Dias Mardianti, IsBD, Agribisnis, Dr. Taufiq Ramdani, S.th.I., M.sos
Dias Mardianti, IsBD, Agribisnis, Dr. Taufiq Ramdani, S.th.I., M.sos
Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Disusun Oleh:
Nama : Dias Mardianti
NIM : C1G020067
Prodi/Kelas : Agribisnis B
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
i
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER i
DAFTARISI ii
I. Pengertian, Konsep serta Tujuan Ilmu Sosia Budaya Dasar………………….1
II. Perubahan Sosial dan Budaya: Pengertian serta faktor-faktor penyebabnya…8
III. Teori-teori kebudayaan dan Teori-teori interaksi sosial………………………21
IV. Herarki kebutuhan manusia dan kaitannya dengan kemunculan budaya……..29
V. Solidaritas sosial kota dan desa (Mekanis-Organis, Gemeinschaft-Gesellschaft,
Paguyuban-Patembayan) ………………………………………………………..32
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….39
ii
1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA TUJUAN ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
Masalah budaya adalah segala sistem atau tata nilai atau sikap mental, pola pikir,
pola tingkah laku dalam berbagai aspek kehidupan yang tidak memuaskan bagi
masyarakat secara keseluruhan, atau dapat dikatakan bahwa masalah budaya adalah tata
nilai yang dapat menimbulkan krisis-krisis kemasyarakatan yang akan menyebabkan “
dehumanisasi “ atau terjadi pengurungan terhadap seseorang. Masalah tersebut
mencakup berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah
kemanusiaan dan budaya.
Ilmu sosial budaya dasar identik dengan Basic Humanities. Humanities berasal dari
kata latin Human yang berarti manusiawi, yang berbudaya dan berbudi halus (refined)
diharap seseorang mempelajari Basic Humanities tidaklah sama dengan the humanities
(pengetahuan budaya) yang menyangkut keahlian filsafat dan seni; seni pahat, seni tari
dan lain-lain.
Seperangkat konsep dasar ilmu sosial budaya dasar tersebut secara interdisiplin
digunakan sebagai alat bagi pendekatan dan pemecahan masalah yang timbul dan
berkembang dalam masyarakat. Dengan demikian ilmu sosial budaya dasar
memberikan alternative sudut pandang atas pemecahan masalah sosial budaya
dimasyarakat. Berdasarkan pemahaman yang diperoleh dari kajian ilmu sosial budaya
dasar, mahasiswa dapat mengorientasikan diri untuk selanjutnya mampu mengetahui ke
arah mana pemecahan masalah harus dilakukan.
Pendekatan dalam ilmu sosial budaya dasar lebih bersifat interdisiplin atau
multidisiplin, khususnya ilmu-ilmu sosial dalam menghadapi masalah sosial.
Pendekatan dalam ilmu sosial budaya dasar bersumber dari dasar-dasar ilmu social dan
budaya yang bersifat terintegrasi. Ilmu sosial budaya dasar digunakan untuk mencari
pemecahan masalah kemasyarakatan melalui pendekatan interdisipliner atau
multidisipliner ilmu-ilmu sosial dan budaya. Sedangkan pendekatan dalam ilmu sosial
lebih bersifat subjek oriented, artinya berdasarkan sudut pandang dari ilmu sosial
1
tersebut. Misalnya, ilmu ekonomi melihat suatu masalah melalui prespektif ekonomi
serta pemecahan masalah pun dari sudut pandang ekonomi pula.
Pendekatan dalam ilmu sosial budaya dasar akan memperluas pandangan bahwa
masalah social, kemanusiaan, dan budaya dapat didekati dari berbagai sudut pandang.
Dengan wawasan ini pula maka mahasiswa tidak jatuh dalam sifat pengotakan ilmu
secara ketat. Sebuah ilmu secara mandiri tidak cukup mampu mengkaji sebuah masalah
kemasyarakatan. Dewasa ini perkembangan sebuah masalah semakin kompleks. Kajian
atas suatu masalah membutuhkan berbagai sudut pandang keilmuan, demikian pula
dengan solusi pemecahannya.
Ilmu sosial budaya dasar sebagai kajian masalah social, kemanusiaan dan budaya,
sekaligus pula member dasar pendekatan yang bersumber dari dasar-dasar ilmu sosial
yang terintegrasi. Pendekatan yang mendalam bersifat subject oriented di bebankan
pada ilmu sosial budaya dasar yang lebih bersifat teoritis, baik yang menyangkut ruang
lingkup, metode dan sistematikanya.
Demikian pula halnya dengan pendekatan dalam ilmu-ilmu alam atau yang bersifat
eksakta. Pendekatan dalam ilmu-ilmu alam dalam mengkaji gejala alamiah juga bersifat
subject oriented. Mahasiswa yang menekuni ilmu-ilmu eksakta akan mengkaji gejala
alam menurut sudut pandang ilmu mereka. Dengan diberikan kajian ilmu sosial budaya
dasar diharapkan dapat member wawasan akan pentingnya pendekatan sosial dan
budaya dalam menangani masalah alam.
Misalnya, seorang sarjana teknik sipil dalam upayanya membuat jembatan harus
mempertimbangkan aspek social dan budaya masyarakat dan sekitarnya. Ia semata-
mata tidak boleh hanya mempertimbangkan masalah teknis. Harus dipahami bahwa
manusia tidak lepas dari gejala alam dan kehidupan lingkungan. Alam dan manusia
akan saling mempengaruhi. Namun, sebagai subjek kehidupan, manusia perlu
memperlakukan alam secara baik sehingga akan memberikan manfaat bagi
kesejahteraan hidupnya.
2
Defenisi Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar
Secara umum ISBD (Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Dasar) termasuk kelompok
pengetahuan, yakni mempelajari mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum
tentang konsep-konsep hubungan antar manusia (sosial) dan budaya yg dikembangkan
untuk mengkaji masalah-masalah kemanusiaan, sosial, dan budaya.
Ilmu sosial budaya dasar merupakan sebagai integarasidari ISD dan IBD yang
memberikan dasar-dasar pengetahuan sosial dan konsep-konsep budaya kepada
mahasiswa sehinggan mampu mengkaji masalah social, kemanusian, dan budaya.
Pendekatan Ilmu sosial budaya dasar juga merupakan akan memperluas panda bahwa
masalah social, kemanusian, dan budaya dapat didekati dari berbagai sudut pandang.
