Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu

mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikan dalam suasana

yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan

interpersonal yang lebih baik antara guru dan siswa dengan siswa dan siswa

dengan siswa merupakan syarat keberhasilan pengelolkaan kelas. Pengelolaan

kelas yang efektif merupakan prasarat mutlak bagi terjadinya proses belajar

mengajar yang efektif.

Dalam pengajaran kelompok kecil memungkinkan guru memberikan

perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab

antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa . adakalanya siswa

lebih mudah belajar dari temannya sendiri, ada pula siswa yang lebih mudah

belajar karena harus mengajari atau melatih temannya sendiri. Dalam hal ini

pengajaran kelompok kecil dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Pengajaran ini

memungkinkan siswa belajar lebih aktif, memberikan rasa tanggung jawab

yang lebih besar, berkembang daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa

serta dapat memenuhi kebutuhan siswa secara optimal.

Banyak guru menyatakan bahwa mereka telah melaksanakan metode

belajar kelompok. Mereka telah membagi para siswa dalam kelompok dan

memberikan tugas kelompok. Namun guru-guru ini mengeluh bahwa hasil

1
kegiatan-kegiatan ini tidak seperti yang mereka harapkan. Siswa bukannya

memanfaatkan kegiatan tersebut dengan baik untuk meningkatkan pengetahuan

dan kemampuan mereka. Malah memboroskan waktu dengan bermain,

bergurau dan sebagainya. Para siswa pun mengeluh tidak bisa bekerja sama

dengan efektif dalam kelompok. Siswa-siswa yang rajin dan pandai merasa

pembagian tugas dan penilaian kurang adil, sedangkan siswa yang kurang rajin

dan pandai merasa minder bekerja sama dengan teman-temannya yang lebih

mampu.

Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong dalam

pendidikan adalah falsafah homo homini socius. Berlawanan dengan teori

Darwin, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk social. Kerja

sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan

hidup. Tanpa kerja sama tidak akan ada individu, keluarga, organsasi atau

sekolah.

Ironisnya, model pembelajaran cooperative learning belum banyak

diterapkan dalam pendidikan walaupun bangsa Indonesia sangat

membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Dan

tidak semua belajar kelompok adalah belajar cooperative learning.

Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar

belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative

learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan

asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar

akan memungkinkan pendidikan mengelola kelas dengan lebih efektif.

2
Dalam model pembelajaran cooperative learning para pembelajar harus

mempunyai niat untuk bekerja sama dengan yang lainnya dalam kegiatan

belajar yang akan saling menguntungkan. Selain niat, para pembelajar juga

harus menguasai kiat-kiat berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain.

Bertitik tolak dari latar belakang tersebut diatas, maka dalam penelitian

ini penulis mengambil judul “ Upaya Meningkatkan Prestasiu Belajar

Akuntansi Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Pada Siswa

…………………..tahun pelajaran……………………………..

B. Rumusan Masalah

Bertitik tolat dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan

permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar mata diklat akuntansi dengan

diterapkannya model pembelajaran kooperatif pada siswa

kelas………………tahun pelajaran…………………………

2. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran kooperatif dalam

meningkatkan minat, perhatian dan partisipasi belajar mata diklat akuntansi

pada siswa kelas……………………………………….tahun

pelajaran……………….

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk:

3
1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar mata diklat akuntansi setelah

diterapkannya model pembelajaran kooperatif pada siswa

kelas………………..tahun pelajaran…………………

2. Mengetahui pengaruh minat, perhatian, dan partisipasi belajar mata diklat

akuntansi setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif pada siswa

Kelas ……………………………. Tahun pelajaran……………….

3. Menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran mata diklat akuntansi dalam

meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas…………………….tahun

pelajaran…………………….

D. Kegunaan Penelitian

Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat

berguna sebagai:

1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru mata

diklat akuntansi dalam meningkatkan pemahaan siswa belajar mata diklat

akuntansi.

2. Sumbagangan pemikiran bagi guru mata diklat akuntansi dalam mengajar

dan meningkatkan pemahaman siswa belajar mata diklat akuntansi

3. Sebagai bahan pertimbnagan dalam menentukan metode pembelajaran yang

dapat memberikan manfaat bagi siswa.

4. Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar

siswa khususnya pada mata pelajaran diklat akuntansi.

4
5. Menerapkan metode yang tepat sesuai dengan materi pelajaran mata diklat

akuntansi.

E. Definisi Operasional Variabel

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu

didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran kooperatif adalah

Merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system

kelompok/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang

mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau

suku yang berbeda (heterogen)

2. Motivesi belajar adalah

Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau

tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan

dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk

berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

3. Prestasi belajar adalah

Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,

setelah siswa mengikuti pelajaran.

F. Batasan Masalah

1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas…………………tahun

pelajaran…………………………

5
2. Penelitian ini dilakukan pada bulan September semester genap tahun

pelajaran …………………………..

3. Meteri yang disampaikan adalah pokok bahasan transaksi dalam persamaan

dasar akuntansi.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Akuntansi

Akuntansi adalah suatu system informasi yang mengidentifikasi,

mencatat, dan mengomunikasikan kejadian ekonomi dari suatu organisasi

kepada pihak yang berkepentingan (wegandt et, 2000:4)

Dari pengertian di atas terkandung kegiatan utama akuntansi yaitu

1. Mengidentifikasi kejadian ekonomi berkaitan dengan aktivitas ekonomi

yang relevan dari suatu organisasi tertentu. Pembayaran utang, pembayaran

pembelian tunai, penjualan kredit adalah contoh dari kejadian ekonomi

tersebut.

2. Mencatat secara histories aktivitas keuangan, organisasi. Pencatatan

dilakukan secara sistematis, berurutan sesuai kronologis kejadian dan harus

dapat diukukr dalam satuan moneter. Dalam proses pencatatan ini, kejadian

ekonomi kemudian diklasifikasikan dan diringkas.

3. Mengomunikasikan kejadian ekonomi kepada pihak yang berkepentingan

dalam bentuk laporan keuangan yang memuat informasi keuangan

organisasi yang dapat dijadikan dasar dalam mengambil keputusan.

Elemen vital dalam mengomunikasikan kejadian ekonomi adalah

kemampuan akuntansi dalam menganalisis dan menginterpretasi informasi

yang dilaporkan. Analisis melibatkan penggunaan rasio, persentase grafik, dan

diagram untuk memberikan gambaran pokok masalah keuagnan secara

7
signifikan dengan melibatkan trend dan hubungannya. Interprestasi berkaitan

dengan penjelasan manfaat, maksud dan batas waktu data yang dilaporkan.

B. Pemakai Informasi Akuntansi

Oleh karena kegiatan akuntansi tersebut adalah mengomunikasikan

kejadian ekonomi suatu organisasi, maka akuntansi sering disebut sebagai

“Business Langguange”. Kebutuhan informasi keuangan tergantung kepada

apa yang hendak diambil oleh penggunanya. Karena itu, akuntansi haruslah

mempertimbangkan kebutuhan informasi keuangan dari penggunanya.

Pengguna informasi akuntansi dibagi ke dalam dua kelompok sebagai berikut:

1. Pemakai Intern (internal user)

Yang dimaksud dengan pemakai (pihak) intern adalah pihak yang

melakukan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

pengarahan (actuating), dan direktur keuangan. Dalam menjalankan

aktivitas bisnis tersebut, manajer harus dihadapkan kepada banyak persoalan

yang harus diselesaikan, seperti (a) apakah tersedia dana yang cukup untuk

membayar kewajiban perusahaan, (b) berapa biaya per unit produksi, (c)

apakah mungkin perusahaan memberikan bonus kepada karyawan untuk

meningkatkan kinerjanya dan (d) produk mana yang lebih menguntungkan

(profitable).

