Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KELOMPOK PERTEMUAN KE-14

PENYAKIT PASCA PANEN PADA BUAH-BUAHAN

(MANGGA, JERUK, PISANG, DAN PEPAYA)

Nama-Nama Anggota Kelompok :

1. Maria Eldiana Wati (1804060264)


2. Albertus Bobison Joko (1804060276)
3. Oktavianus Agut (1804060235)
4. Wiliam Rolan Oldani (1804060286)

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Produk pasca panen buah-buahan diketahui sangat mudah mengalami kerusakan


fisik akibat berbagai penanganan yang dilakukan. Hal ini mengakibatkan selama
periode pasca panen terjadi kemunduran mutu kesegarannya. Kemunduran ini akan
dibarengi dengan tumbuh dan berkembanganya agen-agen perusak lainnya seperti
mikroorganisme pembusuk dan serangga perusak. Salah satu faktor utama yang dapat
menurunkan produksi buah adalah serangan serangga pengganggu. Lembang
merupakan daerah pertanian yang dapat menopang berbagai kebutuhan pokok seperti
buah-buahan, sayur-sayuran, dan lain sebagainya. Lembang memiliki perkebunan yang
luas yang dapat menghasilkan berbagai jenis buah-buahan yang dihasilkan. Namun,
kondisi buah-buahan yang dihasilkan tidak selalu dalam keadaan baik, bahkan ada yang
terserang berbagai jenis penyakit dan serangan dari serangga pengganggu. Sebagian
besar produk hasil tanaman tersebut dimanfaatkan oleh manusia untuk kepentingan
hidup dan kehidupannya, namun sebaliknya, produk hasil tanaman tersebut juga
diminati makhluk hidup lain yaitu serangga pengganggu. Salah satu serangga
pengganggu adalah Drosophila sp. yang sering menimbulkan kerusakan pada buah-
buahan, sehingga mengakibatkan pembusukan pada buah tersebut. Cara pengendalian
yang paling sering digunakan adalah dengan menggunakan insektisida, tetapi
penggunaan insektisida yang tinggi dapat memberikan dampak yang negatif terhadap
kesehatan tubuh, sehingga perlu adanya pengendalian alami yang dilakukan untuk
mengurangi penggunaan insektisdida. Penggunaan insektisida untuk mengendaliakan
serangan serangga pengganggu cenderung mengakibatkan penurunan bahkan
menghilangkan keberadaan musuh alami. Drosophila sp. menyimpan telur dengan
menusukan ovivositornya ke dalam daging buah. Telur tersebut akan berkembang
menjadi larva, yang kemudian akan menggerogoti daging buah. Akibatnya buah
tersebut akan cepat membusuk dan tidak layak untuk dikonsumsi. Untuk mengatasi hal
tersebut di atas diperlukanadanya upaya pengendalian serangga pengganggu secara
alami untuk mengurangi penggunaan insektisida. Musuh alami yang terdiri atas
parasitoid, predator dan patogen merupakan pengendali alami utama hama yang bekerja
secara terkait kepadatan populasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan
perkembangbiakan hama (Untung, 2010). Dari itu perlu adanya musuh alami untuk
pemberantasan serangga pengganggu. Pengendalian ini baik diterapkan karena lebih
ramah lingkungan dan berlangsung dalam jangka waktu cukup lama, selain itu juga
dapat memberikan keuntungan lain salah satunya tidak menimbulkan pengaruh yang
negatif terhadap lingkungan. Dalam pengendalian serangga pengganggu dan penyakit,
petani masih banyak mengandalkan insektisida karena menganggap bahwa insektisida
adalah obat. Ketergantungan petani terhadap insektisida harus dihapuskan mengingat
harga insektisida semakin mahal dan timbulnya berbagai efek negatif termasuk dampak
terhadap lingkungan hidup dan kesehatan manusia (Ardjanhar & Negara,
2011).Pengendali hayati baik berupa organisme vertebrata (predator) maupun
organisme invertebrata (patogen, parasitoid dan agens antagonis) diatur keberadaanya
dalam keseimbangan ekologis, sehingga tidak menyebabkan kerusakan tanaman
(Setyolaksono, 2012). Kerusakan yang terdapat di buah dapat sangat tinggi jika tidak
ditanggulangi dan dikendalikan secara tepat, karena sifat dari serangga pengganggu
adalah hanya dapat bertelur di dalam buah. Larva yang menetas di dalam buah akan
menggerogoti buah, sehingga mengakibatkan sulitnya pengendalian serangga
pengganggu karena keberadaannya yang di dalam buah.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Penyakit Pascapanen pada mangga

