Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1.2.1 Iklim
Iklim mempunyai kaitan dengan suhu udara dan suhu udara mempunyai pengaruh pada
evaporasi dan transpirasi.
Terjadinya perbedaan suhu udara merupakan salah satu sebab terjadinya angin dan angin
tersebut berpengaruh pula pada laju penguapan.
Di Indonesia dikenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan, dengan ciri
utama banyak hujan pada musim penghujan dan jarang hujan pada musim kemarau.
1.2.2 Siklus hidrologi
a. Pengertian siklus hidrologi
Siklus hidrologi merupakan siklus atau sirkulasi air yang berasal dari Bumi kemudian menuju
ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi yang berlangsung secara terus menerus. Karena
bentuknya memutar dan berlangsung secara berkelanjutan inilah yang menyebabkan air
seperti tidak pernah habis.
Melalui siklus ini, ketersediaan air di daratan bumi dapat tetap terjaga, proses siklus hidrologi
juga berdampak pada teraturnya suhu lingkungan, cuaca, hujan dan keseimbangan ekosistem
bumi.
Pemanasan air laut oleh paparan sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi
tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai
presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.
Lebih dalam lagi ilmu hidrologi mengkaji tentang hidrometeorologi (air yang berada di udara
dengan wujud gas), potamologi (aliran permukaan air), kriologi (air dengan wujud padat
misalnya es dan salju), geohidrologi (air tanah), serta limnologi (air permukaan yang
cenderung lebih tenang misalnya danau dan waduk).
Selanjutnya, air hujan ini akan meresap ke dalam tanah (infiltrasi dan perkolasi) atau
mengalir menjadi air permukaan (run off). Air yang ada di permukaan serta sebagian air yang
ada di bawah permukaan, baik itu yang mengalir atau yang tergenang seperti air pada waduk,
danau, rawa, sungai.
Air tersebut terkumpul dan mengalir yang akhirnya membentuk sungai yang mengalir
menuju laut.Baik aliran air yang berada di bawah tanah maupun air permukaan keduanya
menuju ke tubuh air di permukaan bumi (laut, danau dan waduk).
1-3
Panasnya air laut didukung oleh sinar matahari karena matahari merupakan kunci sukses dari
siklus hidrologi sehingga mampu berjalan secara terus menerus kemudian air berevaporasi,
kemudian jatuh ke bumi sebagai prespitasi dengan bentuk salju, gerimis atau atau kabut,
hujan, hujan es dan salju dan hujan batu.
Dengan kata lain hidrosfer merupakan semua air yang berada di bumi, baik dalam bentuk cair
yakni air, padat berupa es dan salju, maupun dalam bentuk gas yakni berupa uap air. Proses
terjadinya siklus hidrologi dapat dilihat pada Gambar 1.1 di bawan ini.
1-4
Siklus hidrologi berawal dengan terjadinya penguapan air yang ada di permukaan bumi. Air-
air yang tertampung di danau, sungai, laut, bendungan atau waduk berubah menjadi uap air
dengan bantuan panas matahari. Penguapan serupa juga terjadi pada air yang terdapat di
permukaan tanah, di jaringan makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan.
Tahapan proses terjadinya siklus hidrologi
- Evaporasi.
Evaporasi adalah suatu proses yang mengubah air yang berwujud cair menjadi air dalam
wujud gas atau biasa disebut dengan penguapan. sehingga memungkinkan ia untuk naik ke
atas atmosfer bumi. Semakin tinggi panas matahari (misalnya saat musim kemarau), maka
semakin banyak jumlah air yang menjadi uap air dan naik ke atmosfer bumi.
- Transpirasi
Penguapan air ini bukan hanya terjadi di badan air dan tanah. Penguapan air juga dapat
berlangsung di jaringan makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan. Penguapan semacam ini
dikenal dengan istilah transpirasi. selain itu, transpirasi juga mengubah air yang berwujud
cair dalam jaringan makhluk hidup menjadi uap air dan membawanya naik ke atas menuju
atmosfer.
Akan tetapi, jumlah air yang menjadi uap melalui proses transpirasi umumnya jauh lebih
sedikit dan lebih kecil dibandingkan dengan jumlah uap air yang dihasilkan melalui proses
evaporasi.
- Kondensasi
Kondensasi merupakan proses berubahnya uap air menjadi partikel- partikel es. Ketika uap
air dari proses evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, dan sublimasi sudah mencapai
ketinggian tertentu, uap air tersebut akan berubah menjadi partikel-partikel es yang berukuran
sangat kecil melalui proses konsendasi.
Perubahan wujud ini terjadi karena pengaruh suhu udara yang sangat rendah saat berada di
ketinggian tersebut. Partikel-partikel es yang terbentuk tersebut akan saling mendekati satu
sama lain dan bersatu hingga membentuk sebuah awan.
