Anda di halaman 1dari 10

RESUME PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 26 TAHUN 2002


“Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Material Berbahaya”

Dosen Pengampu:

Triyono, S.T., M.Eng.

Fransisca Maria Farida, S.T., M.T.

Disusun Oleh:

Andini Puspita Ningrum 1518619007

Ali Imran Hanafi 1518619032

Nadia Kamelia 1518619039

PROGRAM STUDI REKAYASA KESELAMATAN KEBAKARAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

TAHUN 2021
Berdasarkan review yang dilakukan kelompok, didapatkan bahwa Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2002 Tentang Keselamatan Pengangkutan
Zat Radioaktif berisi tentang hal-hal yang perlu untuk diperhatikan terkait Kesalamatan
Pengangkutan Zat Radioaktif dan Nuklir dengan menimbang dari pelaksanaan Pasal 16 UU
No. 10 Tahun 1997 Tentang Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif.
Didalam PP No. 26 tahun 2002 ini, terdapat definisi umum mengenai hal-hal terkait
dengan Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif, seperti apa itu pengangkutan zat
radioaktif, unsur-unsur penting yang harus terdapat pada pengangkutan zat radioaktif, dan
lain-lain. Pengangkutan zat radioaktif itu sendiri adalah pemindahan zat radioaktif dari suatu
tempat ke tempat lain melalui jaringan lalu lintas umum, dengan menggunakan sarana
angkutan darat, air atau udara.
Untuk melakukan pengangkutan zat radiokatif, terdapat beberapa unsur penting yang
harus ada didalamnya antara lain pengangkut, pembungkus, bungkusan, pengirim, dan
penerima. Pengangkutan zat radioaktif dilakukan dengan mempertimbangkan kecelakaan
radiasi yang mungkin saja terjadi terutama pada tanki dengan pengawasan badan pengawas
terkait.
Didalam pasal tersebut dijelaskan bahwa Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang
keselamatan pengangkutan zat radioaktif yang meliputi perizinan, kewajiban dan tanggung
jawab, pembungkusan, program proteksi radiasi, pelatihan, program jaminan kualitas, jenis
dan batas aktivitas zat radioaktif, zat radioaktif dengan sifat bahaya lain, dan penanggulangan
keadaan darurat. Semua hal tersebut berlaku pula untuk zat nuklir.
Selain itu, pasal tersebut juga berisi tentang hal-hal yang tidak termasuk kedalam
peraturan tersebut. Antara lain:
a. Pemindahan zat radioaktif di dalam suatu instalasi;
b. zat radioaktif yang dipasang atau dimasukkan ke dalam tubuh manusia atau binatang
hidup untuk diagnosa dan atau terapi;
c. zat radioaktif yang merupakan bagian tak terpisahkan dari sarana angkutan;
d. zat radioaktif dalam bentuk barang atau produk konsumen; dan
e. zat radioaktif yang berasal dari alam dalam ukuran tertentu.
Berdasarkan pasal tersebut, untuk mencapai tujuan keselamatan pengangkutan zat
radioaktif, Pengirim dan Penerima harus menerapkan prinsip :
a. Zat radioaktif tidak keluar dari wadahnya baik dalam kondisi pengangkutan normal
maupun dalam kondisi kecelakaan;
b. Paparan radiasi di luar bungkusan dalam batas aman;
c. Bahan nuklir dalam pengangkutan harus tetap dalam kondisi subkritis; dan
d. Panas yang ditimbulkan oleh zat radioaktif dapat dilepaskan secara sempurna.
Pengangkutan zat radioaktif hanya dapat dilakukan bila Pengirim dan Penerima zat
radioaktif telah memiliki izin dan persetujuan pemanfaatan tenaga nuklir dari Badan
Pengawas.
Pada Bab IV pasal ini berisi tentang kewajiban dan tanggung jawab yang harus dipenuhi
oleh pengirim, penerima, pengantar, dan badan usaha terkait pengiriman zat radioaktif dan
nuklir. Antara lain:
● Sebelum pelaksanaan pengangkutan Pengirim wajib:
a. Memberikan informasi yang lengkap dan benar secara tertulis kepada Pengangkut
tentang bungkusan, bahaya radiasi dan sifat bahaya lain yang mungkin terjadi, dan
cara penanggulangannya;
b. Memberikan tanda, label, dan atau plakat pada kendaraan angkutan jalan dan jalan
rel;
c. Memberikan petunjuk secara tertulis kepada Pengangkut apabila tidak mungkin
menyerahkan bungkusan kepada Penerima:
i. Pemberitahuan kepada Pengirim dan Badan Pengawas;
ii. Penyimpanan bungkusan di tempat yang aman; dan
iii. Pengembalian bungkusan kepada Pengirim.
d. Menyiapkan proteksi fisik selama pengangkutan bahan nuklir.
● Setiap barang (yang dimaksud zat radioaktif dan nuklir) siap dikirim, perlu dilakukan
pengecekan terlebih dahulu oleh badan pengawas. Pengirim juga wajib melaporkan
kepada penerima saat barang diperjalanan pengiriman ke tempat tujuan. Kerusakan
barang adalah tanggung jawab pengirim.
● Pengangkut bertanggung jawab atas keselamatan bungkusan yang diangkut sejak
menerima dari Pengirim sampai saat penyerahan kepada Penerima, kecuali ditentukan
lain dalam surat perjanjian pengangkutan. Apabila terjadi kerusakan selama
pengangkutan, Pengangkut harus memberitahukan kepada Badan Pengawas dan
Pengirim, dan mengawasi akses ke bungkusan. Apabila terjadi penyitaan oleh yang
berwajib atau bungkusan hilang, Pengangkut harus melaporkan kepada Badan
Pengawas dan Pengirim sebagai bentuk tanggung jawab karena zat tersebut tidak
dapat dipergunakan secara bebas.
● Pada saat menerima bungkusan dari Pengangkut, Penerima harus memeriksa
bungkusan dari kemungkinan terjadinya kerusakan atau kebocoran. Apabila terjadi
kerusakan dan atau kebocoran bungkusan, Penerima harus langsung melakukan
pengukuran tingkat radiasi dan atau kontaminasi. Hasil pengukuran berikutnya harus
dilaporkan kepada Badan Pengawas dan Pengirim paling lama 5(lima) hari sesudah
dilakukan pengukuran. Apabila kerusakan dan atau kebocoran dapat menyebabkan
bahaya radiasi dan atau kontaminasi, Penerima wajib melakukan tindakan
pengamanan sesuai dengan cara penanggulangan yang tercantum dalam dokumen
pengangkutan. Seluruh tindakan pengamanan harus dilaporkan kepada Badan
Pengawas dan Pengirim paling lama 5 (lima) hari setelah dilakukan tindakan
pengamanan.
● Badan Pengawas selanjutnya harus memproses dan menindaklanjuti segala laporan
yang diterima untuk kemudian dengan bantuan Badan Pelaksana dan atau instansi
terkait lainnya.
Pada Bab selanjutnya dijelaskan mengenai hal-hal tentang pembungkusan zat radioaktif
dan nuklir yang baik dan benar. Antara lain:
1. Pengirim melakukan pembungkusan sesuai tipe dan kategori, juga memenuhi syarat
pengujian bungkusan. Pengujian persyaratan bungkusan dilakukan oleh laborotarium
terakreditasi yang dipilih oleh Badan Pengawas. Setelah lolos persyaratan bungkusan,
diberikan sertifikat lolos uji. Peraturan lebih lanjut diatur oleh Keputusan Kepala Badan
Pengawas. Pengujian persyaratan tidak dilakukan pada bungkusan yang dikecualikan
2. Beberapa jenis bungkusan menurut Badan Pengawas Tenaga Nuklir :
● Bungkusan Tipe A adalah pembungkus, tangki atau peti kemas berisi zat radioaktif
bentuk khusus dengan aktivitas sampai A1 atau A2 apabila zat radioaktif bukan
bentuk khusus, yang didesain untuk memenuhi persyaratan umum dan khusus untuk
semua bungkusan dan pembungkus.
● Bungkusan Tipe B adalah pembungkus, tangki atau peti kemas berisi zat radioaktif
bentuk khusus dengan aktivitas melebihi A1 atau A2 apabila zat radioaktif bukan
bentuk khusus, yang didesain untuk memenuhi persyaratan umum dan khusus untuk
semua pembungkus dan bungkusan. Pengujian yang dilakukan berdasarkan peraturan
Badan Pengawas Tenaga Nuklir :
1) Bungkusan zat radioaktif Tipe A dan Tipe B harus diuji sesuai dengan tipe
masing-masing bungkusan.
2) Untuk bungkusan Tipe A, macam uji yang harus dilakukan adalah uji semprot
air, uji jatuh bebas, uji tumpuk, dan uji tembus.
3) Untuk bungkusan Tipe B, macam uji yang harus dilakukan adalah uji semprot air,
uji tumpuk, uji tembus, uji mekanik, uji panas, dan uji rendam.
4) Pengusaha laboratorium uji bungkusan harus mengevaluasi hasil uji berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan dalam kriteria lolos uji, sesuai dengan tipe bungkusan
zat radioaktif.
3. Bungkusan yang masuk ke wilayah Republik Indonesia harus disertai sertifikat bungkusan
yang diterbitkan instansi berwenang negara asal bungkusan. Untuk itu dilakukan validasi
sertifikat seperti :
1. Identitas pemohon;
2. Jadwal kedatangan zat radioaktif;
3. Rute pengangkutan zat radioaktif;
4. Salinan sertifikat persetujuan desain zat radioaktif yang diterbitkan oleh otoritas
pengawas negara asal desain zat radioaktif, negara asal pengangkutan zat radioaktif,
atau negara yang telah dilalui
5. Deskripsi zat radioaktif dan Bungkusan
4. Tiap bungkusan tidak boleh berisi barang barang lain, kecuali dokumen penting yang
dibutuhkan dalam pengangkutan dan peralatan untuk penanganan zat radioaktif.
Bungkusan yang mempunyai sifat bahaya lain harus memperhatikan semua sifat bahan
tersebut. Lalu tiap bungkusan yang akan diangkat harus disertai dokumen pengangkutan
yang diberi tanda, label, atau plakat yang jelas, lalu diletakkan dibagian luar bungkusan
dan menjadi satu kesatuan dengan bungkusan.Bungkusan yang diangkut juga tidak boleh
terkontaminasi melebihi tingkat yang ditetapkan.

Program Proteksi Radiasi


1. Tiap pengangkutan bahan nuklir harus memenuhi Asas Proteksi Radiasi.
● Asas justifikasi : setiap kegiatan yang memanfaatkan radioaktif atau sumber radiasi
lainnya hanya boleh dilakukan apabila menghasilkan keuntungan yang lebih besar
kepada seseorang yang terkena penyinaran radiasi atau bagi masyarakat,
dibandingkan dengan kerugian radiasi yang mungkin diakibatkannya, dengan
memperhatikan faktor sosial, faktor ekonomi, dan faktor lainnya yang sesuai.
Dalam melakukan pengkajian perlu diperhitungkan pula estimasi kerugian yang
berasal dari penyinaran potensial, yaitu terjadinya penyinaran yang tidak dapat
diramalkan sebelumnya.
● Asas limitasi : penerimaan dosis oleh seseorang tidak boleh melampaui nilai batas
dosis yang ditetapkan oleh Badan Pengawas. Yang dimaksud nilai batas dosis di
sini adalah dosis radiasi yang diterima dari penyinaran eksterna dan interna selama
1 (satu) tahun dan tidak bergantung pada laju dosis. Penetapan nilai batas dosis ini
tidak memperhitungkan penerimaan dosis untuk tujuan medik dan yang berasal dari
radiasi alam.
● Asas optimisasi : proteksi dan keselamatan terhadap penyinaran yang berasal dari
sumber radiasi yang dimanfaatkan, harus diusahakan sedemikian rupa sehingga
besarnya dosis yang diterima seseorang dan jumlah orang yang tersinari sekecil
mungkin dengan memperhatikan faktor sosial dan ekonomi. Terhadap dosis
perorangan yang berasal dari sumber radiasi harus diberlakukan pembatasan dosis
yang besarnya harus di bawah nilai batas dosis.
2. Pengirim yang melakukan pengangkutan bahan nuklir harus memenuhi persyaratan
proteksi fisik. Persyaratannya yaitu ada pada Peraturan Kepala Badan Pengawas
Tenaga Nuklir nomor 1 Tahum 2009 tentang ketentuan sistem proteksi fisik instalasi
dan bahan nuklir.
3. Pengangkut harus menempatkan bungkusan pada jarak aman secara terpisah dari
petugas yang melaksanakan, tempat para pekerja dan anggota masyarakat, film
fotografi yang belum diproses, dan bahan bahaya lainnya. Pemisahan dilakukan baik
selama pengangkutan, penyimpanan saat transit, dan penyimpanan sementara sebelum
dan sesudah pengangkutan. Jarak aman yang diatur oleh Kepala Badan Pengawas
Tenaga Nuklir, yaitu :
Zat radioaktif harus dipisahkan dari petugas pengangkut dan anggota masyarakat
umum. Nilai batas dosis yang berbeda untuk perhitungan jarak pemisahan atau laju
dosis di daerah yang secara teratur ditempati harus ditetapkan :
a) Untuk petugas pengangkut, dalam menentukan jarak pemisahan atau laju dosis
daerah yang secara teratur digunakan sebagai daerah kerja, batas 5 mSv (500
mrem) per tahun harus digunakan sebagai nilai batas. Nilai batas ini, bersama-
sama dengan parameter dan model matematis hipotetis tetapi realitis, harus