Dengan wawasan sehinggan mampu mengkaji sebuah masalah kemasyarakat yang lebih
kompleks, demikian pula dengan solusi pemecahannya.
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar adalah cabang ilmu pengetahuan yang merupakan
integrasi dari dua ilmu lainnya, yaitu ilmu sosial yang juga merupakan sosiologi (sosio:
sosial, logos: ilmu) dan ilmu budaya yang merupakan salah satu cabang dari ilmu
sosial. Pengertian lebih lanjut tentang ilmu sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang
menggunakan berbagai disiplin ilmu untuk menanggapi masalah-masalah sosial,
sedangkan ilmu budaya adalah ilmu yang termasuk dalam pengetahuan budaya,
mengkaji masalah kemanusiaan dan budaya.
Secara umum dapat dikatakan ilmu sosial budaya dasar merupakan pengetahuan
yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah sosial manusia
dan kebudayaan. Istilah ilmu sosial budaya dasar dikembangkan pertama kali di
Indonesia sebagai mengkaji masalah-masalah sosial manusia dan kebudayaan. Istilah
ilmu sosial budaya dasar dikembangkan pertama kali di Indonesia sebagai pengganti
istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “the Humanities”.
3
Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin humanus yang artinya
manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan
seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan
mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi,
lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities
berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya.
Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu the humanities
disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itu
sendiri.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang asal mula ilmu sosial dan budaya dasar, perlu
diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof Dr.Harsya Bactiar mengemukakan
bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu;
Pengetahuan budaya (the humanities) bertujuan untuk memahami dan mencari arti
kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini digunakan
metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan kenyataan-kenyataan yang bersifat unik,
kemudian diberi arti.
4
Latar belakang diberikannya mata kuliah ilmu sosial budaya dasar adalah selain
melihat konteks budaya Indonesia, juga sesuai dengan program pendidikan di
Perguruan Tinggi, dalam rangka menyempurnakan pembentukan sarjana, Latar
belakang ilmu sosial budaya dasar dalam konteks budaya, negara dan masyarakat
Indonesia berkaitan dengan permasalahan sebagai berikut:
1) Kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dengan
segala keanekaraman budaya yang tercermin dalam berbagai aspek
kebudayaannya, yang biasanya tak lepas dari ikatan-ikatan primordial, kesukuan
dan kedaerahan.
2) Proses pembangunan yang sedang berlangsung terus menerus menimbulkan
dampat positi dan dampak negative berupa terjadinya pergeseran nilai budaya
sehingga dengan sendirinya mental manusiapun terkena pengaruhnya. Akibat
lebih jauh dari pembenturan nilai budaya ini ialah timbulnya konflik dalam
kehidupan.
3) Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan kondisi
kehidupan manusia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya,
sehingga manusia bingung terhadap kemajuan yang telah diciptakannya itu. Hal
ini merupakan sikap ambivalen teknologi, yang disamping memberikan segi
positf, juga memiliki segi negatif.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai
yaitu nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar supaya
manusia bisa menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu the humanities
disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itu
sendiri.
5
kemartabatan manusia yang dilandasi nilai-nilai estetika, etika, dan moral dalam
kehidupan bermasyarakat. Adapun misinya adalah Memberikan landasan dan
wawasan yang luas, serta menumbuhkan sikap kritis, pekam dan arif pada
mahasiswa untuk memahami keragaman, kesetaraan, dan kemartabatan manusia
dalam kehidupan bermasyarakat selaku individu dan makhluk sosial yang beradab
serta bertanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungannya”.
ISBD bukanlah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan suatu
rangkaian pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam
kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya, dan masalah-masalah
yang terwujud daripadanya. Selain itu, mata kuliah ini pada prinsipnya sebagai
pengatur dasar menuju pengenalan teori ilmu ilmu social dan kebudayaan sehingga
diharapkan mahasiswa dapat memiliki wawasan keilmuan yang bersifat
multidisipliner tentang keragaman, kesetaraan, dan kemartabatan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara
Penyajian mata kuliah ilmu sosial budaya dasar tidak lain merupakan usaha
yang diharapkan memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang
konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah manusia dan kebudayaan.
Dengan demikian, mata kuliah ilmu sosial budaya dasar tidak untuk mendidik ahli-
ahli dalam salah satu bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya,
akan tetapi ilmu budaya dasar semata-mata sebagai salah satu usaha
mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan
pemikiran serta kemarnpuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya, baik yang
menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya
sendiri.
6
1) Mengusahakan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga
mereka mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama untuk
kepentingan profesi mereka.
2) Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka
tentang masalah kemanusiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis
mereka terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.
3) Mengusahakan agar mahasiswa menjadi calon pemimpin bangsa dan negara
serta ahli dalam bidang disiplin masing-masing, tidak jatuh ke dalam sifat-sifat
kedaerahan dan pengkotakan disiplin yang ketat. Usaha ini terjadi karena ruang
lingkup pendidikan kita amat sempit dan condong membuat manusia spesialis
yang berpandangan kurang luas, kedaerahan dan pengkotakan disiplin ilmu yang
ketat.
4) Mengusahakan wahana komunikasi para akademisi agar mereka lebih mampu
berdialog satu dan yang lainnya. Dengan memilki satu bekal yang sama, pars
akademisi diharapkan akan lebih lancar dalam berkomunikasi.
Bertitik tolak dari tujuan yang telah ditentukan diatas, dua alah pokok dapat dipakai
sebagi bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah
ilmu sosial budaya dasar. Kedua masalah pokok ialah
7
1) Minat dan kebiasaan menyelidiki apa-apa yang terjadi disekitarnya dan diluar
lingkungannya.
2) Keberanian moral untuk mempertahankan nilai-nilai yang dirasakan sudah dapat
diterimanya dengan penuh tanggung jawab dan sebaliknya menolak nilai-nilai
yang tidak dapat dibenarkan.
Perubahan sosial budaya merupakan sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan
pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum
yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai
dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.
Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab
dari perubahan. Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya
komunikasi cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan
jumlah penduduk, penemuan baru. Terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor
eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh
kebudayaan masyarakat lain.
Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang
intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain; perkembangan IPTEK yang
lambat sifat masyarakat yang sangat tradisional; ada kepentingan-kepentingan yang
tertanam dengan kuat dalam masyarakat prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru;
rasa takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan hambatan
ideologis dan pengaruh adat atau kebiasaan.
