Laporan Pendahuluan Retensi Urin
Laporan Pendahuluan Retensi Urin
KONSEP MEDIS
A. Defenisi
1. Ginjal
Mengumpulkan air seni yang datang dari apeks papilla. Mengecil menjadi
ureter yang dilalui air seni dalam porsi-porsi kecil sampai ke dalam
kandung kemih. Kapasitas rata-rata 3-8 ml. Air seni mula-mula terkumpul
di kaliks, saat sfingter kaliks berkontraksi. Kemudian, otot-otot dinding
kaliks, sfingter forniks, berkontraksi dan pada waktu yang bersamaan
sfingter kaliks berelaksasi. Lalu air seni terdorong ke dalam pelvis renalis.
Air seni dibuang dengan cepat oleh penutupan bergantian dari sfingter
pelvis dan kaliks.
3. Ureter
Pada dasar buli-buli, kedua muara ureter dan meatus uretra internum
membentuk suatu segitiga yang disebut trigonum buli-buli. Buli-buli
berfungsi menampung urin dari ureter dan kemudian mengeluarkannya
melalui uretra dalam mekanisme berkemih. Kapasitas maksimal (volume)
untuk orang dewasa + 350-450 ml; kapasitas buli-buli pada anak menurut
Koff :
Kapasitas buli-buli = [ Umur (tahun) + 2] x 30 ml
Bila buli-buli terisi penuh, verteks dan dinding atas terangkat dan
membentuk suatu bantal yang lonjong dan pipih, yang dapat meluas
sampai tepi atas simfisis pubis. Selama kontraksi otot kandung kemih,
ketika dikosongkan selama berkemih, bentuknya menjadi bulat.
5. Uretra
1. Pengisian urine
Pada orang dewasa yang normal, rangsangan untuk miksi timbul dari
distensi kandung kencing yang sinyalnya diperoleh dari aferen yang
bersifat sensitif terhadap regangan. Mekanisme normal dari miksi
volunter tidak diketahui dengan jelas tetapi diperoleh dari relaksasi oto
lurik dari sfingter uretra dan lantai pelvis yang diikuti dengan kontraksi
kandung kencing. Inhibisi tonus simpatis pada leher kandung kencing
juga ditemukan sehingga tekanan intravesikal diatas/melebihi tekanan
intra uretral dan urine akan keluar. Pengosongan kandung kemih yang
lengkap tergantung adri refleks yang menghambat aktifitas sfingter dan
mempertahankan kontraksi detrusor selama miksi.
D. Etiologi
Retensi urin kronik adalah retensi urin ‘tanpa rasa nyeri’ yang
disebabkan oleh peningkatan volume residu urin yang bertahap. Hal ini
dapat disebabkan karena pembesaran prostat, pembesaran sedikit2 lama2
ga bisa kencing. Bisa kencing sedikit tapi bukan karena keinginannya
sendiri tapi keluar sendiri karena tekanan lebih tinggi daripada tekanan
sfingternya. Kondisi yang terkait adalah masih dapat berkemih, namun
tidak lancar, sulit memulai berkemih (hesitancy), tidak dapat
mengosongkan kandung kemih dengan sempurna (tidak lampias). Retensi
urin kronik tidak mengancam nyawa, namun dapat menyebabkan
permasalahan medis yang serius di kemudian hari.
Perhatikan bahwa pada retensi urin akut, laki-laki lebih banyak dari pada
wanita dengan perbandingan 3/1000 : 3/100000. Berdasarkan data juga
dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya umur pada laki-laki, kejadian
retensi urin juga akan semakin meningkat.
F. Patofisiologi
Pada retensi urin akut di tandai dengan nyeri, sensasi kandung kemih
yang penuh dan distensi kandung keimih yan ringan. Pada retensi kronik
ditandai dengan gejala iritasi kandung kemih ( frekuensi,disuria,volume
sedikit) atau tanpa nyeri retensi yang nyata.
Adapun tanda dan gejala dari penyakit retensi urin ini adalah :
4. Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan kadang ingin BAK
4. Pendarahan
5. Ekstravasasi urine
I. Pemeriksaan Penunjang
3. Penagmbilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, KEton, Nitrit.
4. Sistoskopi, IVP
J. Penatalaksanaan
3. Drainage suprapubik.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Biasanya klien merasakan rasa tidak enak pada uretra kemudian di ikuti
nyeri ketika berkemihatau nyeri saat kencing.
3. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan apakah keluarga klien ada yang menderita penyaki yang sama
dengan klien
Pengumpulan data
1. Aktivitas/istirahat
Gejala: Tidak bisa tidur/istirahat dengan tenang jika rasa nyeri timbul
Tanda : Gelisah
2. Eliminasi
Gejala: klien mengeluh tidak nafsu makan , klien mengluh mual muntah
Tanda : penurunan BB < porsi makan tidak dihabiskan.
4. Sesksualitas
5. Nyeri/kenyamanan
Tanda : ekspresi wajah nampak mringas dan tampak memegang area yang
sakit.
6. Integritas ego
a. Defenisi:
a. Batasan karakteristik
E.Subjektif
1) Disuria
F. Objektif
2) Urine menetes
3) Inkontinensia overflow
4) Urine residu
1) Sumbatan
c. Kriteria evaluasi
1) Pengkajian
a. Defenisi:
S. Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan
akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau
digambarkan dengan istilah seperti (International Association for the
Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas
ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat
diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.
b. Batasan Karakteristik
1) Subjektif
AJ. Pucat.
1) Pemberian Analgesik
2) Manajemen Medikasi
3) Manajemen Nyeri
5) Manajemen Sedasi.
g. Aktivitas Keperawatan
1) Pengkajian
3. Ansietas
a. Defenisi:
5) Memandang sekilas
6) Insomnia
8) Resah
BD. Afektif
1) Gelisah
3) Distres
4) Ketakutan
7) Peningkatan kekhawatiran
8) Iritabilitas
9) Gugup
12) Marah
13) Menyesal
15) Ketidakpastian
16) Khawatir
BE. Fisiologis
1) Wajah tegang
2) Insomnia
3) Peningkatan keringat
4) Peningkatan ketegangan
5) Terguncang
7) Suara bergetar
BF. Parasimpatis
1) Nyeri abdomen
3) Penurunan nadi
4) Diare
5) Pingsan
6) Keletihan
7) Mual
8) Gangguan tidur
BG. Simpatis
1) Anoreksia
2) Eksitasi kardiovaskuler
3) Diare
4) Mulut kering
5) Wajah kemerahan
6) Jantung berdebar-debar
8) Peningkatan nadi
9) Peningkatan refleks
15) Kelemahan
BH. Kognitif
2) Blocking pikiran
3) Konfusi
13) Melamun
2) Hubungan keluarga/hereditas
5) Stres
6) Penyalahgunaan zat
7) Ancaman kematian
10) Konflik yang tidak disadari tentang nilai dan tujuan hidup yang
esensial
11) Kebutuhan yang tidak terpenuhi
d. Hasil NOC
1) Tingkat ansietas
3) Konsentrasi
4) Koping
e. Tujuan dan Kriteria Evaluasi NOC
2) Penururna nasietas
4) Penignkatan koping
5) Dukungan emosi
g. Aktivitas Keperawatan
4. Resiko infeksi
p. Anjurkan istirahat
r. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala dari infeksi
BX.
BY.