digunakan untuk menentukan jarak pemisahan atau laju dosis untuk pekerja
angkutan.
b) Untuk anggota masyarakat, dalam menentukan jarak pemisahan atau laju dosis di
tempat yang biasa digunakan atau biasa didatangi anggota masyarakat, dosis yang
tidak melebihi dari 1 mSv (100 mrem) per tahun untuk kelompok kritis harus
digunakan sebagai nilai batas. Nilai ini digunakan bersama-sama dengan
parameter dan model hipotetis tetapi realistis untuk menentukan jarak pemisahan
atau laju dosis untuk masyarakat, dengan maksud memberikan jaminan bahwa
dosis yang diterima sebagai akibat dari pengangkutan zat radioaktif hanya
merupakan sebagian kecil dari nilai batas dosis yang sesuai.
c) Zat radioaktif harus cukup terpisah dari kertas film fotografi yang belum diproses.
Dasar untuk menentukan jarak pemisahan tersebut ialah bahwa penyinaran
terhadap kertas foto yang belum diproses akibat pengangkutan zat radioaktif
dibatasi pada 0,1 mSv (10 mrem) per kiriman film tersebut.
4. Pemantauan dosis radiasi terhadap petugas pengangkut harus sesuai dengan kondisi
pengangkutan. Pemantauan yang dilakukan dengan memperhatikan nilai batas dosis.
NBD (Nilai Batas Dosis) adalah Dosis terbesar yang diizinkan sesuai
peraturan yang dapat diterima oleh pekerja radiasi atau anggota masyarakat, dalam
jangka waktu tertentu tanpa menimbulkan efek genetik atau somatik yang berarti
akibat pemanfaatan tenaga nuklir. Dosis radiasi yang boleh diterima oleh petugas
pengangkut selama pengangkutan adalah dosis radiasi yang diterima tidak
menimbulkan kelainan-kelainan genetik atau somatik yang berarti. Badan Pengawas
akan menetapkan nilai batas dosis radiasi yang boleh diterima oleh petugas
pengangkut selama pengangkutan yang sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan
tingkat perkembangan pengetahuan.
Untuk memastikan NBD bagi pekerja dan masyarakat tidak terlampaui, maka
PI (Pemegang Ijin) wajib menetapkan pembagian daerah kerja, pemantauan paparan
radiasi dan/atau kontaminasi radioaktif di daerah kerja; serta pemantauan
radioaktivitas lingkungan di luar fasilitas atau instalasi; dan pemantauan dosis yang
diterima pekerja. Pembagian daerah kerja untuk pekerja radiasi dan masyarakat
ditunjukkan pada tabel:
5. Tangki yang telah digunakan untuk mengangkut zat radioaktif tidak boleh digunakan
untuk menyimpan atau mengangkut barang lainnya, sebelum dinyatakan aman atau
bebas kontaminasi. Kendaraan pengangkut dan peralatan yang digunakan secara terus
menerus untuk mengangkut zat radioaktif harus dipantau secara berkala untuk
menentukan tingkat kontaminasi.
6. Pemeriksaan isi bungkusan selama pengangkutan oleh instansi yang berwenang hanya
boleh dilakukan dengan peralatan tertentu dan dihadiri oleh atau atas petunjuk
Petugas.