Untuk menjawab berbagai persoalan tersebut, manajer membutuhkan

informasi yang rinci dan berkualitas. Informasi berkualitas dicirikan dengan

(a) akurat, (b) lengkap, (c) relevan, dan (d) tepat waktu. Oloeh karenanya

8
untuk kebutuhan internal perushaaan, akuntansi menyediakan pula laporan

internal (internal report), seperti prediksi kebutuhan kas tahun depan,

anggaran penjualan, perbandingan dari beberapa alternative kebijakan yang

dapat diambil. Selanjutnya bagi manajer informasi yang lebih ringkas

disajikan dalam laporan keuangan (financial statements)

2. Pemakai Eksternal (Eksternal Statements)

Yang dimaksud dengan pihak ekstenrn adalah pihak-pihak yang

berkepentingan dengan suatu usaha atau perusahaan, tetapi merupakan

pihak luar perusahaan. Contohnya, bank sebagai pemberi kredit

(pinjaman). Jadi, bank perlu memastikan apakah debitornya (perusahaan)

yang diberikan fasilitas kredit ini dapat melunasi seluruh pinjamannya pada

wkatu yang telah ditetapkan, sehingga bank terhindar dari permasalahan

kredit macet. Bagaimana pihak bank mendapatkan data atau informasi yang

berhubungan dengan perusahaan sebagai debitornya? Bank memperoleh

data dan informasi bedasarkan catatan akuntansi yang dibuat berupa laporan

keuangan dari perusahaan yang memperoleh kredit tadi. Badan-badan

pemerintah juga sangat berkepentingan dengan informasi keuangan

perusahaan untuk tujuan-tujuan pajak dan deregulasi lainnya. Kantor pajak

berkepentingan terhadap informasi akuntansi perusahaan untuk memeriksa

kebenaran kewajiban pajak yang telah dilaporkan. Pegawai dan serikat

pekerja juga membutuhkan informasi tentang stabilitas dan profitabilitas

dari perusahaan yang memperkerjakannya.

9
C. Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)

Kelompok merupakan konsep yang paling penting dalam kehidupan

manusia, karena sepanjang hidupnya manusia tidak akan terlepas dari

kelompoknya. Kelompok dalam konteks pembelajaran dapat diartikan

sebagaiu kumpulan dua orang individu atau lebih yang berinteraksi secara

tatap muka , dan setiap individu menyadari bahwa dirinya merupakan bagian

dari kelompoknya, sehingga mereka merasa memiliki dan merasa saling

ketergantungan secara positif yang digunakan untuk mencapai tujuan sesame.

Dari konsep di atas maka jelas, dalam proses pembelajaran kelompok

setiap anggota kelompok akan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama

pula.

Dilihat dari landasan psikologi belajar, pembelajaran kelompok banyak

dipengaruhi oleh psikologi belajar kognitif holistic yang menekankan bahwa

belajar pada dasarnya adalah proses berpikir. Namun demikian psikologi

humanistic juga mendasari strategi pembelajaran ini. Dalam pembelajaran

kelompok pengembangan kemampuan kognitif harus diimbangi dengan

perkembangan pribadi secara utuh melalui hubungan interpersonal. Teori

medan, misalnya yang bersumber dari aliran psiklogi kognitif atau psikologi

gestalt, menjelaskan bahwa keseluruhan lebih membeir makna daripada

bagian-bagian yang terpisah.s etiap tingkah laku, menurut teori medan

bersumber dari adanya ketegangan (tension) dan ketegangan itu muncul

karena adanya kebutuhan (need) Manakala kebutuhan itu tidak dapat terpenuhi

maka selamanya individu akan berada dalam situasi tegang. Untuk itulah

10
setiap individu akan membutuhkan interaksi dengan individu lain. Inilah yang

menjadikan terbentuknya kelompok.

D. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang

dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur pentiing dalam

SPK, yaitu : (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok;

(3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan yang

harus dicapai.

Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap

kelompok belajar. Peneglompokan siswa bisa ditetapkan berdasarkan beberapa

pendekatan diantaranya pengelompokan didasarkan atas minat dan bakat siswa,

pengelompokan yang didasarkan atas latar belakang kemampuan ,

pengelompokan yang didasarkan atas campuran baik campuran ditinjau dari

minat maupun campuran ditinjau dari kemampuan. Pendekatan apa pun yang

digunakan tujuan pembelajaran haruslah menjadi pertimbangan utama.

Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua

pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai

anggota kelompok. Misalnya aturan tentang pembagian tugas setiap anggota

kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan dan lain sebagainya.

Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan

kemampuan yang telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan baru, baik

11
kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Aktivitas

pembelajaran tersebut dilakukan dalam kegiatan kelompok sehingga antar

peserta dapat saling membelajarkan melalui tukar pikiran, pengalaman \,

maupun gagasan-gagasan.

Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok

dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar.

Salah satu strategi dari model pembelajaran kelompok adalah strategi

pembelajaran kooperatif (cooperative learning (SPK). SPK merupakan strategi

pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan

para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin (1995) mengemukakan dua alas

an, pertama , beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan hubungan social,

menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat

meningkatkan harga diri. Kedua pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan

kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan maslaah dan

mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alas an tersebut

maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat

memperbaiki system pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan

menggunakan system kelompok /tim kecil yaitu antara empat sampai enam

orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin,

ras, atau suku yang berbeda (heterogen). System penilaian dilakukan terhadap

12
kelompok mampu menunjukka prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian

setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantunga positif.

Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan

tanggung jawab individu terhadap kelompok akan saling membantu, mereka

akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelomp[k, sehingga setiap

individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi

demi keberhasilan kelompok.

SPK mempunyai dua komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif

(cooperative task) dan komponen struktur insentif kooperatif (cooperative

incentive structure). Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan

anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan

struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi

individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok . Struktur insentif

dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran kooperatif dianggap sebagai

keunikan dari pembelajaran kooperatif, karena melalui struktur insentif setiap

anggota kelompok bekerja keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi

anggota lain menguasai materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok.

Jadi hal yang menarik dari SPK adalah adanya harapan selain memiliki

dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik

(student achievement) juga mempunyai dampak pengiring seperti relasi social,

penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, norma

akademik, penghargaan terhadap waktu dan suka memberi pertolongan pada

yang lain.

13
Strategi pembelajaran ini bisa digunakan menakala :

- Guru menekankan pentingnya usaha kolektif di samping usaha individu

dalam belajar.

- Jika guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya siswa yang pintar saja)

untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar.

- Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya,

dan belajar dari bantuan orang lain.

- Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi

siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.

- Jika guru menghendaki meningkatkan motivasi siswsa dan menambah

tingkat partisipasi mereka.

- Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan.

E. Karakteristik dan Prinsip-prinsip SPK

1. Karakteristik SPK

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang

lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih

menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin

dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan

bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan

materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi cirri khas dari

pembelajaran kooperatif.

14
Slavin, Abrani, dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajar

memulai kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu

perspektif elaboratif kognitif. Perspektif motivasi artinya bahwa

penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap

anggota kelompok akan saling membantu. Dengan demikian, keberhasilan

setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan kelompok. Hal semacam

ini akan mendorong setiap anggota kelompok untuk memperjuangkan

keberhasilan kelompok.

Perspektif social artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan

saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua

anggota kelompok memperoleh keberhasilan. Bekerja secara tim dengan

mengevaluasi keberhasilan sendiri oleh kelompok, merupakan iklim yang

bagus dimana setiap anggota kelompok menginginkan semuanya

memperoleh keberhasilan

Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya

interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa

untuk berpikir mengelola berbagai informasi. Elaborasi kognitif artinya

bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi

untuk menambah pengetahuan kognitif. Dengan demikian karakteristik

strategi pembelajaran kooperatif dijelaskan di bawah ini.

a. Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim

merupakan tempat untk mencapai tujuan. Oleh karena itu tim harus

15
mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim (anggota

kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Untuk itulah criteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh

keberhasilan tim.