 Penyebab penyakit pasca Panen pada mangga

Karena penyakit pascapanen utama pada mangga di seluruh dunia, yang disebabkan


oleh cendawan Colletotrichum gloeosporioides, dimana perkembangannya berkaitan
erat dengan curah hujan sewaktu di lapangan. Penyakit ini dapat menyerang daun,
bunga dan buah. Buah mangga setelah panen masih ada kemungkinan terserang
penyakit, terutama penyakit busuk yang disebabkan oleh cendawan atau
bakteri. Kerusakannya justru lebih hebat dibandingkan ketika buah masih ada di pohon.

 Gejala kerusakan pada buah mangga

Serangan busuk buah bisa terjadi pada mangga yang dibawa ke tempat penjualan
atau yang disimpan di ruang sejuk bersuhu 7—10 ° C. Mangga yang dibawa ke tempat
penjualan sering kali terserang busuk dengan ciri-ciri berkerut hitam yang disebabkan
oleh cendawan Phomopsis sp., Busuk ring yang keras dan hitam disebabkan oleh
cendawan Dothiorella mangiferae Cheerna & Dani, busuk pangkal buah disebabkan
oleh cendawan Colleto- qloeosporiodes, dan busuk lunak yang disebabkan oleh
cendawan Bohydplodia theobromae Pat. Selain itu, penyakit ini juga bisa disebabkan
oleh cendawan Gloeosporium mangifera P. Henn, Cladosporium herbarum Lk., Dan
Penicillium glaucum Lk. Mangga yang disimpan di tempat sejuk bersuhu 7—10 ° C
masih dapat terkena penyakit busuk, bercak, daan memar.
Bila serangan terjadi pada pangkal buah, penyebabnya adalah cendawan
Dothiorellribis (Fel.) Sacc. Benih penyakit masuk dari ujung tangkai, lalu meluas ke
pangkal buah dan bagian lain. Penyakit ini menghasilkan busuk lunak yang sangat khas
pada buah mangga. Kalau terjadi busuk di sisi buah yang bercak-bercak antraknosae,
penyebabnya adalah cendawan Gloeosporium mangiferae P. Henn, atau Colletotrichum
gloeosporioides Penz. Buah yang terserang busuk akan menjadi lebih keras yang
kemudian akan mengelola seperti buah yang terlalu masak. Bercak tersebut mula-mula
kecil, setelah itu akan terkenal dan menjadi lebih besar sehingga buah tidak laku
dijual. Pestalozzia funera Desmmaz dan Phomopsis sp. juga dapat menyebabkan busuk
sisi buah.Buah yang memar karena ketidakhati-hatian dalam panen atau dalam
membawa ke tempat penyimpanan, juga bisa busuk. Penyebabnya adalah serangan
cendawan Penicillium glaucum Lk dan Fusarium sp. Kalau disimpan di tempat bersuhu
yang lebih tinggi, penyebab busuk adalah cendawan hijau Penicillium digitatum Sacc.,
Dan cendawan biru Penicillium italicum Wehmer.

 Pengendalian

Serangan busuk buah dapat dicegah dan dikendalikan dengan cara sebagai berikut.

1. Lakukan penanganan secara hati-hati dan tidak ada luka / memar.

2. Infeksi cendawan pembusuk bersifat laten. Untuk mengendalikannya, sejak


buah mangga masih muda perlu dilindungi dengan penyemprotan fungisida
alami, misalnya cairan kunyit.

3. Bila ada buah yang menunjukkan gejala busuk, jangan menyerah dengan area
yang sehat.

4. M angga dapat disimpan di tempat dengan suhu rendah, yakni 7—10 ° C.


Hanya saja, cara ini bisa membuat mangga terluka, terutama buah yang
berkulit tipis. Lukanya berupa bercak (lingkaran kecil) cokelat. Kalau
disimpan pada suhu 1 ° C, warnanya akan berubah dari hijau menjadi
suram. Setelah dikeluarkan dari ruang dingin, buah akan cepat busuk pada
suhu kamar.

