Anda di halaman 1dari 15

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

1.1 Konsep Penyakit


1.1.1 Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganisme didalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih
tidak mengandung bakteri, virus, mikroorganisme lain. (Nanda Nic- Noc, 2012).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perkembang biakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi
infeksi parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang
bermakna (Widagdo, 2012). Infeksi Saluran Kemih adalah infeksi akibat
berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam
keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme
lain. (Sudoyo Aru,dkk 2009).
Kesimpulan dari defenisi tentang penyakit infeksi saluran kemih di atas
yaitu dapat disimpulkan infeksi saluran kemih adalah penyakit yang
bertumbuhnya kuman di saluran kemih yang dapat menyerang lebih banyak pada
anak perempuan dibandingkan laki-laki dan juga tidak memandang umur karena
bisa menyerang semua umur baik anak-anak usia remaja, dewasa dan lansia.
Kebiasaan menahan buang air kecil, kurang minum air putih dan (air kencing
susah keluar dan sedikit).
1.1.2 Etiologi
Menurut sumber Aru S, dkk (2009) mengatakan etiologi dari infeksi saluran
kemih penyebab terseringnya adalah E.coli . Penyebab lain ialah klebsiela,
enterobakteri, pseudomonas, streptokok, dan stafilokok.
 Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
- Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated( simple )
- Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
- Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain
 Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
- Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif.
- Mobilitas menurun
- Nutrisi yang sering kurang baik
- Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
- Adanya hambatan pada aliran darah
- Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan Infeksi Saluran Kemih,
Escherichia coli (80% kasus) dan organisme enterik garam-negatif lainny
merupakan organisme yang paling sering menyebabkan ISK kuman-kuman ini
biasanya ditemukan di daerah anus dan perineum. Organisme lain yang
menyebabkan ISK antara lain Proteus,Pseudomonas, Klebsiella, Staphylococcus
aureus, Haemophilus, dan Staphylococcus koagulse-negatif. Beberapa faktor
menyebabkan munculnya Infeksi Saluran Kemih di masa kanak-kanak (Wong,
2008).
1.1.3 Woc
Menurut amin,hardi,(2015)

Akumulasi etiologi dan


factor resiko(infeksi
mikroorganisme,penguna
an streoid dalam jangka
panjang usi Makanan terkombinasi
Jaringan parut total
lanjut,amomaly saluran mikroorganisme masuk
tersumbat
kemih,cederah uretra lewat milut
riwayat isk)
HCL (lambung Obstruksi saluran
kemih yang bermuara
kevesikan urinarius

Hidup Tidak hidup

Usus terutama
usus player MK: Resiko infeksi Peningkatan tekanan VU

Kuman mengeluarkan mati Penebalan dinding VU


endotoksin

Bakteremia primer difagosit Kontraksi otot VU

Tidak difagosit Procesia pada kulit Kesulitan Berkemih


dan tidak hipertrmi
Bakterimia sekunder Retensi urin
Pembuluh darah kapiler

hipotalamus uretra Reinteraksi obdominal

Menekan termoleguler Iritasi urtra abstruksi

MK: hipertermi oliguria Mual muntah

peradangan MK:Gangguan MK:Kekurangan


elnminasi urin volume cairan
Peningkatan frekuensi/
dorongan kontraksi Depresi saraf perifer
uretral
MK:nyeri
1.1.4 Manifestasi Klinis
Tanda Gejala Infeksi Saluran Kemih Digiulio, Mary, dkk. ( 2014).
a. Bakteriuria
b. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih (sistisis)
c. Hematuria
d. Nyeri punggung
e. Demam
f. Menggigil, nyeri ketika berkemih
g. Terdesak kencing (urgency), disuria
h. Frekuensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih
i. Urgensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih

1.1.5 Pemeriksaan Penunjang


Menurut NANDA, 2015
1.Anyang-anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah coba untuk
berkemih namun tidak ada air kemih yang keluar.
2.sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa berwarna putih,
cokelat atau kemerahan dan baunya sangat menyengat.
3.warna air seni kental/pekat seperti air the, kadang kemerahan bila ada darah.
4.nyeri pada pinggang.
5.demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal
(diringi rasa nyeri disisi bawah belakang rusuk, mual dan muntah).
6.peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuh-
sembuh dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih.