8
Perubahan dirasakan oleh hampir semua manusia dalam masyarakat. Perubahan dalam
masyarakat tersebut wajar. Mengingatkan manusia memiliki kebutuhan yang tidak
terbatas. Dalam kehidupan, seperti:
9
7) Serta religi/keyakinan, contohnya meyakini tentang adanya roh halus (roh
leluhur) yang dapat dipercaya, namun sekarang manusia lebih berpikir logis
dengan akal
Berikut ini ada beberapa pengertian perubahan sosial yang dikemukakan oleh para
ahli sosiologi
Jadi dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan struktur dan
fungsi sosialnya. Oleh karena itu, perubahan sosial berkaitan erat dengan perubahan
kebudayaan dan seringkali perubahan sosial berkaitan pada perubahan budaya. Jika
10
pengertian perubahan sosial telah diuraikan di atas maka apakah yang dimaksud dengan
perubahan sosial budaya itu? Berikut ini pengertian perubahan sosial budaya dari beberapa
tokoh.
Perubahan sosial dan budaya memiliki keterkaitan yang sangat erat sekali. Sesuai
perubahan sosial pastilah akan memberikan pengaruh terjadinya perubahan budaya. Suatu
perubahan kebudayaan mencakup semua bagiannya, yaitu kesenian, ilmu pengetahuan,
teknologi filsafat, dan lain sebagainya. Bagian dari budaya tersebut tidak dapat lepas dari
kehidupan sosial manusia dalam masyarakat. Tidak mudah menentukan garis pemisah
antara perubahan sosial dan perubahan budaya, karena tidak ada masyarakat yang tidak ada
kebudayaan, sebaliknya, tidak mungkin ada kebudayaan yang tidak terjelma (masuk) dalam
masyarakt. Dengan kata lain, perubahan sosial dan budaya memiliki satu aspek yang sama,
yaitu kedua-duanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu
perbaikan tentang cara suatu masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya.
Meskipun perubahan sosial dan. Budaya memiliki hubungan atau keterkaitan yang
erat, namun keduanya juga memiliki perbedaan. Perbedaan antara perubahan sosial dan
budaya dapat dilihat dari arahnya, Perubahan budaya meliputi penemuan dan penyebaran
masyarakat, perubahan konsep nilai susila dan mortalitas, bentuk seni baru dan kesetaraan
gender.
11
Terkadang perubahan sosial dan budaya mengalami tumpang tindih, sebagai contoh
saat ini masyarakat meningkatkan adanya kesamaan gender berhubungan dengan
perubahan yang seperangkat norma budaya dan fungsi peran kaum laki-laki dan perempuan
secara sosial. Untuk mengatasi ketumpang tindihan tersebut maka sering kita gunakan
istilah perubahan sosial budaya untuk mencakup kedua perubahan tersebut. Dengan
demikian, suatu perubahan dikaitkan sebagai perubahan sosial budaya apabila memiliki
karakteristik sebagai berikut:
Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarkat atas beberapa bentuk sebagai
berikut:
12
b) Perubahan revolusi adalah perubahan yang berlangsung secara cepat dan tidak ada
kehendak atau direncanakan sebelumnya. Perubahan ini terjadi bisa karena sudah
direncanakan sebelumnya atau tidak sama sekali. Revolusi biasanya diawali oleh
ketegangan- ketegangan atau konflik dalam masyarakat. Misalnya, peristiwa
terjadinya revolusi industri di inggris, dimana terjadi pada tahap produksi yang
awalnya tanpa mesin, kemudian berubah menjadi tahap produksi menggunakan
mesin.
b) Perubahan yang Dikehendaki dan Tidak Dikehendaki
Perubahan kecil dan besar memiliki batas-batas yang sangat relatif. Perubahan kecil
diartikan perubahan yang terjadi pada unsur struktur sosial yang tidak membawa
pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Contohnya, perubahan model
pakaian, rambut, sepatu, dan lain-lain yang tidak berpengaruh signifikan terhadap
masyarakat keseluruhan sebab tidak menimbulkan perubahan pada lembaga
kemasyarakatan. Perubahan besar adalah sebuah masyarakat keseluruhan sebab
tidak menimbulkan perubahan pada lembaga kemasyarakatan. Perubahan besar
13
adalah sebuah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang
memberi pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Contohnya, pengelolaan
pertanian dengan pemakain alat pertanian dari mesin (traktor) pada masyarakat
agraris merupakan perubahan yang membawa pengaruh besar, perubahan sosial
budayatidak mungkin terjadi dengan sendirinya. Perubahn sosial budaya dapat
terjadi karena ada penyebabnya. Kemungkinan perubahan terjadi karena adanya
sesuatu yang baru dan sesuatu yang lama dianggap tidak berfungsi lagi.
g) Perubahan Penduduk:
14
Contohnya sebelum ada program keluarga berencana dari pemerintah, masyarakat yang
sudah berkeluarga akan terlihat cenderung meningkatkan mempunyai anak banyak, namun
setelah ada sosialisasi program keluarga berencana masyarakat tumbuh kesadaran untuk
membatasi kelahiran anak demi masa depan dan kesejateraan anak itu sendiri.
Adanya penemuan baru dalam kehidupan masyarakat baik itu berupa ilmu pengetahuan
maupun teknologi mempengaruhi dan membawa perubahan dalam masyarakat. Penemuan
mobil misalnya, penemuan tersebut akan membawa perubahan kebudayaan dan sosial
masyarakat. Dalam masyarakat akan terbentuk status social / berdasarkan harta (mobil)
yang dimiliki, orang yang tidak memiliki mobil bisa dianggap status sosialnya lebih rendah
dibandingkan dengan orang yang memiliki mobil. Selanjutnya, orang yang memiliki sebuah
mobil bisa dianggap lebih rendah statusnya dibandingkan orang yang memiliki lebih dari
satu mobil.
Perubahan sosial budaya juga dapat terjadi karena unsur dari luar masyarakat seperti
faktor geografis, kebudayaan, dan politik. Pengaruh luar masyarakat merupakan hal yang
wajar dalam perubahan sosial budaya masyarakat. Pengaruh dari luar masyarakat tersebut
adalah sebagai berikut:
15
dari kehidupan sosial sebagai petani sehingga kebudayaan tetap akan berhubungan dengan
bidang pertanian.
c. Peperangan:
16
mendorong masyarakt untuk berkreasi menciptakan alternatif pemenuhan sumber
kebutuhan.