 Gambar gejala dan penyebab penyakit pasca panesn pada mangga

2.2. Penyakit Pascapanen Pada Jeruk

 Penyebab Penyakit Pasca Panen Pada buah Jeruk.

Penyakit yang menyerang buah jeruk antara lain:


1) CVPD
Penyebab: Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat
Diaphorina citri. Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem) batang.

 Gejala kerusakannya :

daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye.
Pengendalian: gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD. Selain itu penempatan
lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan
insektisida untuk vektor dan perhatikan sanitasi kebun yang baik.

2)      Tristeza
Penyebab: virus Citrus tristeza dengan vektor Toxoptera. Bagian yang diserang
jeruk manis, nipis, besar dan batang bawah jeruk Japanese citroen.

 Gejala kerusakannya :

lekuk batang , daun kaku pemucatan, vena daun, pertumbuhan terhambat.


Pengendalian: perhatikan sanitasi kebun, memusnahkan tanaman yang terserang,
kemudian kendalikan vektor dengan insektisida Supracide atau Cascade.

3)      Woody gall (Vein Enation)

Penyebab: virus Citrus Vein Enation dengan vektor Toxoptera citridus, Aphis
gossypii. Bagian yang diserang: Jeruk nipis, manis, siem, Rough lemon dan Sour
Orange.

 Gejala kerusakannya :
Tonjolan tidak teratur yang tersebar pada tulang daun di permukaan daun.
Pengendalian: gunaan mata tempel bebas virus dan perhatikan sanitasi
lingkungan.

4)      Blendok
Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian yang diserang adalah batang atau
cabang.

 Gejala kerusakannya :

kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatian kumbang, warna
kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas. Pengendalian: pemotongan
cabang terinfeksi, bekas potongan diberi karbolineum atau fungisida Cu. dan
fungisida Benomyl 2 kali dalam setahun.

5)      Embun tepung

   Penyebab: jamur Odidium tingitanium. Bagian yang diserang adalah daun dan
tangkai muda.

 Gejala kerusakannya :

tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda. Pengendalian: gunakan


fungisida Pyrazophos (Afugan) dan Bupirimate (Nimrot 25 EC).

6)      Kudis
Penyebab: jamur Sphaceloma fawcetti. Bagian yang diserang adalah daun,
tangkai atau buah.

 Gejala kerusakan :
bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye.
Pengendalian: pemangkasan teratur. Kemudian gunakan Fungisida
Dithiocarbamate /Benomyl (Benlate).

7)      Busuk buah

   Penyebab: Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia


theobromae. Bagian yang diserang adalah buah.

 Gejala kerusakannya :

terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit.


Pengendalian: hindari kerusakan mekanis, celupkan buah ke dalam air
panas/fungisida benpmyl, pelilinan buah dan pemangkasan bagian bawah pohon.

 Pengendalian Penyakit Pasca Panen pada jeruk :

membuang bagian tanaman yang terserang agar tidak menjadi sumber patogen
penular, membersihkan alat pertanian dengan alkohol 70% atau sodium hipoklorit
0.5%; menggunakan bakterisida atau menggunakan pestisida berbahan aktif tembaga
(cooper).

 Gambar gejala dan penyebab penyakit pasca panen pada jeruk :


2.3.Penyakit Pasca Panen Pada Pisang

 Penyebab Penyakit Pasca Panen Pada Pisang

Pertumbuhan dan sporulasi patogen optimum pada suhu 27-300C dan tidak akan
tumbuh dibawah suhu 150C. Asevulus terbentuk setelah jaringan sakit rontok. Inang
dan patogen sama-sama menghasilkan etilen yang dapat mempercepat kematangaan
buah dalam pengangkutan meskipun etilen yang dihasilkan inang peran nya lebih besar.