Setiap kelompok bersifat heterogen. Artinya kelompok terdiri atas

anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin dan latar

belakang social yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota

kelompok dapat memberikan pengalaman, saling memberi dan

menerima, sehingga diharapkan setiap anggota dapat saling memberi

kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.

b. Didasarkasn pada Manajemen Kooperatif

Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat

fungsi pokok yaitu fungsi perencanaan , fungsi organisasi, fungsi

pelaksanaan dan fungsi control. Demikian juga dalam pembelajaran

kooperatif. Fungsi perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran

kooperatif memerlukan perencaaan yang matang agar proses belajar

berjalan secara efektif, misalnya tujuan apa yang harus digunakan untuk

mencapai tujuan itu dan lain sebagainya. Fungsi pelaksanaan

menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai

dengan perencanaan, melalui langkah- langkah pembelajaran yang sudah

ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepekati bersama.

Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok oleh sebab itu perlu

16
diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi

control menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu

ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes.

c. Kemauan Untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran koooperatif ditentukan oleh

keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu prinsip bekerja sama perlu

ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota

kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-

masing akan tetapi juga ditanamnkan perlunyua saling membantu

misalnya yang pintar perlu membantu yang kurang pintar.

d. Keterampilan Bekerja Sama

Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui

aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja

sama. Dengan demikian siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup

berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lalin. Siswa perlu

dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan

berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide,

mengemukakan pendapat dan memberikan kontribusi kepada

keberhasilan kelompok.

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif

Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif seperti

dijelaskan di bawah ini.

17
a. Prinsip Ketergantungan Positif (Positive Interdependence)

Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian

tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota

kelompoknya. Oleh sebab itu perlu disadari oleh setiap anggota

kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan

oleh kinerja masing-maisng anggota. Dengan demikian semua anggota

dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.

Untuk terciptanya kelompok kerja ynag efektif, setiap anggota

kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan

kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan

setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif artinya

tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota

yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya dan semua ini memerlukan kerja

sama yang baik dari masing-maisng anggota kelompok. Anggota

kelompok yang mempunyai kemampuan lebih diharapkan mau dan

mampu membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya.

b. Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability)

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh

karena keberhasiolan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka

setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan

tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk

keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut guru perlu

18
memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian

individu bisa berbeda akan tetapi penilaian kelompok harus sama.

c. Interaksi Tatap Muka (Face to Face Promotion Interaction)

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas

kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan

informasi dan saling membelajaran. Interaksi tatap muka akan

memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota

kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan,

memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota dan mengisi

kekurangan masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk

secara heterogen, yang berasal dari budaya latar belakang social, dan

kemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan semacam ini akan

menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antara anggota

kelompok.

d. Partisipasi dan Komunikasi (Partisipation Communication)

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu

berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting

sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab

itu sebelum melakukan kooperatif guru perlu membekali siswa dengan

kemampuan berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai kemampuan

berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan

berbicara, padahal keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi

setiap anggotanya.

19
Keterampilan berkomunikasi memerlukan waktu. Siswa tak

mungkin dapat menguasainya dalam waktu sekejap. Oleh sebab itu guru

perlu terus melatih dan melatih, sampai pada akhirnya setiap siswa

memiliki kemampuan untuk menjadi komunikator yang baik.

F. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

1. Penjelasan Materi

Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok

materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok . tujuan utama

dalam tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran

yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akjan memperdalam materi

dalam pembelajaran kelompok (tim). Pada tahap ini guru dapat

menggunkan metode ceramah, curah pendapat dan Tanya jawab , bahkan

kalau perlu guru dapat menggunakan berbagai media pembelajaran agar

proses penyampaian dapat lebih menarik siswa.

2. Belajar dalam Kelompok

Setelah guru menjelaskan gambara umum tentang pokok-pokok

materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya

masing-masing yang telah dibentuk berdasarkan perbedaan-perbedaan

setiap anggotanya, baik perbedaan gender, latar belakang agama social

ekonomi, dan etnik, serta perbedaan kemauan akademik. Dalam hal

kemampuan akademis, kelompok pembelajaran biasanya terdiri dari satu

orang berkemampuan akademis tinggi dua orang dngan kemampuan sedang

20
dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. Alasan

pengelompokan keterogen pertama kelompok heterogen memberikan

kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung

kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama,

etnis dan gender. Terakhir kelompok keterogen memudahkan pengelolaan

kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis

tinggi guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga orang. Melalui

pembelajaran dalam tim siswa didorong untuk melakukan tukar-menukar

(sharing) informasi dan pendapat , mendiskusikan permasalahan secara

bersamaan, membandingkan jawaban mereka dan mengoreksi hal-hal yang

kurang tepat.

3. Penilaian

Penilaian dalam SPK bisa dilkaukan dengan tes atau kuis. Tes atau

kuis dilakukan secara individual maupun secara kelompok. Tes individual

nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa dan tes

kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil

akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai

setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya yang merupakan

hasil kerja sama setiap anggota kelompoknya.

4. Pengakuan Tim

Pengakuan tim (team recognition) adalah penetapan tim yang

dianggap paling menonjol atau paling berprestasi untuk kemudian diberikan

perhargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut

21
diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berpartisipasi dan juga

membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan

prestasi mereka.

G. Keunggulan dan Kelemahan SPK

1. Keunggulan SPK

Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi

pembelajaran di antaranya:

a. Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru akan tetapi

dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan

inforamsi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa lain.

b. SPK dapat menggambarkan kemampuan mengungkapkan ide atau

gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkan dengan ide-

ide orang lain.

c. SPK dapat membantu anak untk respek pada orang lain dan menyadari

akan segala keterbatasan serta menerima segala perbedaan.

d. SPK dapat membantu memberpadayakan setiap siswa untk lebih

bertanggung jawab dalam belajar.

e. SPK merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan

prestasi akademik sekaligus kemampuan social. Termasuk

mengembangkan rasa harga diri hubungan interpersonal yang positif

dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me –manege waktu,

dan sikap positif terhadap sekolah.

22
f. Melalui SPK dapat mengembangkan kemampuan siswa untkj menguji

ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat

berpraktif memecahkan masalah tanpa rasa takut membuat kesalahan

karena keputusannya yang dibuat tanggung jawab kelompoknya.

g, SPK dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan

kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil)

h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi

dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses

pendidikan jangka panjang.

2. Keterbatasan SPK

Di samping keunggulan SPK juga memiliki keterbatasan diantaranyas:

a. Untuk memahami dan mengerti folosofi SPK memang butuh waktu.

Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa

dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa

yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya mereka akan merasa

terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan.

Akibatnya keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama

dalam kelompok.

b. Ciri utama dari SPK adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh

karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan

dengan pengajaran langsung dari guru bisa terjadi cara belajar yang

demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah

tercapai oleh siswa.

23
c. Penilaian yang diberikan dalam SPK didasarkan kepada hasil kerja

kelompok. Namun demikian guru perlu menyadari bahwa sebenarnya

hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

d. keberhasilan SPK dalam upaya mengembangkan kesadaran

berke3lompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Dan hal

ini tidak mungkin dapat dicapai hanya dengan suatu kali atau sekali-kali

penerapan strategi ini.

e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakjan kemampuan yang

sangat penting untuk siswa akan tetapi banyak aktivitas di dalam

kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual.

