Abstrak
Tubuh manusia terdiri dari bermilyar-milyar sel dengan bentuk dan fungsi yang spesifik yang
akan membentuk jaringan dan menjadi organ. Organ ini akan membentuk suatu sistem-sistem
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, salah satunya adalah sistem urogenital.
Organ genitalia masculina externa terdiri dari penis, testis, dan epididymis. Sedangkan yang
interna terdiri dari ductus deferens, glandula vesiculosa, dan glandula prostat. Vesica urinaria,
ureter, dan urethra merupakan traktus penting dalam sistem urinalis pada pria. Setelah urine
terbentuk di ginjal, urine disalurkan melalui ureter dan disimpan sementara di vesica urinaria
untuk kemudian dikeluarkan melalui miksi lewat urethra.Urethra terbagi menjadi empat
bagian yaitu urethra pars preprostatica, urethra pars prostatica, urethra pars membranacea,
dan urethra pars spongiosa. Mekanisme pengeluaran urine yaitu refleks miksi, dikontrol oleh
pusat miksi di korteks serebri pada orang dewasa dan dapat dikendalikan dan refleks
berkemih yang diatur oleh tubuh kita secara involunter. Respon seksual pria diatur oleh
stimuli eksotis.
Kata kunci: genitalia masculina externa, interna, traktur urinalis
Abstract
The human body consists of billions of cells with specific forms and functions that will form
tissues and become organs. This organ will form a system to maintain its survival, one of
which is the urogenital system. The genital organs of masculina externa consist of penis,
testis, and epididymis. While the interna consists of ductus deferens, vesiculosa gland, and
prostate glandula. Vesica urinaria, ureter, and urethra are important tracts in the urinal
system in men. After urine is formed in the kidneys, urine is supplied through the ureter and
stored temporarily in vesica urinaria for later expulsion through micturition through the
1
urethra. Urethra is divided into four parts: urethra pars preprostatica, urethra pars
prostatica, urethra pars membranacea, and urethra pars spongiosa. The mechanism of
urinary excretion is the micturition reflex, controlled by micturition centers in the adult
cerebral cortex and can be controlled and the urinary reflex administered by our body in an
involuntary way. Male sexual response is governed by exotic stimuli.
Keywords:genitalia masculina externa, interna, urinalis tractation
Pendahuluan
Sejak SMP maupun SMA kita telah diajari bahwa salah satu fungsi kita sebagai manusia
adalah untuk melanjutkan keturunan. Agar fungsi fungsi tersebut bisa dilaksanakan,maka
Allah memberikan kita alat reproduksi yang sebenarnya sudah kita dapatkan sejak dalam
kandungan ibu, tapi baru mulai aktif berfungsi pada waktu kita memasuki masa pubertas.
Sehingga, saat kita mulai beranjak remaja dan mengalami perubahan pada tubuh, kita perlu
mengetahui tentang apa sajakah alat reproduksi pada laki-laki dan alat reproduksi penting
dalam proses reproduksi serta proses pembentukan sel gamet, baik sel gamet jantan/
spermatozoa (spermatogenesis)1
Pembahasan
Struktur Makroskopis
2
Testis dan Epididimis
Testis merupakan sepasang struktur berbentuk ovel, agak gepeng, dengan panjang sekitar 4
cm dan diameter sekitar 2,5 cm. Bersama epididimis, testis berada di dalam skrotum yang
merupakan sebuah kantung ekstraabdomen tepat di bawah penis. Dinding pada rongga yang
memisahkan testis dengan epididimis disebut tunika vaginalis. Tunika vaginalis dibentuk
dari peritonemun intraabdomen yang bermigrasi ke dalam skrotum primitif selama
perkembangan genitalia interna pria. Setelah migrasi ke dalam skrotum, saluran tempat
turunnya testis (processus vaginalis) akan menutup.
Epididimis merupakan suatu struktur berbentuk koma yang menahan batas posterolateral
testis. Epididimis dibentuk oleh saluran yang berlekuk-lekuk secara tidak teratur yang disebut
duktus epididimis. Duktus epididimis memiliki panjang sekitar 600 cm. Duktus ini berawal
pada puncak testis yang merupakan kepala epididimis. Setelah melewati jalan yang berliku-
liku, duktus ini berakhir pada ekor epididimis yang kemudian menjadi vas deferens.2
Testis merupakan tempat terjadinya spermatogenesis dan produksi steroid seks pada pria.
