Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PASCA PANEN HASIL PERTANIAN

Acara 9

PENGERINGAN HASIL PERTANIAN

Diajukan guna memenuhi tugas Matakuliah Teknik Pasca Panen Hasil Pertanian

Oleh:

Kelompok 7

Kelas TEP – C

Ikmal Maulana Ishaq 201710201035

Fathiya Isna Fitriani 201710201070

Gymnastiar Eko Prabowo 201710201083

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB 1. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Tabel Hasil Observasi dan Pengukuran

Tabel 1. Hasil observasi dan pengukuran proses pengeringan pada wortel

Berat Kadar Air Total Solid Kadar


Waktu dM/dt
Bahan (w) (m) (S) Air (M)
(menit) (gram) (% bb) (% bb) (% bk) (% bk/menit)
0 100.10 88,6 0,114 777,89 0
2,5 82,45 86,15 0,114 623,07 249,228
5 63,66 82,06 0,114 458,24 91,648
7,5 41,93 72,76 0,114 267,54 35,672
10 23,48 51,32 0,114 105,70 10,57
12,5 12,64 9,57 0,114 10,61 0,8488
15 10,48 - 0,114 - -
19 9,56 - 0,114 - -
23 9,11 - 0,114 - -
27 8,98 - 0,114 - -
31 8,78 - 0,114 - -
35 8,77 - 0,114 - -
1.2 Hasil dan Pembahasan

Pengeringan merupakan proses mengurangi atau mengeluarkan kadar air dari


dalam suatu bahan hasil pertanian. Pada praktikum pengeringan hasil pertanian
bertujuan untuk mempelajari proses pengeringan komoditas pertanian
menggunakan oven microwave dan mengukur laju pengeringan komoditas
pertanian pada berbagai daya oven microwave. Alat dan bahan yang digunakan
antara lain, wortel, timbangan digital (±0,01 g), oven microwave, stopwatch,
pisau, wadah gelas, spatula/sendok, dan eksikator.

1.2.1 Hubungan Kadar Air Basis Basah (m) dengan Waktu (t)

10088.686.15
82.06
80 72.76
Kadar Air (m)

60 51.32

40
20 9.57
0
0 2.5 5 7.5 1012.5 15 19 23 27 31 35
Waktu (menit)

Gambar 1. Grafik hubungan kadar air basis basah (m) dengan waktu (t)

Gambar 1. di atas menunjukan hubungan antara kadar air wortel basis


basah terhadap waktu. Dari grafik 1 dapat terlihat bahwa kadar air basis basah
pada wortel berbanding terbalik karena membentuk kurva negatife, semakin lama
waktu pengeringan kadar airnya semakin kecil. Hal ini terjadi karena ketika
proses pengeringan terjadi penguapan suatu bahan sehingga kadar air mengalami
penurunan. Nilai kadar air basis basah terakhir pada menit ke-12,5, menurut
(Lamote, 1997) hal tersebut dikarenakan kandungan solid pada sempel pratikum
pengeringan lebih kecil daripada sempel untuk pengukuran kadar air.
1.2.2 Hubungan Perubahan Kadar Air Basis Kering (m) dengan Waktu (t)

1000
777.89
800

Kadar Air (M)


623.07
600 458.24
400 267.54
200 105.7
10.61
0
0 2.5 5 7.5 10 12.5 15 19 23 27 31 35
Waktu (menit)

Gambar 2. Grafik hubungan perubahan kadar air basis kering (M) dengan
waktu (t)

Berdasarkan gambar 2. di atas menunjukkan bahwa hubungan kadar air


basis kering dengan waktu sama halnya dengan perbandingan kadar air basis
basah dengan waktu, yaitu berbanding terbalik. Semakin lama waktunya maka
kadar air basis keringnya semakin sedikit. Hal ini terjadi karena pada awal
pengeringan kandungan air masih banyak sehingga penurunan yang terjadi sangat
jelas. Ketika memasuki menit akhir, penurunan yang terjadi tidak begitu nampak
karena kandungan air bahan semakin sedikit. Menurut Kakomole (2012),
menyebutkan bahwa lama waktu pengeringan akan mempengaruhi jumlah kadar
air pada bahan, apabila semakin lama proses pengeringan, kadar airnya juga
semakin kecil.

1.2.3 Hubungan Laju Pengeringan (dM/dt) dengan Waktu (t)

300
Laju Pengeringan (dM/dt)

249.23
250
200
150
91.65
100
50 35.67
0 10.570.85
0
89 07 24 54 .7 61
7 7 . 2 3 . 5 8 . 6 7 . 1 0 5 10 .
7 6 4 2 Kadar Air (M)

Gambar 3. Grafik hubungan laju pengeringan (dM/dt) dengan waktu (t)


Gambar 3 di atas menunjukan bahwa pada pengeringan menit ke-2,5 laju
pengeringannya 249,228 dan pada menit ke-12,5 laju pengeringannya menurun
sampai 0,8488. Hal ini menunjukan bahwa semakin lama proses pengeringan
maka laju pengeringannya akan semakin kecil. Penyebabnya ialah karena kadar
air yang terdapat pada bahan kecil sehingga air yang diuapkan dari hasil
pengeringan juga kecil. Apabila dilakukan secara terus-menerus lajunya akan
konstan sama dengan nol, hal tersebut dikarenakan kadungan air pada bahan telah
habis dan hanya tersisa padatan/solidnya saja.

