Anda di halaman 1dari 42

KUMPULAN ARTIKEL

1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA TUJUAN ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR


2. PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA: PENGERTIAN SERTA FAKTOR-
FAKTOR PENYEBABNYA
3. TEORI-TEORI KEBUDAYAAN DAN TEORI-TEORI TENTANG INTERAKSI
SOSIAL
4. HIRARKHI KEBUTUHAN MANUSIA DAN KAITANNYA DENGAN
KEMUNCULAN BUDAYA
5. SOLIDARITAS SOSIAL KOTA DAN DESA (MEKANIS-ORGANIS,
GEMEINSCHAFT-GESSELSCHAFT, PAGUYUBAN-PATEMBAYAN)
Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Ilmu Sosial
Budaya Dasar (ISBD)

Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:
Nama : Dias Mardianti
NIM : C1G020067
Prodi/Kelas : Agribisnis B
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021

i
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER i
DAFTARISI ii
I. Pengertian, Konsep serta Tujuan Ilmu Sosia Budaya Dasar………………….1
II. Perubahan Sosial dan Budaya: Pengertian serta faktor-faktor penyebabnya…8
III. Teori-teori kebudayaan dan Teori-teori interaksi sosial………………………21
IV. Herarki kebutuhan manusia dan kaitannya dengan kemunculan budaya……..29
V. Solidaritas sosial kota dan desa (Mekanis-Organis, Gemeinschaft-Gesellschaft,
Paguyuban-Patembayan) ………………………………………………………..32

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….39

ii
1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA TUJUAN ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

Masalah budaya adalah segala sistem atau tata nilai atau sikap mental, pola pikir,
pola tingkah laku dalam berbagai aspek kehidupan yang tidak memuaskan bagi
masyarakat secara keseluruhan, atau dapat dikatakan bahwa masalah budaya adalah tata
nilai yang dapat menimbulkan krisis-krisis kemasyarakatan yang akan menyebabkan “
dehumanisasi “ atau terjadi pengurungan terhadap seseorang. Masalah tersebut
mencakup berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah
kemanusiaan dan budaya.

Ilmu sosial budaya dasar identik dengan Basic Humanities. Humanities berasal dari
kata latin Human yang berarti manusiawi, yang berbudaya dan berbudi halus (refined)
diharap seseorang mempelajari Basic Humanities tidaklah sama dengan the humanities
(pengetahuan budaya) yang menyangkut keahlian filsafat dan seni; seni pahat, seni tari
dan lain-lain.

Seperangkat konsep dasar ilmu sosial budaya dasar tersebut secara interdisiplin
digunakan sebagai alat bagi pendekatan dan pemecahan masalah yang timbul dan
berkembang dalam masyarakat. Dengan demikian ilmu sosial budaya dasar
memberikan alternative sudut pandang atas pemecahan masalah sosial budaya
dimasyarakat. Berdasarkan pemahaman yang diperoleh dari kajian ilmu sosial budaya
dasar, mahasiswa dapat mengorientasikan diri untuk selanjutnya mampu mengetahui ke
arah mana pemecahan masalah harus dilakukan.

Pendekatan dalam ilmu sosial budaya dasar lebih bersifat interdisiplin atau
multidisiplin, khususnya ilmu-ilmu sosial dalam menghadapi masalah sosial.
Pendekatan dalam ilmu sosial budaya dasar bersumber dari dasar-dasar ilmu social dan
budaya yang bersifat terintegrasi. Ilmu sosial budaya dasar digunakan untuk mencari
pemecahan masalah kemasyarakatan melalui pendekatan interdisipliner atau
multidisipliner ilmu-ilmu sosial dan budaya. Sedangkan pendekatan dalam ilmu sosial
lebih bersifat subjek oriented, artinya berdasarkan sudut pandang dari ilmu sosial

1
tersebut. Misalnya, ilmu ekonomi melihat suatu masalah melalui prespektif ekonomi
serta pemecahan masalah pun dari sudut pandang ekonomi pula.

Pendekatan dalam ilmu sosial budaya dasar akan memperluas pandangan bahwa
masalah social, kemanusiaan, dan budaya dapat didekati dari berbagai sudut pandang.
Dengan wawasan ini pula maka mahasiswa tidak jatuh dalam sifat pengotakan ilmu
secara ketat. Sebuah ilmu secara mandiri tidak cukup mampu mengkaji sebuah masalah
kemasyarakatan. Dewasa ini perkembangan sebuah masalah semakin kompleks. Kajian
atas suatu masalah membutuhkan berbagai sudut pandang keilmuan, demikian pula
dengan solusi pemecahannya.

Ilmu sosial budaya dasar sebagai kajian masalah social, kemanusiaan dan budaya,
sekaligus pula member dasar pendekatan yang bersumber dari dasar-dasar ilmu sosial
yang terintegrasi. Pendekatan yang mendalam bersifat subject oriented di bebankan
pada ilmu sosial budaya dasar yang lebih bersifat teoritis, baik yang menyangkut ruang
lingkup, metode dan sistematikanya.

Demikian pula halnya dengan pendekatan dalam ilmu-ilmu alam atau yang bersifat
eksakta. Pendekatan dalam ilmu-ilmu alam dalam mengkaji gejala alamiah juga bersifat
subject oriented. Mahasiswa yang menekuni ilmu-ilmu eksakta akan mengkaji gejala
alam menurut sudut pandang ilmu mereka. Dengan diberikan kajian ilmu sosial budaya
dasar diharapkan dapat member wawasan akan pentingnya pendekatan sosial dan
budaya dalam menangani masalah alam.

Misalnya, seorang sarjana teknik sipil dalam upayanya membuat jembatan harus
mempertimbangkan aspek social dan budaya masyarakat dan sekitarnya. Ia semata-
mata tidak boleh hanya mempertimbangkan masalah teknis. Harus dipahami bahwa
manusia tidak lepas dari gejala alam dan kehidupan lingkungan. Alam dan manusia
akan saling mempengaruhi. Namun, sebagai subjek kehidupan, manusia perlu
memperlakukan alam secara baik sehingga akan memberikan manfaat bagi
kesejahteraan hidupnya.

2
 Defenisi Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar

Secara umum ISBD (Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Dasar) termasuk kelompok
pengetahuan, yakni mempelajari mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum
tentang konsep-konsep hubungan antar manusia (sosial) dan budaya yg dikembangkan
untuk mengkaji masalah-masalah kemanusiaan, sosial, dan budaya.

Ilmu sosial budaya dasar merupakan sebagai integarasidari ISD dan IBD yang
memberikan dasar-dasar pengetahuan sosial dan konsep-konsep budaya kepada
mahasiswa sehinggan mampu mengkaji masalah social, kemanusian, dan budaya.
Pendekatan Ilmu sosial budaya dasar juga merupakan akan memperluas panda bahwa
masalah social, kemanusian, dan budaya dapat didekati dari berbagai sudut pandang.
Dengan wawasan sehinggan mampu mengkaji sebuah masalah kemasyarakat yang lebih
kompleks, demikian pula dengan solusi pemecahannya.

Ilmu Sosial dan Budaya Dasar adalah cabang ilmu pengetahuan yang merupakan
integrasi dari dua ilmu lainnya, yaitu ilmu sosial yang juga merupakan sosiologi (sosio:
sosial, logos: ilmu) dan ilmu budaya yang merupakan salah satu cabang dari ilmu
sosial. Pengertian lebih lanjut tentang ilmu sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang
menggunakan berbagai disiplin ilmu untuk menanggapi masalah-masalah sosial,
sedangkan ilmu budaya adalah ilmu yang termasuk dalam pengetahuan budaya,
mengkaji masalah kemanusiaan dan budaya.

Secara umum dapat dikatakan ilmu sosial budaya dasar merupakan pengetahuan
yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah sosial manusia
dan kebudayaan. Istilah ilmu sosial budaya dasar dikembangkan pertama kali di
Indonesia sebagai mengkaji masalah-masalah sosial manusia dan kebudayaan. Istilah
ilmu sosial budaya dasar dikembangkan pertama kali di Indonesia sebagai pengganti
istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “the Humanities”.

3
Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin humanus yang artinya
manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan
seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan
mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi,
lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities
berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya.
Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu the humanities
disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itu
sendiri.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang asal mula ilmu sosial dan budaya dasar, perlu
diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof Dr.Harsya Bactiar mengemukakan
bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu;

Ilmu-ilmu Alamiah (natural scince). Ilmu-ilmu alamiah bertujuan mengetahui


keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal ini
digunakan metode ilmiah. Caranya ialah dengan menentukan hukum yang berlaku
mengenai keteraturan keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan suatu
kualitas Hasil analisis ini kemudian digeneralisasikan. Atas dasar ini lalu dibuat
prediksi.

Ilmu-ilmu sosial (social scince). Ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji


keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia. Untuk mengkaji
hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah. Tetapi hasil
pengkajian ini lebih bersifat kualitatif, sebab hal ini menyangkut pola perilaku dan
tingkah laku manusia di masyarakat yang cenderung berubah-ubah.

Pengetahuan budaya (the humanities) bertujuan untuk memahami dan mencari arti
kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini digunakan
metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan kenyataan-kenyataan yang bersifat unik,
kemudian diberi arti.

4
Latar belakang diberikannya mata kuliah ilmu sosial budaya dasar adalah selain
melihat konteks budaya Indonesia, juga sesuai dengan program pendidikan di
Perguruan Tinggi, dalam rangka menyempurnakan pembentukan sarjana, Latar
belakang ilmu sosial budaya dasar dalam konteks budaya, negara dan masyarakat
Indonesia berkaitan dengan permasalahan sebagai berikut:

1) Kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dengan
segala keanekaraman budaya yang tercermin dalam berbagai aspek
kebudayaannya, yang biasanya tak lepas dari ikatan-ikatan primordial, kesukuan
dan kedaerahan.
2) Proses pembangunan yang sedang berlangsung terus menerus menimbulkan
dampat positi dan dampak negative berupa terjadinya pergeseran nilai budaya
sehingga dengan sendirinya mental manusiapun terkena pengaruhnya. Akibat
lebih jauh dari pembenturan nilai budaya ini ialah timbulnya konflik dalam
kehidupan.
3) Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan kondisi
kehidupan manusia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya,
sehingga manusia bingung terhadap kemajuan yang telah diciptakannya itu. Hal
ini merupakan sikap ambivalen teknologi, yang disamping memberikan segi
positf, juga memiliki segi negatif.

Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai
yaitu nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar supaya
manusia bisa menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu the humanities
disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itu
sendiri.

 Manfaat Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar

Ilmu sosial budaya dasar (SBD) merupakan Matakuliah Berkehidupan


Bermasyarakat (MBB) dengan visi Berkembangnya mahasiswa sebagai manusia
terpelajar yang kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman, kesetaraan, dan

5
kemartabatan manusia yang dilandasi nilai-nilai estetika, etika, dan moral dalam
kehidupan bermasyarakat. Adapun misinya adalah Memberikan landasan dan
wawasan yang luas, serta menumbuhkan sikap kritis, pekam dan arif pada
mahasiswa untuk memahami keragaman, kesetaraan, dan kemartabatan manusia
dalam kehidupan bermasyarakat selaku individu dan makhluk sosial yang beradab
serta bertanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungannya”.

ISBD bukanlah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan suatu
rangkaian pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam
kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya, dan masalah-masalah
yang terwujud daripadanya. Selain itu, mata kuliah ini pada prinsipnya sebagai
pengatur dasar menuju pengenalan teori ilmu ilmu social dan kebudayaan sehingga
diharapkan mahasiswa dapat memiliki wawasan keilmuan yang bersifat
multidisipliner tentang keragaman, kesetaraan, dan kemartabatan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara

Penyajian mata kuliah ilmu sosial budaya dasar tidak lain merupakan usaha
yang diharapkan memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang
konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah manusia dan kebudayaan.
Dengan demikian, mata kuliah ilmu sosial budaya dasar tidak untuk mendidik ahli-
ahli dalam salah satu bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya,
akan tetapi ilmu budaya dasar semata-mata sebagai salah satu usaha
mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan
pemikiran serta kemarnpuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya, baik yang
menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya
sendiri.

Untuk menjangkau tujuan tersebut ilmu sosial budaya dasar diharapkan


dapat:

6
1) Mengusahakan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga
mereka mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama untuk
kepentingan profesi mereka.
2) Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka
tentang masalah kemanusiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis
mereka terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.
3) Mengusahakan agar mahasiswa menjadi calon pemimpin bangsa dan negara
serta ahli dalam bidang disiplin masing-masing, tidak jatuh ke dalam sifat-sifat
kedaerahan dan pengkotakan disiplin yang ketat. Usaha ini terjadi karena ruang
lingkup pendidikan kita amat sempit dan condong membuat manusia spesialis
yang berpandangan kurang luas, kedaerahan dan pengkotakan disiplin ilmu yang
ketat.
4) Mengusahakan wahana komunikasi para akademisi agar mereka lebih mampu
berdialog satu dan yang lainnya. Dengan memilki satu bekal yang sama, pars
akademisi diharapkan akan lebih lancar dalam berkomunikasi.

 Ruang Lingkup Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar

Bertitik tolak dari tujuan yang telah ditentukan diatas, dua alah pokok dapat dipakai
sebagi bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah
ilmu sosial budaya dasar. Kedua masalah pokok ialah

1) Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah


kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan
pengetahuan budaya (The Humanities), baik dari segi masing-masing keahlian
(disiplin) didalam pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (antar bidang)
berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya.
2) Hakekat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam
perwujudannya dalam kebudayaan masing masing jaman dan tempat.

Hubungan ilmu sosial budaya dasar dalam kehidupan sehari-hari:

7
1) Minat dan kebiasaan menyelidiki apa-apa yang terjadi disekitarnya dan diluar
lingkungannya.
2) Keberanian moral untuk mempertahankan nilai-nilai yang dirasakan sudah dapat
diterimanya dengan penuh tanggung jawab dan sebaliknya menolak nilai-nilai
yang tidak dapat dibenarkan.

2. PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA: PENGERTIAN SERTA FAKTOR-


FAKTOR PENYEBABNYA

Perubahan sosial budaya merupakan sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan
pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum
yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai
dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.
Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab
dari perubahan. Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya
komunikasi cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan
jumlah penduduk, penemuan baru. Terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor
eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh
kebudayaan masyarakat lain.

Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang
intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain; perkembangan IPTEK yang
lambat sifat masyarakat yang sangat tradisional; ada kepentingan-kepentingan yang
tertanam dengan kuat dalam masyarakat prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru;
rasa takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan hambatan
ideologis dan pengaruh adat atau kebiasaan.

 Hakekat Perubahan Sosial Budaya

8
Perubahan dirasakan oleh hampir semua manusia dalam masyarakat. Perubahan dalam
masyarakat tersebut wajar. Mengingatkan manusia memiliki kebutuhan yang tidak
terbatas. Dalam kehidupan, seperti:

1) Peralatan dan perlengkapan hidup, yaitu mencakup pakaian, perumahan, alat-


alat rumah tangga, senjata, alat produksi dan transportasi. Contoh, pada zaman
nenek moyang kita memasak makanan dengan cara membakarya, pada zaman
sekarang (zaman modern) memasak makanan menggunakan alat modern seperti
oven atau membeli makanan yang diawetkan.
2) Mata pencarian, seperti dalam sistem ekonomi meliputi pertanian, peternakan
dan sistem produksi, sebagai contoh, kaum laki-laki bekerja dengan cara
berburu atau pekerjaan lainnya. Sedangkan kaum perempuan tinggal dirumah
mengurus rumah tangga dan mengasuh anak. Tetapi sekarang kaum perempuan
dapat juga bekerja seperti pencaharian untuk kaum laki-laki.
3) Sistem kemasyarakatan, mencangkup sistem kekerabatan, organisasi politik,
sistem hukum dan sistem perkawinan. Sebagai contohnya, pada masa kehidupan
belum begitu kompleks – orang-orang yang ada ikatan darah atau keluarga
selalu hidup bersama dalam satu rumah. Saat ini ikatan masyarakat tidak hanya
berdasarkan hubungan kekerabatan, tetapi juga karena profesi. Dan hobi yang
sama, seperti ikatan motor gede (MOGE), dll.
4) Bahasa, dahulu disampaikan secara lisan, sekarang bahasa. Dapat disampaikan
melalui beragam media seperti tulisan, sandi dan sebagainya.
5) Kesenian, mencakup seni rupa, seni suara, dan seni tari. Sebagai contoh, orang
jawa menganggap bahwa rumahnyalah yang indah jika beruansa gelap, sekarang
masyarakat jawa banyak menyukai rumah yang bemuansa terang /pastel.
6) Sistem pengetahuan, berkaitan dengan teknologi. Contohnya, dahulu orang
orang berpedoman pada alam atau peristiwa alam. Tetapi sekarang orang . orang
lebih cenderung menggunakan alat-alat modern,seiringnya berkembeng
pengetahuan dan teknologi.

9
7) Serta religi/keyakinan, contohnya meyakini tentang adanya roh halus (roh
leluhur) yang dapat dipercaya, namun sekarang manusia lebih berpikir logis
dengan akal

Perubahan-perubahan di atas sering disebut sebagai perubahan sosial dan perubahan


budaya, karena proses berlangsungnnya dapat terjadi secara bersamaan, meskipun demikian
perubahan sosial dan budaya sebenarnya terdapat perbedaan. Ada yang berpendapat bahwa
perubahan sosial dapat diartikan sebagai sebuah transformasi budaya dan institusi sosial
yang merupakan hasil dari proses yang berlangsung terus-menerus dan memberikan kesan
positif atau negatif. Perubahan sosial juga diartikan sebagai perubahan fungsi kebudayaan
dan prilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan lain.

Berikut ini ada beberapa pengertian perubahan sosial yang dikemukakan oleh para
ahli sosiologi

1) Max Iver mengemukakan bahwa perubahan sosial berarti perubahan dalam


hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan ( hubungan
sosial (dalam buku A Text Book Fo Sociology).
2) Gillin menyatakan bahwa perubahan sosial merupakan pariasi cara-cara hidup
yang telah diterima baik karena perubahan kondisi kebudayaan material,
geografis, komposisi penduduk, idiologi, maupun karena adanya difusi ataupun
penemuan baru dalam masyarakat (http://id.wakipedia com/wiki/ perubahan
sosial budaya).
3) Kingsley Davis mengemukakan perubahan sosial sebagai perubahan yang
terjadi dalam stuktur dan fungsi masyarakat (dalam buku Human Society).
4) Selo Sumardjan mengartikan bahwa perubahan sosial adalah perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakat an di dalam satuan masyarakat (dalam buku
perubahan sosial di Yogyakarta).

Jadi dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan struktur dan
fungsi sosialnya. Oleh karena itu, perubahan sosial berkaitan erat dengan perubahan
kebudayaan dan seringkali perubahan sosial berkaitan pada perubahan budaya. Jika

10
pengertian perubahan sosial telah diuraikan di atas maka apakah yang dimaksud dengan
perubahan sosial budaya itu? Berikut ini pengertian perubahan sosial budaya dari beberapa
tokoh.

1) Max Weber berpendapat bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan


situasi dalam masyarakat sebagai akibat adanya ketidaksesuaian unsur-unsur
(dalam buku Sociological Writings).
2) W. Komblum berpendapat bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan
sustu budaya masyarakat secara bertahap dalam jangka waktu lama (dalam buku
Sociology in Changing World).