Oleh karena itu idealnya melalui SPK selain siswa belajar bekerja sama,

siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk

mencapai kedua hal itu dalam SPK memang bukan pekerjaan yang

mudah.

H. Metode Pembelajaran Kooperatif TAPPS (Thinking Aloud Pair Problem

Solving)

Dalam model ini siswa mengerjakan permasalahan yang mereka

jumpoai secara berpasangan, dengan satu anggota pasangan berfungsi sebagai

pemecah permasalahan dan yang lainnya sebagai pendengar. Pemecah

permasalahn mengucapkan semua pemikiran dan mereka saat mereka mencari

sebuah solusi, pendengar mendorong rekan mereka untuk tetap untuk

24
berbicara dan menawarkan anggapan umum atau petunjuk jika bagian

pemecah masalah tertekan.

Berdasarkan model pembelajaran tersebut Felder (1994:6-8) memberikan

saran dalam membentuk kelompok pembelajran kooperatif sebagai berikut:

a. Berikan tugas kelompok yang terdiri dari tiga sampai empat siwa .

Saat siswa bekerja terpisah salah satu diantaranya lebih mendominasi dan

biasanya bukanlah mekanisme yang baik untuk memecahkan perdebatan

dan dalam tim yang berisi lima orang atau lebih akan menjadi sulit untuk

mempertahankan keterlibatan setiap orang dalam proses. Kumpulan satu

tugas per kelompok.

b. Usaha membentuk kelompok yang kemampuannya heterogen

Hambatan akan dijumpai jika satu kelompok memiliki anggota yang

semuanya lemah akan tampak nyata tetapi dengan mengumpulkan satu

kelompok yang memiliki anggota dengan kemampuan kuat juga tidak

disarankan.

c. Hindari kelompok dimana siswa perempuan dan siswa minoritas yang

banyak jumlahnya.

Studi-studi telah memperlihatkan bahwa gagasan siswa perempuan dan

kontribusinya seringkali dikurangi atau dipotong dalam tim yang memiliki

kelompok berjenis kelamin campuran, dan para siswa perempuan akhirnya

mengambil peran positif dalam interaksi kelompok

d. Jika sangat memungkinkan, memilih kelompok sendiri.

25
Dalam membentuk kelompok siswa menentukan sendiri anggota

kelompoknya.

e. Memberikan tugas regu dengan masing-masing tugas yang berputar.

Dalam kelompok menghendaki perputaran tugas. Tugas-tugas dalam

kelompok yaitu (1) coordinator (mengorganisasikan tugas ke dalam sub

tugas, mengalokasikan tanggung jawab, mempertahankan kelompok tetap

berorientasi pada tuas), (2) pemeriksa (memonitor kedua solusi dan

pemahaman tiap-tiap anggota regu di antara mereka), (3) perekam (melihat

kemungkinan consensus, menulis solus kelompok yang lahir), dan (4) skptis

(menyarankan berbagai kemungkinan alternative, menghindari kelompok

melompat pada kesimpulan terlalu awal)

f. Mempertimbangkan hal positif yang saing bergantung

semua anggota regu perlu merasakan bahwa mereka mempunyai peran unik

untuk berperan serta di salah kelompok dan tugas hanya dapat diselesaikan

dengan baik jika semua anggota melakukan tugas mereka.

g. Mempertimbangkan tanggung jawab individual

Cara terbaik unuk mencapai tujuan adalah dengan memberikan tes individu,

selain itu dalam pemilihan anggota regu perlu menjanjikan atau menjelaskan

hasil regu itu.

h. Membuat kelompok secara teratur menilai prestasi mereka

Pada awal tugas siswa perlu mendiskusikan apa yang sebaiknya dikerjakan,

kesulitasn apa yang muncul, dan apa yang tiap-tiap anggota dapat dilakukan

untuk membuat semua hal bekerja lebih baik.

26
i. Menawarkan gagasan agar kelompok berfungsi efektif.

Suatu pendekatan untuk menyiapkan siswa dengan beberapa unsur-unsu

arahan yang akan menghasilkan suatu penghargaan dari apa sebenarnya

kerja kelompok dan untuk membantu pengembangan diri keterampilan

hubungan antar pribadi yang menopang di dalam pembentukan regu dan

prestasi.

j. Menyediakan bantuan regu yang memiliki kesukaran dalam bekerja sama.

Kelompok yang mempunyai permasalahan harus dipertemukan dengan

pengajar untk mendiskusikan kemungkinan pemecahan masalah.

k. Jangan membentuk kembali kelompok yang sudah pernah terbentuk

Tujuan kerja sama yang utama membantu para siswa memperluas daftar

literature pendekatan pemecahan masalah mereka, dan tujuan kedua akan

membantu mereka mengembangkan keterampilan kepemimpinan

koloaboratif, pengambilan keputusan dan tujuan lainnya. Ini hanya dapat

dicapai jika para siswa mempunyai cukup waktu untuk mengembangkan

suatu dinamika kelompok, persaingan dan menanggulangi berbagai

kesulitan dalam bekerja bersama-sama.

27
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tidnakan (action research), karena

penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan

bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang

diinginkan dapat dicapai.

Menurut Sukidin dkk (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan,

yaitu : (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan

kolaborasi, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif dan (4) penelitian

tindakan social eksperimental.

Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan

pembedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbilah,

(2000) (dalam Sukidin, dkk. 2002:55), cirri-ciri dari setiap penelitian tergantung

pada (1) tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat kolaborasi antara

pelaku penelitian dan peneliti dari luar , (3) proses yang digunakan dalam

melakukan penelitian dan (4) hubungan antara proyek dengan sekolah.

Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana

guru sangat berpengaruh sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam

bentuk ini, tujuan utama penelitian kelas ialah untuk meningkatkan praktik-praktif

pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh

dalam proses perencanaan tindakan, observasi dan refleksi.

28
Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang

berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model

penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada

suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus

ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai degnan kebutuhan dan dirasa sudah

cukup.

A. Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat

di ………………………..tahun pelajaran………………………….

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu yang berlangsungnya penelitian atau

saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

September semester genap……………….

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa-siswi Kelas …………………….tahun

pelajaran……………….. pada pokok bahasan mencatat transaksi dalam

persamaan dasar akuntansi

29
B. Rancangan Penelitian

Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-

hal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran dan hasilnya langsung

dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto Suharsimi

2002:82). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah

adanya partisipasi dan kolaborasi antara penelitian dengan anggota kelompok

sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahana masalah yang

memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif

yuang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.

Dalam prosesnya pihak-pihak yang teribat dalam kegiatan tersebut dapat saling

mendukung satu sama lain.

Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip

sebagai berikut;

1. Permasalahan atau topic yang dipilih harus memenuhi criteria, yaitu benar-

benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta

dalam jangkjauan kewarganegaraan peneliti untuk melakukan perubahan.

2. Kegiatan penelitian, baik interensi maupun pengamatan yang dilakukan

tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.

3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien artinya terpilih

dengan tepat sasaran dan tidakj memboroskan waktu dana dan tenaga.

4. Metodologi yang digunalkan harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah

dari tindakana dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat

30
terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan

pembuktiannya.

5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang

berkelanjutan (on-going) mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan

terhadap kualitas tindakan memang tidak dapta berhenti tetapi menjadi

tantangan sepanjang waktu (Arikunto, Suharsimi, 2002:82:82)

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindkaan,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan

Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari

siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning

(rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan) dan reflection (refleksi).

Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi,

tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan

tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari

tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat di lihat pada gambar berikut:

31
Putar
an 1

Refleksi Rencana
Rencana
awal/rancangan
awal/rancangan Putar
an 2
Tindakan/
Observasi
Rencanayang
yang
Refleksi Rencana
direvisi
direvisi Putar
an 3
Tindakan/
Observasi

Rencanayang
yang
Refleksi Rencana
direvisi
direvisi

Tindakan/
Observasi

Gambar 3.1 Alur PTK

Penjelasan alur diatas adalah:

1. Rancangan/rencana awalk, sebelum mengadakan penelitian menyusun

rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di

dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan meliputi tindakan yang dilakukan oleh

peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta

mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya pengajaran kontekstual

model pembelajaran kooperatif

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan

yang diisi oleh pengamat.

32
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari

pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada

siklus berikutnya:

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1,2, dan 3 dimana

masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang

sama ) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes

formatif di akhir masing-masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan akan

dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

C. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang

fungsinya adalah (1) untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai

bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu : (2) untuk menentukan

apakah suatu tujuan telah tercapai dan (3) untuk memperoleh suatu nilai

(Arikunto, Suharsimi, 2002:149). Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk

mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individu maupun secara klasikal.

Disamping itu untujk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan

siswa sehingga dapat dilihat dimana kelemahan, khususnya pada bagian mana

TPK yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang di kumpulkan maka

juga digunakan metode observasi (pengamatan ) yang dilakukan oleh teman

sejawat untuk mengetahui dan merekam aktivitas guru dan siswa dalam proses

belajar mengajar.

33
D. Analisis Data

Dalam rangka menyusun dan mengelola data yang terkumpul sehingga

dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan

maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan

data kuantitatif. Cara perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa

dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:

1. Merekapitulasi hasil tes

2. Merekapitulasi hasil pengamatan

3. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-

masiong siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti

yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan

tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 65, sedangkan

secara individual mencapai 85% yang telah memcapai daya serap lebih dari

sama dengan 65%.

34
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hubungan Pembelajaran Mode Pembelajaran Kooperatif Dengan

Ketuntasan Belajar

Suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dianggap tuntas secara

klasikal jika siswa yang mendapat nilai 65 lebih dari atau sama dengan 85%,

sedangkan seorang siswa dinyatakan tuntas beajar pada pokok bahasan atau

sub pokok bahasan tertentu jika mendapat nilai minimal 65.

Pada pertemuan pertama dalam kegiatan belajar mengajar guru

membentuk kelompopk-kelompok belajar kooperatif, memperkenalkan dan

membimbing siswa cara kerja dalam belajar kooperatif. Dalam pertemuan ini

diadakan peniloaian hanya mengkondisikan siswa untuk mengenal proses

belajar dengan pembelajaran kooperatif, selanjutnya pada akhir pertemuan

guru memberitahukan paa siswa bahwa pada pertemuan berikutnya akan

dilakukan pembelajaran kooperatif dan setiap akhir pertemuan akan diadakan

tes.

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan pembelajaran yang terdiri

dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang

mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolahan

35
pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tigas dan

lembar observasi aktivitas siswa.

b. Tahap kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan

pada tanggal 4 September 2002 di kelas …. dengan jumlah siswa 42

siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran

yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan

bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I

dengan tujuan untuk mengetahui keberhasln siswa dalam proses belajar

mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus

I adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1.Rekapitulasi Hasil Ulangan Harian I


No Uraian Hasil Siklus I
1 Nilai rata-rata tes formatif 70,93
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 29
3 Persentase ketuntasan belajar 67,44

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan

pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasdis proyek/tugas

diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 70,93 dan

ketuntasan belajar mencapai 67,44 % atau ada 29 siswa dari 42 siswa

sudah tuntas belajar. Secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena

siswa yang memperoleh nilai 65 hanya sebesar 67,44% lebih kecil dari

36
persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini

disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa

yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan

pembelajaran kontekstual model pembelajaran kooperatif.

Tabel 4.2 Tabel Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Siklus I

No Aspek yang dinilai Siswa Yang Dapat Dinilai Ketuntasan Dalam %


A 80,95%
1 Minat B 7,14%
C 11,90%
A 61,29%
2 Perhatian B 23,81%
C 11,90%
A 57,14%
3 Partisipasi B 30,95%
C 11,90%

c. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi

dari hasil pengamatan sebagai berikut:

1. Sebagian masih kurang paham dengan model pembelajaran

kooperatif.

2. Sebagian siswa msih belum bisa bekerja sama dalam kelompok

3. Sebagian siswa kurang aktif selama proses pembelajaran berlangsung.

d. d. Refisi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih

terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada

siklus berikutnya.

37
1) Guru harus menjelaskan lagi bagaimana proses dalam pembelajaran

kooperatif.

2) Guru harus membimbing sebagian dari siswa yang mengalami

kesulitan dalam bekerja secara kelompok.

3) Guru harus memotivasi beberapa siswa yang kurang aktif selama

proses pembelajaran berlangsung.

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap in peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat

pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar

pengamatan aktivitas siswa selama berlangsungnya kegiatan belajar

mengajar.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II

dilaksanakan pada tanggal 11 September 2002 di kelas …….. dengan

jumlah siswa 42 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar,

pengamat aktivitas siswa dilakukan sendiri oleh guru. Adapun proses

belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau

kekuarangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan

38
(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar

mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes

formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Sisw pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus I


1 Nilai rata-rata tes formatif 74,42
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 34
3 Persentase ketuntasan belajar 79,01

Dari tabel di ata diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah

74,42 dan ketuntasan belajar mencapai 79,01% atau ada 34 siswa dari 42

siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II

ini ketuntasan belajar secara klasik telah mengalami peningkatan sedikit

lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar sisw ini karena

setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu

diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi

untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang

dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif.

39
Tabel 4.4 Tabel Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Siklus I

No Aspek yang dinilai Siswa Yang Dapat Dinilai Ketuntasan Dalam %


A 83,33%
1 Minat B 11,90%
C 4,76%
A 78,57%
2 Perhatian B 14,29%
C 7,14%
A 73,81%
3 Partisipasi B 21,43%
C 4,76%

c. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil

pengamatan sebagai berikut:

1. Sebagian besar dari siswa sudah memahami model pembelajaran

kooperatif.

2. Sebagian besar siswa sudah bisa bekerja sama dalam kelompok

3. Sebagian besar siswa mulai aktif selama proses pembelajaran

berlangsung.

d. Refisi Rancangan

Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat

kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi uintuk dilaksanakan

pada siklus II antara lain:

1. Guru harus lebih cerdik dalam memotivasi siswa selama proses

belajar mengajar berlangsung.

40
2. Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan

takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau

bertanya.

3. Guru harus membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan

konsep.

4. Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan

pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

5. Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi

soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan

belajar mengajar.

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini penelitian mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 3, scan tes formatif 3 dan alat-alat

pengajaran yang mendukung. Seklain itu juga dipersiapkan lembar

Pengamatan aktivitas siswa selama berlangsungnya kegiatan belajar

mengajar.

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III

dilaksanakan pada tanggal 18 September 2002 di kelas …… dengan

jumlah siswa 42 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar.

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran

41
dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau

kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan

(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar

mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah

tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus III
No Uraian Hasil Siklus I
1 Nilai rata-rata tes formatif 78,60
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 39
3Per sentase ketuntasan belajar 90,70

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar

78,60 dan dari 42 siswa yang telah tuntas sebanyak 39 siswa dan 4 siswa

belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan

belajar yang telah tercapai sebesar 90,70 % (termasuk kategori tuntas).

Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari sklus II.

Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh

adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model

pembelajaran kooperatif sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan

pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami

materi yang telah diberikan.