Perubahan sosial budaya dapat bersumber dari luar masyarakat itu sendiri diantaranya
sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik di sekitar manusia, seperti bencana alam dan
peperangan.
e. Sistem terbuka lapisan masyarakat Masyarakat dengan sistem lapisan yang terbuka
cenderung lebih mudah mengalami perubahan dari pada dengan sistem lapisan tertutup.
Masyarakat akan selalu cenderung memberikan kesempatan berkarya bagi manusia
manusia yang potensial.
f. Sifat menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju. Sikap masyarakat
yang mau menghargai hasil karya orang lain akan membuat orang terdorong untuk
melakukan penelitian. Dengan demikian itu semua akan menghasilkan sebuah karya yang
berguna bagi masyarakat.
g. Sistem pendidikan formal yang maju: Kualitas pendidikan yang tinggi maupun
mengubah pola pikir. Masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih rasional
bertindak. Dalam berpikir dan
h. Orientasi ke masa depan: Keinginan untuk memperoleh masa depan yang lebih baik akan
mendorong perubahan sosial budaya masyarakat.
i. Akulturasi: Akulturasi merupakan pertemuan dua kebudayaan dari bangsa yang berbeda
dan saling mempengaruhi. Peroses akulturasi berlangsung lama dan terus menerus. Proses
ini berkaitan pada perpaduan kebudayaan sehingga pola budaya semua akan berubah.
17
j. Asimilasi: Definisi Asimilasi adalah perpaduan dua kebudayaan yang berbeda secara
berangsur angsur berkembang sehingga memunculkan budaya baru.
h. Prasangka terhadap hal-hal baru dan menilai bahwa hidup ini buruk, susah, dan
tidak mungkin diperbaiki.
Faktor-faktor perubahan sosial budaya tersebut secara langsung atau tidak langsung
akan memberikan dampak negatif dan fositip. Kita tidak khawatir jika perubahan yang
terjadi bersifat positif karena perubahan positif akan memberikan pengaruh baik. Namun,
kita harus berhati-hati dengan dampak negatif yang menonjol.
18
Berikut adalah penjelasan faktor-faktor perubahan sosial berdasarkan arah
timbulnya pengaruh.
a. Internal Faktor:
Internal faktor (faktor dalam) adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu
yang menyebabkan timbulnya perubahan pada masyarakat itu sendiri baik secara individu,
kelompok ataupun organisasi.
b. External Faktor: Selain internal factor, pada masyarakat juga dikenal external factor.
External factor atau faktor luar adalah faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat yang
menyebabkan timbulnya perubahan pada masyarakat. Berikut ini sebab-sebab perubahan
sosial yang bersumber dari luar masyarakat (sebab ekstern).
Pada dasarnya pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi individu, untuk memberikan
wawasan serta menerima hal-hal baru, juga memberikan bagaimana caranya dapat berfikir
19
secara ilmiah. Pendidikan juga mengajarkan kepada individu untuk dapat berfikir secara
obyektif. Hal seperti ini akan dapat membantu setiap manusia untuk menilai apakah
kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan zaman atau tidak.
c. Sikap yang menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
Bila sikap itu telah dikenal secara luas oleh masyarakat, maka masyarakat akan dapat
menjadi pendorong bagi terjadinya penemuan-penemuan baru. Contohnya hadiah nobel,
menjadi pendorong untuk melahirkan karya karya yang belum pernah dibuat.
Adanya sistem yang terbuka di dalam lapisan masyarakat akan dapat menimbulkan
terdapatnya gerak sosial vertical yang luas atau berarti memberi kesempatan kepada para
individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri. Hal seperti ini akan berakibat
seseorang mengadaka identifikasi dengan orang orang yang memiliki status yang lebih
tinggi. Identifikasi adalah suatu tingkah laku dari seseorang, hingga orang tersebut merasa
memiliki kedudukan yang sama dengan orang yang dianggapnya memiliki golongan yang
lebih tinggi. Hal ini dilakukannya agar ia dapat diperlakukan sama dengan orang yang
dianggapnya memiliki status yang tinggi tersebut.
20
Terjadinya ketidakpuasan dalam masyarakat, dan berlangsung dalam waktu yang panjang.
Juga akan mengakibatkan revolusi dalam kehidupan masyarakat.
Di dalam proses perubhan tidak selamanya hanya terdapat faktor pendorong saja, tetapi
juga ada faktor penghambat terjadinya proses perubahan tersebut. Faktor penghalang
tersebut antara lain:
Adanya suatu sikap yang selalu membanggakan dan mempertahankan tradisi – tradisi lama
dari suatu masyarakat akan berpengaruh pada terjadinya proses perubahan. Karena adanya
anggapan bahwa perubahan yang akan terjadi belum tentu lebih baik dari yang sudah ada.
Organisasi sosial yang telah mengenal sistem lapisan dapat dipastikan akan ada
sekelompok individu yang memanfaatkan kedudukan dalam proses perubahan tersebut.
Contoh, dalam masyarakat feodal dan juga pada masyarakat yang sedang mengalami
transisi. Pada masyarakat yangmengalami transisi, tentunya ada golongan-golongan dalam
masyarakat yang dianggap sebagai pelopor proses transisi. Karena selalu mengidentifikasi
diri dengan usaha-usaha dan jasa-jasanya, sulit bagi mereka untuk melepaskan
kedudukannya di dalam suatu proses perubahan.
21
3. TEORI-TEORI KEBUDAYAAN DAN TEORI-TEORI TENTANG INTERAKSI
SOSIAL.
Teori-teori kebudayaan
Ilmu kebudayaan (humanities) merupakan salah satu bagian yang penting untuk
dikaji karena menyangkut dinamika perkembangan hidup manusia dan kebudayaannya.
Hal ini merupakan salah satu usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan
dasar dan pengertian umum tentang konsep – konsep yang dikembangkan untuk
mengkaji masalah – msalah manusia dan kebudayaan.Dengan demikian kajian ini
dimaksudkan untuk mendidik ahli – ahli dalam bidang keahlian yang termasuk dalam
pengetahuan budaya (the humanities) sebagai salah satu usaha untuk mengembangkan
kepribadian mahasiswa dengan cara memprluas wawasan pemikiran serta kemampuan
kritikalnya terhadap nilai – nilai budaya baik yang menyangkut orang lain dan alam
sekitarnya maupun yang menyangkut dirinya sendiri.