Semakin banyak partikel es yang bersatu, maka akan semakin tebal dan juga hitam awan
yang terbentuk. Inilah hasil dari proses kondensasi.
- Sublimasi
Tahapan yang lainnya adalah sublimasi yaitu proses naiknya uap air ke atas atmosfer bumi.
Sublimasi merupakan proses perubahan es di kutub atau di puncak gunung menjadi uap air,
tanpa harus melalui proses pencairan. Sublimasi ini juga tidak sebanyak penguapan
(evaporasi maupun transpirasi), namun meski sedikit tetap saja sublimasi ini tetap
1-5
berkontribusi erat terhadap jumlah uap air yang naik ke atmosfer, namun jumlah air yang di
hasilkan menjadi lebih sedikit.
Dibandingkan dengan evaporasi maupun transpirasi, proses sublimasi ini berjalan lebih
lambat dari pada keduanya. Sublimasi ini terjadi pada tahap siklus hidrologi panjang.
- Adveksi
Adveksi merupakan perpidahan awan dari satu titik ke titik lainnya namun masih dalam satu
horizontal. Jadi setelah partikel-partikel es membentuk sebuah awan yang hitam dan gelap,
awan tersebut dapat berpindah dari satu titik ke titik yang lain dalam satu horizontal. Proses
adveksi ini terjadi karena adanya angin maupun perbedaan tekanan udara sehingga
mengakibatkan awan tersebut berpindah. Adveksi adalah proses perpindahan awan dari satu
titik ke titik lain dalam satu horizontal akibat arus angin atau perbedaan tekanan udara.
Proses adveksi ini memungkinkan awan yang terbentuk dari proses kondensasi akan
menyebar dan berpindah dari atmosfer yang berada di lautan menuju atmosfer yang ada di
daratan. Namun perlu diketahui bahwa tahapan adveksi ini tidak selalu terjadi dalam proses
hidrologi, tahapan ini tidak terjadi dalam siklus hidrologi pendek.
- Run off
Proses terjadinya siklus hidrologi selanjutnya ialah tahap run off. Tahapan run off ini terjadi
ketika sudah di permukaan bumi. Run off (limpasan) ialah suatu proses pergerakan air dari
tempat yang tinggi menuju tempat rendah di permukaan bumi (secara gravitasi).
Proses pergerakan air ini berlangsung melalui saluran-saluran air contohnya danau, got,
muara, sungai, laut hingga samudra. Dalam proses inilah air yang mengalami siklus hidrologi
akan kembali ke lapisan hidrosfer.
- Infiltrasi dan perkolasi
Proses selanjutnya adalah proses infiltrasi. Air yang sudah berada di bumi akibat proses
presipitasi, tidak semuanya mengalir di permukaan bumi dan mengalami run off. Sebagian
kecil dari air tersebut akan bergerak menuju ke pori- pori tanah, merembes, dan menumpuk
menjadi air tanah. Proses pergerakan air ke dalam pori- pori tanah ini disebut sebagai proses
infiltrasi. Perkolasi proses pergerakan air yang masuk ke dalam tanah yg lebih dalam dan
berakhir pada lapisan yang kedap air. Proses infiltrasi dan perkolasi akan secara lambat
membawa air tanah untuk menuju kembali ke danau atau ke laut.
Setelah melalui proses run off, infiltrasi dan perkolasi, kemudian air yang telah mengalami
siklus hidrologi akan kembali berkumpul ke lautan. Dalam waktu yang berangsur-angsur, air
tersebut akan kembali mengalami siklus hidrologi yg baru secara berulang-ulang.
1-6
c. Macam-macam siklus hidrologi
hidrologi merupakan salah satu cabang ilmu yang berkaitan dengan segala elemen dalam
proses pencatatan, kegiatan survei dan pemetaan keadaan air di permukaan bumi.Siklus
hidrologi yang memiliki berbagai tahapan, ternyata tidak hanya terdiri atas satu macam saja.
Siklus hidrologi ini terbagi atas beberapa macam. Varian siklus hidrologi ini dilihat dari
panjang atau pendeknya proses siklus hidrologi tersebut. Berdasarkan proses panjang dan
pendeknya, siklus hidrologi ini dibagi menjadi 3 macam, yakni siklus hidrologi pendek,
siklus hidrologi sedang dan hidrologi panjang.
- Siklus hidrologi pendek (short cycle)
Siklus hidrologi pendek merupakan siklus hidrologi yang tidak mengalami proses adveksi.
Uap air yang terbentuk melalui siklus hidrologi akan diturunkan melalui hujan yang terjadi di
daerah sekitar laut tersebut. Pada siklus ini, uap air akan diturunkan menuju sekitar laut
melalui hujan.