 Gejala Serangan

yang berkembang pada buah mentah (hijau) dimulai dari kulit buah yang luka. Gejala
yang lanjut berwarna coklat tua sampai hitam berbentuk seperti lenti atau intan dan
mencapai ukuran 8x3 cm, memanjang searah dengan panjangnya buah. Bercak melekuk
dan berbeda dari jaringan sehat dengan adanya tepi yang pucat, serta adanya daging
buah dibawah bercak serong kali terpengaruh. Massa spora konidia berwarna merah
jambu dan aservulus dapat timbul pada bercak yaang meningkat selama pemasakan
pada suhu tinggi.

 Pengendalian

            Sudah harus dimulai sejak di kebun dengan membersihkan bagian tanaman yang
mati dan menentukan saat panen yang tepat, juga penanganan panen secara hati-hati
sehingga tidak menimbulkan luka pada buah. Setelah dipotong dalam bentuk sisiran
harus segera diperlakukan dengan hati-hati dengan pencucian menggunakan larutan klor
bersih

 PENYAKIT BUSUK UJUNG CERUTU

Penyakit penting untuk Afrika bagian tengah dan barat. Juga terdapat di kepulauan
Kanari, Mesir, Afrika Selatan, Amerika Selatan, dan Kuba. Lebih banyak dijumpai pada
musim hujan atau kelembaban tinggi.

 Gejala
Satu atau semua buah pada sisiran dapat terkena penyakit ini. Gejala awal berupa daerah
kelam dan keriput pada kulit ujung buah. Daerah hitam dibatasi oleh garis klorotis
sempit pada batas antara jaringan yang sakit dan sehat. Pada busuk ujung
buah Trachysphaera, permukaan gejala matang, menyebabkan busuk ujung buah
menjadi keabu-abuan, kenampakan seperti abu biasanya dihubungkan dengan busuk
cerutu. Daging buah yang sakit kering dan menjadi seperti mumi. Busuk basah dapat
terjadi apabila ada organisme sekunder. Dicirikan dengan daging buah kering dan
berserat, kelabu dan massa konidia seperti tepung terdapat pada gejala.

 Pengendalian

Harus dimulai dari kebun dengan menghilangkan bagian tanaman yang mati, terutama
sisa bunga, selanjutnya tandan bunga dibungkus dengan kantong polietilen, diikuti
dengan pembersihan seludang bunga dan buah kering yang terdapat pada kantong
pembungkus tandan. Ruang pengepakan harus disanitasi. Sebelum dipotong menjadi
sisiran, buah yang sakit dipotong lebih dahulu agar tidak menjadi sumber konidia pada
tangki pencucian.

 Gambar gejala dan penyebab penyakit pasca panen pada pisang


2.4. Penyakit Pasca Panen Pada Pepaya

 Penyebab Penyakit Pasca Panen Pada Pepaya

Perubahan fisik yang muncul akibat hujan bagi pohon pepaya adalah
kelembaban udara dan kandungan air dalam tanah. Kedua hal tersebut
berdampak pada percepatan perkembangan patogen, baik jamur, bakteri maupun
virus. Kelembaban udara yang tinggi juga menyebabkan terganggunya
keseimbangan tanaman di dalam tanah, serta kerusakan fisik lain berupa
pecahnya batang dan robohnya tanaman.

Penyakit yang sering merugikan tanaman pepaya biasanya disebabkan oleh


jamur, mosaik virus, rebah semai, busuk buah, leher akar, pangkal batang dan
nematoda. Jika suatu lahan habis ditanami pepaya, sebaiknya sebaiknya ditanam
terlebih dahulu sebelum kembali ditanami pepaya. Hal itu mencegah untuk
mencegah timbulnya serangan nematoda. Tanaman yang terinfeksi nematoda
akan menyebabkan daunnya menguning, layu dan mati.
 Layu Bakteri

Penyakit yang sering menyerang tanaman pepaya adalah layu bakteri yang disebabkan
oleh Bacterium papayae. Daun tanaman yang terserang bakteri ini akan mengalami layu
mendadak, tanpa gangguan dengan menguningnya daun. Buah yang masih muda akan
tampak pucat dan getahnya encer, serta berguguran. Penyakit layu dapat dicegah dengan
drainase kebun yang baik.

 Gejala penyakit ini adalah

layu pada daun muda atau daun tua dan di bagian bawahnya tampak
menguning. Pada batang, cabang atau pangkal batang yang terserang, jika
dibelah akan terlihat bekas kapal pengangkutan coklat tua dan
membusuk. Untuk membedakan serangan layu bakteri fusarium, rendam bagian
yang terserang ke dalam air bersih. Jika penyebabnya layu bakteri, akan keluar
eksudat akar seperti lendir dan putih seperti asap.

 Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan

1. Pembuangan air harus bersih dan kering. Bedengan selalu kering di luar tapi
lembap di bagian dalam.

2. Lakukan rotasi tanaman dengan jenis tanaman lain yang bukan sefamili.

3. Sebelum penanaman, bibit dicelupkan ke air yang telah diberi stretomisin sulfat
atau ksitetrasiklin.
 Rebah batang

 Gejala kerusakan

Rebah batang dapat menyerang tanaman pepaya mulai dari pembibitan hingga
tanaman berbuah. Penyebab penyakit ini adalah cendawan. Serangan dengan
gagalnya kecambah muncul ke permukaan tanah atau benih muda di persemaian
tiba-tiba rebah, lalu mati. Jika secara seksama, akan terlihat infeksi di pangkal
batang sehingga berwarna coklat kehitaman dan bagian pangkal batang ini akan
tampak basah. Akibat serang ini tanaman menjadi mengerut, rebah dan mati.

 Cara pengendalian penyakit rebah batang pada tanaman pepaya dapat dilakukan
dengan cara:

1. Menyemprotkan Previcur N 1,5 ml / liter, saat pembibitan atau 14 hari setelah


tanaman.

2. Pada saat tanaman dipindahkan, tanaman di lapangan disiram larutan Previcur N


2,0 ml / liter sebanyak 200-250 ml udara.

3. Penyemprotan fungisida secara berseling, misanya Mancozeb 2,0 g / l, Propineb


2,0 g / l, dengan Previcur N 1,5 ml / l sampai 2,0 ml / l.
 Busuk Pangkal Batang

 Gejala kerusakan

Serangan penyakit ini mengganas pada musim hujan. Pangkal batang akan


membusuk dan berwarna coklat kehitaman. Pohon pepaya akan layu, lalu mati
tanpa proses daun menguning. Jika tidak segera dipotong, penyakit busuk
pangkal batang akan menular ke tanaman lainnya. Daun tampak seolah-olah
tersiram udara panas, sehingga bentuk dan ukurannya tidak teratur. Buah akan
berwarna coklat dan tampak basah, lalu lepas dari kelopak dan membusuk.

 Cara mengendalikan penyakit ini dapat dilakukan dengan cara

1. Bagian tanaman yang terserang dipotong dan diolesi fungisida Mancozeb 10 g / l


dan Previcur N 5,0 ml / liter.

2. Penyemprotan secara bergilir antara Mancozeb 2,0 g / l, Propineb 2,0 g / l dan


Previcur N 3 ml / l atau campuran antara Previcur N 1,5 ml / l dan Klorotalonil
1,0 gram / l.
 Antraknosa

 Gejala kerusakan

Antraknosa merupakan penyakit yang sangat ditakuti petani. Musim hujan


dengan suhu dan kelembaban yang tinggi menjadi penyebab kerusakan penyakit
ini. Penyebabnya adalah cendawan Colletotrichum capsici dan Gloeosporium
piperatum. Colletotrichum capsici akan membentuk bercak coklat kehitaman,
kemudian terjadilah busuk lunak. Serangan berat akan menyebabkan buah
mengering dan keriput. Sementara Gloeosporium piperatum akan menyerang
buah yang masih muda dan menyebabkannya menjadi busuk pada bagian ujung.

Penyakit antraknosa ini dilaporkan ditemukan hampir di seluruh dunia. Adapun gejala


serangannya antara lain sebagai berikut:

1. Pada buah muda atau pun tua, permukaannya tampak bercak berair dan
berkembang dengan cepat hingga berdiameter 3-4 cm.
2. Bercak luka menurun dan berwarna merah tua kehitaman yang menampakkan
massa spora yang berbentuk melingkar.

 Upaya pengendalian penyakit antraknosa dapat dilakukan dengan cara

1. Benih pengobatan.

2. Rotasi tanaman.

3. Aplikasi fungisida Victory 80 Wp diselingi Promefon 250 EC.

4. Buah yang terserang dipanen setiap hari dan lalu dibakar.

5. Penyemprotan fungisida campuran Rovral 0,5 g / l dan Mancozeb 2,0 g / l atau


dapat dengan Derosal 0,5 ml / l dan Propineb 2,0 g / l
 Gambar gejala dan penyebab penyakit pasca panen pada pepaya :

 Faktor – faktor yang memengaruhi perkembangan penyakit pasca panen pada

komoditas buah – buahan :

 Kerentanan Inang
Buah – buahan mempunyai sifat – sifat kimiawi dan fisiologi yang dapat mengubah
kerentanan terhadap infeksi dan perkembangan penyakit pasca panen. Faktor inang
yang akan dapat mempengaruhi berat tidaknya serangan penyakit, dapat pula
dipengaruhi oleh lingkungan pasca panen.

 Kemasakan Buah

Buah umumnya makin rentan terhadap infeksi patogen pasca panen bila buah menjadi
semakin matang karena faktor nutrisi, enzim – enzim, zat – zat racun dan metabolisme
energi. Pembusukan pada fase pasca panen dapat ditekan dengan perlakuan seperti
penyimpanan dalam suhu rendah, udara terkendali, dan pemberian zat kimia yang
menghambat pematangan.

 Penyembuhan Luka

Salah satu contoh kasus pada buah jeruk manis yang disimpan pada suhu 86oF dan RH
90% untuk beberapa hari, pembusukan yang disebabkan oleh Penicillium digitatum jauh
lebih sedikit dibandingkan buah – buahan yang disimpan pada suhu ruang dalam waktu
yang sama. Hal ini disebabkan oleh pembentukan lignin pada jaringan – jaringan
flavedo yang terluka dibawah kondisi lingkungan.

 Infeksi oleh lebih dari satu patogen

Penyakit – penyakit pasca panen yang teramati sering merupakan hasil infeksi beberapa
patogen yang menyerang jaringan inang pada buah yang sama. Laju pembusukan oleh
infeksi gabungan lebih besar daripada yang hanya disebabkan satu patogen saja. Suatu
penyakit ringan yang dimulai oleh patogen yang lemah, seringkali menjadi pembuka
jalan untuk patogen sekunder yang lebih ganas seperti Rhizopus, Fusarium, dan
Geotrichum.

 Lingkungan

Suhu rendah cenderung mengurangi keparahan penyakit pasca panen dengan


memperlambat pematangan inang dan juga dengan menghambat pertumbuhan
mikroorganisme parasit. Perlakuan singkat dengan suhu tinggi dapat mematikan sel –sel
patogen tanpa merusak sel – sel inangnya.

 Pendinginan

Kebanyakan buah tropika mengalami kerusakan pada suhu 50oF dan pada suhu yang
lebih rendah dari itu. Pendinginan pada suhu 50-55oF sebelum perlakuan pengawetan,
pada 84oF akan meningkatkan keganasan serangan Fusarium. oxysporum. Meskipun
biasanya kerusakan akibat pendinginan dianggap disebabkan oleh metabolisme
abnormal inangnya.

 Pemanasan

Perlakuan buah – buahan dengan suhu 110oF dan yang lebih tinggi, dapat
mempertinggi kerentanan terhadap pembusukan pasca panen tanpa menunjukan tanda –
tanda kerusakan akibat panas. Perlakuan buah – buahan tropika dengan air panas untuk
mengendalikan infeksi permulaan dan infeksi laten harus dilakukan dengan hati – hati
karena ada kemungkinan peningkatan kerentanan buah terhadap pembusukan.

 Kelembaban

RH yang melebihi 90% cenderung mendorong perkembangan penyakit pasca panen


karena mempertahankan luka – luka pada permukaan dalam kondisi basah yang
memudahkan terjadinya infeksi oleh mikrorganisme parasit.