Pengetahuan yang ada belum menjamin adanya kemampuan untuk dapat digunakan
bagi tujuan-tujuan praktis karena antara toeri dan praktek terdapat sisi-antara (interface)
yang harus diteliti secara tuntas agar dengan pengetahuan yang diperoleh lebih lanjut
dari penelitian yang dilakukan, konsekuensi dalam penerapan praktis dapat
dikendalikan secara ketat. Dengan demikian akan didapat pemahaman tentang prinsip-
prinsip dan konsep-konsep dasar yang melandasi pandangan-pandangan teoritis tentang
kebudayaan.
Secara garis besar hal yang dibahas dalam teori kebudayaan adalah memandang
kebudayaan sebagai, (a)Sistem adaptasi terhadap lingkungan.(b)Sistem tanda.(c) Teks,
baik memahami pola-pola perilaku budaya secara analogis dengan wacana tekstual,
22
maupun mengkaji hasil proses interpretasi teks sebagai produk kebudayaan.(d)
Fenomena yang mempunyai struktur dan fungsi. (e) Dipandang dari sudut filsafat.
Sebelum lebih lanjut memahami teori kebudayaan ada baiknya kita meninjau
terlebih dahulu wilayah kajian kebudayaan, atau lebih tepatnya Ilmu Pengetahuan
Budaya. Jika menilik pembagian keilmuan seperti yang diungkapkan oleh Wilhelm
Dilthey dan Heinrich Rickert, mereka membagi ilmu pengetahuan ke dalam dua bagian,
yaitu Naturwissenschaften (ilmu pengetahuan alam) dimana dalam proses penelitiannya
berupaya untuk menemukan hukum-hukum alam sebagai sumber dari fenomena alam.
Sekali hukum ditemukan, maka ia dianggap berlaku secara universal untuk fenomena
itu dan gejala-gejala yang berkaitan dengan fenomena itu tanpa kecuali. Dalam
Naturwissenschaften ini yang ingin dicari adalah penjelasan (erklären) suatu fenomena
dengan menggunakan pendekatan nomotetis.
23
kebudayaan yang bersifat idelaistis, yang memandang semua fenomena eksternal
sebagai manifestasi suatu sistem internal, kajian ini lebih dipengaruhi oleh penekatan
fenomenologi.
Terlepas dari itu semua maka kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu fenomena
sosial dan tidak dapat dilepaskan dari perilaku dan tindakan warga masyarakat yang
mendukung atau menghayatinya. Sebaliknya, keteraturan, pola, atau konfigurasi yang
tampak pada perilaku dan tindakan warga suatu masyarakat tertentu dibandingkan
perilaku dan tindakan warga masyarakat yang lain, tidaklah dapat dipahami tanpa
dikaitkan dengan kebudayaan.
Berbicara tentang kebudayaan maka tidak bisa terlapsa dari peradaban. Berikut ini
beberapa dimensi dari peradaban, diantaranya, pertama, Adanya kehidupan kota yang
berada pada tingkat perkembangan lebih „tinggi“ dibandingkan dengan keadaan
perkembangan didaerah pedesaan. Kedua, Adanya pengendalian oleh masyarakat dari
dorongan-dorongan elementer manusia dibandingkan dengan keadaan tidak
terkendalinya atau pelampiasan dari dorongan-dorongan itu.
Selain menganggap corak kehidupan kota sebagai lebih maju dan lebih tinggi
dibandingkan dengan corak kehidupan di desa, dalam pengertian peradaban terkandung
pula suatu unsur keaktifan yang menghendaki agar „kemajuan“ itu wajib disebarkan ke
24
masyarakat dengan tingkat perkembangan yang lebih rendah, yang berada di daerah-
daerah pedesaan yang terbelakang.
Dari penjelasan definisi peradaban diatas yang hampir merangkum semua unsur
adalah definisi yang diambil dari bahasa Belanda (beschaving) yang mengatakan bahwa
peradaban meliputi tatacara yang memungkinkan berlangsungnya pergaulan sosial yang
lancar dan sesuai dengan norma-norma kesopanan yang berlaku dalam masyarakat
barat.
Dalam mengkaji kebudayaan, unit analisa atau obyek dari kajiannya dapat
dikategorikan kedalam lima jenis data, yaitu, (a) artifak yang digarap dan diolah dari
bahan-bahan dalam linglkungan fisik dan hayati, (b) perilaku kinetis yang digerakkan
oleh otot manusia, (c) perilaku verbal yang mewujudkan diri ke dalam dua bentuk yaitu
(d) tuturan yang terdiri atas bunyi bahasa yang dihasilkan oleh pita suara dan otot-otot
dalam rongga mulut dan (e) teks yang terdiri atas tanda-tanda visual sebagai
representasi bunyi bahasa atau perilaku pada umumnya. Baik artifak, teks, maupun
periaku manusia memperlihatkan tata susunan atau pola keteraturan tertentu yang
dijadikan dasar untuk memperlakukan hal-hal itu sebagai data yang bermakna, karena
merupakan hasil kegiatan manusia sebagai mahluk yang terikat pada kelompok atau
kolektiva, dan karena keterikatan itu mewujudkan kebermaknaan itu.
25
Teori kebudayaan adalah usaha untuk mengonseptualkan kebermaknaan itu, untuk
memahami pertalian antara data dengan manusia dan kelompok manusia yang
mewujudkan data itu. Teori kebudayaan adalah usaha konseptual untuk memahami
bagaimana manusia menggunakan kebudayaan untuk melangsungkan kehidupannya
dalam kelompok, mempertahankan kehidupannya melalui penggarapan lingkungan
alam dan memelihara keseimbangannya dengan dunia supranatural.
Keragaman teori kebudayaan dapat ditinjau dari dua perspektif, yaitu, (a) perspektif
perkembangan sejarah yang melihat bahwa keragaman itu muncul karena aspek-aspek
tertentu dari kebudayaan dianggap belum cukup memperoleh elaborasi. Dan (b)
perspekif konseptual yang melihat bahwa keragaman muncul karena pemecahan
permasalahan konseptual terjadi menurut pandangan yang berbeda-beda. Dalam
memahami kebudayaan kita tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip dasarnya. De
Saussure merumuskan setidaknya ada tiga prinsip dasar yang penting dalammemahami
kebudayaan, yaitu:
Tanda (dalam bahasa) terdiri atas yang menandai (signifiant, signifier, penanda) dan
yang ditandai (signifié, signified, petanda). Penanda adalah citra bunyi sedangkan
petanda adalah gagasan atau konsep. Hal ini menunjukkan bahwa setidaknya konsep
bunyi terdiri atas tiga komponen (1) artikulasi kedua bibir, (2) pelepasan udara yang
keluar secara mendadak, dan (3) pita suara yang tidak bergetar.