1.1.6 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 : hal. 221),
pengobatan infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala
dengan cepat, membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan
mencegah infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan serta
angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan Perawatan
dapat berupa :
a) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi
b) Perubahan pola hidup diantaranya :
1. Membersihkan perineum dari depan ke belakang
2. Pakaian dalam dari bahan katun
3. Menghindari kopi, alkohol
2. Penatalaksanaan Medis
a. Obat-obatan
1. Anti biotik : Untuk menghilangkan bakteri.
2. Anti biotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu
3. Anti biotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di ganti )
dalam jangka waktu 3 – 4 minggu
4. Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum
tidur dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan
lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.
- Analgetik dan Anti spasmodik
Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita
-Obat golongan Venozopyridine : Pyridium.
Untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem perkemihan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian yang diambil menurut Ardiansyah dalam Rais (2015) diantarannya
sebagai berikut:
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh
melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta
pemeriksaan penunjang lainnya.
b. Anamnese
- dentitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit
dan diagnosa medis.
1. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien infeksi saluran kemih ,nyeri
saat berkemih, sering bolak balik kamar mandi tetapi kemih yang di keluarkan
hanya sedikit.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang di
derita oleh klien dan mulai timbulnya keluhan yang di rasakan sampai klien di
bawa ke Rumah Sakit, dan apakah pernah memeriksakan diri ke tempat lain
sekalin Rumah Sakit umum serta pengobatan apa yang pernah di berikan dan
bagaimana perubahan data yang didapatkan saat periksa.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pada pengkajian biasanya di temukan kemungkinan penyebab infeksi saluran
kemih dan memberi petunjuk berapa lama infeksi sudah di alami klien.
4. Pemeriksaan Range Of System (BI-B6)
B1 (Breathing)
Kaji adanya gangguan pada pola napas, sianosis karena suplai oksigen
menurun. kaji ekspansi dada, adakah kelainan pada perkusi.
B2 (Blood)
Terjadi peningkatan tekanan darah, biasanya pasien bingung dan gelisah
B3 (Brain)
Kesadaran biasanya sadar penuh
B4 (Bladder)
Inspeksi: periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau menyengat
karena adanya aktivitas mikroorganisme (bakteri) dalam kandung kemih
serta disertai keluhan keluarnya darah apabila ada lesi pada blader,
pembesaran daerah supra pubis lesi pada neatus uretra, banyak kencing dan
nyeri saat berkemih mendadak disurea akibat dari infeksi, apakah klien
terpasang kateter sebelumnya.

B5 (Bowel)
Bising usus adalah peningkatan atau penurunan, adanya nyeri tekan
abdomen, adanya ketidaknormalan perkusi, adanya ketidaknormalan
palpasi pada ginjal.
B6 (Bone)
Pemeriksaan kekuatan otot dan bandingkan dengan ekstremitas yang lain,
adakah nyeri pada persendian.
1. Pemeriksaan Penunjang
a. Urine Tampung
Beberapa studi menganggap penting adanay kekeruhan pada urine
tampung tengah. penderita yang diduga menderita ISK sebagai langkah
awal dilakukan tampung urine untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
urine tampung ini sebaiknya diambil secara aseptic dengan membersihkan
dahulu genital eksterna dan orifisium uretra eksterna agar terhindar dari
kontaminasi.
b. Urinealisis
Tes urine adalah elemen yang penting dalam tes diagnostic.
Urinealisis memberikan informasi tentang pyuria, bakteriuria, dan
hematuria. oleh karena terdapat keterbatasan dalam mendeteksi sensitifitas
ISK dengan kuman <105 cfu/mL melalui pewarnaan gram secara
mikroskopis adalah rendah, tetapi beberapa studi menemukan bahwa
petugas yang berpengalaman dapat mencapai ketepatan diagnostic dengan
cara ini dari pada dengan kultur urine. bakteri yang ditemukan dalam
specimen dapat membantu diagnosis ISK. Urinealisis memiliki spesifitas
97-100% tetapi sensitivitasnya 25-67% ketika dibandingkan dengan kultur
pada ASB.
c. Kultur Urine
Kuman pathogen akan terdeteksi dan teridentifikasi melalui kultur
urine (menggunakan urine tengah), hal ini juga memberikan estimasi dari
tingkat bakteriurianya. tingkat minimum bakteriuria yang memberikan ISK
sampai saat ini belum distandarisasi oleh laboratorium mikrobiologi.
2. Penatalaksanaan Medis dan Kperawatan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 : hal. 221),
pengobatan infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala
dengan cepat, membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan
mencegah infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan
serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan
Perawatan dapat berupa:
1). Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra
indikasi.
2). Perubahan pola hidup diantaranya :
a). Membersihkan perineum dari depan ke belakang
b). Pakaian dalam dari bahan katun
c). Menghindari kopi, alkohol
b. Penatalaksanaan Medis
1). Obat-obatan
a). Anti biotik : Untuk menghilangkan bakteri.
b). Anti biotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu
c). Anti biotik jangka panjang (baik dengan obat yang sama atau di
ganti) dalam jangka waktu 3 – 4 minggu
d). Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum
tidur dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan
lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.
2). Analgetik dan Anti spasmodik
Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita
3). Obat golongan Venozopyridine : Pyridium.
Untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diangnosa Keperawatan Menurut Nurarif .A.H. dan Kusuma. H (2015).
APLIKASI Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC
adapun masalah keperawatan yang muncul pada infeksi saluran kemih yaitu:
1. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pada
kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
2. Nyeri Akut .berhubungan dengan infeksi traktus urinarius.
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
4. Resiko infeksi berhubungan dengan port de entry kuman
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan mual, munta.
6.
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada penderita sindrom nefrotik menurut Nurarif dan Kusuma
(2013) dan Nurarif dan Kusuma (2015) adalah :
No DIagnosa keperawatan NOC NIC