 Pengemasan

Film – film plastik yang mempunyai permeabilitas rendah terhadap uap air banyak
digunakan untuk mengemas unit buah – buahan segar bagi para konsumen. Ventilasi
pada film pembungkus plastik sangat penting untuk pembuangan uap guna mencegah
pembusukan yang berlebihan. Wadah – wadah pengiriman dari papan serat untuk buah
– buahan segar biasanya mempunyai lubang ventilasi pada dindingnya untuk
memudahkan hilangnya panas dari komoditas.
BAB III

PENUTUP

3.1. Penanganan OPT pascapanen dapat dilakukan pada saat buah masih berada di
tanaman maupun setelah buah dipanen. Untuk mengurangi risiko serangan OPT
pascapanen dapat dilakukan beberapa hal antara lain sebagai berikut :

a. Pengelolaan kebun buah secara baik, yaitu dengan menerapkan budidaya tanaman
sehat di lapangan, dengan cara pemupukan, pengaturan irigasi, drainase, pemangkasan,
penyiangan dan pengendalian OPT.

b. Menghindari pelukaan pada buah, baik selama buah masih mentah di pohon, maupun
saat panen, pengangkutan dan penyimpanan.

c. Memisahkan buah terserang dengan buah sehat.

d. Buah yang baru dipanen dibersihkan dari sisa – sisa tanaman, dan jangan ditutupi
dengan daun – daun kering.

e. Untuk mencegah terjadinya infeksi melalui luka potongan, tangkai buah diolesi
dengan asam benzoate 10 % dalam etanol, dilakukan paling lambat 5 jam setelah panen,
atau dengan pemberian serbuk kalsium hipoklorida.

f. Pencucian buah sebaiknya dengan air yang mengalir dari sumber air yang bersih.

g. Pencelupan ke dalam air panas (< 55oC) selama 5 menit atau air panas suhu 46 –
49oC selama 20 menit atau ke dalam air panas (52 – 53oC) dicampur dengan fungisida
selama 5 menit, untuk mencegah berkembangnya cendawan pada buah.

h. Sesudah dicuci atau direndam dengan air hangat atau dengan fungisida, perlu sekali
dilakukan pengeringan terhadap buah.
i. Setelah buahnkering, sortasi dapat dilakukan dengan tangan atau alat bantu sortasi
yang didasarkan pada kriteria ukuran, berat buah dan tingkat kematangan buah.

j. Buah yang menunjukan adanya kerusakan pada kulit akibat gesekan atau kerusakan
lain perlu untuk dilakukan pemisahan.
DAFTAR PUSTAKA

Broto, W; Yulianingsih; Amiarsi D; dan Thahir, R. 2009. Teknologi Penanganan


Pascapanen Buah untuk Pasar. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen
Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura, 2005. Pedoman Pengenalan dan


Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Pascapanen Tanaman
Hortikultura. Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura. Direktorat Jenderal
Hortikultura. Jakarta.

Pantasticco, Er.B, T.K. Chattopadyay and Subramanyan. 1975. Storage and commercial
storage operation. P.3-14-336. In Er.B. Pantasticco, ed. Postharvest physiology handling
and utilization of tropical and subtropical fruits and vegetables. The AVI Pub.Co.Inc
Westport, Connecticut.

Pantasticco, ER. B. 1997. Fisiologi Pasca Panen. Penanganan dan Pemanfaatan Buah –
Buahan dan Sayur – Sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada University Press.
DI Yogyakarta.

Rokhani, H. 2002. Studies on the postharvest treatments for export preparation of


tropical fruits : Mango. Dissertation. The United Graduate School of Agricultural
Sciences, Kagoshima University. Japan.

Setyabudi, D.A. Wisnu Broto, Setyadjit, Ridwan Rahmat, Rokhani Hasbullah, Sulusi
Prabawati, Kun Tanti Dewandari dan Ira Mulyawanti. 2007. Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Pascapanen Mangga untuk Pemasaran Lokal dan Ekspor.
Laporan Akhir Tahun. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.

Setyabudi, D.A, Sulusi Prabawati, Sunarmani, Siti M Widayabnti, Asep W. Permana


dan Kun Tanti Dewandari. 2009. Peningkatan Daya Simpan Buah Manggis (hingga 30
hari) dengan Metode Pelilinan dan Pengemasan untuk Tujuan Ekspor. Laporan Akhir
Kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai