Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
FAKULTAS TEKNIK
TAHUN 2021
Berdasarkan review yang dilakukan kelompok, didapatkan bahwa Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2002 Tentang Keselamatan Pengangkutan
Zat Radioaktif berisi tentang hal-hal yang perlu untuk diperhatikan terkait Kesalamatan
Pengangkutan Zat Radioaktif dan Nuklir dengan menimbang dari pelaksanaan Pasal 16 UU
No. 10 Tahun 1997 Tentang Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif.
Didalam PP No. 26 tahun 2002 ini, terdapat definisi umum mengenai hal-hal terkait
dengan Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif, seperti apa itu pengangkutan zat
radioaktif, unsur-unsur penting yang harus terdapat pada pengangkutan zat radioaktif, dan
lain-lain. Pengangkutan zat radioaktif itu sendiri adalah pemindahan zat radioaktif dari suatu
tempat ke tempat lain melalui jaringan lalu lintas umum, dengan menggunakan sarana
angkutan darat, air atau udara.
Untuk melakukan pengangkutan zat radiokatif, terdapat beberapa unsur penting yang
harus ada didalamnya antara lain pengangkut, pembungkus, bungkusan, pengirim, dan
penerima. Pengangkutan zat radioaktif dilakukan dengan mempertimbangkan kecelakaan
radiasi yang mungkin saja terjadi terutama pada tanki dengan pengawasan badan pengawas
terkait.
Didalam pasal tersebut dijelaskan bahwa Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang
keselamatan pengangkutan zat radioaktif yang meliputi perizinan, kewajiban dan tanggung
jawab, pembungkusan, program proteksi radiasi, pelatihan, program jaminan kualitas, jenis
dan batas aktivitas zat radioaktif, zat radioaktif dengan sifat bahaya lain, dan penanggulangan
keadaan darurat. Semua hal tersebut berlaku pula untuk zat nuklir.
Selain itu, pasal tersebut juga berisi tentang hal-hal yang tidak termasuk kedalam
peraturan tersebut. Antara lain:
a. Pemindahan zat radioaktif di dalam suatu instalasi;
b. zat radioaktif yang dipasang atau dimasukkan ke dalam tubuh manusia atau binatang
hidup untuk diagnosa dan atau terapi;
c. zat radioaktif yang merupakan bagian tak terpisahkan dari sarana angkutan;
d. zat radioaktif dalam bentuk barang atau produk konsumen; dan
e. zat radioaktif yang berasal dari alam dalam ukuran tertentu.
Berdasarkan pasal tersebut, untuk mencapai tujuan keselamatan pengangkutan zat
radioaktif, Pengirim dan Penerima harus menerapkan prinsip :
a. Zat radioaktif tidak keluar dari wadahnya baik dalam kondisi pengangkutan normal
maupun dalam kondisi kecelakaan;
b. Paparan radiasi di luar bungkusan dalam batas aman;
c. Bahan nuklir dalam pengangkutan harus tetap dalam kondisi subkritis; dan
d. Panas yang ditimbulkan oleh zat radioaktif dapat dilepaskan secara sempurna.
Pengangkutan zat radioaktif hanya dapat dilakukan bila Pengirim dan Penerima zat
radioaktif telah memiliki izin dan persetujuan pemanfaatan tenaga nuklir dari Badan
Pengawas.
Pada Bab IV pasal ini berisi tentang kewajiban dan tanggung jawab yang harus dipenuhi
oleh pengirim, penerima, pengantar, dan badan usaha terkait pengiriman zat radioaktif dan
nuklir. Antara lain:
● Sebelum pelaksanaan pengangkutan Pengirim wajib:
a. Memberikan informasi yang lengkap dan benar secara tertulis kepada Pengangkut
tentang bungkusan, bahaya radiasi dan sifat bahaya lain yang mungkin terjadi, dan
cara penanggulangannya;
b. Memberikan tanda, label, dan atau plakat pada kendaraan angkutan jalan dan jalan
rel;
c. Memberikan petunjuk secara tertulis kepada Pengangkut apabila tidak mungkin
menyerahkan bungkusan kepada Penerima:
i. Pemberitahuan kepada Pengirim dan Badan Pengawas;
ii. Penyimpanan bungkusan di tempat yang aman; dan
iii. Pengembalian bungkusan kepada Pengirim.
d. Menyiapkan proteksi fisik selama pengangkutan bahan nuklir.
● Setiap barang (yang dimaksud zat radioaktif dan nuklir) siap dikirim, perlu dilakukan
pengecekan terlebih dahulu oleh badan pengawas. Pengirim juga wajib melaporkan
kepada penerima saat barang diperjalanan pengiriman ke tempat tujuan. Kerusakan
barang adalah tanggung jawab pengirim.