Gagasan penting yang berhubungan dengan tanda menurut Saussure adalah tidak
adanya acuan ke realitas obyektif. Tanda tidak mempunyai nomenclature. Untuk
memahami makna maka terdapat dua cara, yaitu, pertama, makna tanda ditentukan oleh
pertalian antara satu tanda dengan semua tanda lainnya yang digunakan dan cara kedua
karena merupakan unsur dari batin manusia, atau terekam sebagai kode dalam ingatan
manusia, menentukan bagaimana unsur-unsur realitas obyektif diberikan signifikasi
ataukebermaknaan sesuai dengan konsep yang terekam.
26
langue dan parole (bahasa dan tuturan). Langue adalah pengetahuan dan kemampuan
bahasa yang bersifat kolektif, yang dihayati bersama oleh semua warga masyarakat;
parole adalah perwujudan langue pada individu. Melalui individu direalisasi tuturan
yang mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku secara kolektif, karena kalau tidak,
komunikasi tidak akan berlangsung secara lancar.
Teori ini di kemukakan oleh Festinger (1950, 1954). Pada dasarnya teori ini berpendapat
bahwa proses saling mempengaruhi dan perilaku saling bersaing dalam interaksi sosial
ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri (self evaluation) dan
kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan memebandingkan diri dengan orang lain.
Teori ini dikembangkan oleh Jones & davis (1965). Teori ini pada dasarnya mencoba untuk
menernagkan kesimpulan yang ditarik oleh seorang pengamat (perceiver) dari
pengamatannya atas perilaku tertentu dari orang lain. Dengan perkataan lain pengamat
mengadakan peramalan (inferences) terhadap niat (intention) orang lain dari perilaku orang
lain tersebut.
Tesis utama dari teori ini adalah sebagai berikut : perkiraan tentang intensi dari suatu
perbuatan tertentu bisa ditarik dengan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan lain
yang dapat dilakukan oleh si pelaku.
27
Teori atribusi eksternal adalah teori yang membahas tentang prilaku seseorang. Apakah itu
di sebabkan karena faktor internal, misalnya sifat, karakter, sikap, dan sebagainya. Atau
karena faktor eksternal, misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang memaksa
seseorang melakukan perbuatan tertentu. Sehingga pengamat dapat mengambil kesimpulan
atas prilaku yang sedang di tampilkan orang lain. Ini berarti setiap individu pada dasarnya
adalah seorang ilmuan semu yang berusaha mencari sebab kenapa seseorang berbuat
dengan cara tertentu.
Contoh:
Seorang siswa, yang bernama topan, bertengkar dengan seorang guru matematikanya,
begitu pula dengan siswa lainnya. Hal ini menunjukkan konsensus yang tinggi. Topan
pernah juga bertengkar dengan guru matematika itu sebelumnya. Hal ini menunjukkan
bahwa konsistensi yang tinggi. Kemudian topan tidak bertengkar dengan guru lainnya ,
Topan hanya bertengkar dengan guru matematikanya saja. Maka kita akan menyimpulkan
bahwa Topan marah kepada guru matematikanya itu karena ulah gurunya sendiri, bukan
karena watak topan yang pemarah. Ini sebagai salah satu contoh atribusi eksternal yang
merupakan proses pembentukan kesan berdasarkan kesimpulan yang kita tafsirkan atas
kejadian yang terjadi.
Teori penilaian sosial adalah suatu teori yang memusatkan bagaimana kita membuat
penilaian tentang opini atau pendapat yang kita dengar dengan melibatkan ego dalam
pendapat tersebut.
Teori ini dikemukakan oleh Sherif dan Hovland (1961)mencoba menggabungkan sudut
pandangan psikologi, sosiologi dan antropologi.mereka mengatakan bahwa dalil yan
mendasar dari teorinyaini adalah oan yang membentuk situasi yang penting buat dirinya.
Jadi ia tidak ditentukan oleh factor intern (sikap, situasi dan motif) maupun ekstern (obyek,
orang-orang dan lingkungan fisik). Interaksi dan factor intern dan ekstern inilah yang
menjadi kerangka acuan dari setiap perilaku. Pasokan-[sokan inilah yang dianalisis oleh
28
Sherif dalam teorinya dan dicari sejah mana pengaruhnya terhadap penilaian social
dilakukan oleh individu.
Jadi teori penilaian social ini khususnya mempelajari proses psikologis yang mendasari
pernyataan sikap dan perubahan sikap melalui komunikasi. Anggapan dasarnya adalah
bahwa dalam menilai manusia membuat deskripsi dan kategorisasi khusus. Dalam
kategorisasi manusia melakukan perbandingan-perbandingan diantara berbagai
alternatifyang disusun oleh individu untuk menilai stimulus-stimulus yang dating dari luar.
Jika seorang individu melibatkan sendiri dalam situasi yang dinilainya sendirimaka ia
akan menjadi patokan. Maka makin tinggi ia terliat makin tinggi pula dan sedikait hal-hal
yang ditermanya. Sebalikanya ambang penolakan semakin rendah sehingga makin banyak
hal-halyangtidakbiasditerimanya.
Komunikasi menurut Sherif dan holand bisamendekatkan sikap individu dengansikap orang
lain.tetapi bias juga menjahui orang lain. Hal ini tergantung dari posisi awal tersebut
terhadap individu lain. Jika posisi awal mereka saling berdekatan, komunikasi akan
semakin memperjelas persamaan-persamaan diantara mereka dan sehingga terjadilah
pendekatan. Tetapi sebaliknya, jika posisi awal saling berjauhan, maka komuniksi akan
mempertegas perbedaan dan posisi mereka akan saling menjahui.
Teori Hierarki kebutuhan ini diajukan oleh Abraham Maslow, seorang tokoh
psikologi aliran humanistik, pada tahun 1943 dalam karyanya, A Theory of Human
Motivation. Maslow menyatakan bahwa pada dasarnya terdapat berbagai macam
kebutuhan dalam diri seseorang yang bisa dilihat secara berjenjang (hierarchical).