1 Gangguan Eliminasi Urine Tujuan: masalah difungsi 1. Lakukan penilain yang


berhubungan dengan pada elminasi uriena komprenhensif berfokus
obstruksi mekanik pada teratasi. pada inkontensia
kandung kemih ataupun Kriteria hasil : (misalnya output urine,
struktur traktus urinarius 1. Kandung kemih pola berkemih, fungsi
lain kosong dari secara kognitif dan masalah
penuh bebas dari kencing persistem)
ISK 2. Memantau penguna obat
2. Tidak ada spasme dengan sifat antikolinergik
bledder 3. Merangsang reflek
kandung kemih dengan
dingin untuk perut
4. Instuksikan cara-cara
untuk menghindari
konstipasi
5. Masukan kateter kemih
sesuai
6. Memantau asupan dan
keluar
7. Membantu dengan toilet
secara berkala, sesuai
8. Membantu tingkat distensi
kandung kemih dengan
palpasi dan perkusi
2 Nyeri Akut .berhubungan Tujuan: nyeri berkurang 1. Lakukan pengkajian
dengan infeksi traktus kriteria hasil : nyeri secara
urinarius. 1. Mampu mengontrol nyri komprehesif, durasi
(tahu penyebab, mampu frekuensi, kualitas dan
menggunakan teknik factor presiptasi.
non formokologi untuk 2. Observasi reaksi non
mengurangi nyeri, verlbal dari ketidak
mecari bantuan) nyamanan
2. Melaporkan bahwa nyeri 3. Gunakan teknik
berkurang dengan relaksasi: nafas dalam.
mengunakan menejemen 4. Berikan analgesic
nyeri dan antibiotic
3. Mampu menenali nyeri 5. Ciptakan lingkungan
(skala intensitas, yang aman dan nyaman
frekuensi dan tanda (batasi pengunjung
nyeri) ciptakan suasana yang
tidak berisik)
6. Evaluasi masalah
nyeri yang lampau
7. Gunakan teknik
komunikasi terapotik tau
mengetahui pengalaman
nyeri pasien.
8. Kurangi factor
presipitasi nyeri
9. Kaji tipe dan sumber
nyeri unuk menentukan
intervensi
10.Tingkatkan istirahat.
11.Kolaborasi dengan
dokter jika ada keluhan
dan timdakan nyeri tidak
berhasil
12.Lakukan pengkajian
tanda-tanda infeksi,
calor (panas) Dolor
(rasa sakit atau nyeri)
rubor (kemerahan)
tumor(pembekakan)
functiolaesa (adanya
perubahan fungsi)
13.Lakukan perawatan
kateter
14.Anjurkan ibu atau
keluarga kiya untuk
melakukan hand hygine
15.Anjurkan klien untuk
sering menganti calan
dalam

3 Hipertermia berhubungan Tujuan : suhu tubuh dalam 1. Monitor suhu sesering


dengan proses penyakit batas normal mungkin
1. Suhu dalam rentang 2. Monitor warna kulit dan
normal (36-370C) suhu
2. Nadi dan RR dalam 3. Monitor tekanan
rentang normal (nadi 60- darah,nadi dan RR
100) (RR-16-24) 4. Monitor intake dan
3. Tidak ada perubahan output
warna kulit dan tidak 5. Monitor WBC,Hb, dan
ada pusing. Hct
6. Berikan kompre hangat
7. Berikan anti piretik
8. Kolaborasi pemberian
cairan intervena
9. Tingkatkan sirkulasi
udara
10. Monitor minimal tiap 2
jam
11. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
12. Selimuti pasien
13. Lakukan tapid sponge