42
Tabel 4.6 Tabel Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Siklus III

No Aspek yang dinilai Siswa Yang Dapat Dinilai Ketuntasan Dalam %


A 88,09%
1 Minat B 7,14%
C 4,76%
A 85,71%
2 Perhatian B 9,52%
C 4,76%
A 85,71%
3 Partisipasi B 9,52%
C 4,76%

c. Refleksi

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik

maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan

penerapan pembelajaran kontektual model pembelajaran kooperatif. Dari

data-data yang telah diperoleh dapat diurakain sebagai berikut:

1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum

sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing

aspek cukup besar.

2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar berlangsung.

3. Kekuranan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4. Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.

43
d. Refisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan model pembelajaran

kooperatif dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar

siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.

Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yuang perlu

diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan

mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada

pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran

kontekstual model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan proses

belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar siswa

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran

kooperatif memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar

siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa

terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari

siklus I,II dan III) yaitu masing-masing 67,44%,79,01% dan 90,70% . pada

siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Sedangkan

kelompok yang mendapat penghargaan adalah kelompok VIII dengan nilai

kelompok tertinggi 5,34

44
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

belajar mengajar dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif

dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif

terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan

meningkatnya nilai rata—rata siswa pada setiap siklus yang terus

mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran mata diklat akuntansi pada pokok bahasan nilai, macam

norma dan sanksinya dengan pembelajarsan kontekstual model

pembelajaran kooperatif yang paling dominant adalah belajar dengan

sesame anggota kelompok, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru

dan diskusi antara siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan

bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.

4. Analisis Data Minat, Perhatian, Partisipasi.

1. Minat

Dari analisis data diperoleh hasil pada siklus I 34 anak (80,92%)

memiliki minat baik, 3 anak (7,14%) memiliki minat cukup, dan 5 anak

(11,90%) memiliki minat kurang, pada siklus II 35 anak (83,33%)

memiliki minat baik, 5 anak (11,90%) memiliki minat cukup, dan 2 anak

(4,76%) memiliki minat kurang sedangkan pada siklus III 37 anak

(88,09%) memiliki minat baik, 3 anak (7,14%) memiliki minat cukup

45
dan 2 anak (4,76%) memiliki minat kurang. Dari hasil yang dapat

disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran Mata diklat akuntansi dengan

menerapkan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan minat siswa

terhadap pembelajaran.

2. Perhatian

Dari analisis data diperoleh hasil pada siklus I 27 anak (61,29%)

memiliki perhatian baik, 10 anak (23,81%) memiliki perhatian cukup

dan 5 anak (11,90%) memiliki perhatian kurang pada siklus II 33 anak

(78,57%) memiliki perhatian baik, 6 anak (14,29%) memiliki

perhatian cukup, dan 3 anak (7,14%) memiliki perhatian baik, 4 anak

(9,52%) memiliki perhatian cukup dan 2 anak (4,76%) memiliki

perhatian kurang. Dari hasil akuntansi dengan menerapkan

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan perhatian terhadap

pembelajaran.

3. Partisipasi

Dari analisis data diperoleh hasil pada siklus I 24 anak (57,14%)

memiliki partisipasi baik, 13 anak (30,95%) memiliki partisipasi

cukup dan 5 anak (11,90%) memiliki partisipasi kurang, pada siklus II

31 anak (73,81%) memiliki partisipasi baik, 9 anak (21,43%) meiliki

partisipasi cukup dan 2 anak (4,76%) memiliki partisipasi kurang

sedangkan pada siklus III 36 anak (85,71%) memiliki partisipasi baik,

4 anak (9,25%) memiliki partisipasi cukup dan 2 anak (4,76%)

memiliki partisipasi kurang. Dari hasil ini dapat diinterprestasikan

46
bahwa kegiatan pembelajaran Mata diklat akuntansi dengan

menerapkan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan partisipasi

siswa terhadap pembelajaran.

47
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan dari tujuan penelitian yang telah dipaparkan selama tiga

siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran mata

diklat akuntansi

2. Pembelajaran kooperatif memiliki dampak positif dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar

siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (67,44%), siklus II (79,01%), siklus

III (90,70%)

3. Pembelajaran koopertif dapat menjadikan siswa merasa dirinya mendapat

perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide dan

pertanyaan.

4.Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok serta mampu

mempertanggung jawabkan segala tugas individu maupun kelompok.

5. Penerapan model pembelajaran kooperatif mempunyai pengaruh positif

yaitu dapat meningkatkan minat, perhatian dan partisipasi belajar siswa.

48
B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses

belajar mengajar Kewarganegaraan lebih efektif dan lebih memberikan hasil

yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif memerlukan persiapan yang

cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik

yang benar-benar bias diterapkan model pembelajaran kooperatif dalam

proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam meningkatkan prestasi belajar siswa guru hendaknya lebih sering

melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang

sederhana, dimana anak nantinya dapat menemukan pengetahuan baru,

memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu

memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya

dilakukan di …………………….tahun pelajaran…………………….

4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan

agar diperoleh hasil yang lebih baik.

49
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad, 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar
Baru Algesindo

Arikunto, Suharsimi, 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta


Rineksa Cipta

Arikunto, suharsimi. 2001 . Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta. Bumi


Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta; Rikena Cipata

Azhar, lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta


Usaha Nasional

Dareos, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila.


Semarang; Aneka Ilmu

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Rineksa


Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Jakarta Rineksa


Cipta.

Hadi, Sutrisno, 1982. Metodologi Research, Jilid I. Yogyakarta: YP Fak.


Psikologi UGM

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung Sinar Baru
Algesindo.

Hasibuan. J.J dan moerdjiono. 1998 Proses Belajar mengajar . Bandung :


Remaja Rosdakarya

Margono, 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta Rineksa Cipta

Masriyah. 1999 Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung PT. Remaja


Rosdakarya.

50
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Surabaya University Press
Universitas Negeri Surabaya.

Melvin. L. Siberman. 2004. Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif .
Bandung Nusamedia dan Nuansa.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung PT. Remaja


Rosdakarya.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Surabaya University Press
Universitas Negeri Surabaya.

Rustiyah, N.K. 1991 Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara

Sardiman, A.M. 1996 Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.

Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-
PPAI, universitas Terbuka.

Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan


Cendikia

Surakhmad, Winarno, 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung : Jemmars

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT.


Rineksa Cipta.
Syah, Muhibbin, 1995. Psikologi Pendidikan , Suatu Pendekatan Baru. Bandung;
Remaja Rosdakarya

Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung. Remaja


Rosdakarya.