Epididmis merupakan tempat terjadinya maturasi akhir sperma. Skrotum pada dasarnya
merupakan kantung kulit khusus yang melindungi testis dan epididimis dari cedera fisik dan
merupakan pengatur suhu testis. Spermatozoa sangat sensitif terhadap suhu. Karena testis dan
epididimis berada di luar rongga badan, suhu di dalam testis biasanya lebih rendah dari pada
suhu di dalam abdomen.1,2
3
Vas Deferens dan Vesikula Seminalis
Vas deferens merupakan kelanjutan langsung dari epididimis. Struktur ini mempunyai
panjajngv45 cm yang berawal dari ujung bawah epididimis kemudian naik di sepanjang
aspek posterior testis dalam bentuk gulungan-gulungan bebas. Setelah meniggalkan bagian
belakang testis, vas deferens melewati korda spermatika menuju abdomen. Vas deferens
dapat teraba sebagai tali yang keras pada aspek posterior korda spermatika saat melewati
skrotum menuju cincin inguinalis superfisial. Setelah masuk ke dalam abdomen, vas deferens
melengkung ke arah medial menyilang arteri iliaka eksterna menuju pelvis. Dari sana, vas
deferens menyilang saraf dan pembuluh darah obturator dan pembuluh vesikular. Vas
deferens kemudian menyilang ureter untuk menuju duktus vesikula seminalis. Vas deferens
dan duktus vesikula seminalis bersama-sama membentuk duktus ejakulatorius yang
bermuara pada uretra bagian prostat. Duktus ejakulatorius berukuran pendek (2,5 cm) dan
berada sangat dekat dengan duktus kontralateralnya saat menuju bagian depan melalui
prostat.
Pasokan darah ke vas deferens dan vesikula seminalis terutama berasal dari arteri vesikularis
inferior. Arteri tersebut berjalan bersama vas deferens menuju skrotum dan disana akan
beranastomosis dengan arteri testikular. Aliran limfatik berjalan menuju ke nodus iliaka
interna dan eksterna.
Vas deferens berfungsi mengalirkan sperma. Vesikula seminalis memproduksi kurang lebih
50-60% dari total volume cairan semen. Komponen penting pada semen yang berasal dari
vesikula seminalis adalah fruktosa dan prostaglandin.2
Kelenjar Prostat
Prostat merupakan organ dengan sebagian strukturnya merupakan kelenjar dan sebagian lagi
otot. Organ ini mengelilingi uretra pria, yang terfiksasi kuat oleh lapisan jaringan ikat sedikit
di belakang simfisis pubis. Organ ini berukuran sekitar 2,3 x 3,5 x 4,5 cm. Lobus media
prostat yang secara histologis merupakan zona transisional berbentuk baji, secara langsung
mengelilingi uretra dan memisahkannya dengan duktus ejakulatorius. Saat terjadi hipertrofi,
4
lobus media dapat menyumbat aliran urin. Hipertrofi lobus media banyak terjadi pada usia
lanjut.
Prostat bagian anterior sebagian besar terdiri atas jaringan fibromuskukar. Jaringan kelenjar
prostat berada pada sisi uretra dan posterior terhadapnya.
Pasokan darah ke kelenjar prostat bervarisi, namun sebagian besar berasal dari arteri pudenda
interna dan glutea inferior dari arteri iliaka interna (hipogastrika). Vena yang mengalirkan
darah dari prostat berukuran besar dan berdinding tipis, membentuk pleksus yang
berhubungan dengan pleksus yang mengalirkan darah dari kandung kemih. Keduanya
mengalirkan darah ke vena iliaka interna.
Semua jaringan otot pada vas deferens, prostat, prostat bagian uretra, dan vesikula seminalis
terlibat dalam proses ejakulasi. Sekresi prostat menyumbang sekitar 15% dari total volume
cairan semen. Komponen penting yang dihasilkan prostat adalah fosfatase asam, seng, sitrat,
dan protease yang membuat semen lebih encer. Pengenceran membuat sperma tidak lagi
sekental ejakulat awal.