 Perbedaan dan Hubungan Perubahan Sosial dan Budaya

Perubahan sosial dan budaya memiliki keterkaitan yang sangat erat sekali. Sesuai
perubahan sosial pastilah akan memberikan pengaruh terjadinya perubahan budaya. Suatu
perubahan kebudayaan mencakup semua bagiannya, yaitu kesenian, ilmu pengetahuan,
teknologi filsafat, dan lain sebagainya. Bagian dari budaya tersebut tidak dapat lepas dari
kehidupan sosial manusia dalam masyarakat. Tidak mudah menentukan garis pemisah
antara perubahan sosial dan perubahan budaya, karena tidak ada masyarakat yang tidak ada
kebudayaan, sebaliknya, tidak mungkin ada kebudayaan yang tidak terjelma (masuk) dalam
masyarakt. Dengan kata lain, perubahan sosial dan budaya memiliki satu aspek yang sama,
yaitu kedua-duanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu
perbaikan tentang cara suatu masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya.

Meskipun perubahan sosial dan. Budaya memiliki hubungan atau keterkaitan yang
erat, namun keduanya juga memiliki perbedaan. Perbedaan antara perubahan sosial dan
budaya dapat dilihat dari arahnya, Perubahan budaya meliputi penemuan dan penyebaran
masyarakat, perubahan konsep nilai susila dan mortalitas, bentuk seni baru dan kesetaraan
gender.

11
Terkadang perubahan sosial dan budaya mengalami tumpang tindih, sebagai contoh
saat ini masyarakat meningkatkan adanya kesamaan gender berhubungan dengan
perubahan yang seperangkat norma budaya dan fungsi peran kaum laki-laki dan perempuan
secara sosial. Untuk mengatasi ketumpang tindihan tersebut maka sering kita gunakan
istilah perubahan sosial budaya untuk mencakup kedua perubahan tersebut. Dengan
demikian, suatu perubahan dikaitkan sebagai perubahan sosial budaya apabila memiliki
karakteristik sebagai berikut:

1) Tidak ada masyarakat yang perkembangannya berhenti karena setiap


masyarakat mengalami perubahan secara cepat ataupun lambat. .
2) Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan akan dikuti perubahan
pada lembaga sosial yang ada.
3) Perubahan yang berlangsung cepat biasanya akan mengakibatkan kekacauan
sementara karena orang akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi.
4) Perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau spiritual saja karena
keduanya saling berkaitan.

 Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan

Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarkat atas beberapa bentuk sebagai
berikut:

a) Perubahan Evolusi dan Revolusi


a) Perubahan evolusi adalah perubahan – perubahan sosial yang terjadi dalam proses
yang lambat dan dalam waktu yang cukup lama tanpa ada kehendak tertentu dari
masyarakat yang bersangkutan. Perubahan ini terjadi karena adanya dorongan dari
usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan kebutuhan hidup
terhadap perkembangan masyarakat pada waktu tertentu, misalnya, adanya
modemnisasi mengakibatkan perubahan pada sistem transportasi, . dan sistem
perbankan.

12
b) Perubahan revolusi adalah perubahan yang berlangsung secara cepat dan tidak ada
kehendak atau direncanakan sebelumnya. Perubahan ini terjadi bisa karena sudah
direncanakan sebelumnya atau tidak sama sekali. Revolusi biasanya diawali oleh
ketegangan- ketegangan atau konflik dalam masyarakat. Misalnya, peristiwa
terjadinya revolusi industri di inggris, dimana terjadi pada tahap produksi yang
awalnya tanpa mesin, kemudian berubah menjadi tahap produksi menggunakan
mesin.
b) Perubahan yang Dikehendaki dan Tidak Dikehendaki

Perubahan yang dikehendaki ialah disebut dengan perubahan yang direncanakan


dan perubahan yang tidak dikehendaki disebut perubahan yang tidak direncanakan.

c) Perubahan yang direncanakan adalah perubahan yang terjadi karena adanya


perkiraan atau perencanaan oleh pihak pihak yang menghendaki perubahan tersebut
(agen of change). Misalnya, perubahan yang dilakukan pemerintah melalui
perundang-undangan untuk melarang anggota dewan merangkap sebagai pegawai
negeri sipil.
d) Perubahan yang tidak direncanakan ialah perubahan yang berlangsung di luar
kehendak dan pengawasan masyarakat. Perubahan ini biasanya menimbulkan
pertentangan yang merugikan kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Misalnya,
kecenderung an untuk mempersingkat prosesi adat pernikahan yang memerlukan
biaya besar dan waktu lama, meskipun perubahan ini tidak dikehendaki masyarakat
tetapi tidak sanggup untuk menghindarinya.
e) Perubahan kecil dan Besar

Perubahan kecil dan besar memiliki batas-batas yang sangat relatif. Perubahan kecil
diartikan perubahan yang terjadi pada unsur struktur sosial yang tidak membawa
pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Contohnya, perubahan model
pakaian, rambut, sepatu, dan lain-lain yang tidak berpengaruh signifikan terhadap
masyarakat keseluruhan sebab tidak menimbulkan perubahan pada lembaga
kemasyarakatan. Perubahan besar adalah sebuah masyarakat keseluruhan sebab
tidak menimbulkan perubahan pada lembaga kemasyarakatan. Perubahan besar

13
adalah sebuah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang
memberi pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Contohnya, pengelolaan
pertanian dengan pemakain alat pertanian dari mesin (traktor) pada masyarakat
agraris merupakan perubahan yang membawa pengaruh besar, perubahan sosial
budayatidak mungkin terjadi dengan sendirinya. Perubahn sosial budaya dapat
terjadi karena ada penyebabnya. Kemungkinan perubahan terjadi karena adanya
sesuatu yang baru dan sesuatu yang lama dianggap tidak berfungsi lagi.

 Penyebab dan Faktor Terjadinya Perubahan Sosial Budaya


f) Perubahan dari dalam Masyarakat

Perubahan dari dalam masyarakat terbagi sebagai berikut:

g) Perubahan Penduduk:

Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang dikarenakan bertambah dan


berkurangnya jumlah penduduk. Pertambahan penduduk akan menyebabkan perubahan
pada tempat tinggal. Dimana tempat tinggal yang semulanya terpusat pada lingkungan
kerabat akan berubah atau terpancar karena faktor pekerjaan. Berkurangnya penduduk juga
akan menyebabkan perubahan sosial budaya. Contohnya pada perubahn penduduk dalam
program transmigrasi dan urbanisasi.

b. Pemberontakan atau Revolusi:


Pemberontakan akan menyebabkan perubahan sosial budaya, contohnya pemberontakan G
30 S/PKI. Pemberontakan G 30 S/PKI pada tahun 1965 membawa perubahan terutama
dalam sistem politik Indonesia sehingga dilarangnya ajaran komunis di Indonesia.
Pelarangan ajaran komunis di Indonesia ini disebabkan karena tidak sesuai dengan nilai-
nilai pancasila yang menjadikan dasar hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi
bangsa Indonesia.

c. Peranan Nilai yang Diubah:


Perubahan juga dapat disebabkan berubahnya perana nilai di masyarakat. Misalnya,
sosialisasi program keluarga berencana mampu untuk menghambat pertambahan penduduk.

14
Contohnya sebelum ada program keluarga berencana dari pemerintah, masyarakat yang
sudah berkeluarga akan terlihat cenderung meningkatkan mempunyai anak banyak, namun
setelah ada sosialisasi program keluarga berencana masyarakat tumbuh kesadaran untuk
membatasi kelahiran anak demi masa depan dan kesejateraan anak itu sendiri.

d. Peranan Tokoh Kharismatik: Tokoh


kharismatik adalah tokoh yang disegani, dihormati dan diteladani oleh masyarakat. Peranan
tokoh kharismatik membawa pengaruh dalam perubahan kehidupan masyarakat. Misalnya,
Soekarno sebagai presiden RI memiliki kharismatik dihadapan rakyat karena keahliannya
dapat berpidato dengan baik.
e. Penemuan Baru:

Adanya penemuan baru dalam kehidupan masyarakat baik itu berupa ilmu pengetahuan
maupun teknologi mempengaruhi dan membawa perubahan dalam masyarakat. Penemuan
mobil misalnya, penemuan tersebut akan membawa perubahan kebudayaan dan sosial
masyarakat. Dalam masyarakat akan terbentuk status social / berdasarkan harta (mobil)
yang dimiliki, orang yang tidak memiliki mobil bisa dianggap status sosialnya lebih rendah
dibandingkan dengan orang yang memiliki mobil. Selanjutnya, orang yang memiliki sebuah
mobil bisa dianggap lebih rendah statusnya dibandingkan orang yang memiliki lebih dari
satu mobil.

h) Perubahan dari Luar Masyarakat

Perubahan sosial budaya juga dapat terjadi karena unsur dari luar masyarakat seperti
faktor geografis, kebudayaan, dan politik. Pengaruh luar masyarakat merupakan hal yang
wajar dalam perubahan sosial budaya masyarakat. Pengaruh dari luar masyarakat tersebut
adalah sebagai berikut:

a. Pengaruh Lingkungan Alam:


Pengaruh lingkungan alam sangat berpengaruh dalam terjadinya perubahan sosial budaya.
Misalnya, tanah yang subur dapat berguna untuk lahan pertanian sehingga masyarakat di
daerah tersebut memiliki usaha sebagai petani. Kebudayaan di tanah suburpun tidak lepas

15
dari kehidupan sosial sebagai petani sehingga kebudayaan tetap akan berhubungan dengan
bidang pertanian.

b. Kebudayaan Masyarakatan lain:


Kontak kebudayaan antar masyarakat mempunyai dampak yang positif dan negatif.
Contohnya, kontak kebudayaan bangsa Indonesia dengan bangsa Barat (Eropa). Pengaruh
positif berupa transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan pengaruh negatif berupa
pola hidup kebarat-baratan (westernis) sekelompok anak muda.

c. Peperangan:

Peperangan akan menyebabkan pengaruh negatif terhadap sebuah aspek kehidupan


masyrakat. Misalnya, perang Irak yang membawa derita dan trauma berkepanjangan bagi
rakyat Irak. Selaian disebabkan oleh beberapa hal di atas, suatu perubahan sosial budaya
terjadi karena adanya faktor yang menyebabkannya. Faktor yang menyebabkan perubahan
sosial budaya terdiri atas faktor pendorong dan penghambat.

3. Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya

a. Timbunan kebudayaan dan penemuan baru.

Kebudayaan dalam masyarakat selalu mengalami penimbunan dan penumpukan, yaitu


budaya masyarakat semakin beragam dan bertambah. Bertambah dan beragamnya budaya
ini umumnya disebabkan oleh adanya penemuan baru dalam masyarakat.

b. Perubahan jumlah penduduk.


Bertambah dan berkurangnya jumlah penduduk suatu daerah mengakibatkan perubahan
struktur masyarakat terutama lembaga kemasyarakatannya.

c. Pertentangan atau Konflik.


Pertentangan yang terjadi dalam masyarakat karena kemajemukan menyebabkan perubahan
sosial. Dalam masyarakat yang heterogen, sifat individualistis masih lekat sehingga satu
sama lainnya tidak memiliki hubungan yang dekat. Padahal sumber kebutuhan semakin
terbatas. Persaingan yang terjadi untuk memperebutkan segala sumber kebutuhan

16
mendorong masyarakt untuk berkreasi menciptakan alternatif pemenuhan sumber
kebutuhan.

d. Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi.

Perubahan sosial budaya dapat bersumber dari luar masyarakat itu sendiri diantaranya
sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik di sekitar manusia, seperti bencana alam dan
peperangan.

e. Sistem terbuka lapisan masyarakat Masyarakat dengan sistem lapisan yang terbuka
cenderung lebih mudah mengalami perubahan dari pada dengan sistem lapisan tertutup.
Masyarakat akan selalu cenderung memberikan kesempatan berkarya bagi manusia
manusia yang potensial.

f. Sifat menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju. Sikap masyarakat
yang mau menghargai hasil karya orang lain akan membuat orang terdorong untuk
melakukan penelitian. Dengan demikian itu semua akan menghasilkan sebuah karya yang
berguna bagi masyarakat.

g. Sistem pendidikan formal yang maju: Kualitas pendidikan yang tinggi maupun
mengubah pola pikir. Masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih rasional
bertindak. Dalam berpikir dan

h. Orientasi ke masa depan: Keinginan untuk memperoleh masa depan yang lebih baik akan
mendorong perubahan sosial budaya masyarakat.

i. Akulturasi: Akulturasi merupakan pertemuan dua kebudayaan dari bangsa yang berbeda
dan saling mempengaruhi. Peroses akulturasi berlangsung lama dan terus menerus. Proses
ini berkaitan pada perpaduan kebudayaan sehingga pola budaya semua akan berubah.

17
j. Asimilasi: Definisi Asimilasi adalah perpaduan dua kebudayaan yang berbeda secara
berangsur angsur berkembang sehingga memunculkan budaya baru.

 Faktor Penghambat perubahan sosial budaya

a. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terhambat

b. Sikap masyarakat yang sangattradisional

c. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain

d. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam kuat

e. Rasa takut dengan adanya kegoyahan pada integrasi kebudayaan

f. Hubungan yang bersifat idiologis g. Adat atau kebiasaan

h. Prasangka terhadap hal-hal baru dan menilai bahwa hidup ini buruk, susah, dan
tidak mungkin diperbaiki.

 Dampak perubahan Sosial Budaya

Faktor-faktor perubahan sosial budaya tersebut secara langsung atau tidak langsung
akan memberikan dampak negatif dan fositip. Kita tidak khawatir jika perubahan yang
terjadi bersifat positif karena perubahan positif akan memberikan pengaruh baik. Namun,
kita harus berhati-hati dengan dampak negatif yang menonjol.

a. Akibat positif: Perubahan dapat terjadi apabila masyarakat dengan kebudayaan


mampu menyesuaikan diri dengan gerak perubahan. Keadaan masyarakat yang
memiliki kemampuan dalam menyesuaikan diri disebut adjusment, sedangkan
bentuk penyesuaian masyarakat dengan gerak perubahan disebut integrasi.

b. Akibat Negatif: Akibat negatif terjadi apabila masyarakat dengan kebudayaannya


tidak mampu menyesuaikan diri dengan gerakan perubahan. Ketidak mampuan
dalam menyesuaikan diri sendiri dengan perubahan disebut maladjusment.
Maladjusment akan menimbulkan disintegrasi.

18
Berikut adalah penjelasan faktor-faktor perubahan sosial berdasarkan arah
timbulnya pengaruh.
a. Internal Faktor:

Internal faktor (faktor dalam) adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu
yang menyebabkan timbulnya perubahan pada masyarakat itu sendiri baik secara individu,
kelompok ataupun organisasi.

b. External Faktor: Selain internal factor, pada masyarakat juga dikenal external factor.
External factor atau faktor luar adalah faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat yang
menyebabkan timbulnya perubahan pada masyarakat. Berikut ini sebab-sebab perubahan
sosial yang bersumber dari luar masyarakat (sebab ekstern).

 Faktor Pendukung Proses Perubahan

Terjadinya suatu proses perubahan pada masyarakat, diakibatkan adanya faktor


yang mendorongnya, sehingga menyebabkan timbulnya perubahan. Faktor pendorong
tersebut menurut Soerjono Soekanto antara lain:

a. Kontak dengan kebudayaan lain


Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah diffusion (difusi). Difusi adalah proses
penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu kepada individu lain. Dengan proses
tersebut manusia mampu untuk menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah
dihasilkan. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima oleh
masyarakat dapat diteruskan dan disebar luaskan kepada semua masyarakat, hingga seluruh
masyarakat akan dapat merasakan manfaatnya. Menyebabkan Proses difusi lancarnya
perubahan, karena difusi dapat proses mampu memperkaya dan menambah unsur unsur
kebudayaan yang seringkali memerlukan perubahan perubahan dalam setiap lembaga –
lembaga kemasyarakatan, yang lama dengan yang baru.

b. Sistem pendidikan formal yang maju

Pada dasarnya pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi individu, untuk memberikan
wawasan serta menerima hal-hal baru, juga memberikan bagaimana caranya dapat berfikir

19
secara ilmiah. Pendidikan juga mengajarkan kepada individu untuk dapat berfikir secara
obyektif. Hal seperti ini akan dapat membantu setiap manusia untuk menilai apakah
kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan zaman atau tidak.

c. Sikap yang menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju

Bila sikap itu telah dikenal secara luas oleh masyarakat, maka masyarakat akan dapat
menjadi pendorong bagi terjadinya penemuan-penemuan baru. Contohnya hadiah nobel,
menjadi pendorong untuk melahirkan karya karya yang belum pernah dibuat.

d. Sikap Toleransi terhadap perbuatan perbuatan yang menyimpang (deviation) Adanya


toleransi tersebut berakibat perbuatan-perbuatan yang menyimpang itu akan melembaga,
dan akhimya dapat menjadi kebiasaan yang terus menerus dilakukan oleh masyarakat.

e. Sistem yang terbuka pada lapisan masyarakat

Adanya sistem yang terbuka di dalam lapisan masyarakat akan dapat menimbulkan
terdapatnya gerak sosial vertical yang luas atau berarti memberi kesempatan kepada para
individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri. Hal seperti ini akan berakibat
seseorang mengadaka identifikasi dengan orang orang yang memiliki status yang lebih
tinggi. Identifikasi adalah suatu tingkah laku dari seseorang, hingga orang tersebut merasa
memiliki kedudukan yang sama dengan orang yang dianggapnya memiliki golongan yang
lebih tinggi. Hal ini dilakukannya agar ia dapat diperlakukan sama dengan orang yang
dianggapnya memiliki status yang tinggi tersebut.

f. Adanya penduduk yang heterogen

Terdapatnya penduduk yang memiliki latar belakang kelompok-kelompok sosial berbeda-


beda, misalnya ideologi, ras yang berbeda akan mudah menyulut terjadinya konflik.
Terjadinya konflik ini akan dapat menjadi pendorong perubahan-perubahan sosial di dalam
masyarakat.

g. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu

20
Terjadinya ketidakpuasan dalam masyarakat, dan berlangsung dalam waktu yang panjang.
Juga akan mengakibatkan revolusi dalam kehidupan masyarakat.

h. Adanya orientasi ke masa depan

Terdapatnya pemikiran-pemikiran yang mengutamakan masa yang akan datang, dapat


berakibat mulai terjadinya perubahan-perubahan dalam sistem sosial yang ada. Karena apa
yang dilakukan harus diorientasikan pada perubahan di masa yang akan datang.

 Faktor yang Menjadi Penghalang Proses Perubahan

Di dalam proses perubhan tidak selamanya hanya terdapat faktor pendorong saja, tetapi
juga ada faktor penghambat terjadinya proses perubahan tersebut. Faktor penghalang
tersebut antara lain:

1. Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat. Terlambatnya ilmu pengetahuan dapat


diakibatkan karena suatu masyarakat tersebut hidup dalam keterasingan dan dapat pula
karena ditindas oleh masyarakat lain.

2. Sikap masyarakat yang tradisional

Adanya suatu sikap yang selalu membanggakan dan mempertahankan tradisi – tradisi lama
dari suatu masyarakat akan berpengaruh pada terjadinya proses perubahan. Karena adanya
anggapan bahwa perubahan yang akan terjadi belum tentu lebih baik dari yang sudah ada.

i) Adanya kepentingan yang tertanam dengan kuatnya. Telah

Organisasi sosial yang telah mengenal sistem lapisan dapat dipastikan akan ada
sekelompok individu yang memanfaatkan kedudukan dalam proses perubahan tersebut.
Contoh, dalam masyarakat feodal dan juga pada masyarakat yang sedang mengalami
transisi. Pada masyarakat yangmengalami transisi, tentunya ada golongan-golongan dalam
masyarakat yang dianggap sebagai pelopor proses transisi. Karena selalu mengidentifikasi
diri dengan usaha-usaha dan jasa-jasanya, sulit bagi mereka untuk melepaskan
kedudukannya di dalam suatu proses perubahan.