51
Lampiran 1
BIODATA PENULIS

1. Nama : …………………………………………..

2. NIP/NIS : …………………………………………..

3. Tempat&tanggal lahir : …………………………………………..

4. Jabatan Dinas : …………………………………………..

5. Pendidikan : …………………………………………..

6. Riwayat Pendidikan : …………………………………………..

No Nama Sekolah Jurusan Tahun Lulus


1
2
3
4

52
Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata diklat : Akuntansi

Kelas/Semester : I/1

Alokasi Waktu : 8 x 45 menit

Standar Kompetensi : Persamaan Dasar Akuntansi

Kompetensi Dasar : Mencatat transaksi dalam Persamaan

Dasar

Putaran : 1,2 dan 3

I. Tujuan Pembelajaran : a. Transaksi keuangan dapat

teridentifikasi

b. Bentuk-bentuk Persamaan Dasar

Akuntansi dapat diidentifikasi

c. Transaksi dibukukan dalam

persamaan dasar akuntansi

II. Materi Ajar : a. Menyebutkan unsur-unsur laporan

keuangan

b. Menjelaskan pengertian dan

Penggunaaan Persamaan Dasar

Akuntansi

c. Menjelaskan pengertian Harta utang

dan Modal

53
d. Mengidentifikasikan bentuk-bentuk

Persamaan Dasar Akuntansi

e. Mencatat transaksi dalam Persamaan

Dasar Akuntansi

III. Model Pembelajaran : Model pengajaran Kooperatif

IV. Motode Pembelajaran : a. Metode Pemberian tugas

b. Metode Diskuksi

c. Metode Tanya Jawab

V. Langkah-langkah Pembelajaran : a. Kegiatan Awal

Membaca unsur-unsur laporan

keuangan, pengertian dan

penggunaan Persamaan Dasar

Akuntansi

b. Kegiatan inti

Melakukan diskusi kelompok dan

Tanya jawab

c. Kegiatan akhir

Membuat rangkuman

VI. Alat/Bahan/Sumber : a. Pengantar Akuntansi

b. System Akuntansi

c. Buku-buku akuntansi yang relevan

VII. Penilaian : a. Tes Tertulis

b. Hasil pengamatan

c. Hasil Diskusi dan Rangkuman

54
Lampiran 3

Penilaian Cooperative Learning pada Siklus I


No Kelompok Nama Siswa Nilai UH I Keterangan
1 8 T
2 6 TT
3 I 7 T
4 6 TT
5 7 T
6 8 T
7 6 TT
8 7 T
II
9 7 T
10 6 TT
11 7 T
12 9 T
13 7 T
14 III 6 TT
15 7 T
16 7 T
17 8 T
18 7 T
19 IV 6 TT
20 6 TT
21 7 T
22 8 T
23 6 TT
24 V 7 T
25 8 T
26 6 TT
27 9 T
28 7 T
29 VI 7 T
30 7 T
31 7 T
32 8 T
33 7 T
34 6 TT
VII
35 7 T
36 7 T
37 6 TT
38 7 T
39 7 T
40 VIII 6 TT
41 5 TT
42 7 T

55
Keterangan

T : Tuntas

TT : Tidak tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 29

Jumlah siswa yang tidak tuntas : 13

Skor Maksimal Ideal : 420

Skor tercepat : 290

Rata-rata skor Tercepat : 6,90

Prosentase Ketuntasan : 69,05%

56
Lampiran 4

No KET Nama Siswa Nilai Nilai Ket Nilai Akhir Nilai Nilai
UH I UH untuk Kelompok
II Ket
1 8 9 T (8+9):2=8,5 0,5
2 6 7 T (6+7):2=6,5 0,.5
3 I 7 8 TT (7+8):2=7,5 0,5 1,5
4 6 6 T (6+6):2=6,0 -
5 7 7 T (7+7):2=7,0 -
6 8 9 T (8+9):2=8,5 0,5
7 6 7 T (6+7):2=6,5 0,5
8 7 8 T (7+8):2=7,5 0,5
II 1,5
9 7 7 T (7+7):2=7,0 -
10 6 6 TT (6+6):2=6,0 -
11 7 7 T (7+7):2=7,0 -
12 9 10 T (9+10):2=9,5 0,5
13 7 7 T (7+7):2=7,0 -
14 III 6 6 TT (6+6):2=6,0 - 1,5
15 7 8 T (7+8):2=7,5 0,5
16 7 8 T (7+8):2=7,5 0,5
17 8 9 T (8+9):2=8,5 0,5
18 7 7 T (7+7):2=7,0 -
19 IV 6 6 TT (6+6):2=6,0 - 1,5
20 6 7 T (6+7):2=6,5 0,5
21 7 8 T (7+8):2=7,5 0,5
22 8 9 T (8+9):2=8,5 0,5
23 6 6 TT (6+6):2=6,0 -
24 V 7 7 T (7+7):2=7,0 - 1,0
25 8 8 T (8+8):2=8,0 -
26 6 7 T (6+7):2=6,5 0,5
27 9 10 T (9+10):2=9,5 0,5
28 7 8 T (7+8):2=7,5 0,5
29 VI 7 7 T (7+7):2=7,0 - 2,0
30 7 8 T (7+8):2=7,5 0,5
31 7 8 T (7+8):2=7,5 0,5
32 8 9 T (8+9):2=8,5 0,5
33 7 7 T (7+7):2=7,0 -
34 6 6 TT (6+6):2=6,0 -
VII 2,0
35 7 8 T (7+8):2=7,5 0,5
36 7 8 T (7+8):2=7,5 0,5
37 6 7 T (6+7):2=6,5 0,5
38 7 8 T (7+8):2=7,5 0,5
39 7 7 T (7+7):2=7,0 -
40 VII 6 7 T (6+7):2=6,5 0,5 2,0
41 5 6 TT (5+6):2=5,5 0,5
42 7 8 T (7+8):2=7,5 0,5

57
Keterangan

T : Tuntas

TT : Tidak tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 35

Jumlah siswa yang tidak tuntas : 7

Skor Maksimal Ideal : 420

Skor tercepat : 316

Rata-rata skor Tercepat : 7,52

Prosentase Ketuntasan : 83,33%

58
Lampiran 5

Nilai Nilai Nilai Kelompok


No KET Nama Siswa UH Ket Nilai Akhir untuk
III Ket
1 10 T (8+9+10):3=9,00 1,00
2 8 T (6+7+8):3=7,00 1,00
1,5
3 I 8 T (7+8+8):3=7,67 0,67 4,83
4 7 T (6+6+7):3=6,33 0,33
5 8 T (7+7+8):3=7,33 0,33
6 9 T (8+9+9):3=8,67 0,67
7 8 T (6+7+8):3=7,00 1,00
8 8 T (7+8+8):3=7,67 0,67
II 1,5 3,17
9 7 T (7+7+7):3=7,00 -
10 6 TT (6+6+6):3=6,00 -
11 8 T (7+7+8):3=7,33 0,33
12 10 T (9+10+10):3=9,67 0,67
13 8 T (7+7+8):3=7,33 0,33
14 III 8 T (6+6+8):3=6,67 0,67 1,5 4,51
15 8 T (7+8+8):3=7,67 0,67
16 8 T (7+8+8):3=7,67 0,67
17 9 T (8+9+9):3=8,67 0,67
18 8 T (7+7+8):3=7,33 0,33
19 IV 7 T (6+6+7):3=6,33 0,33 1,5 4,16
20 8 T (6+7+8):3=7,00 1,00
21 8 T (7+8+8):3=7,33 0,33
22 10 T (8+9+10):3=9,00 1,00
23 6 TT (6+6+6):3=6,00 -
24 V 8 T (7+7+8):3=7,33 0,33 1,0 3,00
25 8 T (8+8+8):3=8,00 -
26 7 T (6+7+7):3=6,67 0,67
27 10 T (9+10+10):3=9,67 0,67
28 8 T (7+8+8):3=7,67 0,67
29 VI 7 T (7+7+7):3=7,00 - 2,0 4,68
30 8 T (7+8+8):3=7,67 0,67
31 8 T (7+8+8):3=7,67 0,67
32 9 T (8+9+9):3=8,67 0,67
33 7 T (7+7+7):3=7,00
34 7 T (6+6+7):3=6,33 0,33
VII 2,0 5,01
35 8 T (7+8+8):3=7,67 0,67
36 8 T (7+8+8):3=7,67 0,67
37 7 T (6+7+7):3=6,67 0,67
38 9 T (7+8+9):3=8,00 1,00
39 7 T (7+7+7):3=7,00 -
40 VII 8 T (6+7+8):3=7,00 1,00 2,0 5,34
41 6 TT (5+6+6):3=5,67 0,67
42 8 T (7+8+8):3=7,67 0,67

