Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
FAKULTAS PERTANIAN
KUPANG
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Serangan busuk buah bisa terjadi pada mangga yang dibawa ke tempat penjualan
atau yang disimpan di ruang sejuk bersuhu 710 ° C. Mangga yang dibawa ke tempat
penjualan sering kali terserang busuk dengan ciri-ciri berkerut hitam yang disebabkan
oleh cendawan Phomopsis sp., Busuk ring yang keras dan hitam disebabkan oleh
cendawan Dothiorella mangiferae Cheerna & Dani, busuk pangkal buah disebabkan
oleh cendawan Colleto- qloeosporiodes, dan busuk lunak yang disebabkan oleh
cendawan Bohydplodia theobromae Pat. Selain itu, penyakit ini juga bisa disebabkan
oleh cendawan Gloeosporium mangifera P. Henn, Cladosporium herbarum Lk., Dan
Penicillium glaucum Lk. Mangga yang disimpan di tempat sejuk bersuhu 710 ° C
masih dapat terkena penyakit busuk, bercak, daan memar.
Bila serangan terjadi pada pangkal buah, penyebabnya adalah cendawan
Dothiorellribis (Fel.) Sacc. Benih penyakit masuk dari ujung tangkai, lalu meluas ke
pangkal buah dan bagian lain. Penyakit ini menghasilkan busuk lunak yang sangat khas
pada buah mangga. Kalau terjadi busuk di sisi buah yang bercak-bercak antraknosae,
penyebabnya adalah cendawan Gloeosporium mangiferae P. Henn, atau Colletotrichum
gloeosporioides Penz. Buah yang terserang busuk akan menjadi lebih keras yang
kemudian akan mengelola seperti buah yang terlalu masak. Bercak tersebut mula-mula
kecil, setelah itu akan terkenal dan menjadi lebih besar sehingga buah tidak laku
dijual. Pestalozzia funera Desmmaz dan Phomopsis sp. juga dapat menyebabkan busuk
sisi buah.Buah yang memar karena ketidakhati-hatian dalam panen atau dalam
membawa ke tempat penyimpanan, juga bisa busuk. Penyebabnya adalah serangan
cendawan Penicillium glaucum Lk dan Fusarium sp. Kalau disimpan di tempat bersuhu
yang lebih tinggi, penyebab busuk adalah cendawan hijau Penicillium digitatum Sacc.,
Dan cendawan biru Penicillium italicum Wehmer.
Pengendalian
Serangan busuk buah dapat dicegah dan dikendalikan dengan cara sebagai berikut.
3. Bila ada buah yang menunjukkan gejala busuk, jangan menyerah dengan area
yang sehat.
Gejala kerusakannya :
daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye.
Pengendalian: gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD. Selain itu penempatan
lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan
insektisida untuk vektor dan perhatikan sanitasi kebun yang baik.
2) Tristeza
Penyebab: virus Citrus tristeza dengan vektor Toxoptera. Bagian yang diserang
jeruk manis, nipis, besar dan batang bawah jeruk Japanese citroen.
Gejala kerusakannya :
Penyebab: virus Citrus Vein Enation dengan vektor Toxoptera citridus, Aphis
gossypii. Bagian yang diserang: Jeruk nipis, manis, siem, Rough lemon dan Sour
Orange.
Gejala kerusakannya :
Tonjolan tidak teratur yang tersebar pada tulang daun di permukaan daun.
Pengendalian: gunaan mata tempel bebas virus dan perhatikan sanitasi
lingkungan.
4) Blendok
Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian yang diserang adalah batang atau
cabang.
Gejala kerusakannya :
kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatian kumbang, warna
kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas. Pengendalian: pemotongan
cabang terinfeksi, bekas potongan diberi karbolineum atau fungisida Cu. dan
fungisida Benomyl 2 kali dalam setahun.
5) Embun tepung
Penyebab: jamur Odidium tingitanium. Bagian yang diserang adalah daun dan
tangkai muda.
Gejala kerusakannya :
6) Kudis
Penyebab: jamur Sphaceloma fawcetti. Bagian yang diserang adalah daun,
tangkai atau buah.