Penis
Penis terdiri atas jaringan kavernosa (erektil) dan dilalui oleh uretra. Permukaan posterior
pada penis yang lunak adalah yang paling dekat dengan uretra, dan sisi lainnya, adalah
permukaan dorsal yang lebih luas. Sebagian besar jaringan erektil panis tersusun dalam tiga
kolom longitudinal, yaitu sepasang korpus kavernosum dan sebuah korpus spongiosum di
bagian tengah. Ujung dari penis disebut glans. Glans penis juga mengandung jaringan erektil
dan berlanjut ke korpus spongiosum. Glans dilapisi oleh lapisan kulit tipis berlipat yang dapat
ditarik ke proksimal, yang disebut prepusium atau kulit luar.; prepusium ini dibuang saat
melakukan pembedahan sirkumsisi (sunat).
5
Arteri pudenda interna memasok darah ke penis, masuk ke dalam organ tersebut pada
permukaan dorsal dan berpenetrasi ke jaringan erektil korpus kavernosum. Vena yang beraal
dari penis masuk ke pleksus prostatika baik secara langsung atau melalui vena dorsalis penis.
Ereksi penis terjadi ketika ruang kavernosa yang luas pada korpus kavernosum dan korpus
spongiosum terisi darah. Pembesaran penis ini menghambat aliran balik vena dan
memungkinkan ereksi terus berlangsung.
Persarafan penis sangat penting untuk ereksi. Pasokan saraf ke penis berasal dari nervus
pudenda (nervus sakralis ke-2,3 dan 4) dan pleksus autonom pelvis. Aliran limfatik pada
penis menuju ke kelompok medial nodus limfatik inguinalis superfisialis.
Fungsi penis adalah penetrasi. Pnetrasi pada vagina wanita memungkinkan terjadinya
deposisi semen dekat serviks uterus.2
Struktur Mikroskopis
Testis
Setiap testis dikelilingi oleh simpai tebal jaringan ikat kolagen, yaitu tunica albugenia.
Tunica albugenia menebal pada permukaan posterior testid dan membentuk mediastinum
testis, tempat septa fibrosa mempenetrasi organ tersebut dan membagi kelenjar menjadi
sekitar 250 kompartemen piramid atau lobulus testis. Septa ini tidak kontinu, dan sering
terbentuk hubungan antar lobulus. Setiap lobulus dihuni oleh satu sampai empat tubulus
seminiferus yang dikelilingi jaringan ikat longgar interstisial yang banyak mengandung
pembuluh darah dan limfe, saraf, dan sel interstisial (sel Leydig) endokrin yang menyekresi
6
testosteron. Tubulus seminiferus menghasilkan sel reproduksi pria, yaitu spermatozoa,
sedangkan sel interstisial menyekresikan androgen testis.
Testis berkembang secara retroperitoneal pada dinding dorsal rongga abdomen embrional.
Testis bergerak selama perkembangan fetus dan akhirnya tertahan di kedua sisi skrotum pada
ujung funiculus spermaticus. Karena bermigrasi dari rongga abdomen, setiap testis membawa
srrta suatu kantong serosa, yakni tunica vaginalis, yang berasal dari peritoneum. Tunika ini
terdiri atas lapisan parietal di luar dan lapisan viseral di sebelah dalam, yang membungkus
tunica abugenia pada sisi anterior dan lateral testis.
Suhu sangat penting pada pengaturan spermatogenesis, yang hanya terjadi di bawah suhu
tubuh inti sebesar 37o. Suhu testis sekitar 34oC dipertahankan dalam kantong testis melalui
berbagai mekanisme. Setiap a.testicularis dipertahankan oleh pleksus vena pampiniformis
dengan darah dingin dari testis yang menarik panas dari darah arteri melalui suatu sistem
pertukaran panas balik. Evaporasi keringat dari skrotum juga berkontribusi pada pengeluaran
panas. Relaksasi atau kontraksi m.dartos skrotum dan m.cremaster feniculus spermaticus,
masing-masing, menggerakkan testis menjauhi atau mendekati tubuh, yang memungkinkan
pengaturan suhu tubuh lebih lanjut.
Tubulus Seminiferus
Sperma dihasilkan dalam tubulus seminiferus dengana laju sekitar 2 x 108 per hari pada pria
dewasa. Setiap testis memiliki 250-1000 tubulus seminiferus di lobusnya, dengan setiap
tubulus seminiferus yang berdiameter sekitar 150-250 um dan panjang 30-70 cm. Panjang
gabungan seluruh tubulus pada satu testis mencapai sekitar 250 m. Setiap tubulus ini
merupakan suatu gelung berkelok yang dihubungkan oleh suatu segmen pendek dan sempit,
7
yaitu tubulus rektus, dengan rete testis, yakni suatu labirin saluran berlapis-epitel yang
tertanam di mediastinum testis. Sepuluh hingga dua puluh ductulus efferen menghubungkan
rete testis dengan caput epididymis.