1.2.4 Hubungan Antara Laju Pengeringan (dM/dt) dengan Kadar Air Bahan
Basis Kering (M)

300
249.23
Laju Pengeringan (dM/dt)

250
200
150
91.65
100
50 35.67
0 10.570.85
0
9 7 4 4 7 1
7 .8 3.0 8.2 7.5 05. 0.6
7 7 6 2 45 2 6 1 1
Kadar Air (M)

Gambar 4. Grafik hubungan laju pengeringan dengan kadar air bass kering

Berdasarkan gambar 4 dapat diketahui bahwa hubungan antara laju


pengeringan versus kadar air basis kering menurun menuju nol pada saat kadar air
kesetimbangan. Laju pengeringan akan menurun seiring dengan penurunan kadar
air selama pengeringan. Perubahan dari laju pengeringan tetap ke laju pengeringan
menurun terjadi pada saat berbagai tingkatan kadar air yang berbeda untuk setiap
bahan (Brooker et al., 1992).

Dari keempat grafik menunjukan proses pengeringan yang membutuhkan


energi panasuntuk menguapkan air yang terdapat dalam bahan hasil pertanian.
Hubungan dari kadar air basis basah atau kadar air basis kering dengan lamanya
waktu pengeringan adalah berbanding terbalik, semakin lama waktu yang
dibutuhkan maka semakin kecil nilai kadar airnya. Hubungan laju pengeringan
dengan waktu adalah berbanding terbalik, semakin lama waktu yang dibutuhkan
maka semakin kecil nilai laju pengeringan. Hubungan laju pengeringan dengan
kadar air basis kering adalah brbanding lurus, semakin cepat waktu pengeringan
apabila menggunakan daya kadar air yang semakin besar, semakin besar daya
yang digunakan, maka semakin besar pula nilai laju pengeringan yang terjadi
(Sudiarini, et al., 2014).

1.2.5 Pengeringan Komoditas Hasil Pertanian Menggunakan Microwave

Microwave bekerja dengan melewatkan radiasi gelombang mikro pada


molekul air, lemak, maupun gula, yang sering terdapat pada bahan makanan.
Molekul-molekul ini akan menyerap energi elektromagnetik tersebut. Proses
penyerapan energi ini disebut sebagai pemanasan dielektrik (dielectric heating).
Molekul-molekul pada makanan bersifat elektrik dipol (Electric dipoles), artinya
molekul tersebut memiliki muatan negatif pada satu sisi dan muatan positif pada
sisi yang lain. Akibatnya, dengan kehadiran medan elektrik yang berubah-ubah
yang diinduksikan melalui gelombang mikro pada masing-masing sisi akan
berputar untuk saling mensejajarkan diri satu sama lain. Pergerakan molekul ini
akan menciptakan panas seiring dengan timbulnya gesekan antara molekul yang
satu dengan molekul lainnya. Energi panas yang dihasilkan oleh peristiwa inilah
yang berfungsi sebagai agen pemanasan bahan makanan di dalam dapur
microwave (Kingston, 1997).

Dengan menggunakan microwave laju pengeringan akan lebih besar.


Semakin tinggi suhu maka laju pengeringan akan semakin besar, hal ini
dikarenakan semakin besar suhu maka panas yang dialirkan juga semakin besar
sehingga waktu yang digunakan untuk menguapkan air juga akan semakin cepat.
BAB 2. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai


berikut:

1. Semakin lama waktu pengeringan kadar air pada bahan juga semakin
kecil. Hal ini terjadi karena ketika proses pengeringan terjadi penguapan
suatu bahan sehingga kadar air mengalami penurunan.
2. Semakin lama proses pengeringan maka laju pengeringannya akan
semakin kecil. Hal tersebut karena kadar air yang terdapat pada bahan
kecil sehingga air yang diuapkan dari hasil pengeringan juga kecil.
3. Hubungan antara laju pengeringan dengan kadar air basis kering menurun
menuju nol pada saat kadar air kesetimbangan. Laju pengeringan akan
menurun seiring dengan penurunan kadar air selama pengeringan.
4. Pengeringan menggunakan microwave membuat laju pengeringannya akan
lebih besar dan maksimal karena suhu yang digunakan konstan. Semakin
tinggi suhu maka laju pengeringan akan semakin besar, hal ini
dikarenakan semakin besar suhu maka panas yang dialirkan juga semakin
besar sehingga waktu yang digunakan untuk menguapkan air juga akan
semakin cepat.
DAFTAR PUSTAKA

Kakomole, J.B. 2012. Karakteristik Pengeringan Biji Pala Menggunakan Alat


Pengering Tenaga Surya Tipe Rak. Sulawesi Utara: Universitas Sam
Ratulangi.

Kingston,R.S. 1997. Solvent-Free Accelerated Organic Synthesis Using


Microwaves. Pure Appl. Chem. vol 73 (193–198).

Martunis. 2012. Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan Terhadap Kualitas dan
Kuantitas Pati Kentang Varietas Granola. Jurnal Teknologi dan Industri
Pertanian Indonesia. 4(3):26-30.
LAMPIRAN

Gambar 1. Lembar ACC praktikum

Gambar 2. Sampel praktikum (wortel)


Gambar 3. Pemotongan sampel

Gambar 4. Pengukuran berat wadah kosong

Gambar 5. Pengukuran pertama berat irisan sampel


Gambar 6. Proses pengeringan sampel

Gambar 7. Proses penurunan suhu sampel menggunakan eksikator

Gambar 8. Pengukuran berat sampel setelah dikeringkan

Anda mungkin juga menyukai