● Pengangkut bertanggung jawab atas keselamatan bungkusan yang diangkut sejak
menerima dari Pengirim sampai saat penyerahan kepada Penerima, kecuali ditentukan
lain dalam surat perjanjian pengangkutan. Apabila terjadi kerusakan selama
pengangkutan, Pengangkut harus memberitahukan kepada Badan Pengawas dan
Pengirim, dan mengawasi akses ke bungkusan. Apabila terjadi penyitaan oleh yang
berwajib atau bungkusan hilang, Pengangkut harus melaporkan kepada Badan
Pengawas dan Pengirim sebagai bentuk tanggung jawab karena zat tersebut tidak
dapat dipergunakan secara bebas.
● Pada saat menerima bungkusan dari Pengangkut, Penerima harus memeriksa
bungkusan dari kemungkinan terjadinya kerusakan atau kebocoran. Apabila terjadi
kerusakan dan atau kebocoran bungkusan, Penerima harus langsung melakukan
pengukuran tingkat radiasi dan atau kontaminasi. Hasil pengukuran berikutnya harus
dilaporkan kepada Badan Pengawas dan Pengirim paling lama 5(lima) hari sesudah
dilakukan pengukuran. Apabila kerusakan dan atau kebocoran dapat menyebabkan
bahaya radiasi dan atau kontaminasi, Penerima wajib melakukan tindakan
pengamanan sesuai dengan cara penanggulangan yang tercantum dalam dokumen
pengangkutan. Seluruh tindakan pengamanan harus dilaporkan kepada Badan
Pengawas dan Pengirim paling lama 5 (lima) hari setelah dilakukan tindakan
pengamanan.
● Badan Pengawas selanjutnya harus memproses dan menindaklanjuti segala laporan
yang diterima untuk kemudian dengan bantuan Badan Pelaksana dan atau instansi
terkait lainnya.
Pada Bab selanjutnya dijelaskan mengenai hal-hal tentang pembungkusan zat radioaktif
dan nuklir yang baik dan benar. Antara lain:
1. Pengirim melakukan pembungkusan sesuai tipe dan kategori, juga memenuhi syarat
pengujian bungkusan. Pengujian persyaratan bungkusan dilakukan oleh laborotarium
terakreditasi yang dipilih oleh Badan Pengawas. Setelah lolos persyaratan bungkusan,
diberikan sertifikat lolos uji. Peraturan lebih lanjut diatur oleh Keputusan Kepala Badan
Pengawas. Pengujian persyaratan tidak dilakukan pada bungkusan yang dikecualikan
2. Beberapa jenis bungkusan menurut Badan Pengawas Tenaga Nuklir :
● Bungkusan Tipe A adalah pembungkus, tangki atau peti kemas berisi zat radioaktif
bentuk khusus dengan aktivitas sampai A1 atau A2 apabila zat radioaktif bukan
bentuk khusus, yang didesain untuk memenuhi persyaratan umum dan khusus untuk
semua bungkusan dan pembungkus.
● Bungkusan Tipe B adalah pembungkus, tangki atau peti kemas berisi zat radioaktif
bentuk khusus dengan aktivitas melebihi A1 atau A2 apabila zat radioaktif bukan
bentuk khusus, yang didesain untuk memenuhi persyaratan umum dan khusus untuk
semua pembungkus dan bungkusan. Pengujian yang dilakukan berdasarkan peraturan
Badan Pengawas Tenaga Nuklir :
1) Bungkusan zat radioaktif Tipe A dan Tipe B harus diuji sesuai dengan tipe
masing-masing bungkusan.
2) Untuk bungkusan Tipe A, macam uji yang harus dilakukan adalah uji semprot
air, uji jatuh bebas, uji tumpuk, dan uji tembus.
3) Untuk bungkusan Tipe B, macam uji yang harus dilakukan adalah uji semprot air,
uji tumpuk, uji tembus, uji mekanik, uji panas, dan uji rendam.
4) Pengusaha laboratorium uji bungkusan harus mengevaluasi hasil uji berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan dalam kriteria lolos uji, sesuai dengan tipe bungkusan
zat radioaktif.
3. Bungkusan yang masuk ke wilayah Republik Indonesia harus disertai sertifikat bungkusan
yang diterbitkan instansi berwenang negara asal bungkusan. Untuk itu dilakukan validasi
sertifikat seperti :
1. Identitas pemohon;
2. Jadwal kedatangan zat radioaktif;
3. Rute pengangkutan zat radioaktif;
4. Salinan sertifikat persetujuan desain zat radioaktif yang diterbitkan oleh otoritas
pengawas negara asal desain zat radioaktif, negara asal pengangkutan zat radioaktif,
atau negara yang telah dilalui
5. Deskripsi zat radioaktif dan Bungkusan
4. Tiap bungkusan tidak boleh berisi barang barang lain, kecuali dokumen penting yang
dibutuhkan dalam pengangkutan dan peralatan untuk penanganan zat radioaktif.
Bungkusan yang mempunyai sifat bahaya lain harus memperhatikan semua sifat bahan
tersebut. Lalu tiap bungkusan yang akan diangkat harus disertai dokumen pengangkutan
yang diberi tanda, label, atau plakat yang jelas, lalu diletakkan dibagian luar bungkusan
dan menjadi satu kesatuan dengan bungkusan.Bungkusan yang diangkut juga tidak boleh
terkontaminasi melebihi tingkat yang ditetapkan.