Gejala kerusakan :
bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye.
Pengendalian: pemangkasan teratur. Kemudian gunakan Fungisida
Dithiocarbamate /Benomyl (Benlate).
7) Busuk buah
Gejala kerusakannya :
membuang bagian tanaman yang terserang agar tidak menjadi sumber patogen
penular, membersihkan alat pertanian dengan alkohol 70% atau sodium hipoklorit
0.5%; menggunakan bakterisida atau menggunakan pestisida berbahan aktif tembaga
(cooper).
Pertumbuhan dan sporulasi patogen optimum pada suhu 27-300C dan tidak akan
tumbuh dibawah suhu 150C. Asevulus terbentuk setelah jaringan sakit rontok. Inang
dan patogen sama-sama menghasilkan etilen yang dapat mempercepat kematangaan
buah dalam pengangkutan meskipun etilen yang dihasilkan inang peran nya lebih besar.
Gejala Serangan
yang berkembang pada buah mentah (hijau) dimulai dari kulit buah yang luka. Gejala
yang lanjut berwarna coklat tua sampai hitam berbentuk seperti lenti atau intan dan
mencapai ukuran 8x3 cm, memanjang searah dengan panjangnya buah. Bercak melekuk
dan berbeda dari jaringan sehat dengan adanya tepi yang pucat, serta adanya daging
buah dibawah bercak serong kali terpengaruh. Massa spora konidia berwarna merah
jambu dan aservulus dapat timbul pada bercak yaang meningkat selama pemasakan
pada suhu tinggi.
Pengendalian
Sudah harus dimulai sejak di kebun dengan membersihkan bagian tanaman yang
mati dan menentukan saat panen yang tepat, juga penanganan panen secara hati-hati
sehingga tidak menimbulkan luka pada buah. Setelah dipotong dalam bentuk sisiran
harus segera diperlakukan dengan hati-hati dengan pencucian menggunakan larutan klor
bersih
Penyakit penting untuk Afrika bagian tengah dan barat. Juga terdapat di kepulauan
Kanari, Mesir, Afrika Selatan, Amerika Selatan, dan Kuba. Lebih banyak dijumpai pada
musim hujan atau kelembaban tinggi.
Gejala
Satu atau semua buah pada sisiran dapat terkena penyakit ini. Gejala awal berupa daerah
kelam dan keriput pada kulit ujung buah. Daerah hitam dibatasi oleh garis klorotis
sempit pada batas antara jaringan yang sakit dan sehat. Pada busuk ujung
buah Trachysphaera, permukaan gejala matang, menyebabkan busuk ujung buah
menjadi keabu-abuan, kenampakan seperti abu biasanya dihubungkan dengan busuk
cerutu. Daging buah yang sakit kering dan menjadi seperti mumi. Busuk basah dapat
terjadi apabila ada organisme sekunder. Dicirikan dengan daging buah kering dan
berserat, kelabu dan massa konidia seperti tepung terdapat pada gejala.
Pengendalian
Harus dimulai dari kebun dengan menghilangkan bagian tanaman yang mati, terutama
sisa bunga, selanjutnya tandan bunga dibungkus dengan kantong polietilen, diikuti
dengan pembersihan seludang bunga dan buah kering yang terdapat pada kantong
pembungkus tandan. Ruang pengepakan harus disanitasi. Sebelum dipotong menjadi
sisiran, buah yang sakit dipotong lebih dahulu agar tidak menjadi sumber konidia pada
tangki pencucian.
Perubahan fisik yang muncul akibat hujan bagi pohon pepaya adalah
kelembaban udara dan kandungan air dalam tanah. Kedua hal tersebut
berdampak pada percepatan perkembangan patogen, baik jamur, bakteri maupun
virus. Kelembaban udara yang tinggi juga menyebabkan terganggunya
keseimbangan tanaman di dalam tanah, serta kerusakan fisik lain berupa
pecahnya batang dan robohnya tanaman.