21
3. TEORI-TEORI KEBUDAYAAN DAN TEORI-TEORI TENTANG INTERAKSI
SOSIAL.
 Teori-teori kebudayaan

Ilmu kebudayaan (humanities) merupakan salah satu bagian yang penting untuk
dikaji karena menyangkut dinamika perkembangan hidup manusia dan kebudayaannya.
Hal ini merupakan salah satu usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan
dasar dan pengertian umum tentang konsep – konsep yang dikembangkan untuk
mengkaji masalah – msalah manusia dan kebudayaan.Dengan demikian kajian ini
dimaksudkan untuk mendidik ahli – ahli dalam bidang keahlian yang termasuk dalam
pengetahuan budaya (the humanities) sebagai salah satu usaha untuk mengembangkan
kepribadian mahasiswa dengan cara memprluas wawasan pemikiran serta kemampuan
kritikalnya terhadap nilai – nilai budaya baik yang menyangkut orang lain dan alam
sekitarnya maupun yang menyangkut dirinya sendiri.

Teori kebudayaan dapat digunakan untuk keperluan praktis, memperlancar


pembangunan masyarakat, di satu sisi pengetahuan teoritis tentang kebudayaan dapat
mengembangkan sikap bijaksana dalam menghadapi serta menilai kebudayaan-
kebudayaan yang lain dan pola perilaku yang bersumber pada kebudayaan sendiri.

Pengetahuan yang ada belum menjamin adanya kemampuan untuk dapat digunakan
bagi tujuan-tujuan praktis karena antara toeri dan praktek terdapat sisi-antara (interface)
yang harus diteliti secara tuntas agar dengan pengetahuan yang diperoleh lebih lanjut
dari penelitian yang dilakukan, konsekuensi dalam penerapan praktis dapat
dikendalikan secara ketat. Dengan demikian akan didapat pemahaman tentang prinsip-
prinsip dan konsep-konsep dasar yang melandasi pandangan-pandangan teoritis tentang
kebudayaan.

Secara garis besar hal yang dibahas dalam teori kebudayaan adalah memandang
kebudayaan sebagai, (a)Sistem adaptasi terhadap lingkungan.(b)Sistem tanda.(c) Teks,
baik memahami pola-pola perilaku budaya secara analogis dengan wacana tekstual,

22
maupun mengkaji hasil proses interpretasi teks sebagai produk kebudayaan.(d)
Fenomena yang mempunyai struktur dan fungsi. (e) Dipandang dari sudut filsafat.

Sebelum lebih lanjut memahami teori kebudayaan ada baiknya kita meninjau
terlebih dahulu wilayah kajian kebudayaan, atau lebih tepatnya Ilmu Pengetahuan
Budaya. Jika menilik pembagian keilmuan seperti yang diungkapkan oleh Wilhelm
Dilthey dan Heinrich Rickert, mereka membagi ilmu pengetahuan ke dalam dua bagian,
yaitu Naturwissenschaften (ilmu pengetahuan alam) dimana dalam proses penelitiannya
berupaya untuk menemukan hukum-hukum alam sebagai sumber dari fenomena alam.
Sekali hukum ditemukan, maka ia dianggap berlaku secara universal untuk fenomena
itu dan gejala-gejala yang berkaitan dengan fenomena itu tanpa kecuali. Dalam
Naturwissenschaften ini yang ingin dicari adalah penjelasan (erklären) suatu fenomena
dengan menggunakan pendekatan nomotetis.

Hal lain adalah Geisteswissenschaften (ilmu pengetahuan batin)atau oleh Rickert


disebut dengan Kulturwissenschaften (ilmu pengetahuan budaya) dimana dalam tipe
pengetahuan ini lebih menekankan pada upaya mencari tahu apa yang ada dalam diri
manusia baik sebagai mahluk sosial maupun mahuk individu. Terutama yang berkaitan
pada faktor-faktor yang mendorong manusia untuk berperilaku dan bertindak menurut
pola tertentu. Upaya memperoleh pengetahuan berlangsung melalui empati dan simpati
guna memperoleh pemahaman (verstehen) suatu fenomena dengan menggunakan
pendekatan ideografis.

Pada perkembangannya banyak ilmu-ilmu geisteswissenschaften dan


kulturwissenschaften menggunakan pendekatan yang digunakan oleh
naturwissenschaften seperti halnya Auguste Comte yang melihat suatu fenomena
perkembangan masyarakat dengan menggunakan pendekatan positivistik. Jika di tilik
tentang konsep kebudayaan, maka dapat dilihat dari dua sisi, yaitu, pertama, Konsep
kebudayaan yang bersifat materialistis, yang mendefinisikan kebudayaan sebagai sistem
yang merupakan hasil adaptasi pada lingkungan alam atau suatu sistem yang berfungsi
untuk mempertahankan kehidupan masyarakat. Kajian ini lebih menekankan pada
pendangan positivisme atau metodologi ilmu pengetahuan alam. Kedua, Konsep

23
kebudayaan yang bersifat idelaistis, yang memandang semua fenomena eksternal
sebagai manifestasi suatu sistem internal, kajian ini lebih dipengaruhi oleh penekatan
fenomenologi.

Terlepas dari itu semua maka kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu fenomena
sosial dan tidak dapat dilepaskan dari perilaku dan tindakan warga masyarakat yang
mendukung atau menghayatinya. Sebaliknya, keteraturan, pola, atau konfigurasi yang
tampak pada perilaku dan tindakan warga suatu masyarakat tertentu dibandingkan
perilaku dan tindakan warga masyarakat yang lain, tidaklah dapat dipahami tanpa
dikaitkan dengan kebudayaan.

Mengenai pembagian wilayah keilmuan ini terdapat kerancuan terutama yang


berkenaan dengan peristilahan human science dan humanities. Pada masa Yunani dan
Romawi, pendidikan yang berkaitan dengan humanities adalah yang berkaitan dengan
pemberian keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan agar
seseorang mempunyai kemampuan untuk mengembangkan potensi dirinya tentang
kemanusian yang berbudi dan bijaksana secara sempurna. Adapun mata pelajaran yang
diberikan untuk mencapai hal itu adalah filsafat, kesusastraan, bahasa (reotrika,
gramatika), seni rupa dan sejarah. Maka dari penjelasan ini, humanities atau humaniora
lebih mendekati pada ilmu pengetahuan budaya.

Berbicara tentang kebudayaan maka tidak bisa terlapsa dari peradaban. Berikut ini
beberapa dimensi dari peradaban, diantaranya, pertama, Adanya kehidupan kota yang
berada pada tingkat perkembangan lebih „tinggi“ dibandingkan dengan keadaan
perkembangan didaerah pedesaan. Kedua, Adanya pengendalian oleh masyarakat dari
dorongan-dorongan elementer manusia dibandingkan dengan keadaan tidak
terkendalinya atau pelampiasan dari dorongan-dorongan itu.

Selain menganggap corak kehidupan kota sebagai lebih maju dan lebih tinggi
dibandingkan dengan corak kehidupan di desa, dalam pengertian peradaban terkandung
pula suatu unsur keaktifan yang menghendaki agar „kemajuan“ itu wajib disebarkan ke

24
masyarakat dengan tingkat perkembangan yang lebih rendah, yang berada di daerah-
daerah pedesaan yang terbelakang.

Peradaban sebenarnya muncul setelah adanya masa kolonialisasi dimana ada


semangat untuk menyebarkan dan menanamkan peradaban bangsa kolonial dalam
masyarakat jajahannya, sehingga pada masa itu antara masyarakat yang „beradab“ dan
„kurang beradab“ dapat digeneralisasikan sebagai corak kehidupan barat versus coak
kehidupan bukan barat.Unsur lain yang terkandung dalam makna „peradaban adalah
kemajuan sistem kenegaraan yang jelas dapat dikaitkan dengan pengetian civitas.
Implikasinya adalah bahwa penyebaran sistem politik barat dapat merupakan sarana
yang memungkinkan penyebaran unsur-unsur peradaban lainnya. Corak kehidupan kota
atau kehidupan yang beradab pada hakikatnya berarti tata pergaulan sosial yang sopan
dan halus, yang seakan-akan mengikis dan melicinkan segi-segi kasar.

Dari penjelasan definisi peradaban diatas yang hampir merangkum semua unsur
adalah definisi yang diambil dari bahasa Belanda (beschaving) yang mengatakan bahwa
peradaban meliputi tatacara yang memungkinkan berlangsungnya pergaulan sosial yang
lancar dan sesuai dengan norma-norma kesopanan yang berlaku dalam masyarakat
barat.

Dalam mengkaji kebudayaan, unit analisa atau obyek dari kajiannya dapat
dikategorikan kedalam lima jenis data, yaitu, (a) artifak yang digarap dan diolah dari
bahan-bahan dalam linglkungan fisik dan hayati, (b) perilaku kinetis yang digerakkan
oleh otot manusia, (c) perilaku verbal yang mewujudkan diri ke dalam dua bentuk yaitu
(d) tuturan yang terdiri atas bunyi bahasa yang dihasilkan oleh pita suara dan otot-otot
dalam rongga mulut dan (e) teks yang terdiri atas tanda-tanda visual sebagai
representasi bunyi bahasa atau perilaku pada umumnya. Baik artifak, teks, maupun
periaku manusia memperlihatkan tata susunan atau pola keteraturan tertentu yang
dijadikan dasar untuk memperlakukan hal-hal itu sebagai data yang bermakna, karena
merupakan hasil kegiatan manusia sebagai mahluk yang terikat pada kelompok atau
kolektiva, dan karena keterikatan itu mewujudkan kebermaknaan itu.

25
Teori kebudayaan adalah usaha untuk mengonseptualkan kebermaknaan itu, untuk
memahami pertalian antara data dengan manusia dan kelompok manusia yang
mewujudkan data itu. Teori kebudayaan adalah usaha konseptual untuk memahami
bagaimana manusia menggunakan kebudayaan untuk melangsungkan kehidupannya
dalam kelompok, mempertahankan kehidupannya melalui penggarapan lingkungan
alam dan memelihara keseimbangannya dengan dunia supranatural.

Keragaman teori kebudayaan dapat ditinjau dari dua perspektif, yaitu, (a) perspektif
perkembangan sejarah yang melihat bahwa keragaman itu muncul karena aspek-aspek
tertentu dari kebudayaan dianggap belum cukup memperoleh elaborasi. Dan (b)
perspekif konseptual yang melihat bahwa keragaman muncul karena pemecahan
permasalahan konseptual terjadi menurut pandangan yang berbeda-beda. Dalam
memahami kebudayaan kita tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip dasarnya. De
Saussure merumuskan setidaknya ada tiga prinsip dasar yang penting dalammemahami
kebudayaan, yaitu:

Tanda (dalam bahasa) terdiri atas yang menandai (signifiant, signifier, penanda) dan
yang ditandai (signifié, signified, petanda). Penanda adalah citra bunyi sedangkan
petanda adalah gagasan atau konsep. Hal ini menunjukkan bahwa setidaknya konsep
bunyi terdiri atas tiga komponen (1) artikulasi kedua bibir, (2) pelepasan udara yang
keluar secara mendadak, dan (3) pita suara yang tidak bergetar.

Gagasan penting yang berhubungan dengan tanda menurut Saussure adalah tidak
adanya acuan ke realitas obyektif. Tanda tidak mempunyai nomenclature. Untuk
memahami makna maka terdapat dua cara, yaitu, pertama, makna tanda ditentukan oleh
pertalian antara satu tanda dengan semua tanda lainnya yang digunakan dan cara kedua
karena merupakan unsur dari batin manusia, atau terekam sebagai kode dalam ingatan
manusia, menentukan bagaimana unsur-unsur realitas obyektif diberikan signifikasi
ataukebermaknaan sesuai dengan konsep yang terekam.

Permasalahan yang selalu kembali dalam mengkaji masyarakat dan kebudayaan


adalah hubungan antara individu dan masyarakat. Untuk bahasa, menurut Saussure ada

26
langue dan parole (bahasa dan tuturan). Langue adalah pengetahuan dan kemampuan
bahasa yang bersifat kolektif, yang dihayati bersama oleh semua warga masyarakat;
parole adalah perwujudan langue pada individu. Melalui individu direalisasi tuturan
yang mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku secara kolektif, karena kalau tidak,
komunikasi tidak akan berlangsung secara lancar.

Gagasan kebudayaan, baik sebagai sistem kognitif maupun sebagai sistem


struktural, bertolak dari anggapan bahwa kebudayaan adalah sistem mental yang
mengandung semua hal yang harus diketahui individu agar dapat berperilaku dan
bertindak sedemikian rupa sehingga dapat diterima dan dianggap wajar oleh sesama
warga masyarakatnya.

 TEORI-TEORI INTERAKSI SOSIAL


j) Teori Perbandingan sosial

Teori ini di kemukakan oleh Festinger (1950, 1954). Pada dasarnya teori ini berpendapat
bahwa proses saling mempengaruhi dan perilaku saling bersaing dalam interaksi sosial
ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri (self evaluation) dan
kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan memebandingkan diri dengan orang lain.

B. Teori Inferensi Korespodensi

Teori ini dikembangkan oleh Jones & davis (1965). Teori ini pada dasarnya mencoba untuk
menernagkan kesimpulan yang ditarik oleh seorang pengamat (perceiver) dari
pengamatannya atas perilaku tertentu dari orang lain. Dengan perkataan lain pengamat
mengadakan peramalan (inferences) terhadap niat (intention) orang lain dari perilaku orang
lain tersebut.

Tesis utama dari teori ini adalah sebagai berikut : perkiraan tentang intensi dari suatu
perbuatan tertentu bisa ditarik dengan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan lain
yang dapat dilakukan oleh si pelaku.

C. Teori Atribusi Eksternal.

27
Teori atribusi eksternal adalah teori yang membahas tentang prilaku seseorang. Apakah itu
di sebabkan karena faktor internal, misalnya sifat, karakter, sikap, dan sebagainya. Atau
karena faktor eksternal, misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang memaksa
seseorang melakukan perbuatan tertentu. Sehingga pengamat dapat mengambil kesimpulan
atas prilaku yang sedang di tampilkan orang lain. Ini berarti setiap individu pada dasarnya
adalah seorang ilmuan semu yang berusaha mencari sebab kenapa seseorang berbuat
dengan cara tertentu.

Contoh:

Seorang siswa, yang bernama topan, bertengkar dengan seorang guru matematikanya,
begitu pula dengan siswa lainnya. Hal ini menunjukkan konsensus yang tinggi. Topan
pernah juga bertengkar dengan guru matematika itu sebelumnya. Hal ini menunjukkan
bahwa konsistensi yang tinggi. Kemudian topan tidak bertengkar dengan guru lainnya ,
Topan hanya bertengkar dengan guru matematikanya saja. Maka kita akan menyimpulkan
bahwa Topan marah kepada guru matematikanya itu karena ulah gurunya sendiri, bukan
karena watak topan yang pemarah. Ini sebagai salah satu contoh atribusi eksternal yang
merupakan proses pembentukan kesan berdasarkan kesimpulan yang kita tafsirkan atas
kejadian yang terjadi.

D. Teori Penilaian Sosial.

Teori penilaian sosial adalah suatu teori yang memusatkan bagaimana kita membuat
penilaian tentang opini atau pendapat yang kita dengar dengan melibatkan ego dalam
pendapat tersebut.

Teori ini dikemukakan oleh Sherif dan Hovland (1961)mencoba menggabungkan sudut
pandangan psikologi, sosiologi dan antropologi.mereka mengatakan bahwa dalil yan
mendasar dari teorinyaini adalah oan yang membentuk situasi yang penting buat dirinya.
Jadi ia tidak ditentukan oleh factor intern (sikap, situasi dan motif) maupun ekstern (obyek,
orang-orang dan lingkungan fisik). Interaksi dan factor intern dan ekstern inilah yang
menjadi kerangka acuan dari setiap perilaku. Pasokan-[sokan inilah yang dianalisis oleh

28
Sherif dalam teorinya dan dicari sejah mana pengaruhnya terhadap penilaian social
dilakukan oleh individu.

Jadi teori penilaian social ini khususnya mempelajari proses psikologis yang mendasari
pernyataan sikap dan perubahan sikap melalui komunikasi. Anggapan dasarnya adalah
bahwa dalam menilai manusia membuat deskripsi dan kategorisasi khusus. Dalam
kategorisasi manusia melakukan perbandingan-perbandingan diantara berbagai
alternatifyang disusun oleh individu untuk menilai stimulus-stimulus yang dating dari luar.

D.Pola penerimaan dan penolakan

Jika seorang individu melibatkan sendiri dalam situasi yang dinilainya sendirimaka ia
akan menjadi patokan. Maka makin tinggi ia terliat makin tinggi pula dan sedikait hal-hal
yang ditermanya. Sebalikanya ambang penolakan semakin rendah sehingga makin banyak
hal-halyangtidakbiasditerimanya.

E. Penilaian social dan penilaian sikap

Komunikasi menurut Sherif dan holand bisamendekatkan sikap individu dengansikap orang
lain.tetapi bias juga menjahui orang lain. Hal ini tergantung dari posisi awal tersebut
terhadap individu lain. Jika posisi awal mereka saling berdekatan, komunikasi akan
semakin memperjelas persamaan-persamaan diantara mereka dan sehingga terjadilah
pendekatan. Tetapi sebaliknya, jika posisi awal saling berjauhan, maka komuniksi akan
mempertegas perbedaan dan posisi mereka akan saling menjahui.

4. HIRARKHI KEBUTUHAN MANUSIA DAN KAITANNYA DENGAN


KEMUNCULAN BUDAYA

 Teori Hirearki Kebutuhan (Maslow Theory)

Teori Hierarki kebutuhan ini diajukan oleh Abraham Maslow, seorang tokoh
psikologi aliran humanistik, pada tahun 1943 dalam karyanya, A Theory of Human
Motivation. Maslow menyatakan bahwa pada dasarnya terdapat berbagai macam
kebutuhan dalam diri seseorang yang bisa dilihat secara berjenjang (hierarchical).

29
Berbagai kebutuhan tersebut oleh Maslow dikelompokkan secara hierarki menjadi lima
bentuk kebutuhan, yakni:

(1) kebutuhan fisiologis;

(2) kebutuhan rasa aman;

(3) kepemilikan sosial;

(4) kebutuhan akan penghargaan diri; dan

(5) kebutuhan akan aktualisasi diri,

Dalam hal ini menerangkan bahwa bagan teori hierarki kebutuhan Maslow di atas
merupakan penanda rangkaian kebutuhan seseorang yang selalu mengikuti alur hierarki
tersebut. Semakin tinggi tingkat kebutuhan seseorang, atau semakin bergerak ke atas
tingkat kebutuhan seseorang, maka semakin sedikit kebutuhannya, karena kebutuhan
yang lain dianggap sudah terpenuhi, serta semakin sedikit juga orang yang memang
mencapai level atas tersebut. Kebutuhan fisik seperti terdapat pada gambar di atas,
berada pada dasar hierarki kebutuhan. Hal tersebut merupakan kebutuhan dasar yang
menopang hidup manusia. Seperti makanan, pakaian, perlindungan. Sampai kebutuhan
ini terpenuhi kebutuhan lain akan menunjukan angka yang kecil. Berikut adalah
hierarki kebutuhan Maslow

 Aktualisasi Diri Kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill, potensi,


kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, memberikan
penilaian dan kritik terhadap sesuatu.
 Penghargaan Diri Kebutuhan akan harga diri, kebutuhan dihormati dan dihargai
orang lain
 Kepemilikan Sosial Kebutuhan merasa memiliki, kebutuhan untuk diterima dalam
kelompok, berafiliasi, berinteraksi dan kebutuhan untuk mencintai dan dicintai
 Rasa Aman Kebutuhan rasa aman, kebutuhan perlindungan dari ancaman, bahaya,
pertentangan dan lingkungan hidup

30
 Kebutuhan Fisiologis ,Kebutuhan fisiologis, kebutuhan makan, minum,
perlindungan fisik, sesksual, sebagai kebutuhan terendah.