29
Berbagai kebutuhan tersebut oleh Maslow dikelompokkan secara hierarki menjadi lima
bentuk kebutuhan, yakni:
Dalam hal ini menerangkan bahwa bagan teori hierarki kebutuhan Maslow di atas
merupakan penanda rangkaian kebutuhan seseorang yang selalu mengikuti alur hierarki
tersebut. Semakin tinggi tingkat kebutuhan seseorang, atau semakin bergerak ke atas
tingkat kebutuhan seseorang, maka semakin sedikit kebutuhannya, karena kebutuhan
yang lain dianggap sudah terpenuhi, serta semakin sedikit juga orang yang memang
mencapai level atas tersebut. Kebutuhan fisik seperti terdapat pada gambar di atas,
berada pada dasar hierarki kebutuhan. Hal tersebut merupakan kebutuhan dasar yang
menopang hidup manusia. Seperti makanan, pakaian, perlindungan. Sampai kebutuhan
ini terpenuhi kebutuhan lain akan menunjukan angka yang kecil. Berikut adalah
hierarki kebutuhan Maslow
30
Kebutuhan Fisiologis ,Kebutuhan fisiologis, kebutuhan makan, minum,
perlindungan fisik, sesksual, sebagai kebutuhan terendah.
Ketika suatu kebutuhan terpenuhi, maka kebutuhan lain akan muncul yang berada di
hierarki bawah. Jika kebutuhan fisik telah terpuaskan, safety atau keamanan merupakan
kebutuhan yang kemudian muncul, kebutuhan ini pada dasarnya adalah kebutuhan untuk
bebas dari ketakutan secara fisik maupun perampasan kebutuhan psikologis dasar. Dengan
kata lain ini adalah kebutuhan untuk penjagaan diri. Ketika kebutuhan fisik dan keamanan
telah hampir terpuaskan, kebutuhan sosial atau affiliasi merupakan kebutuhan yang akan
muncul, karena manusia merupakan makhluk sosial. Individu mempunyai kebutuhan untuk
menjadi dan menerima bermacam kelompok, ketika kebutuhan sosial lebih dominan
individu akan berusaha berhubungan dengan orang lain. Setelah individu mulai puas akan
kebutuhan tersebut, mereka biasanya ingin lebih dari sebatas anggota dari kelompok
mereka, mereka lalu merasa butuh akan penghargaan seperti penghargaan diri atau
pengakuaan dari orang lain. Kepuasan dari kebutuhan penghargaan diri ini dihasilkan oleh
perasaan seperti kepercayaan diri, wibawa, kekuatan ataupun kontrol. Hal ini dimulai ketika
individu merasa berguna dan mempunyai pengaruh di lingkungan. Setelah kebutuhan akan
penghargaan diri dirasa terpenuhi, kebutuhan aktualisasi akan muncul. Aktualisasi adalah
kebutuhan untuk memaksimalkan potensi dirinya. Jadi aktualisasi adalah hasrat yang
muncul ketika satu keahlian telah dikuasai. Individu memuaskan hal ini dengan cara yang
berbeda sesuai dengan potensi dan keahliannya. Alur dari aktualisasi ini dapat berubah
dengan cepat dalam lingkaran hidup sampai berakhir. Pemenuhan kebutuhan yang satu
akan menimbulkan keperlua kebutuhan yang lain. Setiap orang mempunyai kebutuhan-
kebutuhan yang berbeda, adakalanya seseorang untuk mencapai kebutuhan aktualisasi diri
harus melewati pemenuhan kebutuhan mulai dari fisik, dan terus merangkak pada
aktualisasi diri.
31
(Malinowsky). Upaya pemenuhan pemenuhan kebutuhan biologis tersebut maka lahir juga
kebutuhan instrumental seperti: pengetahuan atau pendidikan, dan kebutuhan intgratif
seperti: kepercayaan /agama , kesenian. Dengan demikian, kebudayaan berfungsi sebagai
sarana atau alat pemenuhan kebutuhan manusia.
Problematika kebudayaan
Kebudayaan yang diciptakan manusia dalam kelompok dan wilayah yang berbeda-beda
tentu akan menghasilkan keragaman kebudayaan. Masing –masing kebudayaan yang ada
tersebut tentu akan saling brsentuhan sehingga akan mengalami dinamika, seiring dengan
dinamika pergaulan hidup manusia sbgai pemiliki kebudayaan. Dinamika tersebut akan
berkaitan erat dengan pewarisan kebudayaan, perubahan kebudayaan, dan penyebaran
kebudayaan.
Solidaritas Sosial
Durkheim melihat solidaritas sosial sebagai suatu gejala moral. Hal ini terutama dapat
dilihat dari ikatan kelompok di desa. Adanya tertib sosial yang sedikit di kota dibandingkan
dengan gangguan ketertiban di desa, menurut Durkheim disebabkan karena faktor pengikat
di desa ditingkatkan menjadi moralitas masyarakat. Faktor itu terutama ialah :
b. Stabilitas keluarga
Solidaritas sosial menurut Durkheim harus menjadi objek utama dalam menjelaskan
realitas sosial. Sama seperti Spencer, Durkheim juga melihat masyarakat sebagai sebuah
organism biologis. Pemikiran Durkheim didasari pada gejala sosial yang terjadi pada masa
Revolusi Industri di Inggris, ia mengamati perubahan sosial dari masyarakat primitif
( tradisional ) menuju masyarakat industry. Aspek yang menjadi perhatian Durkheim adalah
32
pada pembagian kerja dalam kedua tipe masyarakat tersebut. Menurutnya, pembagian kerja
pada masyarakat primitif ( masyarakat tradisional ) masih sangat sedikit, sedangkan pada
masyarakat industri, pembagian kerjanya sangat kompleks. Faktor utama yang
menyebabkan perubahan bentuk pembagian kerja tersebut menurut Durkheim adalah
pertambahan jumlah penduduk. Menurut Durkheim, pembagian kerja dalam masyarakat
berhubungan langsung dengan kepadatan moral atau dinamika suatu masyarakat.
Kepadatan moral merupakan tingkat kepadatan interaksi antar anggota masyarakat.
Pertambahan jumlah penduduk meningkatkan kepadatan moral yang kemudian diikuti
semakin rapatnya hubungan di antara anggota masyarakat. Begitu pula dengan hubungan
antar kelompok, berbagai bentuk interaksi sosial baru bermunculan. Hal ini akan
meningkatkan kerja sama dan munculnya gagasan baru dalam masyarakat terkait dengan
peningkatan pembagian kerja.