Petugas Proteksi Radiasi yang menghadiri atau memberi petunjuk pada saat dilakukan
pemeriksaan isi bungkusan selama pengangkutan dapat berasal dari pihak Pengirim atau
Penerima tergantung pada kesepakatan kedua belah pihak. Bungkusan yang diperiksa oleh
instansi yang berwenang ,harus dikembalikan pada keadaan semula, sebelum diteruskan
kepada Penerima.
Pekerja yang secara rutin terlibat dalam pengangkutan zat radioaktif harus mendapatkan
pelatihan mengenai pengangkutan zat radioaktif. Pelatihan tersebut merupakan bentuk
tanggung jawab para pekerja dalam pengangkutan zat radioaktif.
Pengiriman dalam pengangkutan zat radioaktif dan bahan nuklir harus menyusun program
jaminan kualitas yang disampaikan kepada badan pengawas untuk disetujui. Program jaminan
kualitas yang telah disetujui tersebut dilaksanakan oleh :
a. Pengirim, selama tahap persiapan pengiriman sebelum diserahkan kepada pengangkut,
dan
b. Pengangkut, selama pengangkutan, penyimpanan selama transit, dan penyimpanan
sementara sebelum dan sesudah pengangkutan, sebelum diserahkan kepada penerima.
Jenis dan aktivitas zat radioaktif dalam suatu bungkusan tidak boleh melebihi batas yang
ditentukan untuk tipe bungkusan. Pengangkutan zat radioaktif yang mempunyai sifat bahaya
lain harus memenuhi ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini dan ketentuan pengangkutan
bahan berbahaya dan beracun (B3).
Dalam hal terjadi kecelakaan radiasi, Pengangkut wajib melaporkan kepada Badan
Pengawas, Pengirim, pejabat yang berkepentingan, dan Penerima.
Apabila selama pengangkutan terjadi kecelakaan yang mengakibatkan bungkusan
pecah,bocor, atau rusak petugas pengangkut harus mengisolasi tempat kejadian dengan
pemagaran dan memberi tanda - tanda yang jelas. Setelah itu pengangkut wajib melaporkan
terjadinya kecelakaan kepada badan pengawas, pengirim dan atau penerima. Pengirim atau
penerima pun wajib mengirimkan petugas proteksi radiasi sesegera mungkin setelah terjadi
kecelakaan radiasi untuk memeriksa dan memimpin tindakan penganggulangan serta
menyatakan bahwa daerah tersebut telah bebas dari bahaya radiasi. Saat kecelakaan terjadi
dan mengakibatkan bungkusan dengan tingkat kebocoran yang melebihi nilai batas yang
ditetapkan oleh badan pengawas, tidak boleh diteruskan pengirimannya sebelum diperbaiki
dan didekontasminasi.
Badan Pengawas memberikan peringatan tertulis kepada Pemegang Izin pemanfaatan
tenaga nuklir yang melanggar ketentuan Pasal 6 ayat (2), Pasal 7, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 12
ayat (1) sampai dengan ayat (5), Pasal 14 ayat (1) sampai dengan ayat (3), Pasal 16 ayat (1),
Pasal 17, Pasal 19 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22, Pasal 25, Pasal 28 ayat (1) dan ayat (3) huruf
a, Pasal 29 ayat (1), Pasal 30, dan Pasal 32 ayat (3) dan ayat (4) dalam Peraturan Pemerintah
ini. Dengan jangka waktu peringatan tertulis adalah 14 hari sejak dikeluarkannya peringatan.
Apabila peringatan tertulis tidak dipatuhi akan diberikan peringatan terakhir selama 14 hari
sejak peringatan pertama berakhir, dan badan pengawas pun dapat membekukan izin selama
30 hari sejak perintah pemebekuan dikeluarkan. Apabila pemegang izin tetap tidak mematuhi
peringatan pembekuan, izin dapat dicabut oleh badan pengawas.
Badan Pengawas dapat langsung membekukan izin pemanfaatan tenaga nuklir apabila
selama proses pengangkutan zat radioaktif terjadi pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7, Pasal 8, Pasal 12 ayat (1), ayat (2), dan ayat (4), Pasal 14 ayat (1) sampai dengan ayat
(3), Pasal 17, Pasal 20, Pasal 29 ayat (1), Pasal 30, Pasal 32 ayat (3) dan ayat (4) yang
menyebabkan bahaya radiasi bagi keselamatan pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup.
Apabila dalam jangka waktu paling lama 30 (tigapuluh) hari sejak pembekuan izin,
Pemegang Izin tetap tidak memenuhi ketentuan yang menjadi alasan pembekuan izin, Badan
Pengawas dapat mencabut izinnya.
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, segala peraturan pelaksanaan yang lebih
rendah dari Peraturan Pemerintah ini yang mengatur mengenai keselamatan pengangkutan zat
radioaktif dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan
peraturan baru berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.

Anda mungkin juga menyukai