Ketika suatu kebutuhan terpenuhi, maka kebutuhan lain akan muncul yang berada di
hierarki bawah. Jika kebutuhan fisik telah terpuaskan, safety atau keamanan merupakan
kebutuhan yang kemudian muncul, kebutuhan ini pada dasarnya adalah kebutuhan untuk
bebas dari ketakutan secara fisik maupun perampasan kebutuhan psikologis dasar. Dengan
kata lain ini adalah kebutuhan untuk penjagaan diri. Ketika kebutuhan fisik dan keamanan
telah hampir terpuaskan, kebutuhan sosial atau affiliasi merupakan kebutuhan yang akan
muncul, karena manusia merupakan makhluk sosial. Individu mempunyai kebutuhan untuk
menjadi dan menerima bermacam kelompok, ketika kebutuhan sosial lebih dominan
individu akan berusaha berhubungan dengan orang lain. Setelah individu mulai puas akan
kebutuhan tersebut, mereka biasanya ingin lebih dari sebatas anggota dari kelompok
mereka, mereka lalu merasa butuh akan penghargaan seperti penghargaan diri atau
pengakuaan dari orang lain. Kepuasan dari kebutuhan penghargaan diri ini dihasilkan oleh
perasaan seperti kepercayaan diri, wibawa, kekuatan ataupun kontrol. Hal ini dimulai ketika
individu merasa berguna dan mempunyai pengaruh di lingkungan. Setelah kebutuhan akan
penghargaan diri dirasa terpenuhi, kebutuhan aktualisasi akan muncul. Aktualisasi adalah
kebutuhan untuk memaksimalkan potensi dirinya. Jadi aktualisasi adalah hasrat yang
muncul ketika satu keahlian telah dikuasai. Individu memuaskan hal ini dengan cara yang
berbeda sesuai dengan potensi dan keahliannya. Alur dari aktualisasi ini dapat berubah
dengan cepat dalam lingkaran hidup sampai berakhir. Pemenuhan kebutuhan yang satu
akan menimbulkan keperlua kebutuhan yang lain. Setiap orang mempunyai kebutuhan-
kebutuhan yang berbeda, adakalanya seseorang untuk mencapai kebutuhan aktualisasi diri
harus melewati pemenuhan kebutuhan mulai dari fisik, dan terus merangkak pada
aktualisasi diri.

 Kebutuhan dan Kebudayaan

Manusia memiliki kebutuhan dasar/biologis yakni: metabolisme, reproduksi, kenyamanan


tubuh, keamanan pergerakan, pertumbuhan atau pendewasaan, dan kesehatan. Dalam
rangka pemenuhan kebutuhan biologis tersebut maka terwujudlah kebudayaan.

31
(Malinowsky). Upaya pemenuhan pemenuhan kebutuhan biologis tersebut maka lahir juga
kebutuhan instrumental seperti: pengetahuan atau pendidikan, dan kebutuhan intgratif
seperti: kepercayaan /agama , kesenian. Dengan demikian, kebudayaan berfungsi sebagai
sarana atau alat pemenuhan kebutuhan manusia.

 Problematika kebudayaan

Kebudayaan yang diciptakan manusia dalam kelompok dan wilayah yang berbeda-beda
tentu akan menghasilkan keragaman kebudayaan. Masing –masing kebudayaan yang ada
tersebut tentu akan saling brsentuhan sehingga akan mengalami dinamika, seiring dengan
dinamika pergaulan hidup manusia sbgai pemiliki kebudayaan. Dinamika tersebut akan
berkaitan erat dengan pewarisan kebudayaan, perubahan kebudayaan, dan penyebaran
kebudayaan.

5. SOLIDARITAS SOSIAL KOTA DAN DESA (MEKANIS-ORGANIS,


GEMEINSCHAFT-GESSELSCHAFT, PAGUYUBAN-PATEMBAYAN)

 Solidaritas Sosial

Durkheim melihat solidaritas sosial sebagai suatu gejala moral. Hal ini terutama dapat
dilihat dari ikatan kelompok di desa. Adanya tertib sosial yang sedikit di kota dibandingkan
dengan gangguan ketertiban di desa, menurut Durkheim disebabkan karena faktor pengikat
di desa ditingkatkan menjadi moralitas masyarakat. Faktor itu terutama ialah :

a. Kontrol sosial oleh masyarakat desa

b. Stabilitas keluarga

c. Sifat heterogenitas lebih kecil daripada sifat kolektivitas.

Solidaritas sosial menurut Durkheim harus menjadi objek utama dalam menjelaskan
realitas sosial. Sama seperti Spencer, Durkheim juga melihat masyarakat sebagai sebuah
organism biologis. Pemikiran Durkheim didasari pada gejala sosial yang terjadi pada masa
Revolusi Industri di Inggris, ia mengamati perubahan sosial dari masyarakat primitif
( tradisional ) menuju masyarakat industry. Aspek yang menjadi perhatian Durkheim adalah

32
pada pembagian kerja dalam kedua tipe masyarakat tersebut. Menurutnya, pembagian kerja
pada masyarakat primitif ( masyarakat tradisional ) masih sangat sedikit, sedangkan pada
masyarakat industri, pembagian kerjanya sangat kompleks. Faktor utama yang
menyebabkan perubahan bentuk pembagian kerja tersebut menurut Durkheim adalah
pertambahan jumlah penduduk. Menurut Durkheim, pembagian kerja dalam masyarakat
berhubungan langsung dengan kepadatan moral atau dinamika suatu masyarakat.
Kepadatan moral merupakan tingkat kepadatan interaksi antar anggota masyarakat.
Pertambahan jumlah penduduk meningkatkan kepadatan moral yang kemudian diikuti
semakin rapatnya hubungan di antara anggota masyarakat. Begitu pula dengan hubungan
antar kelompok, berbagai bentuk interaksi sosial baru bermunculan. Hal ini akan
meningkatkan kerja sama dan munculnya gagasan baru dalam masyarakat terkait dengan
peningkatan pembagian kerja.

b. Jenis-Jenis Solidaritas Sosial

Durkheim mengamati bahwa peningkatan sistem pembagian kerja tersebut berimplikasi


pada perubahan tipe solidaritas sosialnya. Ia menjelaskan adanya dua tipe solidaritas sosial
yang dikaitkan dengan tingkat pembagian kerja dalam masyarakat. Pada masyarakat
dengan system pembagian kerja yang rendah, akan menghasilkan tipe solidaritas mekanik,
sedangkan pada masyarakat dengan pembagian kerja yang kompleks akan menghasilkan
tipe solidaritas organik.

Secara singkat, solidaritas mekanik berbentuk karena adanya saling kesamaan antaranggota
masyarakat, yang dimaksud dengan kesamaan antar anggota masyarakat bisa dilihat dari
tujuan masyarakat itu sendiri dan adat yang mereka biasa lakukan sehingga dapat tercipta
solidaritas sedangkan solidaritas organik lebih terbentuk karena adanya perbedaan
antaranggota masyarakat. Perbedaan jenis pekerjaan, pemikiran dan gaya hidup orang kota
menyebabkan terciptanya solidaritas organik sehingga dengan adanya perbedaan tersebut
menyebabkan setiap anggota masyarakat saling bergantung sama lain.

Kedua tipe solidaritas ini memiliki beberapa ciri sebagaimana dijelaskan Durkheim.

33
1) Anggota masyarakat dengan tingkat pembagian kerja yang rendah (solidaritas
mekanik ), masih terikat satu sama lain atas dasar kesamaan emosional dan
kepercayaan, serta adanya komitmen moral. Perbedaan adalah sesuatu yang harus
dihindari. Pada masyarakat dengan tingkat pembagian kerja yang tinggi
( solidaritas organik ), sangat memungkinkan terjadi perbedaan, dan masyarakat
disatukan oleh saling ketergantungan fungsional.
2) Solidaritas mekanik didasarkan pada kesadaran kolektif yang kuat, anggota
masyarakat diharapkan mampu mempertahankan kesamaan, sedangkan solidaritas
organik, otonomi individu sangat dihargai mengingat setiap individu menjalankan
fungsi yang berbeda-beda.
3) Dari segi kontrol sosial, dalam solidaritas mekanik, nilai dan norma bersifat umum
dan abstrak, hukum yang berlaku lebih bersifat represif. Hukuman diberlakukan
hanya semata-mata agar pelanggar hukum jera dan mendapat hukuman yang
sebanding dengan pelanggarannya. Pada solidaritas organik, hukum lebih bersifat
restitutif, maksudnya hukum diberlakukan hanya semata-mata untuk
mengembalikan masyarakat pada kondisi semula. Hukuman diberikan oleh individu
yang memang diberi tugas untuk melakukan kontrol sosial.
 Solidaritas Mekanik

Suatu masyarakat yang memiliki solidaritas mekanik adalah masyarakat dimana


individu-individu terikat secara homogen kedalam kesatuan-kesatuan sosial dan
conscience collective di dalam masyarakat sedemikian itu adalah bersifat represif
dimana setiap pelanggaran terhadap peraturan-peraturan yang ada selalu dikaitkan
dengan sanksi-sanksi hukuman. Masyarakat dengan solidaritas mekanik adalah suatu
masyarakat yang relative homogen, khususnya dalam hal pembagian
pekerjaan.Masyarakat yang relative homogen disini dijelaskan yaitu tipe masyarakat
yang memiliki kesamaan tujuan, adat dan jenis pekerjaan.