Berikut adalah penjelasan mengenai siklus hidrologi pendek ini:
- Air laut mengalami proses penguapan dan berubah menjadi uap air akibat adanya panas
matahari.
- Uap air akan mengalami kondensasi dan membentuk awan.
- Awan yang terbentuk akan menjadi hujan di permukaan laut.
Berikut adalah penjelasan gambar mengenai siklus hidrologi pendek dapat dilihat pada
Gambar 1.2 di bawah ini.
1-7
terdorong oleh angin atau karena perbedaan tekanan dan menurunkan hujan di permukaan
tanah.
Siklus hidrologi ini menghasilkan hujan di daratan karena proses adveksi membawa awan
yang terbentuk ke atas daratan Siklus ini terjadi di wilayah daratan yang di dekatnya terdapat
laut atau di wilayah tropis.
Berikut penjelasan singkat mengenai siklus hidrologi sedang ini:
- Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya panas
matahari.
- Uap air mengalami adveksi karena angin sehingga bergerak menuju daratan.
- Di atmosfer daratan, uap air membentuk awan dan berubah menjadi hujan.
- Air hujan di permukaan daratan akan mengalami run off menuju sungai dan kembali ke
laut.
Berikut adalah penjelasan gambar mengenai siklus hidrologi sedang dapat dilihat pada
Gambar 1.3 di bawah ini.
1-8
Dalam siklus hidrologi ini, awan tidak langsung diubah wujud menjadi air, melainkan
terlebih dahulu turun sebagai salju dan membentuk gletser. Berikut penjelasan singkat
tentang siklus hidrologi panjang ini:
Penjelasan mengenai siklus hidrologi panjang ini adalah sebagai berikut:
- Air laut yang terkena pemanasan sinar matahari akan mengalami penguapan dan menjadi
uap air
- Uap air yang telah terbentuk akan mengalami proses sublimasi
- Kemudian awan terbentuk dengan mengandung kristal-kristal es
- Awan mengalami proses adveksi dan kemudian bergerak ke daratan
- Awan akan mengalami presipitasi dan kemudian akan turun sebagai salju
- Salju akan terakumulasi menjadi gletser
- Gletser tersebut akan mencair karena adanya pengaruh suhu udara dan membentuk aliran
sungai
- Air yang berasal dari gletser akan mengalir di sungai tersebut kemudian akan kembali ke
laut.
Berikut adalah penjelasan gambar mengenai siklus hidrologi panjang dapat dilihat pada
Gambar 1.4 di bawah ini.
1-9
Jumlah air di bumi memang selalu tetap, hanya terjadi perubahan bentuk. Suatu saat air laut
berubah menjadi menguap, menjadi awan, kemudian menjadi hujan, masuk ke sungai dan
mengalir kembali ke laut.
1.2.3 Topografi
Topografi daerah seringkali kurang menguntungkan. Hujan yang jatuh airnya sebagian
mengalir dipermukaan menuju tempat yang rendah bahkan akhirnya sebagian besar air hujan
berada pada tempat-tempat yang lebih rendah dari permukaan tanah daerah sekitarnya.
Apabila pada suatu daerah kekurangan air terpaksa berpaling pada air pada tempat-tempat
yang rendah tersebut.
Jadi pada suatu saat petani bisa diganggu air berlebihan dan perlu memikirkan saluran
drainase pada saat lain bisa kekurangan air dan perlu memikirkan saluran pemberi untuk
mengalirkan air ketempat yang membutuhkan, tetapi karena sebagian besar air berada pada
tempat yang rendah, maka umumnya ada masalah tenaga untuk mengalirkan air tersebut.
1-10
KEGIATAN BELAJAR 1.3
SALURAN IRIGASI DAN DRAINASE
Irigasi dan drainase di Indonesia hampir selalu mempunyai fungsi saling menunjang dalam
usaha, mencapai hasil optimum dalam bidang pertanian. Penetapan suatu jaringan pemberi
perlu, mengingat kaitannya dengan jaringan drainase dan pada kondisi yang tidak memaksa,
maka jaringan pemberi dan jaringan drainase perlu dibuat terpisah walaupun memiliki fungsi
saling menunjang dalam usaha pelayanan kebutuhan pertanian.
1.3.1. Saluran irigasi
Saluran irigasi juga biasa disebut sebagai saluran pemberi adalah saluran yang merupakan
sarana penghubung antara sumber air dan petak tanah pertanian atau persawahan. Saluran
pemberi ditentukan berdasar kebutuhan maksimum untuk tanaman dengan memperhatikan
adanya koefisien-koefisien kehilangan air.
1.3.2. Saluran drainase
Saluran drainase juga biasa disebut sebagai saluran pembuang. Drainase lahan pertanian
didefinisikan sebagai pembuatan dan pengoperasian suatu sistem dimana aliran air dalam
tanah diciptakan sedemikian rupa sehingga baik genangan maupun kedalaman air tanah dapat
dikendalikan sehingga bermanfaat bagi kegiatan usaha tani. Definisi lainnya, drainase lahan
pertanian adalah suatu usaha membuang kelebihan air secara alamiah atau buatan dari
permukaan tanah atau dari dalam tanah untuk menghindari pengaruh yang merugikan
terhadap pertumbuhan tanaman.
1.3.3. Kaitan saluran irigasi dan saluran drainase
Irigasi dan drainase di Indonesia hampir selalu mempunyai fungsi saling menunjang dalam
usaha mencapai hasil optimum dalam bidang pertanian. Penetapan suatu jaringan pemberi
perlu karena ada kaitannya dengan jaringan drainase dan pada kondisi yang tidak memaksa,
maka jaringan pemberi dan jaringan drainase perlu dibuat terpisah walaupun memiliki fungsi
saling menunjang dalam usaha pelayanan kebutuhan pertanian.
Saluran irigasi yang berfungsi ganda sebagai saluran pemberi dan saluran drainase akan
menimbulkan kesulitan-kesulitan pengoperasian dan saluran lebih cepat rusak.
Juga mengingat dasar penentuan kapasitas antara saluran pemberi dan saluran drainase
memang berbeda, maka baik saluran maupun bangunan-bangunan yang mempunyai fungsi
ganda itu menjadi sukar perhitungannya dan mahal biaya pembuatannya.
Jadi pada keadaan umum sebagai prinsip dikehendaki adanya jaringan pemberi tersendiri dan
jaringan drainase tersendiri.
1-11
Saluran drainase ditentukan berdasar jumlah air pada suatu daerah yang harus dibuang dalam
waktu tertentu, sedangkan saluran pemberi ditentukan berdasar kebutuhan maksimum untuk
tanaman dengan memperhatikan adanya koef-koefisien kehilangan air.
Selanjutnya istilah saluran irigasi kita anggap punya pengertian sebagai saluran pemberi,
bahkan kata saluran umumnya dapat berarti pula sebagai saluran pemberi dalam konteks
pembicaraan lebih lanjut. Maka untuk saluran drainase selalu ditegaskan dengan lengkap,
saluran drainase atau saluran pembuang.
1-12
KEGITAN BELAJAR 1.4
SATUAN AIR DALAM IRIGASI
Dalam Irigasi satuan air yang perlu diperhatikan dalam menghitung ketebalan, volume,
menghitung debit aliran dan luasan areal yang diairi air adalah sebagai berikut:
1.4.1 Tebal air
Tebal Air yang dinyatakan dalam mm,cm atau m. Misalnya suatu jenis tanaman pada suatu
daerah membutuhkan 20 kali penyiraman sampai saat dipanen dan tiap kali penyiraman 5
mm. Hal ini berarti bahwa sampai saat panen air yang dibutuhkan untuk 20 kali penyiraman
tersebut setebal 20 x 5 mm = 100 mm=0,10 m. Untuk tiap ha (100 m x 100 m) tanaman
dibutuhkan air 0,10 m x 10.000 m2 = 1.000 m3.
1.4.2 Volume air
Volume Air untuk satu jenis tanaman tertentu selama masa tanam. Misal untuk satu tanaman
selama masa tanam dibutuhkan air a m3, maka apabila kita punya waduk lapangan berisi air
V m3 dan kehilangan air diperhitungkan b m3 berarti jumlah tanaman yang bisa diairi dari
waduk itu = (V-b)/a batang.
1.4.3 Satuan debit air
Satuan debit air yang menyatakan debit air untuk melayani suatu satuan luas. Umumnya
dinyatakan dalam satuan liter/detik/hektar atau dalam satuan m 3/detik/ hektar. Cara ini
hampir selalu dipakai dalam perhitungan-perhitungan untuk menetapkan dimensi saluran baik
saluran pemberi maupun saluran drainase.
Seringkali perhitungan kebutuhan air dengan satuan-satuan lain perlu diubah ke dalam satuan
ini supaya rumus-rumus yang menggunakan debit sebagai parameter dapat diselesaikan
dengan mudah.
1.4.4 Duty of water
Merupakan luas areal yang dapat diairi oleh debit tertentu. Satuan ini dinamai “duty of
water”. Misalnya untuk suatu jenis tanaman tertentu pada suatu areal duty of water A acres
dan negara yang sering menggunakan satuan ini misalnya USA. Debit umumnya dinyatakan
dalam second foot atau cusec. Duty of water A acres berarti debit aliran 1 cusec dapat
melayani areal seluas A acres.
Untuk merubah ke dalam satuan metrik 1 cusec = 28,3 liter/dtk dan 1 acres = 4047 m2 =
40,47 are. Yang dimaksud 1 cusec adalah debit sebesar 1 ft3/dtk.
1-13