Secara singkat, solidaritas mekanik berbentuk karena adanya saling kesamaan antaranggota
masyarakat, yang dimaksud dengan kesamaan antar anggota masyarakat bisa dilihat dari
tujuan masyarakat itu sendiri dan adat yang mereka biasa lakukan sehingga dapat tercipta
solidaritas sedangkan solidaritas organik lebih terbentuk karena adanya perbedaan
antaranggota masyarakat. Perbedaan jenis pekerjaan, pemikiran dan gaya hidup orang kota
menyebabkan terciptanya solidaritas organik sehingga dengan adanya perbedaan tersebut
menyebabkan setiap anggota masyarakat saling bergantung sama lain.
Kedua tipe solidaritas ini memiliki beberapa ciri sebagaimana dijelaskan Durkheim.
33
1) Anggota masyarakat dengan tingkat pembagian kerja yang rendah (solidaritas
mekanik ), masih terikat satu sama lain atas dasar kesamaan emosional dan
kepercayaan, serta adanya komitmen moral. Perbedaan adalah sesuatu yang harus
dihindari. Pada masyarakat dengan tingkat pembagian kerja yang tinggi
( solidaritas organik ), sangat memungkinkan terjadi perbedaan, dan masyarakat
disatukan oleh saling ketergantungan fungsional.
2) Solidaritas mekanik didasarkan pada kesadaran kolektif yang kuat, anggota
masyarakat diharapkan mampu mempertahankan kesamaan, sedangkan solidaritas
organik, otonomi individu sangat dihargai mengingat setiap individu menjalankan
fungsi yang berbeda-beda.
3) Dari segi kontrol sosial, dalam solidaritas mekanik, nilai dan norma bersifat umum
dan abstrak, hukum yang berlaku lebih bersifat represif. Hukuman diberlakukan
hanya semata-mata agar pelanggar hukum jera dan mendapat hukuman yang
sebanding dengan pelanggarannya. Pada solidaritas organik, hukum lebih bersifat
restitutif, maksudnya hukum diberlakukan hanya semata-mata untuk
mengembalikan masyarakat pada kondisi semula. Hukuman diberikan oleh individu
yang memang diberi tugas untuk melakukan kontrol sosial.
Solidaritas Mekanik
Solidaritas mekanik ini, terjadi dalam masyarakat yang memiliki ciri khas
keseragaman pola-pola relasi sosial, memiliki latar belakang pekerjaan yang sama dan
kedudukan semua anggota. Apabila nilai-nilai budaya yang melandasi relasi mereka,
34
dapat menyatukan mereka secara menyeluruh. Maka akan memunculkan ikatan sosial
yang kuat dan ditandai dengan munculnya identitas sosial yang kuat pula. Individu yang
menyatukan diri dalam kebersamaan, sehingga tidak ada aspek kehidupan yang tidak
diseragamkan oleh relasi-relasi sosial yang sama.Individu melibatkan diri secara penuh
dalam kebersamaan pada masyarakat.Karena itu, tidak terbayangkan bahwa hidup
mereka masih dapat berlangsung apabila salah satu aspek kehidupan dipisahkan dari
kebersamaan.
Solidaritas Organik
35
sosialnya, terdapat kepentingan bersama atas dasar tertentu. Pada kelompok sosialnya,
terdapat ciri-ciri tertentu, yaitu :
Perbedaan pola relasi-relasi dapat membentuk ikatan sosial dan persatuan melalui
pemikiran yang membutuhkan kebersamaan serta diikat dengan kaidah moral, norma,
undang-undang, atau seperangkat nilai yang bersifat universal. Karena itu, ikatan
solidaritas tidak lagi menyeluruh, melainkan terbatas pada kepentingan bersama yang
bersifat parsial.
Solidaritas organik muncul karena pembagian kerja bertambah besar. Solidaritas ini
didasarkan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi. Ketergantungan ini di
akibatkan karena spesialisasi yang tinggi di antara keahlian individu. Spesialisasi ini
juga sekaligus mengurangi kesadaran kolektif yang ada dalam masyarakat mekanis.
Akibatnya, kesadaran dan homogenitas dalam kehidupan sosial tergeser. Keahlian yang
berbeda dan spesialisasi itu, munculah ketergantungan fungsional yang bertambah
antara individu-individu yang memiliki spesialisasi dan secara relative lebih otonom
sifatnya. Menurut Durkheim itulah pembagian kerja yang mengambil alih peran yang
semula di dasarkan olek kesadaran kolektif.
36
Relatif berdiri sendiri ( tidak bergantung Saling keterkaitan dan mempengaruhi dalam
pada orang lain ) dalam keefisienan kerja. keefisiensienan kerja.
Terjadi di masyarakat sederhana Dilangsungkan oleh masyarakat yang
kompleks
Ciri-ciri masyarakat tradisional(pedesaan ) Ciri dari masyarakat modern ( perkotaan )
Kerja tidak terorganisir Kerja terorganisir dengan baik
Beban lebih berat Beban ringan
Tidak bergantung pada orang lain Banyak saling bergantung dengan yang lain.
37
2) Kedekatan tempat (gemeinschaft by place)
3) Kesamaan keahlian, cara berpikir, dan sejenisnya (gemeinschaft of
mind)
Pengertian gesellschaft
Gesellschaft bisa dikatakan lawan dari gemeinschaft dimana anggotanya
memiliki ikatan yang didasarkan atas adanya kerjasama dalam hal tertentu.
Kerjasama tersebut biasanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masing-
masing individu.
Ikatan yang tergolong sebagai milik gesellschaft cenderung bersifat lemah, tidak
berlangsung lama, terdapat pembagian kerja, dan memiliki solidaritas yang
rendah.
No Gemeinschaft Gesellschaft
1 Memiliki solidaritas sosial yang Kurang memiliki solidaritas yang
kuat intens
2 Terbentuknya dengan sendirinya Dibentuk berdasarkan kesamaan
yang dipengaruhi oleh intensitas profesi
sosia
3 Terbentuknya dengan alamiah Terbentuknya karena adanya
kepentingan
4 Memiliki hubungan emosional Tidak memiliki ikatan emosional
anggotanya.
38
Daftar Pustaka.
Anonim. https://studylibid.com/doc/313867/bab-ii-kajian-teori-2.1-interaksi-sosial-
interaksi-sosial. 31 Mei 2021
Anonim.https://fia.ub.ac.id/katalog/index.php?
p=show_detail&id=8907&keywords=. 31 Mei 2021
https://Jurnaliainpontianak.or.id
https://sinta.unud.ac.id
39
Mahatia, 2012. TEORI-TEORI INTERAKSI SOSIAL.
https://mahatiakurniasari.blogspot.com/2012/11/teori-teori-interaksi-
sosial.html?m=1.31 Mei 2021
40