Petugas Proteksi Radiasi yang menghadiri atau memberi petunjuk pada saat dilakukan
pemeriksaan isi bungkusan selama pengangkutan dapat berasal dari pihak Pengirim atau
Penerima tergantung pada kesepakatan kedua belah pihak. Bungkusan yang diperiksa oleh
instansi yang berwenang ,harus dikembalikan pada keadaan semula, sebelum diteruskan
kepada Penerima.
Pekerja yang secara rutin terlibat dalam pengangkutan zat radioaktif harus mendapatkan
pelatihan mengenai pengangkutan zat radioaktif. Pelatihan tersebut merupakan bentuk
tanggung jawab para pekerja dalam pengangkutan zat radioaktif.
Pengiriman dalam pengangkutan zat radioaktif dan bahan nuklir harus menyusun program
jaminan kualitas yang disampaikan kepada badan pengawas untuk disetujui. Program jaminan
kualitas yang telah disetujui tersebut dilaksanakan oleh :
a. Pengirim, selama tahap persiapan pengiriman sebelum diserahkan kepada pengangkut,
dan
b. Pengangkut, selama pengangkutan, penyimpanan selama transit, dan penyimpanan
sementara sebelum dan sesudah pengangkutan, sebelum diserahkan kepada penerima.
Jenis dan aktivitas zat radioaktif dalam suatu bungkusan tidak boleh melebihi batas yang
ditentukan untuk tipe bungkusan. Pengangkutan zat radioaktif yang mempunyai sifat bahaya
lain harus memenuhi ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini dan ketentuan pengangkutan
bahan berbahaya dan beracun (B3).
Dalam hal terjadi kecelakaan radiasi, Pengangkut wajib melaporkan kepada Badan
Pengawas, Pengirim, pejabat yang berkepentingan, dan Penerima.
Apabila selama pengangkutan terjadi kecelakaan yang mengakibatkan bungkusan
pecah,bocor, atau rusak petugas pengangkut harus mengisolasi tempat kejadian dengan
pemagaran dan memberi tanda - tanda yang jelas. Setelah itu pengangkut wajib melaporkan
terjadinya kecelakaan kepada badan pengawas, pengirim dan atau penerima. Pengirim atau
penerima pun wajib mengirimkan petugas proteksi radiasi sesegera mungkin setelah terjadi
kecelakaan radiasi untuk memeriksa dan memimpin tindakan penganggulangan serta
menyatakan bahwa daerah tersebut telah bebas dari bahaya radiasi. Saat kecelakaan terjadi
dan mengakibatkan bungkusan dengan tingkat kebocoran yang melebihi nilai batas yang
ditetapkan oleh badan pengawas, tidak boleh diteruskan pengirimannya sebelum diperbaiki
dan didekontasminasi.
Badan Pengawas memberikan peringatan tertulis kepada Pemegang Izin pemanfaatan
tenaga nuklir yang melanggar ketentuan Pasal 6 ayat (2), Pasal 7, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 12
ayat (1) sampai dengan ayat (5), Pasal 14 ayat (1) sampai dengan ayat (3), Pasal 16 ayat (1),
Pasal 17, Pasal 19 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22, Pasal 25, Pasal 28 ayat (1) dan ayat (3) huruf
a, Pasal 29 ayat (1), Pasal 30, dan Pasal 32 ayat (3) dan ayat (4) dalam Peraturan Pemerintah
ini. Dengan jangka waktu peringatan tertulis adalah 14 hari sejak dikeluarkannya peringatan.
Apabila peringatan tertulis tidak dipatuhi akan diberikan peringatan terakhir selama 14 hari
sejak peringatan pertama berakhir, dan badan pengawas pun dapat membekukan izin selama
30 hari sejak perintah pemebekuan dikeluarkan. Apabila pemegang izin tetap tidak mematuhi
peringatan pembekuan, izin dapat dicabut oleh badan pengawas.
Badan Pengawas dapat langsung membekukan izin pemanfaatan tenaga nuklir apabila
selama proses pengangkutan zat radioaktif terjadi pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7, Pasal 8, Pasal 12 ayat (1), ayat (2), dan ayat (4), Pasal 14 ayat (1) sampai dengan ayat
(3), Pasal 17, Pasal 20, Pasal 29 ayat (1), Pasal 30, Pasal 32 ayat (3) dan ayat (4) yang
menyebabkan bahaya radiasi bagi keselamatan pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup.
Apabila dalam jangka waktu paling lama 30 (tigapuluh) hari sejak pembekuan izin,
Pemegang Izin tetap tidak memenuhi ketentuan yang menjadi alasan pembekuan izin, Badan
Pengawas dapat mencabut izinnya.
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, segala peraturan pelaksanaan yang lebih
rendah dari Peraturan Pemerintah ini yang mengatur mengenai keselamatan pengangkutan zat
radioaktif dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan
peraturan baru berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.