59
Keterangan

T : Tuntas

TT : Tidak tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 39

Jumlah siswa yang tidak tuntas : 3

Skor Maksimal Ideal : 420

Skor tercepat : 333

Rata-rata skor Tercepat : 7,93

Prosentase Ketuntasan : 92,86%

Kelompok yang mendapat penghargaan adalah kelompok VIII dengan nilai

kelompok tertinggi 5,34

60
Lampiran 6

Data Pengamatan Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa Putaran I


No Nama siswa Minat Perhatian Partisipasi
B C K B C K B C K
1   
2   
3   
4   
5   
6   
7   
8   
9   
10   
11   
12   
13   
14   
15   
16   
17   
18   
19   
20   
21   
22   
23   
24   
25   
26   
27   
28   
29   
30   
31   
32   
33   
34   
35   
36   
37   
38   
39   
40   
41   
42   
Jumlah 34 3 5 27 10 5 24 13 5

61
Keterangan

B : Baik

C : Cukup

K : Kurang

Minat : 34 siswa (48,95%) memiliki minat baik


3 siswa (7,14%) memiliki minat cukup
5 siswa (11,90%) memiliki minat kurang
Perhatian : 27 siswa (61,29%) memiliki perhatian baik
10 siswa (23,81%) memiliki perhatian cukup
5 siswa (11,90%) memiliki perhatian kurang
Partisipasi : 24 siswa (57,14%) memiliki partisipasi baik
13 siswa (30,95%) memiliki partisipasi cukup
5 siswa (11,90%) memiliki partisipasi kurang

62
Lampiran 7

Data Pengamatan Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa Putaran I


No Nama siswa Minat Perhatian Partisipasi
B C K B C K B C K
1   
2   
3   
4   
5   
6   
7   
8   
9   
10   
11   
12   
13   
14   
15   
16   
17   
18   
19   
20   
21   
22   
23   
24   
25   
26   
27   
28   
29   
30   
31   
32   
33   
34   
35   
36   
37   
38   
39   
40   
41   
42   
Jumlah 35 5 2 33 6 3 31 9 2

63
Keterangan

B : Baik

C : Cukup

K : Kurang

Minat : 35 siswa (83,33%) memiliki minat baik


5 siswa (11,90%) memiliki minat cukup
2 siswa (4,76%) memiliki minat kurang
Perhatian : 33 siswa (78,57%) memiliki perhatian baik
6 siswa (14,29%) memiliki perhatian cukup
3 siswa (7,14%) memiliki perhatian kurang
Partisipasi : 31 siswa (73,81%) memiliki partisipasi baik
9 siswa (21,43%) memiliki partisipasi cukup
2 siswa (4,76%) memiliki partisipasi kurang

64
Lampiran 8

Data Pengamatan Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa Putaran I


No Nama siswa Minat Perhatian Partisipasi
B C K B C K B C K
1   
2   
3   
4   
5   
6   
7   
8   
9   
10   
11   
12   
13   
14   
15   
16   
17   
18   
19   
20   
21   
22   
23   
24   
25   
26   
27   
28   
29   
30   
31   
32   
33   
34   
35   
36   
37   
38   
39   
40   
41   
42   
Jumlah 37 3 2 36 4 2 36 4 2

65
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI
DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF PADA SISWA
KELAS ………………………………
TAHUN ………………………

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH:
………………………………………..
NIP:…………………………………

DINAS PENDIDIKAN ………………………………..


……………………………………………..
……………………………………………

66
67
HALAMAN PENGESAHAN

KARYA ILMIAH

BERJUDUL:
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
AKUNTANSI DENGAN MENERAPKAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA SISWA
KELAS ………………………………
TAHUN ………………………

OLEH:
…………………………………………..

TELAH DISETUJUI

Pengelola Perpustakaan Ketua PGRI


………………………. …………….

……………………… ……………..
NIP:…………………. NPA:………..

ii
68
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan karya tulis
ilmiah ini dapat terselesaikan pada waktunya
Karya tulis ilmiah ini berjudul “ Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar
Akuntansi Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Pada Siswa
Kelas…………………………………. Tahun…………….. “ ini disusun untuk
memenuhi persyaratan kenaikan golongan profesi guru dari IVa ke IVb
Dalam penyusunan karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Yth. Kepala Dinas Pendidikan Kota…………………………………………….
2. Yth Ketua PGRI Kota…………………………………………………………..
3. Yth Rekan-rekan Guru …………………………………………………………
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna.
Oleh Karena itu kritik dan syaran yang bersifat membangun sangat peneliti
harapkan demi kesempurnaan penelitian ini dan demi penelitian yang akan datang.

………………………………………

Penulis

iii
69
ABSTRAK

……………..,2004. “ Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Akuntansi Dengan


Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Pada Siswa
Kelas…………………………………. Tahun…………….. “

Kata Kunci Akuntansi, Pembelajaran kooperatif

Dalam pengajaran kelompok kecil memungkinkan guru memberikan


perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara
guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa. Adakalanya siswa lebih
mudah mengari atau melatih temannya sendiri. Dalam hal ini pengajaran
kelompok kecil dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Pengajaran ini
memungkinkan siswa belajar kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa, serta
dapat memenuhi kebutuhan siswa secara optimal.
Penelitian ini berdasarkan permasalahn (a) Bagaimana peningkatan
prestasi belajar mata diklat akuntansi dengan diterapkannya mode pembelajaran
kooperatif? (b) Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran kooperatif dalam
meningkatkan minat, perhatian dan partisipasi belajar mata diklat akuntansi?
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah (a) Mengetahui peningkatan
prestasi belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif, (b)
mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkannya model
pembelajaran kooperatif, (c) Menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran mata
diklat Akuntansi dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research)
sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu : rancanan,
kegiatan dan pengamatan, refleksi dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa
kelas ………………………………………. Tahun pelajaran……………………..
data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar
mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (67,44%), siklus II
(79,01%), siklus III (90,70%)
Simpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif dapat
berpengaruh positif terhadap prestasi dan motivasi belajar
siswa………………………………………………… serta model pembelajarasn
ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative pembelajaran mata diklat
akuntansi.

iv

70
DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................... i


Halaman pengesahan ................................................................................... ii
Kata Pengantar ......................................................................................... iii
Abstraksi ......................................................................................... iv
Daftar Isi ......................................................................................... v
Daftar Lampiran ......................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 4
D. Kegunaan Penelitian................................................................. 4
E. Definisi Operasional Variabel................................................... 5
F. Batasan Masalah....................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Pengertian Akuntansi................................................................ 7
B Pemakai Informasi Akuntansi................................................... 8
C. Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK).................................. 10
D. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)..................... 11
E. Karakteristik dan Prinsip-prinsip SPK...................................... 15
F. Prosedur Pembelajaran Kooperatif........................................... 21
G. Keunggulan dan Kelemahan SPK............................................. 23
H. Model Pembelajaran Kooperatif TAPPS (Thinking Alaud Pair
Problem Solving........................................................................ 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat, waktu dan subjek penelitian........................................ 31
B. Rancangan Penelitian................................................................ 31

71
C. Alat Pengumpulan Data............................................................ 35
D. Analisis Data............................................................................. 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hubungan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan
Ketuntasan Belajar.................................................................... 37
B. Pembahasan .......................................................... 48

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan .......................................................... 50
B. Saran .......................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 53

vi
vi
72
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran
Lampiran 1 Biodata Penulis..................................................................... 53
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .................................... 54
Lampiran 3 Penilaian Cooperative Learning Pada Siklus I .................... 57
Lampiran 4 Penilaian Cooperative Learning Pada Siklus II ................... 59
Lampiran 5 Penilaian Cooperative Learning Pada Siklus II ................... 61
Lampiran 6 Data pengamatana Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa
Putaran I............................................................................... 63
Lampiran 7 Data pengamatana Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa
Putaran II.............................................................................. 65
Lampiran 8 Data pengamatana Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa
Putaran III............................................................................. 67

vii
73

Anda mungkin juga menyukai