4 Resiko infeksi b/d port de Setelah di lakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda


entry kuman 1x24 jam diharapkan klien infeksi
infeksi tidak terjadi dengan 2. Jelaskan untuk tidak
kriteria hasil: menahan keinginan
1. Klien bebas dari tanda berkemih secara
gejala infeksi sempurna setiap kali
2. Mendeskripsikan berkemih.
proses penularan 3. Ajarkan perawatan
penyakit, factor yang perineal yang benar
mempengaruhi terutama setelah
penularan berkemih dan defekasi,
3. Menunjukan kempuan bersikan dari depan ke
untuk mencegah belakang.
timbulnya infeksi 4. Mencegah perpindahan
4. Jumlah leukosit dalam mikroorganisme yang
batas normal ada di anus agar
5. Menunjukan perilaku kebersian perinael agar
hidup sehat tetap kering dan bersih
keringkan dari depan
sampai kebeakang
5. Jelaskan pentingnya
mengkonsumsi
antibiotic sesuai dengan
resep atau sampai habis
6. Cuci tangan sebelum
dan sesudah tindakana
keperawatan
7. Menitor terhadap
kerentangan infeksi
8. Batasi penunjang
9. Dorong masukan nutrisi
yang cukup insturikan
pasien untuk minum anti
biotik sesuai resep
5 Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor darah,
berhubungan dengan 1x24 jam diharapkan klien suhu,nadi
kehilangan cairan aktif masalh kebutuhan cairan 2. Kolaborasi daam
ditandai dengan mual, adekuat dengan kriteria pemberian cairan IV
munta. hasil: 3. Monitor status dehidrasi
1. Tidak ada tanda-tanda (kelembaban mukosa
dehidrasi bibir, nadi adekuat) jika
2. Tekanan darah, diperlukan
nadi,suhu tubu dalam 4. Monitor masukan
batas normal makanan /cairan dan
hitungintake kalori
harian
5. Dorong keluarga untuk
memantau makan
6. Monitor status nutrisi
7. Dorong masukan oral
8. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
terapi
9. Membantu tingkat Hb
hematocrit
10. Monitor berat badan
11. memonitor balance ciran

DAFTAR PUSTAKA

Adriana. D. (2013). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Selemba
Medika.
Amin, Hardi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC –
NOC. Yogyakarta :Mediaction
Ardhiyand.S dan Habib,I. 2011. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Urinalisis Nitrit dengan
Kultur Urin Sebagai Uji Diagnostik Infeksi Saluran Kemih (ISK) Pada Pasien Dengan
Kateterisasi Uretra. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
.
Asmadi. (2013). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
Aulia,D., Lidya,A., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 6, Jilid 1, Internal
Publishing. Jakarta.
Carpenito, Moyet. (2009). Buku saku diagnosa keperawatan. Jakarta: EGC.
Depkes RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI 2014, Waspada Infeksi Saluran Kemih:
http://www.depkes.go.id/index.php/wasada+infeksi+saluran+kemih/. Diakses tanggal 02
Maret 2016.
Digiulio, Mary ., dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah . Yogyakarta: KDT.
Hariyono, Rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Perkemihan. Yogyakrta: KDT.
Hidayat A, Aziz (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.
Lisa dan Suryanto. 2012. Hubungan Kadar Leukosit Esterase Dengan Kadar Nitrit Di Urin
Pada Pasien Klinis Infeksi Saluran Kemih RS PKU Muhammadiyah, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta.
Marlina dan Samad,R.A., 2013. Hubungan Pemasangan Kateter Dengan Kejadian Infeksi
Saluran Kemih Pada Pasien Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam
Rsudza Banda Aceh. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 35-
47.
M. Rendy Clevo, Margareth TH. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Nuha Medika.
Nanda, 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Buku Kedokteran
: EGC.
Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anak (untuk perawat dan bidan) Edisi 1.
Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Jogjakarta: MediAction.
Purnomo, (2011). Dasar-dasar urologi. Edisi Pertama. Jakarta: CV.Sagung Seto.
Purnomo BB. 2012. Buku kuliah dasar–dasar urologi. Edisi 3 Jakarta: CV Infomedika.
Radji,M. 2015. Imunologi dan Virologi. Edisi Revisi. Penerbit ISFI. Jakarta.
Roring,A.G., Umboh,A., Wilar,R. 2016. Hubungan Enuresis dengan Kejadian Leukosituria
pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal e-clinic Volume 4 Nomor 1.
Soetjiningsih. 2012. Perkembangan Anak dan Permasalahannya dalam Buku Ajar I Ilmu
Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta :Sagungseto .
Sudoyo, Aru W., dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi kelima Jilid II. Jakarta:
Interna Publishing.
Widagdo, 2012, Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam, Sagung Seto,
Jakarta.
Wong, L. D. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi. 6. Jakarta: EGC
World Health Organization (WHO). 2013. Kesehatan Reproduksi Wanita Infeksi Saluran
kemih (ISK). Salemba Medika. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai