
fy × ( d−d ' )
1 k1 e
As =
'
fy ( k2
'
)
k 1 × Pn− × ( b ×h × f c ) k 1=
d−d '
+0,5
3 × he
k 2= +1,18
d2
Keterangan :
As : luas penampang baja / besi e : eksentrisitas
b : lebar penampang kolom Pn : kapasitas
minimal kolom
13
d : tinggi efektif kolom k : faktor jenis
struktur
d’ : jarak tulangan ke sisi luar beton He : tebal kolom
h : tinggi kolom f’c : kuat tekan
beton
14
BAB III
PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS
15
Tipe pelat A,B
Ly 3,15
= =1,05
Lx 3,00
Mlx = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 985,6 x (3)2 x 48 = 4,25
kN.m
Mly = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 985,6 x (3)2 x 48 = 4,25
kN.m
Mtx = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 985,6 x (3)2 x 48 = -4,25
kN.m
Mty = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 985,6 x (3)2 x 48 = -4,25
kN.m
Ly 3 ,00
= =1
Lx 3,00
Mlx = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 985,6 x (3)2 x 13 = 1,15
kN.m
Mly = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 985,6 x (3)2 x 38 = 3,37
kN.m
Mtx = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 985,6 x (3)2 x 13 = -1,15
kN.m
16
Mty = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 985,6 x (3)2 x 38 = -3,37
kN.m
Tipe pelat J,K
Ly 3,55
= =1,18
Lx 3,00
Mlx = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 985,6 x (3)2 x 48 = 4,25
kN.m
Mly = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 985,6 x (3)2 x 39 = 3,45
kN.m
Mtx = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 985,6 x (3)2 x 55 = -4,25
kN.m
Mty = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 889,6 x (3)2 x 38 = -3,45
kN.m
Ly 3
= =1,2
Lx 2,5
Mlx = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 985,6 x (3)2 x 61= 5,41
kN.m
Mly = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 985,6 x (3)2 x 51 = 4,52
kN.m
17
Mtx = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 985,6 x (3)2 x 61 = -5,41
kN.m
Mty = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 985,6 x (3)2 x 51 = -34,52
kN.m
Dari perhitungan momen diambil momen terbesar untuk pelat utama yaitu:
Mlx = 5,41 kN.m Mtx = -5,41 kN.m
Mly = 4,52 kN.m Mty = -4,52 kN.m
18
c. Perhitungan tulangan lentur pelat lantai
Data : Tebal pelat (h) = 12 cm = 120 mm
Diameter tulangan (∅) = 10 mm
Tebal selimut (d’) = 20 mm
b = 1000 mm
fy = 240 Mpa
f’c = 25 Mpa
Tinggi Efektif (d) = h – d’ = 120 - 20 = 100 mm
dx = h – d’ – ½ ∅ = 120 – 20 – 5 = 95 mm
dy = h - d’- ∅- ½ ∅=120–20–10-5=85 mm
Momen nominal:
∅=0,80 , karena lentur
Mu 5,36.10 6
Mn= = =6700000 Nmm
∅ 0,80
19
0,85.25 600
[
ρmax =0,75 . 0,85 .
240 (. )]
600+240
=0,0403
20
Rasio tulangan perlu:
Mn 6700000
Rn= = =0,742 Mpa
b . d 2 1000 . 952
0,85 . f c ' 2. Rn
ρ=
fy ( √
. 1− 1−
0,85. f c' )
0,85 . 25 2 .0,742
ρ=
240 ( √
. 1− 1−
0,85 .25 )
ρ=0,0032≤ ρmin =0,00583 , maka dipakai ρmin =0,00583
Momen nominal:
∅=0,80 , karena lentur
Mu 4,08 .10 6
Mn= = =5100000 Nmm
∅ 0,80
21
Rasio tulangan minimum:
1,4 1,4
ρmin = = =0,00583
fy 240
22
0,025 .b . h
Assusut =
100
0,025 .1000 . 120
Assusut = =30 mm2
100
Atau
Assusut =20 % . As pokok
23
3.2. Perencanaan Pelat Atap
d. Beban-beban yang bekerja pada pelat atap
Beban mati (DL)
Berat pelat sendiri = 0,10 x 2400 x 1 = 240 kg/m2
Berat plafond + instalasi listrik = 0,04 x 275 + 14 = 25 kg/m2
Total Berat Mati (DL) = 265 kg/m2
Beban hidup (LL)
Berdasarkan PPIUG 1983 beban hidup untuk ruko = 100 kg/m2
Beban Ultimate (U)
U = 1,2DL + 1,6LL
U = 1,2 x 265 + 1,6 x 100
U = 478 kg/m2
24
Tipe pelat A
Ly 4,00
= =1,3
Lx 3,00
Mlx = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 478 x (3)2 x 67 = 2,88 kN.m
Mly = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 478 x (3)2 x 51 = 2,19 kN.m
Mtx = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 478 x (3)2 x 67 = -2,88
kN.m
Mty = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 478 x (3)2 x 51 = -2,19
kN.m
Tipe pelat B
Ly 4,00
= =1,3
Lx 3,00
Mlx = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 478 x (3)2 x 67 = 2,88 kN.m
Mly = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 478 x (3)2 x 51 = 2,19 kN.m
Mtx = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 478 x (3)2 x 67 = -2,88
kN.m
Mty = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 478 x (3)2 x 51 = -2,19
kN.m
Tipe pelat C
25
Ly 4,00
= =1,3
Lx 3,00
Mlx = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 478 x (3)2 x 55 = 2,36 kN.m
Mly = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 478 x (3)2 x 38 = 1,63 kN.m
Mtx = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 478 x (3)2 x 55 = -2,36