Penyakit yang sering menyerang tanaman pepaya adalah layu bakteri yang disebabkan
oleh Bacterium papayae. Daun tanaman yang terserang bakteri ini akan mengalami layu
mendadak, tanpa gangguan dengan menguningnya daun. Buah yang masih muda akan
tampak pucat dan getahnya encer, serta berguguran. Penyakit layu dapat dicegah dengan
drainase kebun yang baik.
layu pada daun muda atau daun tua dan di bagian bawahnya tampak
menguning. Pada batang, cabang atau pangkal batang yang terserang, jika
dibelah akan terlihat bekas kapal pengangkutan coklat tua dan
membusuk. Untuk membedakan serangan layu bakteri fusarium, rendam bagian
yang terserang ke dalam air bersih. Jika penyebabnya layu bakteri, akan keluar
eksudat akar seperti lendir dan putih seperti asap.
1. Pembuangan air harus bersih dan kering. Bedengan selalu kering di luar tapi
lembap di bagian dalam.
2. Lakukan rotasi tanaman dengan jenis tanaman lain yang bukan sefamili.
3. Sebelum penanaman, bibit dicelupkan ke air yang telah diberi stretomisin sulfat
atau ksitetrasiklin.
Rebah batang
Gejala kerusakan
Rebah batang dapat menyerang tanaman pepaya mulai dari pembibitan hingga
tanaman berbuah. Penyebab penyakit ini adalah cendawan. Serangan dengan
gagalnya kecambah muncul ke permukaan tanah atau benih muda di persemaian
tiba-tiba rebah, lalu mati. Jika secara seksama, akan terlihat infeksi di pangkal
batang sehingga berwarna coklat kehitaman dan bagian pangkal batang ini akan
tampak basah. Akibat serang ini tanaman menjadi mengerut, rebah dan mati.
Cara pengendalian penyakit rebah batang pada tanaman pepaya dapat dilakukan
dengan cara:
Gejala kerusakan
Gejala kerusakan
1. Pada buah muda atau pun tua, permukaannya tampak bercak berair dan
berkembang dengan cepat hingga berdiameter 3-4 cm.
2. Bercak luka menurun dan berwarna merah tua kehitaman yang menampakkan
massa spora yang berbentuk melingkar.
1. Benih pengobatan.
2. Rotasi tanaman.
Kerentanan Inang
Buah buahan mempunyai sifat sifat kimiawi dan fisiologi yang dapat mengubah
kerentanan terhadap infeksi dan perkembangan penyakit pasca panen. Faktor inang
yang akan dapat mempengaruhi berat tidaknya serangan penyakit, dapat pula
dipengaruhi oleh lingkungan pasca panen.
Kemasakan Buah
Buah umumnya makin rentan terhadap infeksi patogen pasca panen bila buah menjadi
semakin matang karena faktor nutrisi, enzim enzim, zat zat racun dan metabolisme
energi. Pembusukan pada fase pasca panen dapat ditekan dengan perlakuan seperti
penyimpanan dalam suhu rendah, udara terkendali, dan pemberian zat kimia yang
menghambat pematangan.
Penyembuhan Luka
Salah satu contoh kasus pada buah jeruk manis yang disimpan pada suhu 86oF dan RH
90% untuk beberapa hari, pembusukan yang disebabkan oleh Penicillium digitatum jauh
lebih sedikit dibandingkan buah buahan yang disimpan pada suhu ruang dalam waktu
yang sama. Hal ini disebabkan oleh pembentukan lignin pada jaringan jaringan
flavedo yang terluka dibawah kondisi lingkungan.
Penyakit penyakit pasca panen yang teramati sering merupakan hasil infeksi beberapa
patogen yang menyerang jaringan inang pada buah yang sama. Laju pembusukan oleh
infeksi gabungan lebih besar daripada yang hanya disebabkan satu patogen saja. Suatu
penyakit ringan yang dimulai oleh patogen yang lemah, seringkali menjadi pembuka
jalan untuk patogen sekunder yang lebih ganas seperti Rhizopus, Fusarium, dan
Geotrichum.