Solidaritas mekanik ini, terjadi dalam masyarakat yang memiliki ciri khas
keseragaman pola-pola relasi sosial, memiliki latar belakang pekerjaan yang sama dan
kedudukan semua anggota. Apabila nilai-nilai budaya yang melandasi relasi mereka,

34
dapat menyatukan mereka secara menyeluruh. Maka akan memunculkan ikatan sosial
yang kuat dan ditandai dengan munculnya identitas sosial yang kuat pula. Individu yang
menyatukan diri dalam kebersamaan, sehingga tidak ada aspek kehidupan yang tidak
diseragamkan oleh relasi-relasi sosial yang sama.Individu melibatkan diri secara penuh
dalam kebersamaan pada masyarakat.Karena itu, tidak terbayangkan bahwa hidup
mereka masih dapat berlangsung apabila salah satu aspek kehidupan dipisahkan dari
kebersamaan.

Singkatnya, solidaritas mekanik didasarkan pada suatu “ kesadaran kolektif “ yang


dilakukan masyarakat. Individu dalam masyarakat seperti ini cenderung homogeny
dalam banyak hal. Keseragaman tersebut berlangsung terjadi dalam seluruh aspek
kehidupan, baik sosial, politik bahkan kepercayaan atau agama. Dari gambaran
mengenai solidaritas organik bisa dilihat dengan keadaan kehidupan yang ada di Desa,
dapat di lihat bahwa kehidupan orang desa identik dengan gotong royong, saling
membantu dan tidak adanya rasa gengsi satu sama lain. Karena masyarakat desa
cenderung memiliki pola pikir yang sama yaitu tradisional bahkan gaya hidup mereka
pun juga tradisional, di lihat dari segi pekerjaan pun mereka memiliki pekerjaan yang
homogen yaitu bercocok tanam.

 Solidaritas Organik

Pada masyarakat solidaritas organik kebanyakan masyarakatnya lebih cenderung


individual karena adanya pembagian pekerjaan sosial. Solidaritas organik biasanya
terdapat di daerah perkotaan yang masyarakatnya cenderung memiliki kesibukan yang
sangat padat dan budaya yang ada di perkotaan sudah banyak yang mulai luntur, bahkan
nilai-nilai dalam keluarga juga mulai luntur. Nilai-nilai yang luntur di akibatkan karena
masyarakat kota yang memiliki gaya hidup moderm yang mengikuti gaya kebarat-
baratan, sehingga banyak nilai-nilai moral yang ada mulai ditinggalkan.

Solidaritas organik terjadi di masyarakat yang relative kompleks dalam kehidupan


sosialnya namun terdapat kepentingan bersama atas dasar tertentu. Pada kelompok

35
sosialnya, terdapat kepentingan bersama atas dasar tertentu. Pada kelompok sosialnya,
terdapat ciri-ciri tertentu, yaitu :

a) Adanya pola antar relasi yang parsial dan fungsional

b) Terdapat pembagian kerja yang spesifik

c) Adanya perbedaan kepentingan, status, pemikiran dan sebagainya.

Perbedaan pola relasi-relasi dapat membentuk ikatan sosial dan persatuan melalui
pemikiran yang membutuhkan kebersamaan serta diikat dengan kaidah moral, norma,
undang-undang, atau seperangkat nilai yang bersifat universal. Karena itu, ikatan
solidaritas tidak lagi menyeluruh, melainkan terbatas pada kepentingan bersama yang
bersifat parsial.

Solidaritas organik muncul karena pembagian kerja bertambah besar. Solidaritas ini
didasarkan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi. Ketergantungan ini di
akibatkan karena spesialisasi yang tinggi di antara keahlian individu. Spesialisasi ini
juga sekaligus mengurangi kesadaran kolektif yang ada dalam masyarakat mekanis.
Akibatnya, kesadaran dan homogenitas dalam kehidupan sosial tergeser. Keahlian yang
berbeda dan spesialisasi itu, munculah ketergantungan fungsional yang bertambah
antara individu-individu yang memiliki spesialisasi dan secara relative lebih otonom
sifatnya. Menurut Durkheim itulah pembagian kerja yang mengambil alih peran yang
semula di dasarkan olek kesadaran kolektif.

Nampak bahwa pada solidaritas organik menekankan tingkat saling ketergantungan


yang tinggi, akibat dari spesialisasi pembagian pekerjaan dan perbedaan di kalangan
individu. Perbedaan individu akan mengurangi kesadaran kolektif, yang tidak penting
lagi sebagai dasar untuk keteraturan sosial. Kuatnya solidaritas organik menurut
Durkheim di tandai dengan eksistensi hokum yang bersifat restitutif atau memulihkan,
melindungi pola ketergantungan yang kompleks antara berbagai individu yang
terspesialisasi atau kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Solidaritas Mekanik Solidaritas Organik

36
Relatif berdiri sendiri ( tidak bergantung Saling keterkaitan dan mempengaruhi dalam
pada orang lain ) dalam keefisienan kerja. keefisiensienan kerja.
Terjadi di masyarakat sederhana Dilangsungkan oleh masyarakat yang
kompleks
Ciri-ciri masyarakat tradisional(pedesaan ) Ciri dari masyarakat modern ( perkotaan )
Kerja tidak terorganisir Kerja terorganisir dengan baik
Beban lebih berat Beban ringan
Tidak bergantung pada orang lain Banyak saling bergantung dengan yang lain.

Dapat disimpulkan bahwa solidaritas mekanik dibentuk oleh masyarakat yang


masih memiliki kesadaran kolektif yang sangat tinggi, kepercayaan yang sama, cita-
cita dan komitmen moral. Masyarakat yang menggunakan solidaritas mekanik,
mereka melakukan aktifitas yang sama dan memiliki tanggung jawa yang sama.

Sebaliknya, solidaritas organik dibentuk karena semakin banyak dan


beragamnya pembagian kerja. Sehingga pembagian kerja tersebut membuat
spesialisasi pekerjaan di dalam masyarakat yang menyebabkan kesadaran kolektif
menjadi menurun. Semua kegiatan spesialisasi mereka berhubungan dan saling
tergantung satu sama lain, sehingga sistem tersebut membentuk solidaritas
menyeluruh yang berfungsi didasarkan pada saling ketergantungan.

 Gemeinschaft dan Gesellschaft


 Pengertian gemeinschaft
Gemeinschaft adalah ciri kelompok sosial yang anggotanya memiliki ikatan
yang erat, murni, kuat, alami. Biasanya dasar hubungan yang dimiliki kelompok
ini adalah rasa rsatuan, rasa cinta, rasa solidaritas yang diperkuat dengan
hubungan emosional dan interaksi antar anggotanya.
Kelompok gemeinschaft bisa disebut juga dengan paguyuban dan dapat
dibedakan menjadi 3 kategori yakni:
1) Ikatan darah (gemeinschaft of blood)

37
2) Kedekatan tempat (gemeinschaft by place)
3) Kesamaan keahlian, cara berpikir, dan sejenisnya (gemeinschaft of
mind)
 Pengertian gesellschaft
Gesellschaft bisa dikatakan lawan dari gemeinschaft dimana anggotanya
memiliki ikatan yang didasarkan atas adanya kerjasama dalam hal tertentu.
Kerjasama tersebut biasanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masing-
masing individu.
Ikatan yang tergolong sebagai milik gesellschaft cenderung bersifat lemah, tidak
berlangsung lama, terdapat pembagian kerja, dan memiliki solidaritas yang
rendah.

No Gemeinschaft Gesellschaft
1 Memiliki solidaritas sosial yang Kurang memiliki solidaritas yang
kuat intens
2 Terbentuknya dengan sendirinya Dibentuk berdasarkan kesamaan
yang dipengaruhi oleh intensitas profesi
sosia
3 Terbentuknya dengan alamiah Terbentuknya karena adanya
kepentingan
4 Memiliki hubungan emosional Tidak memiliki ikatan emosional
anggotanya.

38
Daftar Pustaka.

Anonim, 2020.Pengertian Gemeinschaft dan Gesellschaft Serta Contohnya.


https://dosensosiologi.com/gemeinschaft-dan-gesellschaft/. 31 Mei 2021

Anonim. https://studylibid.com/doc/313867/bab-ii-kajian-teori-2.1-interaksi-sosial-
interaksi-sosial. 31 Mei 2021

Anonim.https://fia.ub.ac.id/katalog/index.php?
p=show_detail&id=8907&keywords=. 31 Mei 2021

Arif wibowo,2008.Teori Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Budaya.


https://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2008/11/11/teori-kebudayaan-dan-ilmu-
pengetahuan-budaya/amp/. 31 Mei 2021

Dosen sosiologi,2020.Pengertian Solidaritas Mekanik dan Organik, Perbedaan,


Serta Contohnya.https://dosensosiologi.com/solidaritas-mekanik-organik/.
31 Mei 2021

https://Jurnaliainpontianak.or.id

https://sinta.unud.ac.id

39
Mahatia, 2012. TEORI-TEORI INTERAKSI SOSIAL.
https://mahatiakurniasari.blogspot.com/2012/11/teori-teori-interaksi-
sosial.html?m=1.31 Mei 2021

M.Chairul B.U,S.Sos.M.Si. 2016. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Fam Publishing.

Sidiq,2019. Perbedaan Paguyuban dan Patembayan. https://sosiologis-


com.cdn.ampproject.org/v/sosiologis.com. 31 Mei 2021

40

Anda mungkin juga menyukai