kN.m
Mty = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 478 x (3)2 x 38 = -1,63
kN.m
Tipe pelat D
Ly 4,00
= =1,3
Lx 3,00
Mlx = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 478 x (3)2 x 55 = 2,36 kN.m
Mly = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 478 x (3)2 x 38 = 1,63 kN.m
Mtx = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 478 x (3)2 x 55 = -2,36
kN.m
Mty = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 478 x (3)2 x 38 = -1,63
kN.m
Tipe pelat E
26
Ly 4,00
= =1,3
Lx 3,00
Mlx = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 478 x (3)2 x 55 = 2,36 kN.m
Mly = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 478 x (3)2 x 38 = 1,63 kN.m
Mtx = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 478 x (3)2 x 55 = -2,36
kN.m
Mty = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 478 x (3)2 x 38 = -1,63
kN.m
Tipe pelat F
Ly 4,00
= =1,3
Lx 3,00
Mlx = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 478 x (3)2 x 55 = 2,36 kN.m
Mly = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 478 x (3)2 x 38 = 1,63 kN.m
Mtx = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 478 x (3)2 x 55 = -2,36
kN.m
Mty = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 478 x (3)2 x 38 = -1,63
kN.m
Tipe pelat G
Ly 4,00
= =1,3
Lx 3,00
Mlx = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 478 x (3)2 x 55 = 2,36 kN.m
Mly = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 478 x (3)2 x 38 = 1,63 kN.m
Mtx = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 478 x (3)2 x 55 = -2,36
kN.m
27
Mty = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 478 x (3)2 x 38 = -1,63
kN.m
Tipe pelat H
Ly 4,00
= =1,3
Lx 3,00
Mlx = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 478 x (3)2 x 55 = 2,36 kN.m
Mly = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 478 x (3)2 x 38 = 1,63 kN.m
Mtx = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 478 x (3)2 x 55 = -2,36
kN.m
Mty = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 478 x (3)2 x 38 = -1,63
kN.m
Tipe pelat I
Ly 4,00
= =1,3
Lx 3,00
Mlx = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 478 x (3)2 x 67 = 2,88 kN.m
Mly = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 478 x (3)2 x 51 = 2,19 kN.m
Mtx = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 478 x (3)2 x 67 = -2,88
kN.m
Mty = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 478 x (3)2 x 51 = -2,19
kN.m
Tipe pelat J
28
Ly 4,00
= =1,3
Lx 3,00
Mlx = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 478 x (3)2 x 67 = 2,88 kN.m
Mly = 0,001 . qu . Lx2 . x = 0,001 x 478 x (3)2 x 51 = 2,19 kN.m
Mtx = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 478 x (3)2 x 67 = -2,88
kN.m
Mty = -0,001 . qu . Lx2 . x = -0,001 x 478 x (3)2 x 51 = -2,19
kN.m
Dari perhitungan momen diambil momen terbesar untuk pelat atap yaitu:
29
Mlx = 2,88 kN.m Mtx = -2,88 kN.m
Mly = 2,19 kN.m Mty = -2,19 kN.m
f. Perhitungan tulangan lentur pelat atap
Data : Tebal pelat (h) = 10 cm = 100 mm
Diameter tulangan (∅) = 8 mm
Tebal selimut (d’) = 20 mm
b = 1000 mm
fy = 240 Mpa
f’c = 25 Mpa
Tinggi Efektif (d) = h – d’ = 100 - 20 = 80 mm
dx = h – d’ – ½ ∅ = 100 – 20 – 4 = 76 mm
dy = h - d’- ∅- ½ ∅=100–20–8-4= 68 mm
Momen nominal:
∅=0,80 , karena lentur
Mu 2,88.10 6
Mn= = =3600000 Nmm
∅ 0,80
30
0,85.25 600
[
ρmax =0,75 . 0,85 .
240 (. )]
600+240
=0,0403
31
Rasio tulangan perlu:
Mn 3600000
Rn= = =0,63 Mpa
b . d 2 1000 . 762
0,85 . f c ' 2. Rn
ρ=
fy ( √
. 1− 1−
0,85. f c' )
0,85 . 25 2. 0,63
ρ=
240 ( √
. 1− 1−
0,85 .25 )
ρ=0,0027 ≤ ρ min=0,00583, maka dipakai ρmin =0,00583
Momen nominal:
∅=0,80 , karena lentur
Mu 2,19 . 106
Mn= = =2737500 Nmm
∅ 0,80
32
Rasio tulangan minimum:
1,4 1,4
ρmin = = =0,00583
fy 240
33
Tulangan susut dan suhu
SNI 1991 tidak mengatur untuk tulangan polos maka dipakai
persyaratan dari PBI ’71.
0,025 .b . h
Assusut =
100
0,025 .1000 . 100
Assusut = =25 mm2
100
Atau
Assusut =20 % . As pokok
34
2.3. Perencanaan Dimensi Balok
Rencana Dimensi Balok B1
1 1
h= . L= .400=35 cm
12 12
1 1
b= . h= .35=17,5 cm 20 cm
2 2
direncanakan dimensi balok B1 = 20/35 cm
35
¿ 1,125
1
M maks= . h . l 2
8
36
1
¿ . h .l 2
8
37
2.7. Analisa Kelayakan Tangga
Data yang direncanakan sebagai berikut:
Fc : 25 Mpa
Fy : 240 Mpa
Tinggi tangga (h) : 400 cm
Tinggi optrade (o) : 20 cm
Antrade : 30 cm
Optrade 20
Kemiringan tangga : Arc tan =Arc tan =33,69 °
Antrade 30
Lebar tangga yang direncanakan untuk 2 orang, maka diambil lebar tangga
120 cm dengan panjang bordes 250 cm.
38
39
40
41