Lingkungan
Pendinginan
Kebanyakan buah tropika mengalami kerusakan pada suhu 50oF dan pada suhu yang
lebih rendah dari itu. Pendinginan pada suhu 50-55oF sebelum perlakuan pengawetan,
pada 84oF akan meningkatkan keganasan serangan Fusarium. oxysporum. Meskipun
biasanya kerusakan akibat pendinginan dianggap disebabkan oleh metabolisme
abnormal inangnya.
Pemanasan
Perlakuan buah buahan dengan suhu 110oF dan yang lebih tinggi, dapat
mempertinggi kerentanan terhadap pembusukan pasca panen tanpa menunjukan tanda
tanda kerusakan akibat panas. Perlakuan buah buahan tropika dengan air panas untuk
mengendalikan infeksi permulaan dan infeksi laten harus dilakukan dengan hati hati
karena ada kemungkinan peningkatan kerentanan buah terhadap pembusukan.
Kelembaban
Pengemasan
Film film plastik yang mempunyai permeabilitas rendah terhadap uap air banyak
digunakan untuk mengemas unit buah buahan segar bagi para konsumen. Ventilasi
pada film pembungkus plastik sangat penting untuk pembuangan uap guna mencegah
pembusukan yang berlebihan. Wadah wadah pengiriman dari papan serat untuk buah
buahan segar biasanya mempunyai lubang ventilasi pada dindingnya untuk
memudahkan hilangnya panas dari komoditas.
BAB III
PENUTUP
3.1. Penanganan OPT pascapanen dapat dilakukan pada saat buah masih berada di
tanaman maupun setelah buah dipanen. Untuk mengurangi risiko serangan OPT
pascapanen dapat dilakukan beberapa hal antara lain sebagai berikut :
a. Pengelolaan kebun buah secara baik, yaitu dengan menerapkan budidaya tanaman
sehat di lapangan, dengan cara pemupukan, pengaturan irigasi, drainase, pemangkasan,
penyiangan dan pengendalian OPT.
b. Menghindari pelukaan pada buah, baik selama buah masih mentah di pohon, maupun
saat panen, pengangkutan dan penyimpanan.
d. Buah yang baru dipanen dibersihkan dari sisa sisa tanaman, dan jangan ditutupi
dengan daun daun kering.
e. Untuk mencegah terjadinya infeksi melalui luka potongan, tangkai buah diolesi
dengan asam benzoate 10 % dalam etanol, dilakukan paling lambat 5 jam setelah panen,
atau dengan pemberian serbuk kalsium hipoklorida.
f. Pencucian buah sebaiknya dengan air yang mengalir dari sumber air yang bersih.
g. Pencelupan ke dalam air panas (< 55oC) selama 5 menit atau air panas suhu 46
49oC selama 20 menit atau ke dalam air panas (52 53oC) dicampur dengan fungisida
selama 5 menit, untuk mencegah berkembangnya cendawan pada buah.
h. Sesudah dicuci atau direndam dengan air hangat atau dengan fungisida, perlu sekali
dilakukan pengeringan terhadap buah.
i. Setelah buahnkering, sortasi dapat dilakukan dengan tangan atau alat bantu sortasi
yang didasarkan pada kriteria ukuran, berat buah dan tingkat kematangan buah.
j. Buah yang menunjukan adanya kerusakan pada kulit akibat gesekan atau kerusakan
lain perlu untuk dilakukan pemisahan.
DAFTAR PUSTAKA
Pantasticco, Er.B, T.K. Chattopadyay and Subramanyan. 1975. Storage and commercial
storage operation. P.3-14-336. In Er.B. Pantasticco, ed. Postharvest physiology handling
and utilization of tropical and subtropical fruits and vegetables. The AVI Pub.Co.Inc
Westport, Connecticut.
Pantasticco, ER. B. 1997. Fisiologi Pasca Panen. Penanganan dan Pemanfaatan Buah
Buahan dan Sayur Sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada University Press.
DI Yogyakarta.
Setyabudi, D.A. Wisnu Broto, Setyadjit, Ridwan Rahmat, Rokhani Hasbullah, Sulusi
Prabawati, Kun Tanti Dewandari dan Ira Mulyawanti. 2007. Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Pascapanen Mangga untuk Pemasaran Lokal dan Ekspor.
Laporan Akhir Tahun. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.