Setiap tubulus seminiferus dilapisi oleh suatu epitel berlapis khusus dan kompleks yang
disebut epitel germinal atau epitel seminiferus. Membran basal epitel ini dilapisi oleh
jaringan ikat fibrosa, dengan suatu lapisan terdalam yang mengandung sel-sel mioid gepeng
dan menyerupai otot polos yang memungkinkan kontraksi lemah tubulus. Sel-sel interstisial
berada pada jaringan ikat di antara tubulus seminiferus. 3
Epitel tubulus seminiferus terdiri atas dua jenis sel : sel penyokong atau sustenkular (sel
Sertoli) dan sel-sel proliferatif dari garis keturunan spermatogenik. Sel-sel turunan
spermatogenik membentuk empat sampai delapan lapisan konsentris sel dan fungsinya adalah
menghasilkan sel yang menjadi sperma. Bagian produksi sperma yang mencakup pembelahan
sel melalui mitosis dan mitosis haploid disebut spermatogenesis. Diferensiasi akhir sel benih
pria haploid disebut spermiogenesis.3,4
Sel Sertoli
Sel sertoli, sesuai nama Enrico Sertoli (1842-1910) yang pertama kali memperlihatkan makna
fisiologisnya, sangat penting untuk fungsi testis. Sel-sel ini merupakan sel piramid atau
kolumnar yang sebagian membungkus sel-sel dari garis keturunan spermatogenik dan
berfungsi sebagai sel penunjang atau sel perawat. Dasar sel Sertoli melekat pada lamina basal
dan ujung apikalnya sering terjulur ke dalam lumen tubulus seminiferus. Dengan mikroskop
cahaya, bentuk sel Sertoli tidak jelas terlihat karena banyaknya juluran lateral yang
mengelilingi sel spermatogenik. Setiap sel Sertoli menyangga 30-50 sel benih dengan
berbagai tahap perkembangan.
Taut kedap yang erat di antara membran basolateral sel-sel Sertoli yang berdekatan
membentuk suatu sawar-testis-darah pada epitel seminiferus, yaitu sawar darah-jaringan
yang paling erat pada mamalia.
Sel Sertoli mempunyai beberapa fungsi di dalam epitel seminiferus, yang biasanya
melibatkan sawar testis-darah :
8
nutrisi oleh sawar testis-darah, sel-sel spermatogenik ini bergantung pada sel Sertoli
untuk produksi atau pengangkutan metabolit dan faktor nutrisi seperti protein
pengangkut-besi, transferin, ke dalam lumen. Jadi, sambil melindungi sel
spermatogenik dari komponen imun dalam plasma, sel Sertoli harus menyuplai faktor
plasma yang diperlukan untuk pertumbuhan dan diferensiasi.
Sekresi endokrin dan eksokrin. Sel Sertoli secara kontinu menyekresi suatu cairan
ke dalam tubulus seminiferus yang digunakan untuk mengangkut sperma ke arah
ductus genitalis. Sekresi nutrien dan protein pengikat-androgen (ABP) yang
memekatkan testosteron hingga mencapai kadar yang diperlukan untuk
spermiogenesis, ditingkatkan oleh hormon penstimulasi-folikel (FSH). Secara
endokrin, sel Sertoli melepaskan steroid estradiol yang berasal dari testosteron dan
menyekresikan glikoprotein sebesar 39 kDa inhibin, yang menekan sintesis dan
pelepasan FSH dalam suatu lengkung umpan balik dengan hipofisis anterior. Pada
fetus, sel Sertoli juga menyekresi glikoprotein sebesar 140 kDa yang disebut zat
penghambat-Mullerian (MIS) yang menimbulkan regresi duktus Mulleri; tanpa
MIS, duktus tersebut bertahan dan menjadi bagian saluran reproduksi wanita.3
Fagositosis. Selama spermiogenesis, kelebihan sitoplasma yang terlepas sebagai
bahan residu difagositis dan dicerna oleh lisosom sel Sertoli. Tidak ada protein dari
sperma yang normalnya melewati sawar testis-darah.3,4
Kelenjar Tambahan
Kelenjar tambahan saluran reproduksi pria menghasilkan sekret yang ditambahkan ke dalam
sperma selama ejakulasi untuk menghasilkan semen dan penting untuk reproduksi. Kelenjar
genital tambahan meliputi vesicula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbouretra. 3
Kedua vesicula seminalis terdiri atas saluran sepanjang sekitar 15 cm yang sangat berkelok.
Vesicula seminalis merupakan kelenjar eksokrin yang memproduksi sekret kental kekuningan
yang mengandung fruktosa, sitrat, inositol, prostaglandin, fibrinogen, serta enzim dan
protein lain.
Kelenjar prostat merupakan suatu organ padat yang mengelilingi uretra di bawah kandung
kemih. Kelenjar ini berukuran sekitar 2 cm x 3 cm x 4 cm dan berat sekitar 20 g. Prostat
merupakan suatu kumpulan 30-50 kelenjar tubuloalveolar yang bercabang, yang kesemuanya
dikelilingi oleh stroma fibromuskular padat yang dilapisi oleh suatu simpai. Kelenjar tersebut
tersusun berupa lapisan konsentris di sekitar uretra: lapisan internal kelenjar mukosa,
9
lapisan intermedia kelenjar submukosa, dan lapisan perifer dengan kelenjar utama prostat.
Duktus dari setiap kelenjar dapat bersatu tetapi kesemuanya bermuara langsung ke dalam
urethra pars prostatica, yang menembus bagian prostat.
Kelenjar tubuloalveolar prostat dibentuk oleh selapis epitel silindris atau epitel bertingkat
silindris. Badan sferis kecil yang berdiamater 0,2-2 mm dan sering mengalami klasifikasi,
sering dijumpai dalam lumen kelenjar prostat. Badan bulat ini disebut corpora amylaceum
atau konkramen prostat dan terutama mengandung deposit glikoprotein dan
glukosaminoglikan sulfat (GAG), terutama keratan sulfat. Jumlahnya meningkat seiring
pertambahan usia tetapi tampaknya tidak memiliki makna fisiologi atau klinis.
Pasangan kelenjar bulbouretra (kelenjar Cowper) yang berdiameter 3-5 mm, terletak pada
diagfragma urogenit dan bermuara ke dalam bagian proksimal urethra penis. Setiap kelenjar
memiliki sejumlah lobulus dengan unit sekretoris tubuloalveolar yang dilapisi oleh epitel
kolumnar selapis penyekresi-mukus yang bergantung pada testosteron. Septa di antara
lobulus mengandung sel otot polos. Selama ereksi, kelenjar bulbourethra serta sejumlah besar
kelenjar urethra kecil yang serupa di sepanjang urethra, melepaskan sekret jernih yang
menyerupai mukus dan mengandung berbagai karbohidrat kecil yang menyelubungi dan
melumasi lapisan urethra sebagai persiapan pasase sperma.3
Penis
Komponen utama penis adalah tiga massa silindris dari jaringan erektil, dan urethra penis,
yang terbungkus kulit. Dua di antara silinder-silinder ini – corpora cavernosa – terletak di
dorsal. Yang lain – corpus spongiosum – terletak di urethra dan mengelilingi urethra. Corpus
spongiosum urethra melebar di bagian ujung, yang membentuk glans penis. Sebagian besar
urethra penis dilapisi oleh epitel bertingkat silindris. Pada glans, epitel ini menjadi epitel
berlapis gepeng dan bersambung dengan epitel epidermis tipis yang melapisi glans. Kelenjar
urethra kecil penyekresi-mukus (kelenjar Littre) terdapat di sepanjang urethra penis.
Corpora cavernosa dibungkus oleh lapisan jaringan ikat padat kuat, yaitu tunica albuginea.
Corpora cavernosa dan corpus spongiosum terdiri atas jaringan erektil, yang mengandung
sejumlah besar ruang kavernosa bervena yang dilapisi oleh sel-sel endotel dan dipisahkan
oleh trabekula yang terdiri atas serat jaringan ikat dan sel otot polos.3,4
Pubertas
10
Pubertas merupakan proses dimana seorang individu yang belum dewasa akan mendapatkan
cirri-ciri fisik dan sifat yang memungkinkannya mampu bereproduksi. Pubertas sebagian
besar pada anak laki-laki merupakan respon tubuh terhadap kerja androgen yang meluas,
yang disekresi oleh testis yang baru aktif dibawah pengaruh gonadotropin yang disekresi oleh
hipofisis anterior.
Perubahan fisik pada pubertas
Di Amerika Utara dan Eropa, pubertas terlihat saat dimulainya pembesaran testis pada usia
antara 9 dan 14 tahun. Perubahan fisik yang dialami anak laki-laki pada saat pubertas dibagi
menjadi 5 tahapan menurut sistem yang dikembangkan oleh Marshall dan Tanner. Mereka
memakai sekelompok anak laki-laki inggris saat mengalami pematangan seksual. Mereka
kemudian mengelompokkan perubahan relative dan absolut dari ciri-ciri seksual anak
tersebut.4
Adrenarke
Istilah ini menggambarkan peran dari kelenjar adrenal pada pubertas. Meskipun kelenjar
adrenal hanya berperan sebesar 5% dari androgen total yang bersikulasi pada anak laki-laki,
namun androgen adrenal ini bertanggung jawab dalam memulai pertumbuhan rambut aksila
dan pubis. Androgen adrena ini kemudian dikonversi di perifer menjadi androgen yang lebih
poten yaitu: testosteron dan dehidrotestosteron (DHT). DHT dan testosterone kemudian akan
menstimulasi pertumbuhan rambut pubis dan aksila, begitu pula pertumbuhan dan sekresi
kelenjar sebasea aksila. Rambut aksila dan pubis biasanya timbul bersamaan dengan
peningkatan ukuran testis. 4,5
Pematangan testis
Pematangan tetis ketika pubertas meliputi saat dimulainya produksi androgen oleh sel
Leydig, spermatogenesis, dan pertumbuhan tubulus seminiferus. Kejadian ini dikontrol oleh
gonadotropin seperti FSH (follicle-stimulating hormone) dan LH (luteinizig hormone).
Konsentrasi, amplitudo dan frekuensi FSH dan LH kadarnya rendah pada kelenjar hipofisis
maupun plasma saat masa anak-anak. Hal ini menunjukkan bahwa generator denyut GnRH
(Gonadotropin-realising hormone) berputar lambat. Kurang lebih satu tahun sebelum
pembesaran testis, pelepasan denyut FSH dan LH mulai meningkat baik dalam amplitudo
maupun konsentrasinya. Dimulainya pubertas dioerkirakan merupakan akibat lepasnya
generator denyut GnRH yang berada di hipotalamus dari inhibisi SSP. Lokasi dan mekanisme
yang tepat mengenai pelepasan inhibisi ini belum diketahui. Meskipun banyak bukti yang
menunjukkan bahwa sumber pencetus juga berada di SSP, namun terdapat penelitian yang
berkembang terhadap peranan leptin yaitu suatu hormone yang diproduksi oleh sel-sel lemak
dan leptin telah dibuktikan merupakan salah satu dari faktor pematangan generator denyut
GnRH. Individu yang tidak memiliki generator denyut GnRH hipotalamus tidak akan
11
mengalami pubertas (sindrom Kallman) dan adanya tumor atau pembedahan pada daerah
mediobasal hipotalamus juga berhubungan dengan pubertas yang terlambat atau bahkan tidak
terjadinya pubertas. Peningkatan ukuran testis pada saat pubertas sebagian besar merupakan
hasil dari peningkatan masa tubulus seminiferus dan dimulainya spermatogenesis. Stimulasi
dari sel Leydig menghasilkan produksi testosterone meningkat sampai 10 kali lipat selama
pubertas namun hanya sedikit yang memengaruhi testis. Sel Leydig menempati kurang dari
10% total massa testis.
Ciri-ciri seksual sekunder
Testosteron dan metabolitnya menyebabkan perubahan somatik. Perubahan somatik pada
anak laki-laki dalam masa pubertas:
Pembesaran laring
Suara yang lebih dalam
Peningkatan masa tulang
Peningkatan massa dan kekuatan otot skelet
Penebalan kulit
Peningkatan dan penebalan rambut pada batang tubuh, pubis, aksila, dan wajah.
Pertumbuhan somatik
Pertumbuhan somatik saat pubertas hasil dan interaksi yang kompleks antara steroid seks
gonad, hormone pertumbuhan (growth hormone) dan faktor pertumbuhan. Kecepatan puncak
pertumbuhan pada anak laki-laki terjadi saat kadar testosterone plasma mencapai 50% kadar
pria dewasa dan pertumbuhan akan berlanjut sampai terjadi penyatuan epifisis tulang
panjang. Steroid seks (mungkin melalui aktivitas estrogen) bertanggung jawab atas
penutupan epifisis yang terjadi pada usia pertengahan 21 tahun pada laki-laki muda. Banyak
hal yang menetukan tinggi akhir pada pria dewasa, dan ini meliputi predisposisi genetic,
indeks massa tubuh pada onset pubertas, nutrisi dan lamanya pubertas. Anak dengan lemak
tubuh yang lebih banyak cenderung mengalami pubertas lebih dini. Anak ini mengalami
percepatan pertumbuhan setelah periode pertumbuhan prapubertas yang lebih pendek karena
itu mungkin tidak akan mencapai tinggi dewasa seperti yang diramalkan genetik. Anak laki-
laki memasuki pubertas lebih lambat dari anak perempuan sehingga memiliki periode
pertumbuhan prapubertas yang lebih lama. Anak laki-laki juga mengalami puncak kecepatan
pertumbuhan lancar yang lebih hebat selama masa remaja dibandingkan dengan anak
perempuan karena alas an tersebut maka pria dewasa cenderung lebih tinggi daripada wanita
dewasa. Androgen memiliki efek anabolic langsung pada masa oto. Peningkatan sekresi
12
androgen selama pubertas meningkatkan massa otot pada anak laki-laki dan perempuan.
Akibat kadar androgen yang bersikulasi lebih tinggi maka efek ini lebih jelas terlihat pada
anak laki-laki.4-6
Proses miksi adalah proses pembuangan urine. Proses ini dimulai dari dari adanya distensi
vesika urinaria oleh urin yang merangsang stretch receptors yang terdapat pada dinding
vesika urinaria. Jumlah urin sebanyak 250 cc sudah cukup untuk memberikan rangsangan
tersebut. Akibatnya, akan terjadi reflex gerakan kontraksi dinding vesika urinaria. Pada saat
yang sama terjadi relaksasi sphincter interna dan eksterna. Akhirnya terjadi pengosongan
pada kandung kemih. Stimulus, baik yang dapat menyebabkan kandung kemih berkontraksi
maupun sphincter interna relaksasi dihantarkan melalui serabut saraf simpatis. Sphincter
eksterna bekerja secara volunter yang dapat mencegah atau menghentikan miksi sesuai
keinginan. Ini terjadi apabila tidak ada gangguan atau kerusakan pada saraf yang
mempersarafi proses miksi. Fimosis dapat terjadi karena penyumbatan saluran kencing yang
diakibatkan oleh penyempitan kulit luar.6 Secara ilmiahnya fimosis adalah kondisi dimana
perpusium tidak dapat ditarik ke proksimal sampai ke korona glandis lalu lubang kulup
sempit. Keadaan ini menyebabkan ‘balloning’ dimana prepusium menggelembung ketika
buang air kecil yang diakibatkan desakan urine di dalam saluran urethra yang tidak diimbangi
besarnya lubang diujung prepusium. Hal ini mengakibatkan sisa-sisa urine mengendap di
prepusium karena tidak mencucinya dengan bersih akhirnya terjadi infeksi saluran kencing.
Sehingga perlu diambil tindakan sirkumsisi(sunat).7
Kesimpulan
Anak laki-laki mengeluh penisnya membengkak, buang air kecil terasa sakit dan tidak lancar
diduga menderita fimosis, hal itu diakibatkan adanya penyumbatan saluran kencing karena
prepusium tidak dapat ditarik dan menyebabkan salurannya menyempit. Akibat urine yang
dikeluarkan tidak diimbangi dengan saluran urethra menyebabkan prepusium membengkak
dan sisa-sisa urine mengendap akhirnya terjadi infeksi saluran kencing dan perlu diambil
tindakan sirkumsisi.
Daftar Pustaka
13
1. Sumiati. Sistem reproduksi manusia. Jurnal Kedokteran vol 2 no 2 hal 1, 2013
2. Heffner LJ, Schust DJ. At a Glance sistem reproduksi. Ed ke-2. Jakarta: Erlangga; 2008.
h.24-5
3. Mescher AL. Histologi dasar junqueira. Ed ke-12. Jakarta: EGC; 2012. h.362-4,369-
71,374-6
4. Heffner LJ. At a glance: Sistem reproduksi. Ed 2. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005. h.34-
35
5. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed ke-6. Jakarta: EGC; 2011. h.820-2
6. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta: EGC; 2005.
h.671-6
7. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia;2010. h. 123
14